1
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja suatu portofolio harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja portofolio agar tetap optimal. Kondisi pasar yang berubah misalnya akan berpotensi mempengaruhi kinerja portofolio. Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal karena kondisi pasar berubah, maka portofolio perlu diseimbangkan kembali (rebalancing). Evaluasi kinerja portofolio terkait dengan dua isu utama, yaitu: (1) mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga (benchmark), dan (2) mengevaluasi apakah return yang diperoleh sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. (Tandelilin, 2010). Kinerja portofolio dapat dihitung berdasarkan return portofolionya saja. Adanya tukaran (trade-off) antara return dan risiko, pengukuran portofolio berdasarkan return saja mungkin tidak cukup, tetapi harus dipertimbangkan keduanya yaitu return dan risiko. Pengukuran yang melibatkan kedua faktor ini disebut dengan return sesuaian risiko (risk-adjusted return) (Jogiyanto, 2007). Ukuran kinerja portofolio yang bersifat risk-adjusted berarti bahwa pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio, tetapi juga harus memperhatikan besarnya risiko yang harus ditanggung untuk memperoleh besarnya return tersebut. Setiap investor mempunyai persepsi yang
2
berbeda mengenai risiko sehingga ada kendala dalam mengukur kinerja portofolio saham. Investor yang tidak menyukai risiko (risk aversion) mempunyai preferensi yang berbeda mengenai suatu kinerja portofolio dengan seorang investor yang menyukai risiko (risk taker). Preferensi ini akan diterima berbeda oleh investor dalam melihat kinerja portofolio saham, akan tetapi patokan yang pasti adalah apabila portofolio tersebut berada di atas Capital Market Line atau Security Market Line (Jensen, 1968) yang diistilahkan sebagai beat the market. Perkembangan selanjutnya muncul indeks pengukuran kinerja portofolio berdasarkan risk adjusted return yang dikembangkan oleh Sharpe (1965), Treynor (1966) dan Jensen (1968). Indeks Sharpe menekankan pada risiko total (deviasi standar), Indeks Treynor menekankan pada risiko sistematis yang diukur dengan beta, Indeks Jensen menekankan pada perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal (Jogiyanto, 2009). Penjelasan di atas menunjukkan bahwa diantara hasil perhitungan indeks akan memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Korelasi diantara indeks tersebut akan mencerminkan konsistensi diantara indeks dalam memberikan informasi peringkat kinerja suatu portofolio. Konsistensi risk-adjusted performance yang diukur dengan menggunakan indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen tercermin dari signifikansi nilai korelasi ketiga alat ukur pada berbagai kelompok portofolio saham. Indeks yang memiliki nilai korelasi tertinggi pada berbagai kelompok portofolio saham dapat dikatakan sebagai indeks yang
3
memiliki konsistensi lebih baik dibandingkan dengan indeks yang lainnya (Wiksuana dan Purnawati, 2008). Uji konsistensi risk-adjusted performance begitu penting bagi investor mengingat tiap-tiap alat ukur memiliki tujuan dan relevansinya terhadap pemilihan investor dalam mengalokasikan dananya serta mengukur tingkat keberhasilan manajer investasi dalam mengelola dana investor. Hasil uji konsistensi risk-adjusted performance akan memberikan informasi kepada investor mengenai alat ukur yang mampu memberikan informasi yang sama atau konsisten kepada investor mengenai kinerja suatu portofolio, sehingga pengambilan keputusan investasi dapat dilakukan dengan tepat. Penelitian mengenai pengujian konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen sudah pernah dilakukan, baik penelitian dalam maupun luar negeri. Hasil penelitian yang menemukan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan Indeks Jensen memiliki konsistensi diantara ketiga alat ukur tersebut diantaranya Yasmin dan Lawrence (1996) melakukan pengujian terhadap konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen pada reksa dana di Inggris selama periode 1975 sampai dengan 1993. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa korelasi terhadap ketiga indeks Sharpe, indeks Jensen, dan indeks Treynor menunjukkan derajat yang tinggi, artinya bahwa terjadi konsistensi terhadap ketiganya. Konsistensi ketiga alat ukur risk adjusted return tersebut juga ditemukan dalam penelitian Wahyudi (2003) dalam Wiksuana dan Purnawati (2008) menghasilkan simpulan bahwa tidak ada perbedaan kinerja berdasarkan variabel
4
risiko dan return yang diukur dengan indeks Treynor, indeks Sharpe, dan indeks Jensen, baik pada investasi insurancelinked saham maupun reksa dana saham. Hasil penelitian dari Yasmin dan Lawrence (1996) juga didukung oleh hasil penelitian dari Kurniawan dan Purnama (2001), Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri (2002), Yusman Suryawan (2003), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006), Dharani and Natrajam (2008) Thanou (2008) dan Agustin Sulistyorini (2009), Nur Atiqah Abdullah (2009) serta Kuolis et.al (2011) yang menemukan bahwa ketiga alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten. Ketiga alat ukur kinerja tersebut tidak selalu memberikan hasil yang konsisten. Penelitian Wilson dan Jones (1981) terhadap 34 reksa dana di Amerika Serikat menemukan bahwa hubungan antara ketiga alat ukur indeks Sharpe, indeks Jensen, dan indeks Treynor bisa negatif atau positif tergantung pada return pasar yang digunakan sebagai variabel bebas (independent Variabel). Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Debabsish (2007), Wiksuana dan Purnawati (2008) yang menemukan hasil bahwa tidak selalu ketiga alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten. Hasil penelitian terdahulu yang berbeda tersebut ditemukan juga persamaan hasil penelitian oleh Wiksuana dan Purnawati (2008) dan Agustin Sulistyorini (2009) yang menemukan hasil bahwa indeks Treynor merupakan alat ukur yang memiliki konsistensi lebih baik diantara ketiga alat ukur untuk pasar modal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesenjangan penelitian (research gap) yang menyatakan bahwa ada
5
tidaknya konsistensi diantara ketiga alat ukur tersebut, untuk itu menarik untuk dikaji kembali untuk uji konsistensi kembali terhadap alat ukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan tiga alat ukur, dalam penelitian ini akan ditambahkan satu alat ukur yakni M2. Indeks M2 dikembangkan oleh Franco dan Leah Modigliani (1994). Indeks M2 layak untuk digunakan sebab penekanan yang digunakan dalam indeks ini yakni adanya penyesuaian return portofolio dengan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar, sehingga perbandingan antara kinerja portofolio dengan kinerja return pasar akan lebih mudah (Jogiyanto, 2009). Penelitian ini menggunakan empat model penilaian kinerja portofolio saham optimal yakni indeks Sharpe indeks Treynor, indeks Jensen’s dan indeks M2 untuk mengukur kinerja portofolio saham di BEI, untuk itu diangkat judul dalam penelitian ini yakni “Konsistensi Risk Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham Di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat pokok permasalahan dalam penelitian adalah 1) Apakah risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia?
6
2) Apakah risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 memiliki perbedaan hasil yang signifikan dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Untuk mengetahui konsistensi risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham-saham di BEI. 2) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil perhitungan risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham-saham di BEI. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi penelitian khusunya mengenai kinerja portofolio saham yang optimal dengan menggunakan model risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham-saham di BEI.
7
2) Manfaat Empiris Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber referensi bagi calon investor terhadap pertimbangan dalam investasi di pasar modal.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Investasi Investasi dapat diartikan setiap penggunaan dana dengan memperoleh penghasilan (Husnan, 2008:46). Investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Halim, 2005:56). Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga (marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real assets. Aktiva finansial berupa surat-surat berharga yang merupakan ”claim” atas aktiva riil (Joyiganto, 2007:34). Salah satu alternatif investasi di pasar modal adalah saham. Investasi dalam bentuk saham sebagai investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang tergantung dari tujuan pembeliannya. Investasi dalam bentuk saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan berbagai tujuan (Jones, 2000) yaitu (1) untuk mengawasi perusahaan itu, (2) untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode, (3) untuk
9
membentuk suatu dana khusus, (4) untuk menjamin kontinuitas suplai bahan, (5) untuk menjaga hubungan antar anak perusahaan. Investasi di pasar modal akan memberikan berbagai keuntungan bagi pemegang saham yaitu antara lain kemungkinan memperoleh capital gain, memiliki hak prioritas untuk membeli bukti right yang dikeluarkan perusahaan, kemungkinan memperoleh hak atas saham bonus, waktu pemilihan tidak terbatas, dan berakhir pada saat menjual kembali saham, dan memberikan hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah; i. Menentukan kebijakan investasi Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan dilakukan, karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. ii.
Analisis Sekuritas Tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya
10
terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut. iii. Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya. iv. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. v. Evaluasi Kinerja Tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya (Jogiyanto, 2007).
11
2.2 Kinerja Portofolio Perkembangan konsep pengukuran kinerja portofolio terjadi pada akhir tahun 1960-an yang dipelopori oleh Wiliam Sharpe, Trenor, dan Michael Jensen. Konsep ini berdasarkan teori Capital Market. Ketiga ukuran ini dikenal dengan istilah composite (risk-adjusted) measure of portofolio performance karena mengkombinasikan antara return dan risk dalam suatu perhitungan, dalam perkembangannya model pengukuran kinerja portofolio terdiri dari empat model yakni indeks Sharpe (reward to variability) indeks Treynor (reward to volatility) indeks Jensen (Jensen’s alpha) dan M2. Penjelasan keempat ukuran kinerja tersebut adalah sebagai berikut: (Jogiyanto, 2009) 1) Indeks Sharpe (Reward to variability) Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) atau disebut dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1965 sebagai berikut: RVAR =
TRp − R σ
Keterangan: RVAR
= reward to variability atau pengukur Sharpe = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
12
= rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio dalam periode tertentu −
= excess return portofolio
Nilai RVAR menunjukan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR semakin baik kinerja dari portofolionya. 2) Indeks Treynor (Reward to Volatility ) Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi excess return dengan volatilitas (volatility) portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor (Treynor Measure) atau disebut dengan nama reward to volatility (RVOL) yang dikenalkan oleh Jack L. Treynor pada tahun 1966 sebagai berikut. RVOL =
TRp − R β
Keterangan: RVOL
= reward to volatility atau pengukur Treynor = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio periode tertentu
−
= excess return portofolio
13
Nilai RVOL menunjukan kinerja portofolio. Semakin besar nilai RVOL semakin baik kinerja portofolionya. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return lebih portofolio (reward) dengan beta portofolio. Treynor berargumentasi bahwa portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang masing tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang diukur dengan beta. 3) Indeks Jensen (Jensen’s Alpha) Jika diperhatikan pengukur Sharpe (RVAL) dan pengukur Treynor (RVOL) sebenarnya adalah mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar sudut atau slope dari portofolio, semakin baik kinerja portofolionya, selain sudut, kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga oleh intersepnya (intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return portofolionya. Pengukuran intersep ini dikenalkan oleh Micheal C. Jensen pada tahun 1968. Pengukuran ini disebut dengan nama Jensen’s alpha yang dikembangkan dari CAPM. Persamaan CAPM untuk portofolionya adalah sebagai berikut: E(R ) = R
+ β {(E (R ) − R
)}
Karena digunakan untuk mengukur kinerja historis portofolio, maka, nilai ekspektasian di persamaan CAPM dan nilai RBR diganti dengan nilai rata-rata historisnya sebagai berikut: α = TRp − R
+ β (R − R
Atau dapat juga ditulis sebagai berikut:
)
14
α = TRp − R
− β (R − R
)
dan selanjutnya dapat ditulis: α = (TRp − R
) − β (R − R
)
Keterangan: αP
= Jensen’s alpha = rata-rata return portofolio periode tertentu = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu = rata-rata return pasar periode tertentu −
= rata-rata premium risiko portofolio
−
= rata-rata premium risiko pasar
4) Pengukur M2 Pengukur yang lebih mudah untuk membandingkan kinerja portofolio dengan kinerja pasar diusulkan oleh John G. Graham dan Campbel R. Harvey pada tahun 1994 dan selanjutnya lebih dipopulerkan oleh Franco Modigliani dengan cucunya yang bernama Leah Modigliani, sehingga dikenal dengan nama pengukur M2. Nilai M2 adalah sebesar: M = TR∗ − R Untuk menentukan nilai TRP* TR∗ =
TR − R
+R
Keterangan: M2
= Rasio Modigliani dan Modigliani
15
= total return portofolio = nilai risk free = risiko pasar = risiko portofolio ∗
= Total return portofolio yang disesuaikan.
Penelitian mengenai pengukuran kinerja portofolio sudah banyak dilakukan. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Yasmin dan Lawrence (1996) yang berjudul “The Performance of UK Invesment Trust”. Penelitian ini menilai kinerja portofolio reksadana di Inggris. Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yakni Sharpe, Treynor dan Jensen, dengan alat analisis Uji Statistik Durbin Watson. Hasil penelitiannya menemukan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen memiliki korelasi yang tinggi diantara ketiga alat ukur tersebut. Penelitian dari Kurniawan dan Purnama (2001) yang berjudul “Analisis Kinerja Portofolio Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top Gainers)”, dalam penelitian ini menguji konsistensi tiga model yakni indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen, dengan menggunakan alat analisis uji-t. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen konsisten dalam mengukur kinerja portofolio LQ 45. Penelitian lain yang menyimpulkan bahwa terdapat konsistensi diantara model risk adjusted performance adalah penelitian Tuncer et al. (2001) yang berjudul “Evaluation of Portfolio Performance Of Turkish Investment Funds”,
16
penelitian ini menguji empat model yakni indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks Graham dan Harvey. Hasil penelitiannya menemukan bahwa keempat model tersebut menunjukan hasil korelasi positif dan signifikan. Penelitian oleh Fadlul Fitri (2002) yang berjudul “Uji Konsistensi antara Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga alat ukur tersebut memiliki konsistensi dalam mengukur kinerja portofolio saham pada BEJ. Penelitian yang dilakukan oleh Yusman Suryawan (2003) yang berjudul “Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris Saham-Saham LQ 45)”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ketiga alat ukur tersebut memiliki konsistensi. Penelitian oleh Jagric et al., (2006) yang berjudul “Risk-adjusted performance of mutual funds: Some tests”, penelitian ini menguji konsistensi tiga metode yakni metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa penilaian kinerja portofolio selalu menunjukan hasil yang sama dengan metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen. Penelitian dari Ferdian dan Dewi (2006) yang berjudul “The Performance Analysis of Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia”, menguji konsistensi tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa penilaian kinerja portofolio menunjukan hasil yang sama dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
17
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Debabsih
(2007)
yang
berjudul
“Performance Evalution Mutual Funds.”. Penelitian ini menguji tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Sharpe dan Treynor menunjukan hasil pengukuran yang sama sedangkan Jensen menunjukan hasil pengukuran yang berbeda. Penelitian lainnya dilakukan oleh Dharani dan Natrajam (2008) yang berjudul “Equanimity of Risk and Return Relationship between Shariah Index and General Index in India”. Penelitian ini menggunakan tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa metode Sharpe, Treynor dan Jensen tidak berbeda signifikan dan konsisten. Penelitian oleh Thanou (2008) yang berjudul “ Mutual Fund Evaluation During Up and Down Market Conditions: The Case of Greek Equity Mutual Funds”. Penelitian ini menguji tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen dengan metode analisis spearman rank correlation. Hasil penelitian ini menemukan bahwa metode Sharpe, Treynor dan Jensen memiliki korelasi yang tinggi dan tidak berbeda secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Wiksuana dan Purnawati (2009) yang berjudul “Konsistensi Risk-Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham di Pasar Modal Indonesia” penelitian ini menggunakan tiga indeks yakni indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ketiga alat ukur tersebut tidak konsisten dalam mengukur kinerja portofolio saham di pasar modal Indonesia. Konsistensi yang ditemukan diantara
18
indeks Sharpe dengan indeks Treynor, indeks Treynor dengan indeks Jensen, namun antara indeks Sharpe dan indeks Jensen tidak konsisten. Penelitian oleh Agustin Sulistyorini (2009) yang berjudul “Analisis kinerja portofolio saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai dengan 2009)”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara ketiga metode pengukuran tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Atiqah Abdullah dan Nur Adiana Abdullah (2009) yang berjudul “The Performance Of Malaysian Unit Trusts Investing In Domestic Versus International Markets”. Penelitian ini menggunakan tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitiannya menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga alat ukur tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kuolis et al. (2011) yang berjudul “An Assessment of the Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and Market Timing”. Penelitian ini menguji dua metode yakni metode Sharpe dan Treynor. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kedua metode tersebut memiliki peringkat yang sama dalam menilai kinerja portofolio. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut terdapat dua hasil penelitian yang bertolak belakang yakni, penelitian yang menyimpulkan bahwa diantara model risk adjusted return memiliki konsistensi, adapun penelitian yang mendukung hasil penelitian ini yakni penelitian oleh Yasmin dan Lawrence (1996), Kurniawan dan Purnama (2001), Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri (2002), Yusman Suryawan (2003), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006), Dharani dan
19
Natrajam (2008) Thanou (2008), Agustin Sulistyorini (2009), Nur Atiqah Abdullah dan Nur Adiana Hiau Abdullah (2009) dan Kuolis et. al (2011), sedangkan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa tidak adanya konsistensi diantara model risk adjusted performance
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debabsish (2007) dan Wiksuana dan Purnawati (2008).
Secara garis besar
penelitian-penelitian terdahulu dirangkum pada lampiran 1. 2.3 Return dan Risiko Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi (expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Fauzi,2004). Jorion (2000), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara keseluruhan nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998) mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan (expected return), sedangkan menurut Jones (1996) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang akan diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Bringham dan Gapenski (1999), berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Teori portofolio menyatakan bahwa risiko sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan, maka muncul konsep ukuran penyebaran yang
20
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang akan kita peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini dinyatakan dalam standar deviasi atau variance (bentuk kuadrat dari standar deviasi) yang merupakan ukuran untuk risiko total. 2.4 Teori Portofolio Teori Portofolio modern diperkenalkan oleh Markowitz (1952) yang menggunakan pengukuran statistik dasar untuk menerangkan portofolio, yaitu expected return, standar deviasi sekuritas atau portofolio dan korelasi antar return. Markowitz menyatakan bahwa secara umum risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio dengan syarat return-return sekuritas tidak berkorelasi positif sempurna. Manajemen portofolio mengenal adanya konsep pengurangan risiko, sebagai akibat penambahan sekuritas ke dalam portofolio. Konsep tersebut menyatakan bahwa jika dilakukan penambahan secara terus-menerus jenis sekuritas ke dalam portofolio, maka manfaat pengurangan risiko akan semakin besar sampai pada titik tertentu dimana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang. Semakin banyak jumlah yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Menurut Tandelilin (2001), konsep pengurangan risiko tersebut sejalan dengan law of large number dalam statistik, yang menyatakan semakin besar ukuran sampel, semakin besar kemungkinan rata-rata sampel mendekati nilai yang diharapkan dari populasi. Manfaat pengurangan risiko dalam portofolio akan mencapai titik puncaknya pada saat portofolio asset terdiri dari jumlah tertentu, dan setelah itu
21
manfaat pengurangan risiko tidak terasa lagi. Risiko portofolio dihitung dari kontribusi risiko asset terhadap risiko portofolio, dengan demikian untuk menurunkan risiko perlu dilakukan diversifikasi. Menurut Husnan (2001), risiko dalam investasi saham dibagi dua, yaitu risiko tidak sistematis (unsystematic risk) dan risiko sistematis (systematic risk). Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor mikro yang terdapat pada perusahaan atau industri tertentu seperti perubahan struktur permodalan, perubahan struktur aktiva, kondisi lingkungan kerja, penurunan tingkat penjualan dan lain-lain, sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut, dan risiko inilah yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio, sedangkan risiko sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor makro yang mempengaruhi semua perusahaan dan industri seperti perubahan tingkat suku bunga, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, resesi ekonomi dan lain-lain. Risiko ini disebut juga inherent risk atau market risk, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio. Risiko sistematis diukur dengan koefisien beta, yang mengukur tingkat kepekaan terhadap perubahan pasar. Kedua jenis risiko tersebut, jika digambarkan akan menjadi risiko total, dapat dilihat pada Gambar 2.1.
22
Gambar 2.1 Risiko Total, Risiko Tidak Sistematis, dan Risiko Sistematis Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah saham dalam portofolio, maka semakin kecil unsystematic risk, oleh karena unsystematic risk dapat dihilangkan dengan cara di diversifikasi, maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio. Sehingga yang relevan bagi investor adalah risiko dasar (systematic risk) yang diukur dengan beta (β). Menurut Solnik (1995), risiko dapat dikurangi secara substansial melalui diversifikasi dalam saham domestik. Studinya memberikan suatu analisis tentang jumlah saham optimal yang dibutuhkan untuk mencapai diversifikasi yang pantas dan efektif dengan biaya rendah. Fabozzi (1999) mengartikan diversifikasi portofolio sebagai pembentukan portofolio sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi risiko portofolio tanpa mengorbankan pengembalian yang dihasilkan. Para investor yang mengkhususkan diri dalam satu kelompok aktiva misalnya saham, juga menganggap perlu dilakukan diversifikasi portofolio. Diversifikasi portofolio dalam hal ini adalah seluruh dana yang ada seharusnya tidak
23
diinvestasikan ke dalam bentuk satu saham perusahaan saja, tapi portofolio harus terdiri dari saham banyak perusahaan. Solnik (1995) juga mengatakan bahwa risiko total dari portofolio tidak hanya bergantung jumlah saham yang terdapat dalam portofolio, tetapi juga pada risiko dari tiap-tiap saham individu dan tingkat dimana risiko itu independen. Solnik kembali menyebutkan bahwa saham domestik cenderung naik atau turun bersamasama karena dipengaruhi oleh kondisi domestik, seperti pengumuman tentang suplai uang, pergerakan suku bunga, defisit anggaran dan pertumbuhan nasional. Jones (1996) mengemukakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi. Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa beta merupakan pengukur volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, sehingga beta merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar. Jones (1996) mengemukakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi, sedangkan Jogiyanto (2009) mengemukakan bahwa beta merupakan pengukur volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, sehingga beta merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar.
24
2.5 Penentuan Portofolio Investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham yang efisien, yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Menghindari atau memperkecil risiko, investor perlu melakukan strategi diversifikasi atas investasinya dengan membentuk portofolio yang terdiri atas beberapa saham yang dinilai efisien. Menurut Sharpe, Alexender dan Bailey (1995), portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa investor dapat memilih kombinasi dari aktiva-aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n-aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Lebih lanjut Jogiyanto menyatakan bahwa semua titik di attainable set menyediakan semua kemungkinan portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor. Investor yang rasional tidak akan memilih portofolio yang tidak efisien. Rasional investor hanya tertarik dengan portofolio yang efisien. Kumpulan (set) dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier. Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih
25
rendah. Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien (Tandelilin, 2001). Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan return, dengan memilih sekuritas yang berisiko. Portofolio-portofolio efisen berada di efficient set. Portofolio-portofolio efisien merupakan portofolio-portofolio yang baik, tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio yang terbaik, yaitu portofolio optimal. Portofolio optimal berada di portofolio-portofolio efisien. Suatu portofolio optimal juga sekaligus merupakan suatu portofolio efisien, tetapi suatu portofolio efisien belum tentu portofolio optimal. Portofolio efisien hanya mempunyai satu faktor yang baik, yaitu faktor return ekspektasinya atau faktor risikonya, belum tentu terbaik keduanya. Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return ekspektasi dan risiko terbaik (Jogiyanto, 2009). Penelitian mengenai kinerja portofolio pasar dan kinerja portofolio saham banyak dilakukan dengan hasil yang berbeda. Terdapat dua pandangan dari penelitian-penelitian sebelumnya, dasar teori yang mengasumsikan bahwa pasar efisien menyimpulkan bahwa kinerja portofolio saham diatas kinerja portofolio pasar, sedangkan dasar teori yang mengasumsikan bahwa pasar dinamis menyimpulkan sebaliknya (Ippolito, 1989). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Malkiel (1996) dan Amalia (1999) berpendapat bahwa kinerja portofolio saham tidak selalu lebih baik dari kinerja portofolio pasar. Fransiscus (2002) melakukan penelitian yang berpendapat bahwa
26
kinerja portofolio reksadana saham tidak selalu lebih baik dari kinerja portofolio pasarnya, ada pula yang sebaliknya berpendapat bahwa kinerja portofolio saham yang dibentuk dapat lebih baik dari kinerja portofolio pasar, hasil penelitian yang dilakukan oleh Grinblatt (1993), Modigliani (1997), Nuki (1998) dan Darmawan (1998) berpendapat bahwa kinerja portofolio reksadana saham selalu lebih baik dari kinerja portofolio pasarnya. Penelitian yang dilakukan Yaacob, Mohamad Hasimi dan Noor Azuddin Yakob (2002) menyatakan bahwa kinerja portofolio optimal mempunyai kinerja yang lebih baik dari kinerja portofolio pembandingnya. Penelitian tersebut masih membawa pendapat pro dan kontra. Kondisi ini menarik untuk dilakukan kajian lebih lanjut untuk menegaskan kondisi tersebut.
27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio optimal yang berarti keuntungan diperoleh dengan diversifikasi pada berbagai investasi, dengan jumlah sekuritas tertentu yang memiliki return yang cukup tinggi. Portofolio optimal dicapai dengan melakukan simulasi pada beberapa sekuritas yang dinilai efisien dengan menggunakan prosedur perhitungan tertentu (Tandelilin, 2010). Membentuk sebuah maupun beberapa portofolio memerlukan saham-saham pilihan yang akan dikombinasikan ke dalam portofolio tersebut Adapun jumlah saham yang dipilih untuk membentuk portofolio sangat bervariasi, hal itu tergantung dari preferensi investor terhadap saham itu sendiri. Satu proposisi yang sudah diterima umum dalam teori portofolio adalah apabila terdapat ketidaksempurnaan korelasi antara return untuk sekuritas yang berbeda, maka risiko portofolio dari kelompok sekuritas tersebut dapat dikurangi. (Markowitz, 1959, Gruber, 1976 dan Solnik. 1974 dalam Sulistyorini, 2009). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penting dalam diversifikasi portofolio adalah korelasi yang rendah antar return sekuritas. Makin rendah korelasi antar return makin besar pula potensi manfaat dari diversifikasi tersebut.
28
Bermanfaat atau tidaknya diversifikasi tersebut sangat tergantung kategorisitas pasar modal tersebut apakah berada di negara maju atau negara sedang berkembang. Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini terdiri dari banyak perusahaan yang masuk menjadi emiten, sehingga memudahkan investor untuk berinvestasi karena banyaknya pilihan untuk menginvestasikan dananya. Salah satu pilihan terbaik untuk berinvestasi saham, masalahnya adalah menentukan portofolio saham yang menghasilkan return yang tinggi dengan risiko yang rendah berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitungkan faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil bagi seorang investor. Terdapat berbagai model yang digunakan untuk menguji kinerja portofolio salah satunya melalui pendekatan risk adjusted performance yang terdiri dari indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen’s dan indeks M2 menunjukkan hasil yang sama atau berbeda. Konsistensi hasil perhitungan diantara alat ukur risk adjusted performance dalam menilai kinerja portofolio sangat penting bagi investor untuk memberikan kepastian dalam melakukan evaluasi untuk pencapaian return dan risk yang diharapkan investor. 3.2 Kerangka Konseptual Berdasarkan beberapa konsep dasar dan telaah pustaka maka kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1:
29
Sampel Penelitian
Portofolio Tipe 1 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 2 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 3 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 4 Periode 1 Bulan
Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
Nilai Indeks Sharpe Portofolio Periode 1 Bulan
Nilai Indeks Treynor Portofolio Periode 1 Bulan
Nilai Indeks Jensen Portofolio Periode 1 Bulan
Nilai Indeks M2 Portofolio Periode 1 Bulan
Uji Statistik Pearson Product Moment
Uji Beda Kruskal-Wallish
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual “Konsistensi Risk Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham Di Bursa Efek Indonesia” Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan menguji konsistensi risk adjusted performance sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia. Sampel saham penelitian ini akan dibagi ke dalam empat tipe portofolio. Model Indeks Tunggal akan digunakan untuk menghitung portofolio optimal dari ketiga tipe portofolio tersebut.
30
Portofolio optimal pada keempat tipe portofolio saham tersebut kemudian di evaluasi dengan empat indeks yang digunakan dalam penelitian ini yakni indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M 2. Periode penentuan dan evaluasi portofolio optimal dalam penelitian ini dilakukan setiap 1 bulan selama periode bulan Januari 2009-Desember 2010. Perhitungan masing-masing indeks tersebut akan diperoleh nilai indeks portofolio periode 1 bulan dari ke empat tipe portofolio optimal tersebut. Tingkat konsistensi diantara indeks portofolio saham tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji statistik dengan pearson product moment terhadap nilai indeks portofolio periode 1 bulan dari ke empat tipe portofolio optimal. Apabila tingkat korelasi diantara ke empat indeks tersebut tinggi dan signifikansi dibawah 5% maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi konsistensi diantara ke empat indeks. Apabila korelasi rendah dan signifikansi diatas 5%, maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi inkonsistensi diantara ke empat indeks dalam penelitian ini. Pengujian korelasi empat model indeks melalui uji statistik dengan pearson product moment juga akan memberikan informasi tentang kuat lemahnya hubungan antar ke empat indeks melalui pengujian empat tipe portofolio yang berbeda. Model indeks yang memiliki korelasi yang kuat diantara indeks lainnya dapat dinyatakan sebagai model indeks yang memiliki konsistensi lebih baik diantara model indeks lainnya. Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji beda dengan menggunakan uji Kruskal Wallish. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
31
perbedaan yang signifikan antara ke empat indeks. Jika probabilitas pengujian ≥ 0,05 maka ke empat metode pengukuran kinerja portofolio adalah tidak berbeda atau sama dan sebaliknya jika probabilitas pengujian < 0,05 maka keempat metode pengukuran kinerja portofolio adalah memiliki perbedaan yang bermakna. 3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian landasan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian yang diajukan untuk rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bahwa terdapat korelasi atau konsistensi diantara risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia. 2) Bahwa
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
diantara
risk-adjusted
performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia.
32
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah komparatif yakni menguji perbandingan korelasi diantara alat ukur risk adjusted performance yang terdiri indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2. Jika tingkat hubungan tinggi dan signifikan diantara alat ukur risk adjusted performance, kemungkinan sifat hubungan antara alat ukur ini kuat serta memiliki persamaan dalam mengevaluasi kinerja portofolio saham. Ruang lingkup penelitian ini pada saham-saham yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 sampai dengan 2010. Untuk dapat membandingkan korelasi alat ukur risk adjusted performance dalam penelitian ini akan ditentukan periode waktu evaluasi portofolio tiap 1 bulan. Dasar pertimbangannya bahwa apabila evaluasi kinerja portofolio saham dilakukan dalam tiap bulan akan memudahkan investor dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja portofolio sehingga mampu dilakukan evaluasi dan perbaikan strategi portofolio. 4.2 Variabel Penelitian 4.2.1
Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Expected Return Portofolio
33
2) Risiko Pasar portofolio (βP). 3) Risiko Total Portofolio (σP). 4) Risk Adjusted Performance 5) Konsistensi Risk Adjusted Performance. 4.2.2
Definisi Operasional Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Expected return portofolio merupakan hasil perhitungan dari rata-rata tertimbang dari return harapan dari masing-masing saham (R ) yang ada dalam portofolio dengan persentase nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap saham individual dalam portofolio yang dilambangkan dengan W periode tahun 2009-2010 di Bursa Efek Indonesia. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan akan berjumlah 100% atau 1.0. Rumus yang digunakan dalam menghitung expected return portofolio adalah sebagai berikut: E(Rp) = ∑
. (Ri)
2) Risiko Pasar Portofolio (βP) merupakan hasil perkalian antara proporsi atas tiap-tiap saham (Wi) dengan risiko pasar masing-masing saham (βi) yang ada dalam portofolio periode tahun 2009-2010 di Bursa Efek Indonesia. Rumus yang digunakan untuk menghitung risiko pasar adalah sebagai berikut:
34
=
.
3) Risiko Total Portofolio (σP) merupakan tingkat penyimpangan return yang diperoleh dari tingkat return rata-rata saham di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010. Rumus yang digunakan dalam menghitung risiko total adalah sebagai berikut: = 4) Risk Adjusted Performance merupakan ukuran kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010 yang telah memasukan faktor return dan risiko dalam perhitungganya. Ukuran kinerja portofolio yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Indeks
Sharpe
portofolio
saham
merupakan
rata-rata
kumulatif indeks Sharpe portofolio saham yang dibentuk untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2009-2010.
Rumus
yang
digunanakan
untuk
menghitung indeks Sharpe adalah sebagai berikut: SP=
RP -Rf σP
b. Indeks Treynor portofolio saham merupakan rata-rata kumulatif indeks Treynor portofolio saham yang dibentuk untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama
35
tahun 2009-2010. rumus yang digunakan untuk menghitung indeks Treynor adalah sebagai berikut: TP = c. Indeks
Jensen
portofolio
RP -Rf βP saham
merupakan
rata-rata
kumulatif indeks Jensen portofolio saham yang dibentuk untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2010. Rumus yang digunakan dalam menghitung indeks Jensen adalah sebagai berikut: JP=RP- RP +(Rm -RF )βP d. Indeks M2 portofolio saham merupakan rata-rata kumulatif indeks M2 portofolio saham yang dibentuk untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2010. Rumus yang digunakan dalam menghitung indeks M2 adalah sebagai berikut: TR*P =(RP- Rf ).
σM + Rm σP
2
MP =TR*P -Rm 5) Konsistensi Risk Adjusted Performance merupakan hubungan korelasi yang signifikan diantara indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen, dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010. Rumus
36
yang digunakan dalam mengukur korelasi antar indeks risk adjusted performance adalah sebagai berikut: ∑
a. Konsistensi antara indeks Sharpe dan Treynor: r = ∑
b. Konsistensi antara indeks Sharpe dan Jensen: r =
∑
∑
c. Konsistensi antara indeks Sharpe dan M2:rsm =
∑
d. Konsistensi antara indeks Treynor dan Jensen: r = e. Konsistensi antara indeks Treynor dan M2: r f. Konsistensi antara indeks Jense dan M2: r
=
∑
=
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
4.3 Prosedur Pengumpulan Data 4.3.1
Jenis Data Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau merupakan data keuangan yang telah dipublikasikan. Data yang yang dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri atas : 1) Data harga saham harian di BEI selama Januari 2008-Desember 2010. 2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian bulan Januari 2008Desember 2010.
37
3) Tingkat Suku Bunga dari laporan dari SBI Bank Indonesia sebagai indikator risk free periode tahun 2009-2010. 4.3.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. Perusahaan yang termasuk dalam populasi adalah perusahaan memiliki data harga saham harian selama periode penelitian. Perusahaan yang masuk dalam populasi merupakan perusahaan aktif diperdagangkan sehingga untuk perusahaan yang memiliki saham tidur akan dikeluarkan dari populasi. Dibawah ini akan dijelaskan metode pengambilan sampel: Tabel 4.1 Penentuan Jumlah Populasi Penelitian Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 dan 2010 serta memiliki harga saham harian selama periode penelitian Jumlah perusahaan yang mengalami pergerakan saham tidur selama periode penelitian Jumlah Populasi
425
120 305
Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2011 Penelitian ini tidak akan meneliti seluruh populasi, namun akan mengambil sejumlah perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian berdasarkan metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria (purposive sampling) sebagai berikut: 1) Saham-saham populasi dikelompokkan ke dalam unit sampel primer berdasarkan tingkat return yakni saham-saham yang memiliki return di atas return rata-rata.
38
2) Menentukan unit sampel sekunder berdasarkan koefisien korelasi antar return saham yakni saham-saham yang memiliki korelasi antar return saham rendah. 3) Memilih saham-saham yang dijadikan sampel untuk dimasukkan ke dalam portofolio yang mempresentasikan 20, 15, 10 dan 8 saham dengan return tinggi dan korelasi rendah. Berdasarkan
kriteria,
maka
sampel penelitian dapat ditentukan
(terlampir). Penentuan jumlah sampel didasarkan atas rekomendasi beberapa bukti empiris tentang jumlah saham minimal dalam portofolio. Pratomo dan Nugraha (2006) mengemukakan bahwa manajer investasi di Indonesia umumnya memiliki paling tidak delapan saham perusahaan di dalam portofolio reksa dana saham yang dikelolanya. Moskowitz dan Grinblatt (1999) dalam kajiannya menemukan bahwa risiko tidak sistematis akan relatif lebih kecil setelah sepuluh saham dimasukkan ke dalam portofolio dan manfaat diversifikasi yang lebih baik dapat dicapai dengan memasukkan saham-saham dari beragam industri ke dalam portofolio. Penelitian Tandelilin di pasar modal Indonesia menghasilkan rekomendasi bahwa untuk meminimalkan risiko portofolio sedikitnya diperlukan lima belas saham, sedangkan French (1989), Sharpe dan Alexander (1990), Brealy dan Myers (1991) dalam Tandelilin (2001) merekomendasikan untuk memasukkan minimal dua puluh saham ke dalam portofolio.
39
4.3.3
Metode Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan adalah data sekunder, time series dan cross section dan dilakukan dengan observasi atau pengamatan dari saham-saham Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data mengenai data harga saham harian dan IHSG diperoleh dari website www.yahoofinanceindonesia.com. Sumber data mengenai tingkat suku bunga SBI diperoleh melalui website www.bi.co.id.
4.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, yang digunakan untuk menganalisis ukuran kinerja portofolio yang terdiri dari saham-saham. Langkah-langkah dalam menganalisis data untuk mengukur kinerja portofolio tersebut adalah sebagai berikut: 4.4.1 Pembentukan Portofolio Optimal. Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini akan menggunakan model indeks tunggal. Tahapan-tahapan perhitungan dalam model indeks tunggal adalah sebagai berikut: 1) Menghitung return masing-masing saham (Ri) selama periode bulan Januari 2009-Desember 2010. Return saham (Ri) merupakan selisih harga saham sekarang (Pit) dengan harga saham periode yang lalu (Pit-1) dibagi dengan harga saham periode yang lalu (Pit-1). Dengan demikian return saham dapat juga dinyakan sebagai berikut:
40
=
−
… … … … … … … … … … … (1)
2) Menghitung return pasar (Rm) dengan menggunakan proksi IHSG selama periode bulan Januari 2009-Desember 2010. Return market (Rm) merupakan selisih Indeks Harga Saham Gabungan sekarang (
) dengan Indeks Harga Saham Gabungan
periode yang lalu (
) dibagi dengan harga Indeks Harga Saham
Gabungan yang lalu (
). Secara matematis, tingkat keuntungan
pasar adalah sebagai berikut: −
= 3) Menghitung
return
harapan
… … … … … … … … … … (2) (expected
return)
masing-masing
saham/E(Ri). Expected return saham merupakan hasil perhitungan return ratarata saham (R ). Perhitungan dilakukan dengan cara arithmetic mean yakni menghitung jumlah return masing-masing saham (∑
) selama
periode tertentu (n), dalam penelitian ini menggunakan periode satu bulanan selama tahun 2009-2010. Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut: (
)=
∑
… … … … … … … … … … … … … … … … … … (3)
41
4) Menghitung beta masing-masing saham (βi). Beta Saham (βi) merupakan risiko pasar atau risiko sistematik yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut: =
∑
( − ∑ (
) (
− )
−
)
… … … … … … … … … . . (4)
5) Menghitung alpha masing-masing saham (α i) Alpha saham (αi) merupakan selisih antara return harapan saham dengan hasil perkalian beta saham dan return pasar. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: = ( )−( .
) … … … … … … … … … … … … … … … … . (5)
6) Menghitung kesalahan residual masing-masing saham (ei) Kesalahan residu saham (ei) dihitung dengan persamaan sebagai berikut: = ( )−
− ( ×
) … … … … … … … … … … … … . … … . . (6)
7) Menghitung variance pasar (σ2m) =
∑
(
)
…………………………………. (7)
8) Menghitung variance kesalahan residu (σ2ei) =
−
.
………………………………………….. (8)
9) Menghitung Excess Return to Beta (ERB) =
(
)−
… … … … … … … … … … … … … … … … … . . ( 9)
42
10) Menghitung Cut of Rate (C*) n 2
m
Ai i =1
CI =
_________________________
.................................................... (10)
n 1 + 2m
Bi
i =1
Dimana : (Ri - Rf) i __________________ Ai = ............................................................... (11) 2 ei
Bi =
i2 _______
.............................................................................. (12)
2
ei Setelah nilai Cut of Rate masing-masing saham diketahui, kemudian dibandingkan dengan Excess Return to Beta saham bersangkutan untuk menentukan kandidat portofolio optimal dengan ketentuan nilai Excess Return to Beta > nilai Cut of Rate. Nilai Cut of Rate terbesar disebut Cut of Point (C*), kemudian nilai Cut of Point dibandingkan dengan nilai Excess Return to Beta masing-masing saham untuk menentukan portofolio optimal dengan ketentuan Excess Return to Beta > Cut of Point. Saham dengan nilai Excess Return to Beta < Cut of Point tidak dimasukkan dalam portofolio optimal.
43
11) Menghitung proporsi alokasi dana masing-masing saham (Wi). Bobot masing-masing saham (Wi) merupakan persentase atau proporsi alokasi investasi pada masing-masing saham terpilih. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: =
∑
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (13)
Dimana: −
=
∗
−
… … … … … … … … … … … … … … (14)
12) Menghitung expected return portofolio/E(Rp) Expected return portofolio merupakan hasil perhitungan dari ratarata tertimbang dari return harapan dari masing-masing saham (R ) yang ada dalam portofolio
dengan persentase
nilai portofolio
yang
diinvestasikan dalam setiap saham individual dalam portofolio yang dilambangkan dengan W. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah 100% atau 1,0. Rumus untuk menghitung return harapan portofolio adalah sebagai beirkut: . (Ri) … … … … … … … … … … … … … … . . (15)
E(Rp) =
13) Menghitung variance portofolio (σ2P) =
.
+
.
… … … … … … … … … … … … … . . (16)
44
14) Menghitung standar deviasi protofolio (σP) Standar deviasi portofolio (σP) dihitung dengan akar kuadrat varians. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut: =
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (17)
Penetuan portofolio optimal menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows dan Microsoft Excel dengan cepat dapat diperoleh nilai alpha saham i (i), beta saham i (i), deviasi standar saham i (i) dan kesalahan residu saham i (ei ). 4.4.2
Pengukuran Kinerja Portofolio Saham. Pengukuran kinerja portofolio saham dalam penelitian ini akan menggunakan pengukuran Risk Adjusted Performance dengan empat indeks yakni indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M 2. Secara sistematis keempat indeks dirumuskan sebagai berikut: 1) Indeks Sharpe portofolio (S ) saham dihitung dengan perbandingan excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko total portofolio (σ ). Secara sistematis rumus indeks Sharpe portofolio sebagai berikut: SP=
RP -Rf ………………………………………..(18) σP
Keterangan: SP = Indeks Sharpe portofolio saham periode 1 bulan RP = rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan
45
Rf = rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan σP = standar deviasi return portofolio saham 1 bulan 2) Indeks Treynor portofolio saham dihitung dengan perbandingan excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko sistematis portofolio (β ). Secara sistematis rumus indeks Treynor portofolio sebagai berikut: T P=
RP -Rf βP
………………………………………..(19)
Keterangan: TP = Indeks Treynor portofolio saham periode 1 bulan RP = rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan Rf = rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan βP= standar deviasi return portofolio saham 1 bulan 3) Indeks Jensen portofolio saham dihitung berdasarkan selisih return rata-rata portofolio dengan pasar garis sekuritas. Secara sistematis akan dirumuskan sebagai berikut: JP =RP - RP +(Rm -RF )βP …………………………(20) Keterangan: TP = Indeks Jensen portofolio saham periode 1 bulan RP = rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan Rm = rata-rata return pasar periode 1 bulan
46
Rf = rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan βP = standar deviasi return portofolio saham 1 bulan 4) Indeks M2 portofolio saham merupakan rata-rata kumulatif indeks M2 portofolio saham yang dibentuk untuk periode 1 bulan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2010. 2
MP =TR*P -Rm ………………………………………(21) TR*P =(RP - Rf).
σM + Rm …………………………(22) σP
Keterangan: MP = Indeks M2 portofolio saham periode 1 bulan RP = rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan Rm = rata-rata return pasar periode 1 bulan Rf = rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan TR*P = Total return portofolio saham disesuaikan 1 bulan 4.4.3
Menguji Konsistensi Alat Ukur Keempat Model Indeks. Menguji konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen sebagai pengukur kinerja portofolio saham menggunakan statistik uji korelasi Pearson Product Moment, dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut: Formulasi pengujian hipotesis sebagai berikut. 1) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks Treynor H0 : ρab = 0
47
Ha : ρab ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρab ≠ 0 dan Sig < 0,05. 2) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks Jensen H0 : ρac = 0 Ha : ρac ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρac ≠ 0 dan Sig < 0,05. 3) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks M2 H0 : ρad = 0 Ha : ρad ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρad ≠ 0 dan Sig < 0,05. 4) Konsistensi indeks Treynor dengan indeks Jensen H0 : ρbc = 0 Ha : ρbc ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρbc ≠ 0 dan Sig < 0,05. 5) Konsistensi indeks Treynor dengan indeks M2 H0 : ρbd = 0 Ha : ρbd ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρbd ≠ 0 dan Sig < 0,05. 6) Konsistensi indeks Jensen dengan indeks M2 H0 : ρcd = 0 Ha : ρcd ≠ 0 Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρcd ≠ 0 dan Sig < 0,05.
48
Keterangan: ρab = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks Treynor portofolio saham. ρac = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks Jensen portofolio saham. ρad = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks M 2 portofolio saham. ρbc = korelasi antara indeks Treynor dengan indeks Jensen portofolio saham. ρbd = korelasi antara indeks Treynor dengan indeks M2 portofolio saham. ρcd = korelasi antara indeks Jensen dengan indeks M2 portofolio saham. 4.4.4
Menguji Perbedaan Hasil Perhitungan Alat Ukur Keempat Model Mengingat ukuran kinerja untuk masing-masing metode memiliki karakteristik yang berbeda, dalam hal ini masing-masing metode tidak memiliki batas maksimal kinerja yang sama, maka perlu dilakukan transformasi untuk menstandarkan ukuran kinerja tersebut yaitu dengan menggunakan transformasi Zscore (standardized). Z-score adalah cara mengkonversikan nilai data ke dalam skor standardized yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasinya sama dengan satu. Setelah semua data dalam bentuk Z-score maka data tersebut dapat dilakukan uji beda dengan menggunakan One Way of Variance by Rank atau dengan Kruskal-Wallish menggunakan uji non-parametric karena dalam penelitian ini telah distandarisasi dengan transformasi Z-score akan lebih tepat menggunakan uji non-parametric (Sugiyono, 2008). Rumus yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
49
=
12 ( + 1)
− 3( + 1)
Dimana: KW
= nilai uji Kruskal Wallish
N
= jumlah seluruh data
nj
= jumlah data perlakuan j
Rj
= mean rank perlakuan j
Ada atau tidaknya perbedaan dalam pengujian akan ditunjukkan dengan hasil probabilitas pengujian. Keputusan pengujian: 1) Jika probabilitas pengujian ≥ 0,05 maka ke empat metode pengukuran kinerja portofolio adalah tidak berbeda atau sama 2) Jika probabilitas pengujian < 0,05 maka ke empat metode pengukuran kinerja portofolio adalah memiliki perbedaan yang bermakna. Harapan dari hasil pengujian adalah tidak adanya perbedaan antara yang diharapkan dari hasil pengujian adalah tidak adanya perbedaan antara ke empat metode. 4.4.5
Menghitung Tingkat Diversifikasi Masing-masing Portofolio Tingkat diversifikasi suatu portofolio dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi antara return portofolio dengan return pasar. Hasil regresi tersebut akan didapatkan besarnya nilai kuadrat dari koefisien korelasi yang sering disebut dengan koefisien determinasi (R2). Nilai R2 dapat digunakan untuk menunjukkan
50
tingkat diversifikasi dari suatu portofolio karena R2 menunjukkan persentase dari varian return portofolio (variabel independen). Semakin terdiversifikasi suatu portofolio maka nilai R2 portofolio tersebut akan semakin mendekati 1,0. Nilai R2 sebesar 1,0 menunjukkan bahwa return portofolio tersebut sepenuhnya dapat dijelaskan oleh return pasar. Suatu portofolio dianggap telah terdiversifikasi dengan baik, berarti return portofolio tersebut hampir semuanya dipengaruhi oleh return pasar. Portofolio tersebut tentu saja lebih tepat menggunakan indeks Treynor atau indeks Jensen, namun jika return suatu portofolio hanya sebagian kecil yang dipengaruhi return pasar, lebih tepat menggunakan indeks Sharpe atau indeks M2.
51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Indonesia 5.1.1.1 Perkembangan Pasar Modal Indonesia Bursa Efek terus berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, keadaan pun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu bertambahnya perusahaan yang go public adalah wujud dari kemajuan bursa efek. Perkembangan bursa efek yang terjadi kini adalah berkat perjuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), perusahaan
yang memasyarakatkan sahamnya, Pemerintah,
lembaga penunjang dan masyarakat yang turut meramaikan perdagangan saham dan turut berpartisipasi menginvestasikan kelebihan dananya. Dibandingkan dengan situasi bursa efek pada sekitar 10 tahun yang lalu, keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi cukup pesat dan diluar dugaan, tetapi bukan berarti bursa efek berjalan terus dengan mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi yang mewarnai pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial, politik atau ekonomi bangsa sedang terganggu dan tidak stabil, tentu saja kondisi bursa efek amat terpengaruh. Bangsa Indonesia sedang membangun, jelas bahwa berbagai tantangan untuk membenahi kondisi masyarakat akan turut membawa dampak terhadap pasar uang. Dahulu situasi intern di bursa-bursa di Indonesia dinilai masih sangat
52
lemah, kapitalisasi bursa-bursa di Indoensia termasuk kecil karena terbatasnya mobilisasi dana domestik yang dilakukan manajer investasi, jika diukur dari perbandingannya dengan bursa-bursa lain di kawasan Asia Pasifik. Kondisi demikian terjadi akibat sistem kerja yang kurang mendukung, juga tujuan yang belum jelas terlebih dukungan publik sendiri yang kelihatan masih setengahsetengah akibat informasi yang tidak akurat dan pengetahuan tentang bursa efek belum memasyarakat. Semua itu akhirnya terus dibenahi sehingga terciptalah bursa efek dengan perkembangan yang pesat. Di masa perjalanan pesatnya pasar saham, terkadang diwarnai oleh keadaan bullish dan bearish. Kondisi bursa disebut bullish yaitu indeks harga saham naik terus dalam jangka waktu tertentu, dan ini dapat timbul seiring dengan situasi perekonomian yang sehat, pendapatan meningkat, industri dan perdagangan tumbuh dengan baik, sedangkan kondisi bursa disebut bearish jika indeks harga saham terus menerus mengalami penurunan. Semua ini juga akibat dari situasi perekonomian yang lesu dan kebijakan moneter yang mengakibatkan adanya krisis moneter, peredaran uang menjadi tersendat-sendat. Pada tahun 2010, menurut laporan tahunan Badan Pengawas Pasar Modal (2010) menyatakan bahwa BEI menoreh pretasi sebagai bursa efek terbaik di kawasan Asia Tenggara dan merupakan salah satu bursa efek terbaik yang kedua di wilayah Asia Pasifik setelah Bursa Efek China yang diwakili oleh Bursa Shenzen dan Shanghai. Tabel berikut ini akan menampilkan perkembangan pasar modal di Indonesia periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010.
53
Tabel 5.1 Kinerja BEI Tahun 2009-2010 Keterangan IHSG Kapitalisasi Pasar Kapitalisasi Terhadap PDB Nilai rata-rata transaksi harian Frekuensi transaksi Volume transaksi Sumber: Bappepam-LK (2011)
Akhir Tahun 2010 Rp. 3.531.21 Rp. 2.019 triliun Rp. 6.422 triliun Rp. 7.083 triliun 117 kali 5.5 miliar
Akhir Tahun 2009 Rp. 2.534.36 Rp. 3.064 triliun Rp. 5.613 triliun Rp. 4.046 triliun 87 kali 6.1 miliar
5.1.1.2 Struktur Pasar Modal Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan Undang-Undang ini, kebijakan dibidang pasar modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Secara umum, struktur pasar modal Indonesia dapat dicermati dari diagram Gambar 5.1. di bawah. Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM Bursa Efek Perusahaan Efek
Lembaga Kliring dan Penjamin Lembaga Penunjang
1. Penjamin Emisi 2. Perantara 1. Biro Pedagang Efek Administrasi 3. Manajer 2. Bank Kustodian 5.1.1.3 Instrumen Pasar Modal Investasi 3. Wali Amanat 4. Penasihat Investasi 5. Pemeringkat Efek Gambar 5.1 Diagram Struktur Pasar Modal
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Profesi Penunjang 1. 2. 3. 4.
Akuntan Konsultan Hukum Penilai Notaris
Pemodal 1. Domestik 2. Asing
Emiten, Perusahaan publik dan reksa dana
54
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek. Pengertian efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan Berikut ini adalah penjelasan dari instrumen-instrumen Pasar Modal. 1) Saham Biasa Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal salah satu saham biasa (common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa paling menarik bagi pemodal maupun bagi emiten. Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Hasil yang dapat diperoleh dari investasi saham bisa berasal dari dua sumber, yaitu: a. Dividen, yaitu bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya. b. Capital gain, yaitu pendapatan yang timbul dari penjualan saham dengan harga jual diatas harga beli. 2) Right Issue Right issue diterjemahkan sebagai bukti right. Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Kebijakasanaan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Pengeluaran saham baru itu, berarti pemodal harus mengeluarkan uang untuk membeli right issue. Modal ini akan masuk ke modal perusahaan.
55
Bagi pemodal, right issue berdampak positif kalau tidak berpengaruh terhadap harga saham dan sebaliknya akan berdampak negatif kalau menyebabkan menurunnya harga. Secara umum dampak right issue bisa dirasakan oleh semua pemodal. Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten, karena merupakan hak maka investor tidak terikat harus membelinya, ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. 3) Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini adalah pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten), jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. Obligasi digolongkan sebagai efek yang memberikan penghasilan tetap karena penerbit (issuer) menjanjikan kepada pemegang obligasi untuk: a. Membayar bunga periodik tetap b. Membayar jumlah prinsipal tetap pada atau sebelum jatuh waktu Bunga obligasi umumnya dibayarkan setiap jumlah waktu yang tetap, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Besarnya bunga tergantung dari kupon, selain itu seperti halnya saham biasa, obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain yang bisa terjadi apabila saat pemegang obligasi melakukan
56
penjualan obligasinya, mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga ketika saat membelinya. 4) Obligasi Konversi Obligasi Konversi (convertible bond), sudah dikenal di pasar modal Indonesia. Kalangan emiten swasta, sebenarnya obligasi konversi lebih dulu populer dari pada obligasi. Obligasi konversi sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan kupon tetap, memiliki jatuh tempo, dan memiliki nilai pari, hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. 5) Warrant Warrant diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. Warrant adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya warrant dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. Penerbit saham harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang warrant, namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun warrant dapat diperdagangkan secara terpisah. 5.1.1.4 Penawaran Umum (Go Public) Penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan
57
peraturan pelaksanaannya. Kegiatan ini lebih populer disebut dengan go public. Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh dana melalui pasar modal, sedangkan masyarakat yang memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan disebut sebagai pemodal (investor). Tujuan penggunaan dana dari hasil go public pada umumnya digunakan untuk: 1) Ekspansi Dalam kehidupan suatu perusahaan akan diusahakan untuk melakukan perluasan dalam kegiatan operasinya. Perluasan ini dapat berupa peningkatan kapasitas produksi maupun diversifikasi jenis produk. Terkadang perusahaan tidak mungkin untuk memperoleh modal dari para pemegang saham yang berupa modal disetor, sehingga diputuskan untuk memperoleh modal dari luar perusahaan, yang dapat berupa pinjaman dari pihak lain atau dapat berupa penjualan saham baru kepada pihak lain di luar para pemegang saham yang sudah ada. 2) Memperbaiki struktur permodalan Modal suatu perusahaan terdiri dari modal sendiri (equity) dan modal pinjaman. Setiap pinjaman tentu saja harus membayar bunga. Terkadang perusahaan mengalami kerugian hanya karena beban pinjaman terutama pinjaman dari mata uang asing di masa-masa nilai rupiah terdepresiasi tajam. Dengan demikian perusahaan akan dibebani pembayaran bunga yang meningkat.
58
Bila hal ini berlangsung dalam jangka waktu lama, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Salah satu tindakan penyelamatan adalah dengan mengurangi jumlah hutang, yaitu dengan menggantikannya menjadi modal saham, yang berarti perusahaan akan menjual saham baru untuk membayar hutang yang sangat membebani. Tindakan ini dikenal sebagai restrukturisasi modal. 3) Untuk Melakukan Pengalihan Pemegang Saham Perusahaan yang melakukan go public adalah perusahaan yang secara hukum dan nyata sudah beroperasi atau menjalankan usahanya, yang sudah tentu telah ada pemilik dan pemegang sahamnya, dengan pertimbangan tertentu terkadang pemegang saham ingin melepaskan atau mengalihkan saham yang dimiliki ke pihak lain, hal ini mudah dilakukan jika memang telah ada pula pihak yang bersedia membelinya, akan tetapi jika tidak maka pemilik saham dapat memilih pasar modal sebagai tempat untuk menawarkan sahamnya secara umum (public offering). Pengalihan saham dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru disebut sebagai divestasi (dinvesment). 5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian 5.1.2.1 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Sharpe Pengukuran menggunakan Indeks Sharpe atau juga disebut sebagai Reward to Variability Ratio (RVAR) menekankan pada Risiko total atau deviasi standar. Untuk menganalisis kinerja menggunakan Indeks Sharpe dibutuhkan data seperti expected return portofolio, deviasi standar, dan risk free rate. Hasil
59
dari perhitungan kinerja portofolio saham dari ke empat jenis portofolio saham dengan indeks Sharpe untuk masing-masing periode dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Sharpe Periode Tahun 2009-2010 Periode
Portofolio 20 Saham 1 0.166 2 0.019 3 0.161 4 0.247 5 0.201 6 0.013 7 0.089 8 0.036 9 0.093 10 0.054 11 0.053 12 0.058 13 0.014 14 0.009 15 0.018 16 0.005 17 0.119 18 0.105 19 0.086 20 0.130 21 0.374 22 0.026 23 0.065 24 0.018 Sumber: Lampiran 3 halaman 99
Portofolio 15 Saham 0.124 0.014 0.133 0.212 0.160 0.017 0.071 0.018 0.079 0.042 0.005 0.026 0.003 0.001 0.149 0.037 0.065 0.057 0.007 0.027 0.200 0.021 0.042 0.017
Portofolio 10 Saham 0.081 0.007 0.097 0.017 0.012 0.012 0.262 0.003 0.058 0.033 0.006 0.015 0.001 0.014 0.057 0.028 0.072 0.006 0.043 0.018 0.144 0.014 0.031 0.130
Portofolio 8 Saham 0.0639 0.0050 0.0809 0.1449 0.1057 0.0308 0.0699 0.0017 0.0485 0.0294 0.0044 0.0157 0.0027 0.0005 0.0448 0.0210 0.0713 0.0530 0.0353 0.0223 0.1155 0.0112 0.0268 0.0101
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa indeks Sharpe dari periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0.000494 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0.374. Jika nilai indeks kinerja Sharpe (RVAR)
60
postitif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, indeks Sharpe dari hasil perhitungan secara merata di setiap bulannya bernilai positif, artinya bahwa portofolio yang terbentuk secara umum memiliki kinerja yang baik selama periode penelitian ini. 5.1.2.2 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Treynor Proses mengevaluasi kinerja portofolio saham dengan indeks Treynor atau sering disebut sebagai Reward to Valatility Ratio (RVOR) menggunakan return rata-rata masa lalu sebagai expected return dan juga beta sebagai tolak ukur risiko. Beta menunjukkan besar kecilnya perubahan return suatu portofolio saham terhadap perubahan market return. Indeks Treynor portofolio saham dihitung dengan
perbandingan excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko sistematis portofolio (β ). Return dianggap sebagai ukuran terbaik untuk pedoman prediksi, sepanjang asumsi pasar adalah efisien. Perbandingan return dan risiko menunjukkan kepada investor bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi pula return yang diharapkan, untuk menganalisis kinerja menggunakan Indeks Treynor dibutuhkan data seperti expected return, beta saham, dan risk free rate. Hasil perhitungan kinerja portofolio saham dari ke empat kelompok saham dengan Indeks Treynor dalam tabel dibawah ini:
61
Tabel 5.3 Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Treynor Periode Tahun 2009-2010 Periode
Portofolio 20 Saham 1 0.095 2 0.019 3 0.143 4 0.185 5 0.029 6 0.004 7 0.066 8 0.009 9 0.043 10 0.005 11 0.001 12 0.046 13 0.013 14 0.006 15 0.188 16 0.033 17 0.060 18 0.034 19 0.013 20 0.021 21 0.144 22 0.021 23 0.029 24 0.012 Sumber: Lampiran 3 halaman 99
Portofolio 15 Saham 0.155 0.031 0.423 0.153 0.052 0.006 0.162 0.016 0.082 0.037 0.016 0.051 0.005 0.002 0.421 0.054 0.148 0.072 0.028 0.043 0.270 0.042 0.046 0.032
Portofolio 10 Saham 0.402 0.038 0.624 0.304 0.149 0.074 0.205 0.013 0.111 0.023 0.006 0.062 0.004 0.011 0.029 0.015 0.025 0.009 0.401 0.071 0.801 0.082 0.604 0.825
Portofolio 8 Saham 0.3660 0.0432 0.8230 0.3557 0.1350 0.0233 0.2164 0.0081 0.1354 0.3219 0.0568 0.0781 0.0131 0.0056 0.3509 0.1547 0.2930 0.1408 0.5797 0.0851 0.9915 0.1449 0.0865 0.1025
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa indeks Treynor dari periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 berada pada kisaran minimal 0.001 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0992. Nilai Treynor (RVOL) postitif dan semakin besar maka kinerja portofolio saham semakin baik. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, indeks Treynor dari hasil perhitungan secara merata
62
di setiap bulannya bernilai positif. Hal ini berarti bahwa portofolio yang terbentuk memiliki kinerja yang baik selama periode penelitian. 5.1.2.3 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Jensen Indeks Jensen hanya menerima investasi yang return melebihi expected return atau minimum rate of return. Return yang dimaksud adalah return ratarata masa lalu, sedangkan minimum rate of return adalah expected return yang dihitung dengan Capital Aset Pricing Model (CAPM). Selisih antara expected return dengan minimum rate of return disebut sebagai alpha. Jensen alpha merupakan sebuah ukuran absolut yang mengestimasikan tingkat pengembalian konstan selama periode investasi dimana memperoleh tingkat Jensen alpha pengembalian di atas (di bawah) dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama. Jika diperhatikan pengukur Sharpe (RVAL) dan pengukur Treynor (RVOL) sebenarnya adalah mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar sudut atau slope dari portofolio, semakin baik kinerja portofolionya, selain sudut kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga oleh intersepnya (intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return portofolionya, untuk menganalisis indeks Jensen membutuhkan data seperti expected return, beta saham, minimum rate, dan risk free rate. Hasil perhitungan kinerja saham dari ke empat kelompok saham dengan indeks Jensen dalam tabel dibawah ini:
63
Tabel 5.4 Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Jensen Periode Tahun 2009-2010 Periode
Portofolio 20 Portofolio 15 Saham Saham 1 0.004 0.004 2 0.001 0.001 3 0.006 0.006 4 0.006 0.006 5 0.003 0.004 6 0.000 0.000 7 0.004 0.005 8 0.001 0.001 9 0.002 0.003 10 0.002 0.001 11 0.000 0.000 12 0.001 0.001 13 0.000 0.000 14 0.000 0.000 15 0.005 0.006 16 0.002 0.002 17 0.005 0.005 18 0.002 0.002 19 0.000 0.000 20 0.001 0.001 21 0.010 0.007 22 0.001 0.001 23 0.001 0.001 24 0.001 0.001 Sumber: Lampiran 3 halaman 100
Portofolio 10 Saham 0.004 0.000 0.006 0.007 0.005 0.000 0.005 0.000 0.003 0.002 0.000 0.001 0.000 0.001 0.003 0.002 0.005 0.002 0.003 0.001 0.007 0.001 0.001 0.009
Portofolio 8 Saham 0.0035 0.0004 0.0062 0.0069 0.0044 0.0017 0.0051 0.0001 0.0028 0.0016 0.0004 0.0009 0.0002 0.0000 0.0030 0.0015 0.0058 0.0027 0.0025 0.0011 0.0070 0.0007 0.0013 0.0009
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa indeks Jensen dari periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0,00001 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0,010. Jika nilai Jensen alpha yang tertinggi dan siginifikan merupakan portofolio yang terbaik dari portofolio yang ada. Alpha bernilai positif, berarti manajer keuangan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada indeks pasar, sedangkan nilai negatif, berarti manajer keuangan
64
memiliki kinerja yang lebih rendah daripada indeks pasar. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, indeks Jensen dari hasil perhitungan secara merata di setiap bulannya bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa dalam portofolio yang terbentuk tersebut lebih baik daripada indeks pasar. 5.1.2.4 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks M2 Indeks M2 menggunakan pendekatan penyesuaian antara risiko pasar dan risiko portofolio. Kinerja portofolio akan dibandingkan secara langsung dengan kinerja return pasar. Apabila hasil perhitungan Indeks ini positif maka dapat dikatakan bahwa kinerja portofolio diatas kinerja pasar, demikian sebaliknya, apabila hasil perhitungan indeks ini negatif dapat diakatakan bahwa kinerja portofolio berada dibawah kinerja pasar. Analisis indeks M2 membutuhkan data seperti expected return, standar deviasi portofolio, risk free rate. Hasil perhitungan kinerja saham dari ke empat kelompok saham dengan indeks M2 dalam tabel dibawah ini: Tabel 5.5 Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks M2 Periode Tahun 2009-2010 Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Portofolio 20 Saham 0.002 0.000 0.002 0.005 0.004 0.000 0.001 0.001 0.001 0.000
Portofolio 15 Saham 0.001 0.000 0.002 0.004 0.003 0.000 0.001 0.000 0.001 0.000
Portofolio 10 Saham 0.001 0.000 0.014 0.004 0.003 0.000 0.040 0.000 0.007 0.002
Portofolio 8 Saham 0.0008 0.0001 0.0012 0.0030 0.0022 0.0006 0.0011 0.0000 0.0006 0.0001
65
Lanjutan Tabel 5.5 11 0.000 12 0.000 13 0.000 14 0.000 15 0.002 16 0.000 17 0.003 18 0.001 19 0.001 20 0.010 21 0.015 22 0.000 23 0.001 24 0.000 Sumber: Lampiran 3 halaman 101
0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000 0.002 0.001 0.000 0.001 0.024 0.000 0.000 0.000
0.000 0.002 0.000 0.002 0.006 0.000 0.002 0.001 0.003 0.002 0.018 0.000 0.003 0.015
0.0001 0.0002 0.0000 0.0000 0.0005 0.0002 0.0021 0.0006 0.0002 0.0002 0.0014 0.0000 0.0003 0.0001
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa indeks M2 dari periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0,000006 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0,040. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, indeks M2 dari hasil perhitungan secara merata di setiap bulannya bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa dalam portofolio yang terbentuk tersebut lebih baik daripada indeks pasar. 5.1.3 Pengujian Hipotesis 5.1.3.1 Konsistensi Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Kinerja portofolio akan diukur dengan menggunakan empat indeks yang berbeda yaitu indeks Sharpe, Treynor, Jensen maupun M2. Pengukuran kinerja portofolio untuk ke empat indeks yang berbeda tersebut memerlukan
66
data-data berupa return portofolio, standar deviasi, return pasar dan risk free rate. Mengingat formulasi dan karakteristik pengukuran kinerja dari masingmasing adalah berbeda, maka nilai indeks kinerja yang diperoleh dari hasil perhitungan angka indeks juga berbeda. Masing-masing metode kinerja portofolio saham memiliki dasar angka relatif yang tidak dapat dibandingkan secara langsung satu dengan yang lainnya mengingat metode pengukurannya adalah berbeda-beda. Penelitian ini akan mencoba menstandarisasi nilai angka indeks dari keempat indeks pengukuran tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah keempat indeks pengukuran kinerja tersebut adalah berbeda atau tidak ada beda, maka terlebih dahulu mencari nilai standar dari masingmasing pengukuran kinerja. Nilai standar akan dihitung dengan menggunakan masing-masing angka relatif dengan metode standardized (transformasi Zscore). Z-score adalah cara mengkonversikan nilai data ke dalam skor standardized yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasinya sama dengan satu. Hasil perhitungan Z-score masing-masing indeks pada berbagai tipe portofolio dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil perhitungan Z-score masing-masing keempat indeks tersebut kemudian dilakukan analisis korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui konsistensi diantara keempat indek tersebut dalam mengukur kinerja portofolio saham. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing keempat indeks
67
tersebut pada berbagai kelompok portofolio saham dengan bantuan program SPSS for windows versi 17.0. Hasil uji korelasi risk adjusted performance portofolio saham periode satu bulan tampak pada tabel berikut ini: Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Risk-Adjusted Performance Portofolio Saham Periode 1 Bulan tahun 2009-2010 No
Kelompok Portofolio Saham
Risk Adjusted Performance
Indeks Sharpe 1 20 Saham Indeks Treynor Indeks Jensen Indeks M2 Indeks Sharpe 2 15 Saham Indeks Treynor Indeks Jensen Indeks M2 Indeks Sharpe 3 10 Saham Indeks Treynor Indeks Jensen Indeks M2 Indeks Sharpe 4 8 Saham Indeks Treynor Indeks Jensen Indeks M2 Keterangan: *Signifikan 0,05 Sumber: Lampiran 4 halaman 104
Indeks Sharpe
Indeks Treynor
Indeks Jensen
Indeks M2
1 0,001 0,232 0,977* 1 0,006 0,089 0,904* 1 0,075 0,307 0,997* 1 0,036 0,093 0,878*
0,001 1 0,790* 0,013 0,006 1 0,803* 0,057 0,075 1 0,811* 0,075 0,036 1 0,755* 0,289
0,232 0,790* 1 0,228 0,089 0,803* 1 0,036 0,307 0,811* 1 0,341 0,093 0,755* 1 0,080
0,977* 0,013 0,228 1 0,904* 0,057 0,036 1 0,997* 0,075 0,341 1 0,878* 0,289 0.080 1
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan bahwa ke empat indeks risk adjusted performance memiliki korelasi secara statistik namun tidak signifikan untuk ke empat jenis tipe portofolio dalam penelitian ini. Hasil korelasi diantara ke empat indeks tersebut memberikan penjelasan bahwa terdapat dua kelompok, yaitu kelompok pertama antara indeks Sharpe dan indeks M 2 memiliki korelasi yang
68
kuat dan signifikan untuk keseluruhan tipe portofolio, ini berarti bahwa terdapat kesamaan atau konsistensi antara kedua indeks dalam menilai kinerja portofolio saham. Kelompok kedua yakni antara indeks Treynor dan indeks Jensen memiliki korelasi yang kuat dan signifikan untuk keseluruhan tipe portofolio, ini berarti bahwa terdapat kesamaan atau konsistensi antara kedua indeks dalam menilai kinerja portofolio saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka pengujian hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yakni terdapat korelasi atau konsistensi diantara risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia ditolak. 5.1.3.1 Uji Beda Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 sebagai Pengukur Kinerja Portofolio. Hasil pengolahan data dari nilai indeks yang telah ditranformasikan ke dalam bentuk Z-score tersebut dapat dilakukan uji beda dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil dari uji statistik non-parametric menggunakan uji Kruskal-Wallis dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 5.7 Hasil Uji Beda Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 Jenis Portofolio Saham 20 saham 15 saham 10 saham 8 saham Sumber: Lampiran 4
Signifikan 0,000 0,000 0,036 0,000
69
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa ke empat jenis portofolio dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria pengujian jika nilai probabilitas pengujian lebih kecil dengan 0,05 (< 0,05), maka ke empat model pengukuran kinerja portofolio adalah memiliki perbedaan yang bermakna. Hasil uji beda ini menunjukan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang signifikan diantara hasil perhitungan ke empat indeks risk adjusted performance dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan statistik ini menunjukan bahwa hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yakni terdapat perbedaan yang signifikan diantara risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia diterima. 5.2
Pembahasan Hasil uji korelasi alat ukur risk adjusted performance yang ditunjukan pada Tabel 5.6 penelitian ini menunjukkan bahwa diantara indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 tidak konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio saham periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa ke empat alat ukur risk-adjusted return memberikan hasil yang tidak konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian dari Wilson dan Jones (1981) terhadap 34 reksa dana di Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga alat ukur risk-adjusted return tersebut bisa negatif atau positif
70
tergantung pada return pasar yang digunakan sebagai variabel bebas (independent Variabel). Temuan ini juga mendukung hasil penelitian dari Wiksuana dan Purnawati (2008) yang menunjukan bahwa tidak terdapat konsistensi antara ketiga alat ukur risk adjusted performance yang terdiri dari indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen. Temuan ini tidak mendukung hasil penelitian dari Yasmin dan Lawrence dalam Jones (2002) yang menyimpulkan adanya konsistensi ketiga alat ukur tersebut pada reksa dana di Inggris selama periode 1975-1993. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Wahyudi (2003) dalam Wiksuana dan Purnawati (2008) menemukan konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen pada investasi insurance-linked saham dan reksa dana saham di Indonesia serta penelitian-penelitian lainnya seperti penelitian Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri (2002), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006), Dharani dan Natrajam (2008) Thanou (2008) dan Agustin Sulistyorini (2009) yang menemukan bahwa ketiga alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten. Hasil penelitian ini menemukan bahwa antara indeks Sharpe dan indeks Treynor tidak memiliki konsistensi. Menurut Tandelilin (2010) menyatakan bahwa perbedaan antara indeks Sharpe dan indeks Treynor disebabkan karena perbedaan penggunaan garis pasar sebagai patok duga, indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasi. Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack
71
Treynor, dan Indeks ini ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Kinerja portofolio pada indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portfolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan indeks Treynor dengan indeks Sharpe terletak pada penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga, dan bukan dengan garis pasar modal seperti pada indeks Sharpe, sehingga antara indeks Sharpe dan indeks Treynor akan memberikan informasi peringkat kinerja yang berbeda. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Novi Sulistiani (2006) yang menemukan bahwa tidak adanya konsistensi antara indeks Sharpe dan indeks Treynor, namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Bel dan Leger (1996) dalam Jones (2002) serta penelitian Timotej Jagric, Boris Podobnik, Sebastjan Strasek, and Vita Jagric (2006), Debabsih (2006), Wiksuana dan Purnawati (2008) serta penelitian Kuolis et. al (2011). Hasil penelitian mereka menggambarkan bahwa terdapat konsistensi antara indeks Sharpe dengan indeks Treynor. Konsistensi antar indeks risk adjusted performance pada penelitian ini ditemukan antara indeks Treynor dengan indeks Jensen. Konsistensi antara kedua indeks ini terjadi sebagai akibat adanya persamaan dalam mengukur kinerja portofolio dengan menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Menurut Tandelilin (2010) menyatakan bahwa persamaan antara indeks Jensen dengan indeks Treynor adalah bahwa kedua indeks ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat
72
persamaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Wiksuana dan Purnawati (2008) serta penelitian Agustin Sulityorini (2009) yang menemukan konsistensi antara indeks Treynor dan indeks Jensen namun penelitian ini ini tidak mendukung hasil penelitian dari Debabsish (2006) yang menemukan bahwa indeks Treynor dan indeks Jensen tidak konsisten Penelitian ini juga menunjukan temuan baru yaitu terdapat konsistensi antara indeks Sharpe dengan indeks M2. Konsistensi yang terjadi diantara indeks Sharpe dan indeks M2 terjadi akibat penggunaan total risiko di kedua indeks tersebut. Indeks M2 memfokuskan pada volatilitas total sebagai ukuran risiko. Indeks M2 menyamakan ketidakstabilan portofolio teratur dengan pasar dengan menciptakan portofolio hipotesis yang dibuat dari sekuritas bebas risiko dan portofolio teratur. Jumlah yang diinvestasikan dalam portofolio teratur sama dengan rasio standar deviasi portofolio pasar terhadap standar deviasi portofolio teratur, dan sisanya diinvestasikan di sekuritas bebas risiko (Jogiyanto, 2009). Diversifikasi merupakan metode dalam menurunkan risiko investasi, untuk mengetahui seberapa besar suatu portofolio terdiversifikasi, maka perlu dilakukan analisis regresi. Analisis tingkat diversifikasi terhadap empat jenis portofolio yang dibentuk dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi antara return portofolio dengan return pasar. Hasil regresi tersebut akan didapatkan besarnya nilai kuadrat dari koefisien korelasi yang sering disebut dengan koefisien determinasi (R2). Tabel berikut ini menunjukkan hasil perhitungan R2 portofolio saham.
73
Tabel 5.8 Nilai R2 Portofolio Saham Periode 1 Bulan tahun 2009-2010 Jenis Portofolio Saham 20 saham 15 saham 10 saham 8 saham Sumber: Lampiran 4
R2 0.442 0.803 0.838 0.855
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa nilai R2 dapat dijelaskan bahwa pembentukan portofolio saham periode satu bulan cukup terdiversifikasi dengan baik karena return portofolio tersebut hampir semua dipengaruhi oleh return pasar. Temuan hasil penelitian ini menunjukan bahwa portofolio dengan jumlah 8 saham memiliki nilai R2 sebesar 0,855 (85,5%) artinya bahwa return portofolio 8 saham dipengaruhi oleh return pasar sebesar 85,5% yang dengan demikian portofolio 8 saham memiliki tingkat diversifikasi yang terbaik bila dibandingkan dengan portofolio 20, 15 dan 10 saham. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin sedikit jumlah saham yang membentuk portofolio, semakin terdiversifikasi dengan baik atau mendekati angka 1. Temuan ini menunjukan bahwa portofolio yang dibentuk oleh sekuritas-sekuritas yang memiliki nilai ekses return dengan beta (excess return to beta ratio) tinggi akan menunjukan kinerja return-risiko yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio lainnya. Excess Return Beta (ERB) sendiri merupakan sebagai selisih return ekspektasian dengan return aktiva bebas risiko. Rasio ERB juga menunjukan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.
74
Penentuan sekuritas-sekuritas yang merupakan kandidat untuk dimasukan ke dalam masing-masing portofolio diurutkan berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas yang membentuk masing-masing tipe portofolio dalam penelitian ini merupakan sekuritas-sekuritas yang dipilih berdasarkan besarnya nilai ERB dibandingkan dengan cut-off point, selanjutnya ditentukan jumlah sekuritasnya yang disesuaikan dengan tipe portofolio dalam penelitian, sehingga portofolio yang dibentuk dalam penelitian ini termasuk dalam portofolio optimal. Temuan ini juga menegaskan hasil penelitian Pratomo dan Nugraha (2006) yang mengemukakan bahwa manajer investasi di Indonesia umumnya memiliki paling tidak delapan saham perusahaan di dalam portofolio reksa dana saham yang dikelolanya. 5.3
Implikasi Penelitian Berdasarkan nilai R2 tersebut dapat dijelaskan bahwa pembentukan portofolio saham periode tiga bulan cukup terdiversifikasi dengan baik karena mencerminkan risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi). Indeks Treynor dan indeks Jensen lebih tepat digunakan apabila suatu portofolio telah terdiversifikasi dengan baik, sedangkan indeks Sharpe dan indeks M2 lebih tepat digunakan jika portofolio tersebut kurang terdiversifikasi dengan baik. Implikasi praktis dari temuan ini bagi pelaku pasar modal khususnya adalah investor dan pelaku pasar modal dapat menggunakan indeks Treynor dan indeks
75
Jensen sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia karena terbukti paling tepat sebagai pengukur kinerja portofolio saham untuk berbagai kelompok portofolio saham dan relatif lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang lain terutama indeks Sharpe dan indeks M 2 dilihat dari tingkat diversifikasi portofolio (nilai R2).
76
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Berdasarkan pengujian korelasi yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa diantara indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 tidak konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia. Terdapat dua kelompok, kelompok pertama menunjukan konsistensi antara indeks Sharpe dengan indeks M2, dan kelompok kedua menunjukan konsistensi antara indeks Treynor dengan indeks Jensen. Inkonsistensi diantara ke empat indeks disebabkan perbedaan penggunaan garis pasar sebagai patok duga. Indeks Sharpe dan indeks M2 menggunakan garis pasar modal sebagai patok duga sehingga resiko yang dianggap relevan adalah risiko total, sedangkan indeks Treynor dan indeks Jensen menggunakan garis pasar sekuritas sebagai patok duga sehingga resiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis. 2) Hasil uji beda menunjukan hasil perhitungan bahwa secara keseluruhan, ke empat indeks dalam mengukur kinerja keempat jenis portofolio saham berbeda signifikan. Hasil uji beda menegaskan bahwa inkonsistensi diantara ke empat indeks disebabkan perbedaan penggunaan garis pasar sebagai patok duga.
76
77
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan saran-saran sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1) Investor dan manajer investasi di Indonesia seyogyanya menggunakan indeks Treynor dan indeks Jensen. Indeks Treynor dan indeks Jensen lebih tepat digunakan karena pembentukan portofolio saham periode satu bulan dalam
penelitian
ini
cukup
terdiversifikasi
dengan
baik
karena
mencerminkan risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi), sedangkan indeks Sharpe dan indeks M 2 lebih tepat digunakan jika portofolio tersebut kurang terdiversifikasi dengan baik. 2) Penelitian ini di masa yang akan datang dapat menggunakan indeks lain seperti Reward to Market Risk, Reward to Diversification dan Rasio Informasi.
78
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Nur Atiqah and Abdulah, Nur Adiana Hiau. 2009. The Performance Of Malaysian Unit Trusts Investing In Domestic Versus International Markets, Asian Academy of Management Journal Of Accounting And Finance, Vol. 5, No. 2. pp. 77-100. Amalia, Dewi dan Zaenal Arifin. 1999. Perbandingan Kinerja Portofolio Saham: Periode Sebelum Krisis dan Periode Krisis, Sinergi UII, vol. 2 & No.1, Yogyakarta. Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jilid 1 dan 2, Jakarta: Erlangga. (terjemahan). Darmawan, Hayu. 1998. Pengukuran Kinerja Portofolio Reksadana Sebagai Dasar Pemilihan Investasi, Tesis, MM UGM, tidak dipublikasikan. Dharani, M., and Natrajam, P. 2008. Equanimity of Risk and Return Relationship between Shariah Index and General Index in India, Journal of Economics and Behavioral Studies, Vol. 2, No. 5. pp. 213-222. Debasish, Satya Swaroop. 2007. Performance Evaluation Choice Mutual Fund. SCMS Journal of Indian Management, January-March. pp. 82-89. Elton, E.J, and Grubber. 1995. Modern Portfolio Theory and Invesment Analysis 5thed, New York: John Wiley & Sons Inc. Fabbozi, Frank J. 1999. Manajemen Investasi, Jakarta: Salemba Empat. Fadlu, Fitri. 2002. Uji Konsistensi antara Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997), Tesis, Universitas Gajah Mada (tidak dipublikasikan), Yogyakarta. Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Bandung: Alfabeta. Ferdian, Reza Ilham and Dewi, Miranti Kartika. 2007. The Performance Analysis of Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia. International Islamic Univerisity. pp. 1-16. Fransiscus, Nanang Triana. 2002. Evaluasi Kinerja Reksadana Dengan Model Multifaktor, Tesis, MM UNDIP, Tidak dipublikasikan, Semarang.
78
79
Grinblatt, Mark dan Sheridan Titman. 1993. Performance Measurement Without Benchmarks; An Examination of Mutual Fund Return, Journal of Business vol 66, no. 1. pp. 47-68. Gürsoy, Cudi Tuncer and Erzurumlu, Y. Ömer. 2001. Evaluation of Portfolio performance Of Turkish Investment Funds, Doğuş Üniversitesi Dergisi. pp.4357. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat. ----------------. 2008. Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi 2. Yogyakarta: AMP YKPN Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta: UPP AMP YKPN Ippolito, Richard A. 1989. Efficiency With Costly Information: A Study of Mutual Fund Performance, 1965-1984, The Quarterly Journal of Economics, Vol. 104, No. 1. pp. 1-23 Jagric, Timotej., Podobnik, Boris., Strasek, Sebastjan., and Jagric, Vita. 2006. Riskadjusted performance of mutual funds: Some tests, South-Eastern Europe Journal of Economics 2. pp. 233- 244. Jensen, Michael C. 1968. The Performance of Mutual Funds in the Period 1945-1964. Journal of Finance. Vol. 23, May. pp. 389- 416. Jogiyanto. 2003. Analisis Investasi dan Teori Portofolio, Yogyakarta: Gajah Mada Press. ------------. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: Gajah Mada Press. Jones, Charles P, 2000, Investment Analysis and Management 7th ed, USA: John Wiley & Sons Inc. ---------------------, 2002, Investment: Analysis and Management 8th Ed, New York: John Willey & Sons Inc.
80
Kurniawan, Purnama. 2001. Analisis Kinerja Portafolio Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top Gainers), Tesis, Program Pasca Sarjana Magíster Manajemen Universitas Diponegoro ( tidak dipublikasikan ). Koetin, E.A. 1993. Analisis Pasar Modal., Cetakan Kedua, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Krugman, Paul L., and Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasinal: Teori dan Kebijakan, edisi kedua, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, (terjemahan). Kuo, Tzu-Wei., and Mateus, Cesario. 2006. The Performance and Persistence of Exchange-Traded Funds: Evidence for iShares MSCI country-specific ETFs. pp. 1-59. Kuolis, Alexandros., Beneki, Christina., Adam, Maria., Botsaris Charalampos., 2011. An Assessment of the Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and Market Timing, Applied Mathematical Sciences, Vol. 5, No. 4. pp. 159-171. Markowitz, H. M., 1952. Portofolio Selection. Journal of Finance. pp. 77-91. Malkiel, Burton G. 1995. Return from Investing in Equity Mutual Fund 1971 to 1991, The Journal of Finance, Vol. L, No. 2, Juni. pp. 549-572. Modigliani, Franco and Leah Modigliani. 1997. Risk- Adjusted Performance How to Measure It and Why. Reprinted with permission from The Journal of Portofolio Management 23, pp. 45-54. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Biro Riset Ekonomi. Bank Indonesia Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. 2004. Reksa Dana: Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Reilly, FR and KC Brown. 1997. Investment Analysis & Portfolio Management, Thomson South-Western Robert Ang. 1997. Pasar Modal Indonesia, Indonesia: Mediasoft. Sartono, Agus R dan Sri Zulaihati. 1998. Rasionalitas Investor Terhadap Pemilihan Saham dan Penentuan Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal di BEJ. Kelola, Gajah Mada. Sharpe, W. F. 1966. Mutual Fund Performance, Journal of Bussines 39. pp. 119-138
81
Sharpe, W. F. 1964. Capital Assets Prices: A Theory of Market Equilibrium Under Conditions of Risk, Journal of Financial 19, September. pp. 425-442. Sharpe, W.F. 1995. Risk, Market Sensitivy and Diversification, Financial Analysist Journal, Januari-Februari. pp. 84-88. Solnik, Bruno, H. 1995. “Why not Diversify Internationally rather than Domestically”, Financial Analysist Journal, Januari-Februari. pp.89-94. Statman, Meir. 1987. “How Many Stocks Make a Diversified Portofolio”, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol.22 no.2 September. pp. 353-363. Sugiyono, 2008, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketiga Belas, Alfabeta, Bandung Sulistyorini, Agustin. 2009. Analisis Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai 2007, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Sumariyah. 1997. Teori Portofolio: Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMPN YKPN. Tandelilin, Eduardus. 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE, Yogyakarta. Thanou, Eleni. 2008. Mutual Fund Evaluation During Up and Down Market Conditions: The Case of Greek Equity Mutual Funds, International Research Journal of Finance and Economics. pp.80-93. Treynor, Jack L., and Ferguson, Robert., 1985. In Defense of Technical Analysis, The Journal of Finance, Vol. XL, No. 3. pp. 757-773. Yasmin and Lawrence. 1996. The Performance of UK Invesment Trust. The Service Industries Journal, Vol 16 No.1. Yaacob, Mohd Hasimi and Noor Azuddin Yakob, 2002, A Study on Portofolio Diversification Using Islamic –Approved Stocks in Malaysia, Proceedings for The Fourth Annual Malaysian Finance Association Symposium. Yuswan Suryawan. 2003. Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris Saham-Saham LQ 45), Tesis, Program Pasca Sarjana Magíster Manajemen Universitas Diponegoro ( tidak dipublikasikan).
82
Wiksuana, IGB dan Purnawati, Ni Luh. 2008. Konsistensi Risk-Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham Di Pasar Modal Indonesia. Buletin Studi Ekonomi, Vol. 13, No. 2. pp. 172-183. www.idx.co.id www.yahoofinanceindonesia.com www.britama.co.id www.bi.go.id
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
84
Lampiran 1: Penelitian Terdahulu No 1.
2.
Peneliti
Judul Penelitian Yasmin dan The Lawrence,1996 Performance of UK Invesment Trust.
Metode dan Alat Analisis Sharpe, Treynor dan Jensen, CAPM dan Uji statistic Durbin Watson
Kurniawan Analisis Indeks dan Purnama, Kinerja Treynor, 2001 Portafolio dan t-test Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top Gainers).
Hasil Penelitian Adanya korelasi terhadap ketiga alat ukur yaitu Sharpe,Jensen, dan Treynor Menunjukkan derajat yang tinggi pada reksadana.
Sharpe, Indeks Jensen, Sharpe,Treynor, dan Jensen selalu konsisten menunjukkan bahwa portofolio dari LQ45 bekerja lebih efisien dibandingkan dengan saham non LQ 45.
85
3.
Cudi Tuncer Gürsoy and Y. Ömer Erzurumlu, 2001
Evaluation of Portfolio performance Of Turkish Investment Funds
Sharpe, Treynor, Jensen, and Graham&Harvey indices, Spearman correlation, Wilcoxon SignedRank
Hasil Penelitian menunjukan Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan Graham & Harvey menunjukan hasil kirelasi positif dan signifikan.
4.
Fadlul 2002
Fitri, Uji Konsistensi antara Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997).
Metode Sharpe,Jensen,dan Treynor dengan kendall coeficient of concordance “W”
Nilai rata-rata keseluruhan untuk RVAR,RVOL dan ALPHA dari portofolio yang terdiri dari saham-saham beragam industri yang tidak termasuk ke dalam ILQ 45,sehingga saham yang layak untuk diinvestasikan adalah sahamsaham ILQ 45. Hasil statistik adalah beta dan uji konsitensi menunjukkan nilai statistik W signifikan.
86
5.
Yusman Suryawan, 2003
Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris Saham-Saham LQ 45).
6.
Timotej Jagric, Boris Podobnik, Sebastjan Strasek, and Vita Jagric. 2006 Ilham Reza Ferdian and Miranti Kartika Dewi, 2006
Risk-adjusted Metode Sharpe dan performance of Treynor mutual funds: Some tests
7.
The Performance Analysis of Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia
Metode Sharpe, Jensen, dan Treynor dengan transportasi ZScore (standardized).
Pengukuran kinerja portofolio dengan metode Sharpe, Jensen, dan Treyonor akan memiliki karakteristik angka indeks yang berbeda satu sama lain,sehingga tidak dapat dibandingkan satu sama lainnya secara langsung sehingga diperlukan standarisasi ukuran kinerja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode Sharpe dan Treynor selalu memperlihatkan hasil yang sama. Metode Sharpe, Hasil penelitian Treynor dan Jensen menunjukan Index bahwa penilaian kienrja portofolio selalu menunjukan hasil yang sama dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen Index.
87
8.
Debabsish, 2007
9.
M. Dharani Equanimity of and P. Risk and Natrajam, 2008 Return Relationship between Shariah Index and General Index in India I Gusti Bagus Konsistensi Wiksuana dan Risk-Adjusted Ni Ketut Performance Purnawati, Sebagai 2008 Pengukur Kinerja Portofolio Saham di Pasar Modal Indonesia
10.
Performance Evalution Mutual Funds.
Metode Sharpe, Treynor dan Jensen serta Alat Analisis t-test
Shape dan Treynor menunjukan hasil pengukuran yang sama sedangkan Jensen menunjukan hasil pengukuran yang berbeda.
Metode Sharpe, Hasil penelitian Treynor dan Jensen menunjukan bahwa metode Sharpe, Treynor dan Jensen tidak berbeda signifikan dan konsisten Rata-rata Hasil uji korelasi Kumulatif alat ukur riskdan Menguji adjusted konsistensi Indeks performance Sharpe, Indeks menunjukkan Treynor, dan bahwa Indeks Indeks Jensen, Sharpe dan Pearson Product Indeks Moment Treynor Correlation. konsisten, serta Indeks Treynor dan Indeks Jensen konsisten, namun Indeks Sharpe dan Indeks Jensen inkonsisten pengukur kinerja portofolio saham periode tiga bulan di Bursa Efek Jakarta. Indeks Treynor
88
11.
12.
12.
Eleni Thanou, Mutual Fund 2008 Evaluation During Up and Down Market Conditions: The Case of Greek Equity Mutual Funds Agustin Analisis Sulistyorini, kinerja 2009 portofolio saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003sampai dengan 2009
Nur Atiqah Abdullah and Nur Adiana Hiau Abdullah, 2009
Metode Sharpe, Treynor, Jensen dengan metode Analisis Spearman Rank correlation
Metode Sharpe, Jensen, dan Treynor dengan transportasi ZScore (standardized)
The Metode Sharpe, Performance Treynor dan Jensen Of Malaysian Unit Trusts Investing In Domestic Versus International Markets
memiliki konsistensi yang lebih baik untuk segala tipe portofolio. Hasil uji korelasi metode Sharpe, Treynor dan Jensen memiliki korelasi yang tinggi dan tidak berbeda secara signifikan. Hasil menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Indeks Treynor memiliki konsistensi lebih baik diantara ketiga risk adjusted performance. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signieifikan antara pengujian dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
89
13.
Alexandros Kuolis, Christina Beneki, Maria Adam, Charalampos Botsaris, 2011
An Assessment Metode Sharpe dan of the Treynor Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and Market Timing
Hasil penelitian menunjukan bahwa peringkat perhitungan Sharpe dan Treynor sama
90
Lampiran 2: Sampel Penelitian
Periode Januari/09 Februari/09 Maret/09 April/09 Mei/09 Juni/09 Juli/09 Agustus/09 September/09 Oktober/09 Nopember/09 Desember/09 Januari/10 Februari/10 Maret/10 April/10 Mei/10 Juni/10 Juli/10 Agustus/10 September/10 Oktober/10 Nopember/10 Desember/10
Unit Sampel Primer Return diatas Return dibawah rata-rata rata-rata 180 125 176 129 102 203 109 196 137 168 131 174 68 237 108 197 97 208 121 184 145 160 95 210 94 211 92 213 118 187 120 185 55 250 108 197 108 197 92 213 109 196 120 185 92 213 147 158
91
Periode
Januari/09 Februari/09 Maret/09 April/09 Mei/09 Juni/09 Juli/09 Agustus/09 September/09 Oktober/09 Nopember/09 Desember/09 Januari/10 Februari/10 Maret/10 April/10 Mei/10 Juni/10 Juli/10 Agustus/10 September/10 Oktober/10 Nopember/10 Desember/10
Unit Sampel Sekunder Return diatas Return dibawah rata-rata rata-rata Korelasi antar return Korelasi antar saham rendah return saham tinggi 46 90 61 77 76 80 84 90 58 40 43 58 65 86 88 76 90 55 77 61 76 80 99 87 66 63 87 96 94 83 66 78 68 51 89 99 87 75 98 89 69 91 57 76 73 88 79 91
92
Periode Januari/09
Februari/09
Maret/09
April/09
Kelompok Saham Return Tinggi Korelasi Rendah Keterangan Jumlah Kode Emiten Portofolio Tipe I 20 ADRO, CTRA, EKAD, LPCK, SAFE, EXCL MCOR, YPAS, CTRS,SULI, INCO, ASDM, GGRM, SRSN, HOME, HMSP, ASI, PGAS, LION, IGAR. Portofolio Tipe II 15 ADRO, CTRA, EKAD, LPCK, SAFE, EXCL MCOR, YPAS, CTRS,SULI, INCO, ASDM, SRSN, HOME, HMSP. Portofolio Tipe III 10 ADRO, EKAD, INDF, SAFE, MCOR, SULI, ASDM, SRSN, HOME, HMSP. Portofolio Tipe IV 8 ADRO, EKAD, INDF, SAFE, SULI, ASDM, SRSN, HOME. Portofolio Tipe I 20 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON, RODA, ELTY, UNSP, VOKS, BYAN, ALTA, MEDC, BMSR, INDY, LTLS, BDMN. Portofolio Tipe II 15 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON, RODA, ELTY, UNSP, VOKS, BYAN, ALTA. Portofolio Tipe III 10 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON, Portofolio Tipe IV 8 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF. Portofolio Tipe I 20 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA, IIKP, ETWA, LTCS, INTA, INAI, KDSI, RAJA, GPRA, BBCA, PLAS. Portofolio Tipe II 15 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA, IIKP, ETWA, LTCS, INTA, INAI. Portofolio Tipe III 10 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA. Portofolio Tipe IV 8 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI. Portofolio Tipe I 20 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP, DEWA, INRG, FPNI, INAI, OKAS, SULI, UNSP, TRUB, WIKA, TPIA. Portofolio Tipe II 15 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP, DEWA, INRG, FPNI, INAI, OKAS
93
Mei/09
Juni/09
Juli/09
Agustus/09
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP. ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL. RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR, SMRA, BBNI, JSMR, ADMG, INDY, AKRA, TRIM, ASII, BUDI, BBLD RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR, SMRA, BBNI, JSMR, ADMG, INDY. RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR. RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM. ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG, AKRA, IDKM, MAPI, PGAS, CEKA, BMRI, SMAR, ERTX, MBAI, FAST, ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG, AKRA, IDKM, MAPI, PGAS, CEKA. ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG. ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO. SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS, RBMS, INDS, IMPC, KICI, PWSI, JIHD, GMTD, MYOR, SMRA, SMCB, STTP, SHID, SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS,RBMS, INDS, IMPC, KICI, PWSI, JIHD, GMTD, MYOR SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS,RBMS, INDS. SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS. DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN, ITMA, KBRI, PTPN, PWON, BMBR, BNLI, ASBI, ADMF, INRU, PLAS
94
September/09
Oktober/09
Nopember/09
Desember/09
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN, ITMA, KBRI, PTPN, PWON, BMBR. DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN. DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID. SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU, AKPI, ADES, ADMG, DILD, BTON, BMRI, INRU, PKPK, TKGA, UNTR. SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU, AKPI, ADES, ADMG, DILD, BTON, SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU, SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM, TPIA, UNIT, WOMF, ITMA, INDR, INAI, ACES, ADRO, ANTA, ASRM MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM, TPIA, UNIT, WOMF, ITMA, INDR, MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM, MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA. LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA, MBAI, MLBI, SDPC, SOBI, SMMA, ULTJ, UNVR, YPAS, WEHA,ACES LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA, MBAI, MLBI, SDPC, SOBI, SMMA. LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA. LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA. LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI, BBLD, FAST,
95
Januari/10
Februari/10
Maret/10
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
IKBI, LPIN, ASIA, ARTI, KPIG, BNBA, CMPP, LION LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI, BBLD, FAST, IKBI, LPIN, ASIA. LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP. LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI, BTPN, ADMF, AUTO, CENT, ELTY, EXCL, STTP, INKP, TFCO, TINS. LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI, BTPN, ADMF, AUTO, CENT, ELTY. LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI. LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA. SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA, TBMS, SMSM, TGKA, RFCO,ULTJ, UNTX, BEKS, BCAP, ANTA, ASRI. SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA, TBMS, SMSM, TGKA, RFCO,ULTJ. SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM. MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN, BMSR, ELSA, GJTL, GSMF, LAMI, PICO, SDRA, RICY, TBMS, WEHA. MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN, BMSR, ELSA, GJTL, GSMF, LAMI. MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN. MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU.
96
April/10
Mei/10
Juni/10
Juli/10
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE, CFIN, INRU, JPRS, LAMI, MDLN, SAIP, SMDM, PNIN, NIPS, TOTL. IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE, CFIN, INRU, JPRS, LAMI, MDLN. IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE. IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG. AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM, UNVR, AIMS, AISA, APIC, ASBI, BATA, INDX, JKON, LAPD, MYOR. AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM, UNVR, AIMS, AISA, APIC, ASBI. AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM. AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR. IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY, RAJA, ERTX, INDX, KLBF, LPPF, MEGA, MYOR, RICY, TBMS, TRAM. IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY, RAJA, ERTX, INDX, KLBF, LPPF. IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY. IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO. ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX, HOME, IMAS, LPLI, MDRN, MDLN, NISP, MYOR, PTRO, PUDP, RMBA. ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX, HOME, IMAS, LPLI, MDRN, MDLN. ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX
97
Agustus/10
September/10
Oktober/10
Nopember/10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA. IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS, PTRO, SAIP, BTPN, CPIN, HITS, INTA, KIJA, PWSI, SIMA, TKIM. IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS, PTRO, SAIP, BTPN, CPIN, HITS. IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS. IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR. ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH, MAPI, INDX, JPRS, GMTD, BACA, BFIN, AIMS, ADHI, ASGR, APIC. ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH, MAPI, INDX, JPRS, GMTD, BACA. ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH. ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN. JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST, SGRO, BEKS, CMNP, BLTA, ACES, APOL, ASRI, BVIC, DUTI, MEDC. JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST, SGRO, BEKS, CMNP, BLTA, ACES. JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST. JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS. MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU, ABDA, CFIN, ESTI, HMSP, BRAM, KBLV, BNBR, BSDE, BUMI, BTPN. MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU, ABDA, CFIN, ESTI, HMSP, BRAM.
98
Desember/10
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
Portofolio Tipe I
20
Portofolio Tipe II
15
Portofolio Tipe III
10
Portofolio Tipe IV
8
MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU. MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC. OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG, KOIN, LSIP, TBMS, TFCO, ADMG, ADHI, VOKS, VRNA, WIKA, YPAS OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG, KOIN, LSIP, TBMS, TFCO, ADMG. OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG. OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA.
99
Lampiran 3: Nilai Z-score Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 Tipe Portofolio
20 saham
Tipe Portofolio
15 saham
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Z-score Sharpe 0.85165 -0.79472 0.79565 1.75884 1.24365 -0.86192 -0.01073 -0.60432 0.03407 -0.40273 -0.41393 -0.35793 -0.85072 -0.90672 -0.80592 -0.95152 0.32526 0.16846 -0.04433 0.44846 3.18121 -0.71632 -0.27953 -0.80592 Z-score Sharpe 0.93776 -0.77079 1.07755 2.30461 1.49693 -0.72419 0.11455 -0.70866 0.23881 -0.33589 -0.91058 -0.58440
Z-score Treynor 0.77111 -0.55453 1.60837 2.34096 -0.38011 -0.81617 0.26527 -0.72896 -0.13591 -0.79873 -0.86850 -0.08358 -0.65919 -0.78129 2.39329 -0.31034 0.16062 -0.29289 -0.65919 -0.51965 1.62581 -0.51965 -0.38011 -0.67663 Z-score Treynor 0.48074 -0.56127 2.73282 0.46393 -0.38480 -0.77135 0.53956 -0.68732 -0.13270 -0.51085 -0.68732 -0.39320
Z-score Jensen 0.62879 -0.56260 1.42306 1.42306 0.23166 -0.95974 0.62879 -0.56260 -0.16547 -0.16547 -0.95974 -0.56260 -0.95974 -0.95974 1.02593 -0.16547 1.02593 -0.16547 -0.95974 -0.56260 3.01159 -0.56260 -0.56260 -0.56260 Z-score Jensen 0.68237 -0.61054 1.54430 1.54430 0.68237 -1.04151 1.11333 -0.61054 0.25140 -0.61054 -1.04151 -0.61054
Z-score M2 -0.01167 -0.57207 -0.01167 0.82891 0.54872 -0.57207 -0.29187 -0.29187 -0.29187 -0.57207 -0.57207 -0.57207 -0.57207 -0.57207 -0.01167 -0.57207 0.26852 -0.29187 -0.29187 2.22989 3.63087 -0.57207 -0.29187 -0.57207 Z-score M2 -0.15414 -0.35967 0.05138 0.46243 0.25691 -0.35967 -0.15414 -0.35967 -0.15414 -0.35967 -0.35967 -0.35967
100
Tipe Portofolio
10 saham
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
-0.94165 -0.97271 1.32607 -0.41355 0.02136 -0.10290 -0.87952 -0.56887 2.11822 -0.66207 -0.33589 -0.72419 Z-score Sharpe 0.53916 -0.68376 0.80358 -0.51850 -0.60113 -0.60113 3.53037 -0.74987 0.15906 -0.25409 -0.70029 -0.55156 -0.78292 -0.56808 0.14254 -0.33672 0.39043 -0.70029 -0.08883 -0.50198 1.58030 -0.56808 -0.28714 1.34893
-0.77976 -0.80497 2.71602 -0.36799 0.42192 -0.21674 -0.58648 -0.46043 1.44712 -0.46883 -0.43522 -0.55287 Z-score Treynor 0.75257 -0.62862 1.59495 0.38071 -0.20743 -0.49202 0.00506 -0.72348 -0.35162 -0.68554 -0.75004 -0.53755 -0.75763 -0.73107 -0.66277 -0.71589 -0.67795 -0.73866 0.74878 -0.50340 2.26657 -0.46166 1.51906 2.35764
-1.04151 -1.04151 1.54430 -0.17957 1.11333 -0.17957 -1.04151 -0.61054 1.97527 -0.61054 -0.61054 -0.61054 Z-score Jensen 0.44607 -1.08331 1.21075 1.59310 0.82841 -1.08331 0.82841 -1.08331 0.06372 -0.31862 -1.08331 -0.70096 -1.08331 -0.70096 0.06372 -0.31862 0.82841 -0.31862 0.06372 -0.70096 1.59310 -0.70096 -0.70096 2.35778
-0.35967 -0.35967 0.05138 -0.35967 0.05138 -0.15414 -0.35967 -0.15414 4.57293 -0.35967 -0.35967 -0.35967 Z-score M2 -0.47000 -0.58168 0.98188 -0.13495 -0.24663 -0.58168 3.88565 -0.58168 0.20010 -0.35832 -0.58168 -0.35832 -0.58168 -0.35832 0.08842 -0.58168 -0.35832 -0.47000 -0.24663 -0.35832 1.42862 -0.58168 -0.24663 1.09357
101
Tipe Portofolio
8 saham
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Z-score Sharpe 0.54917 -0.94862 0.98147 2.60895 1.61212 -0.29254 0.70175 -1.03254 0.15756 -0.32815 -0.96388 -0.67653 -1.00711 -1.06305 0.06347 -0.54175 0.73735 0.27199 -0.17811 -0.50869 1.86133 -0.79096 -0.39426 -0.81893
Z-score Treynor 0.53589 -0.73264 2.33179 0.49541 -0.37189 -0.81084 -0.05200 -0.87057 -0.37031 0.36259 -0.67919 -0.59549 -0.85092 -0.88040 0.47655 -0.29447 0.24902 -0.34909 1.37568 -0.56798 2.99395 -0.33298 -0.56248 -0.49960
Z-score Jensen 0.43183 -0.94706 1.63280 1.94416 0.83215 -0.36882 1.14352 -1.08050 0.12047 -0.41330 -0.94706 -0.72466 -1.03602 -1.12498 0.20943 -0.45778 1.45488 0.07599 -0.01297 -0.63570 1.98864 -0.81362 -0.54674 -0.72466
Z-score M2 0.18587 -0.68151 0.68151 2.91190 1.92061 -0.06196 0.55760 -0.80542 -0.06196 -0.68151 -0.68151 -0.55760 -0.80542 -0.80542 -0.18587 -0.55760 1.79670 -0.06196 -0.55760 -0.55760 0.92933 -0.80542 -0.43369 -0.68151
102
Lampiran 4: Outpus SPSS Uji Pearson Correlation dan Uji Kruskal Wallish Correlations (Portofolio 20 saham)
Zscore (SHARPE) Zscore(SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Zscore(TREYNOR)
.001
.232
.977**
.995
.276
.000
24
24
24
24
.001
1
.790**
.013
Sig. (2-tailed)
.995
.000
.951
24
24
24
24
Pearson Correlation
.232
**
1
.228
Sig. (2-tailed)
.276
.000
24
24
24
24
**
.013
.228
1
.000
.951
.283
24
24
24
N Zscore(M2)
Zscore (M2)
Pearson Correlation N
Zscore(JENSEN)
Zscore (JENSEN)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.977
.790
.283
24
103
Correlations (Portofolio 20 saham)
Zscore (SHARPE) Zscore(SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Zscore(TREYNOR)
24
Pearson Correlation
.001
Sig. (2-tailed)
.995
N Zscore(JENSEN)
.001
.232
.977**
.995
.276
.000
24
24
24
1
**
.013
.000
.951
.790
24
24
24
Pearson Correlation
.232
**
1
.228
Sig. (2-tailed)
.276
.000
24
24
24
24
**
.013
.228
1
.000
.951
.283
24
24
24
Pearson Correlation
.977
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kruskal-Wallish 20 Saham Ranks INDEKS Zscore(NILAI)
Zscore (M2)
24
N Zscore(M2)
Zscore (JENSEN)
N
Mean Rank
SHARPE
25
74.76
TREYNOR
23
67.76
JENSEN
24
29.00
M2
24
22.19
Total
96
Test Statisticsa,b Zscore(NILAI) Chi-Square 66.807 Df 3 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variabel: INDEKS
.790
.283
24
104
Correlations Portofolio 15 saham Zscore (SHARPE) Zscore(SHARPE)
Pearson Correlation
Zscore (TREYNOR) 1
Sig. (2-tailed) N Zscore(TREYNOR)
.089
.904**
.993
.873
.000
24
24
24
24
1
.803**
.057
Sig. (2-tailed)
.993
.000
.734
24
24
24
24
Pearson Correlation
.089
.803**
1
.036
Sig. (2-tailed)
.873
.000
Pearson Correlation
24
24
24
24
.057
.036
1
.000
.734
.890
24
24
24
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Kruskal Walli 15 Saham Ranks INDEKS
N
.890
.904**
Sig. (2-tailed)
Zscore(NILAI)
.006
.006
N Zscore(M2)
Zscore (M2)
Pearson Correlation N
Zscore(JENSEN)
Zscore (JENSEN)
Mean Rank
SHARPE
24
68.90
TREYNOR
24
73.33
JENSEN
24
32.38
M2
24
19.40
Total
96
24
105
a,b
Test Statistics
Zscore(NILAI) Chi-Square
66.867
Df
3
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variabel: INDEKS
Correlations Portofolio 10 Saham Zscore (SHARPE) Zscore(SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Zscore(TREYNOR)
24
Pearson Correlation
.075
Sig. (2-tailed)
.726
.307
.997**
.726
.145
.000
24
24
24
1
**
.080
.811
.000
.711
24
24
Pearson Correlation
.307
**
1
.341
Sig. (2-tailed)
.145
.000
24
24
24
24
**
.080
.341
1
.000
.711
.103
24
24
24
Pearson Correlation
.997
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Kruskal-Wallis 10 Saham Ranks INDEKS Zscore(NILAI)
.075
24
N Zscore(M2)
Zscore (M2)
24
N Zscore(JENSEN)
Zscore (JENSEN)
N
Mean Rank
SHARPE
24
64.33
TREYNOR
24
77.23
JENSEN
24
31.67
M2
24
20.77
Total
96
.811
.103
24
106
a,b
Test Statistics
Zscore(NILAI) Chi-Square
66.582
df
3
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variabel: INDEKS
Correlations Portofolio 8 Saham Zscore (SHARPE) Zscore(SHARPE)
Pearson Correlation
Zscore (TREYNOR) 1
Sig. (2-tailed) N Zscore(TREYNOR)
24
Pearson Correlation
.036
Sig. (2-tailed)
.811
N Zscore(JENSEN)
24
Pearson Correlation
.093
Sig. (2-tailed)
.701
N Zscore(M2)
Pearson Correlation
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Kruskal-Wallis 8 Saham Ranks INDEKS Zscore(NILAI)
N
Mean Rank
SHARPE
24
61.73
TREYNOR
24
80.10
JENSEN
24
33.63
M2
24
18.54
Total
96
Zscore (M2)
.093
.811
.701
.000
24
24
24
1
**
.289
.000
.171
.755
.878
**
.036
24
24
24
**
1
.080
.755
.000
.850
24
24
24
24
**
.289
.080
1
.000
.171
.850
24
24
24
.878
Sig. (2-tailed)
Zscore (JENSEN)
24
107
a,b
Test Statistics
Zscore(NILAI) Chi-Square
71.731
df Asymp. Sig.
3 .000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variabel: INDEKS