BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan publik dari kelompok yang melakukan usaha tersebut. Pemerintah suatu wilayah entah itu di tingkat pusat, propinsi atau kabupaten dalam menjalankan tugasnya pun senantiasa berpatok pada kepuasan masyarakat (publik) pada wilayah tersebut. Kepuasan publik itu sendiri dapat terwujud atau terpantau jika apa yang dilakukan oleh pemerintah melalui implementasi program, diketahui oleh masyarakat dan sebaliknya situasi riil yang ada pada masyarakat (kebutuhan) dan respon masyarakat terhadap program pemerintah pun diketahui oleh pemerintah. Demi meminimalisir kesenjangan pengetahuan itu maka setiap pemerintah dalam pembagian tugas senantiasa memiliki lembaga / instansi yang khusus menangani tugas publikasi program pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya menjaring informasi dan aspirasi dari masyarakat terkait kebijakan pemerintah. Ada banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyampaikan program atau kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, sosialisasi, kunjungan kerja, iklan pada media massa bahkan dengan pengadaan media yang biasanya disebut media penyuluhan pembangunan. Dalam upaya penyebarluasan atau penyampaian program / kebijakan baik politik, ekonomi, budaya maupun pertahanan keamanan, pemerintah Indonesia mulai dari tingkat
nasional hingga daerah menggunakan jasa media baik cetak maupun elektronik yang sebagian besar dikelola pihak swasta. Masing-masing media mempunyai karakter pemberitaan atau gaya mulai dari pengumpulan berita (news gathering), pengolahan berita (news editing) dan penyajian berita (news presenting). Selain bekerja sama dengan media-media yang dikelola oleh pihak swasta tersebut, pemerintah juga mengadakan media pemerintah yang lazim dikenal media penyuluhan pembangunan. Seiring perkembangan jaman dan globalisasi di berbagai bidang kehidupan, perkembangan media (pers) pun meningkat baik soal kepemilikan, kebijakan redaksi, tampilan, bentuk pemberitaan dan aktualitas. Pemerintah pun tidak mau ketinggalan. Pemerintah pusat hingga ke daerah pun mulai mengembangkan media baik cetak maupun elektronik untuk konsumsi internal dan publik. Apalagi otonomi daerah membuka ruang bagi pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten) untuk swakelolah media dengan pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber daya pegawai negeri sipil demi menjawab kebutuhan informasi publik. Hampir semua propinsi dan kabupaten / kota telah memiliki koran atau bentukan media lainnya. Salah satunya adalah kabupaten Timor Tengah Utara propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) TTU, Televisi Biinmaffo dan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo. Sejak media yang dikelola pihak swasta bermunculan di mana-mana, nasib mediamedia pemerintah termasuk TVRI dan RRI menjadi tak pasti. Seperti hidup enggan, mati tak sudi. Pemerintah pusat maupun daerah telah mengalokasikan anggaran dari APBN dan APBD khusus untuk kegiatan penerbitan / produksi media secara rutin. Namun upaya ini tidak berpengaruh terhadap meningkatnya minat publik untuk mengkonsumsi media
pemerintah. Hal serupa pun terjadi pada Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo yang dikelolah oleh Seksi Penerbitan, Sub Dinas Media Cetak dan Modern (MCM), Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom), pemerintah kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Tabloid Dwi Mingguan ‘BIINMAFFO’ telah terbit sejak tahun 2002. Dalam pelaksanaannya, Tabloid Dwi Mingguan ‘BIINMAFFO’, dikelolah oleh 8 orang karyawan yang semuanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Sub Dinas MCM Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten TTU. Wilayah peliputannya mencakup seluruh wilayah Kabupaten TTU. Kebijakan peliputan dan produksi Tabloid Dwi Mingguan ‘BIINMAFFO’ dimaksudkan sebagai media penyuluhan Pemerintah Daerah TTU kepada masyarakat Kabupaten TTU. Oleh karena itu, kebijakan pemberitaan dilaksanakan, ‘kalau ada’ peristiwa atau pendapat yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah daerah. Tabloid Dwi Mingguan ‘BIINMAFFO’ adalah sebuah media penyuluhan pemerintah Kabupaten TTU. Media ini akan bisa terbit secara rutin dan melayani kebutuhan informasi masyarakat kalau proses kerja penerbitannya dilakukan secara teratur. Oleh karena itu Tabloid Dwi Mingguan ‘BIINMAFFO’ membutuhkan sebuah manajemen redaksi yang tepat sehingga penerbitan tabloid tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dan sejalan dengan tugasnya sebagai media penyuluhan Pemerintah Daerah TTU. Tabloid Biinmaffo diterbitkan sebagai media penyuluhan pembangunan dari pemerintah Kabupaten TTU kepada masyarakat TTU. Oleh karena itu, 60 persen isi Tabloid Biinmaffo menyangkut kegiatan pembangunan Pemerintah Kabupaten TTU sedangkan 40 persennya berisi tentang informasi pembangunan tingkat propinsi, nasional serta berita hiburan.
Meski hadir dengan identitas lokal TTU termasuk mengusung nama ’Biinmaffo’ yang adalah simbol penyatuan tiga kelompok suku besar di kabupaten TTU (Biboki, Insana dan Miomaffo) dan dengan dominasi berita tentang Kabupaten TTU namun Tabloid Biinmaffo belum menjadi pilihan utama pembaca jika dibandingkan dengan Harian Pagi Timor Express dan Surat Kabar Harian Umum Pos Kupang yang cukup diminati. Keputusan publik TTU terutama yang tinggal di pedesaan untuk membaca Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo dapat dikatakan karena ’keterpaksaan’ mengingat kurangnya penyebaran media lain hingga ke pedesaan. Apalagi 80 persen dari jumlah eksemplar tabloid ini dibagikan cuma-cuma kepada masyarakat melalui perangkat pemerintah desa / kelurahan. Kepuasan publik sebuah media tidak semata dikarenakan fakta memperoleh media secara gratis, tetapi lebih dari itu untuk mendapatkan informasi yang aktual, mencerahkan dan sekaligus mencerdaskan. Aktualitas, kualitas dan kontinuitas pemberitaan Tabloid Biinmaffo masih menjadi tanda tanya besar. Bicara tentang aktualitas, kualitas dan kontinuitas pemberitaan, tentu berkaitan erat dengan kerja manajemen bidang redaksi, satu dari empat bidang manajemen sebuah media massa yang punya peran penting dalam memberikan ’nyawa’ sebuah media. Kinerja manajemen bidang redaksi menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah media untuk menarik minat khalayak untuk menjadi pembaca media. Berkaitan dengan kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo, ada beberapa fakta lain yang penulis temukan, sebagai indikasi betapa vitalnya peran manajemen redaksi untuk mempertahankan eksistensi sebuah media. Sejak diterbitkan pada tahun 2002, Tabloid Biinmaffo yang terbit 2 kali dalam sebulan ini hingga bulan Juli 2007 baru menerbitkan 96 edisi. Padahal jika dihitung, dalam kurun waktu 5 tahun 4 bulan atau
tepatnya 64 bulan, tabloid ini seyogyanya sudah diterbitkan sebanyak 128 edisi. Faktor apa yang menyebabkan Dinas Infokom TTU selaku pelaksana tugas penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo tidak dapat menerbitkan 32 edisi lainnya, sementara negara telah menyiapkan anggaran untuk kegiatan dimaksud? Selain itu, salah satu edisi terbitan Biinmaffo yakni edisi ke-96 yang seharusnya sudah diterbitkan pada minggu terakhir bulan April 2007 (antara tanggal 24-30 April 2007), justru molor dan baru diterbitkan pada pertengahan bulan Juni 2007. Nilai informatif apa yang diperoleh publik TTU, kalau berita yang dibaca sudah out of date karena keterlambatan yang begitu kronis? Kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo yang belum maksimal yang tercermin dari fakta-fakta ini, dapat menjadi alasan penghentian kerja penerbitan oleh pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah kabupaten TTU atau malah ’dimatikan’ secara alamiah oleh publik TTU. Mengapa? Karena kerja penerbitan tersebut ternyata hanya menjadi jalan pemborosan APBD tanpa ada sumbangan bagi pencerdasan akhlak dan logika masyarakat TTU. Dengan melihat latar belakang masalah dan fenomena kerja bidang redaksi sebuah media yang berkembang saat ini, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kerja bidang redaksi penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo dan mengangkatnya dalam judul ”Kinerja Manajemen Redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo pada Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Timor Tengah Utara”.
1.2
Perumusan Masalah Untuk terarahnya penelitian dan sekaligus memberikan batasan ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, maka peneliti merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo pada Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Timor Tengah Utara?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo pada Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Timor Tengah Utara. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo pada Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Timor Tengah Utara.
1.4
Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis a.
Mengembangkan studi tentang komunikasi massa khususnya tentang pengelolaan media pemerintah
b. Melengkapi referensi kepustakaan pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unwira Kupang 1.4.2 Kegunaan Praksis
a.
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi peneliti dan khalayak pembaca tentang kinerja manajemen redaksi sebuah media massa terutama media yang dikelola oleh pemerintah.
b. Bagi Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten TTU, sebagai rujukan terhadap kebijakan dan manajemen lembaganya dalam perbaikan sekaligus peningkatan kinerja manajemen redaksi media massa khususnya Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo. 1.5
Kerangka Pikiran, Asumsi dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pikiran Kerangka pikiran adalah penalaran yang menjadi dasar untuk memudahkan peneliti melihat kerja manajemen redaksi penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo. Kerangka pikiran ini menjadi landasan rasional untuk menelaah kinerja manajemen redaksi penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo. Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo diterbitkan untuk mendekati pelayanan informasi dan kebijakan pembangunan kabupaten TTU kepada masyarakat TTU. Itu berarti, pemerintah kabupaten TTU ingin menghadirkan media pembangunan yang mencerahcerdaskan masyarakat TTU melalui media (Tabloid) Dwi Mingguan Biinmaffo. Dinas Informasi dan Komunikasi sebagai instansi pelaksana penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo senantiasa mendapat suplai anggaran rutin sebagai dana operasional penerbitan. Tetapi roda kegiatan penerbitan tersebut tidak berjalan maksimal. Kehadiran Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo juga belum memberikan setidaknya efek pencerahan bagi masyarakat TTU. Ini terlihat dari rendahnya jumlah pembaca (jumlah tiras) Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo belum maksimal. Untuk mengatasi kondisi ini, dibutuhkan sebuah manajemen yang mampu memaksimalkan faktor-faktor pendukung atau penentu agar kerja penerbitan tersebut dapat berhasil baik. Kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo adalah kinerja dari manajemen redaksi yang dilakukan oleh pengelola kerja (bidang redaksi) penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo. Kinerja penerbitan Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo dapat diketahui dari tahapan manajemen redaksi mulai dari penelitian, perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan. Dari uraian ini, maka alur pemikiran dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bagan 1 Bagan Kerangka Pikiran Penelitian
Kinerja Manajemen Redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo
Penelitian Perencanaan Pengorganisasian
Penggerakan
Pendekatan Input
Pendekatan Proses Pengawasan
Pendekatan Output
1.5.2 Asumsi Asumsi penelitian adalah proposisi-proposisi anteseden dan dalam penalaran yang tersirat dalam kerangka pikiran yang dijadikan sebagai pegangan peneliti untuk sampai pada kesimpulan penelitian. Asumsi yang dianut peneliti sebelum penelitian ini yakni kinerja manajemen redaksi media massa adalah pelaksanaan seluruh tahapan kerja manajemen redaksi media massa sehingga mencapai tujuan dari media massa. 1.5.3 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian kualitatif, bukanlah hipotesis yang akan diuji melalui analisis statistik inferensial, melainkan hanya merupakan hipotesis kerja. Hipotesis adalah jawaban sementara atas sebuah permasalahan. Adapun hipotesis yang dibangun peneliti adalah sumber pendukung kerja redaksi, proses kerja redaksi dan pencapaian hasil kerja redaksi merupakan ukuran kinerja manajemen redaksi Tabloid Dwi Mingguan Biinmaffo.