BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia karena
kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan pelayanan kesehatan sehingga ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin akan diderita dalam perjalanan, Peningkatan kunjungan pariwisata ke Bali dan dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan pariwisata nasional, dibutuhkan peningkatan ketersediaan pelayanan medis berupa rumah sakit atau klinik kesehatan yang berstandar internasional khususnya pada daerah destinasi pariwisata. Rumah
sakit
merupakan
salah
satu
sarana
kesehatan
untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan tenaga terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Djaja dan Maniksulistya, 2006).
Rumah
penyelenggaraan
sakit
berfungsi
pendidikan,
sebagai
pelatihan,
sarana penelitian
untuk
melaksanakan
dan
pengembangan
sumberdaya manusia dan teknologi serta upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992). Kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi membuat jumlah rumah sakit di Indonesia menjadi semakin tinggi. Hal ini menunjukkan akses terhadap kesehatan lebih mudah dan bervariatif, baik secara biaya maupun 1
2
pelayanan, namun terdapat konsekuensi yang harus diambil yaitu adanya ekstra beban yang menjadi permasalahan lingkungan. Hal ini terkait dengan limbah yang dihasilkan dalam berbagai aktivitas pelayanan kesehatan (Haqq, 2009). Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter, juga ditunjang oleh unitunit lainnya seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundri, pengolahan sampah dan limbah serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Unit tersebut menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik lingkungan rumah sakit itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Berbagai macam limbah yang dihasilkan kegiatan rumah sakit yaitu berupa limbah padat medis maupun non medis, limbah infeksius dan limbah cair (Ayuningtyas, 2009). Operasional dari rumah sakit sangat berpotensi menimbulkan pencemaran air apabila rumah sakit tidak melakukan pengelolaan limbah cairnya. Limbah cair rumah sakit meliputi semua bahan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas (Kementerian Lingkungan Hidup, 1995). Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali yang dikatagorikan sebagai kota besar memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil registerasi tahun 2013 berjumlah 720.214 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 1,43%, sedangkan rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 5.636 jiwa/km2 (Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar, 2013). Keberadaan lokasi rumah sakit di Kota
3
Denpasar yang dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk sekarang telah berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat. Berdasarkan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Denpasar bahwa terdapat 19 rumah sakit umum yang terdiri 4 rumah sakit pemerintah dan 15 rumah sakit swasta, volume limbah cair rumah sakit di Kota Denpasar sebesar 849,6 m3/hari (Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar, 2011). Tingginya volume limbah yang dihasilkan rumah sakit di Kota Denpasar berpotensi mencemari perairan apabila limbah cair yang diolah oleh rumah sakit melebihi baku mutu dan dibuang ke lingkungan. Menurut Said dan Wahjono (1999), masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit sering menjadi pencetus konflik antar pihak rumah sakit dengan masyarakat yang ada disekitarnya terutama limbah cair karena limbah cair dibuang ke lingkungan perairan. Pengelola rumah sakit atau penangung jawab kegiatan rumah sakit di dalam melaksanakan pengendalian pencemaran air wajib untuk melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup, 1995).
Potensi rumah sakit tersebut sebagai sumber pencemar air dapat
diminimalkan apabila kinerja pengendalian pencemaran air yang dilakukan sesuai syarat yang telah ditentukan. Menurut Cushway (2002), kinerja merupakan menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui tersedianya sarana pengolahan limbah cair rumah sakit dan kualitas limbahnya serta untuk mengetahui kinerja dari manajemen rumah sakit dalam
4
pengelolaan limbah cairnya dengan mengacu kepada pedoman-pedoman teknis dan perundang-undangan yang terkait dalam pengelolaan limbah cair.
1.2
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang di atas adalah
sebagai berikut : 1.
Berapa persentase rumah rumah sakit di Kota Denpasar yang telah mengolah seluruh limbah cair yang dihasilkan dengan instalasi pengolahan air limbah?
2.
Bagaimanakah kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan oleh rumah sakit di Kota Denpasar yang memiliki instalasi pengolahan air limbah cair, sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan?
3.
Bagaimanakah tingkat kinerja pengelolaan limbah cair pada rumah sakit di Kota Denpasar, sesuai dengan kriteria yang disusun mengacu pada pedoman teknis dan perundang-undangan yang berlaku?
1.3
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk menentukan persentase rumah rumah sakit di Kota Denpasar yang telah mengolah seluruh limbah cair yang dihasilkan dengan instalasi pengolahan air limbah.
2.
Untuk mengetahui kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan oleh rumah sakit yang memiliki instalasi pengolahan air limbah cair di Kota Denpasar, sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan.
5
3.
Untuk mengetahui tingkat kinerja pengelolaan limbah cair oleh rumah sakit di Kota Denpasar, sesuai dengan kriteria yang disusun mengacu pada pedoman teknis dan perundang-undangan yang berlaku.
1.4
Manfaat Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.
Dengan mengetahui ketersedian instalasi pengolahan air limbah, kualitas limbah cair dan kinerja pengelolaan limbah cair rumah sakit di Kota Denpasar dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar dalam rangka memberikan pembinaan tentang pedoman pengelolaan limbah cair rumah sakit dan penerapan sistem manajemen lingkungan kepada rumah sakit.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan perbaikan bagi manajemen rumah sakit dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit.