BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada zaman modern ini proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, penyakit dapat diartikan sebagai sebuah keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk ataupun fungsi salah satu bagian tubuh yang menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat bekerja dengan normal (Timmreck 2005). Maka kebersihan sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat supaya tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain (id.wikipedia.org). Lingkungan yang bersih dan asri merupakan dambaan bagi setiap warga masyarakat yang menempati suatu pemukiman. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Masalah mengenai kebersihan lingkungan yang tidak kondusif disebabkan karena masyarakat selalu tidak sadar akan baiknya kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan juga tidak dipergunakan dan juga tidak dirawat dengan baik. Akibatnya ialah terdapat masalah penyakit, Masalah-masalah yang kerap mengganggu kesehatan warga suatu pemukiman
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
sering kali berasal dari kurangnya kualitas kebersihan dari warga dan lingkungannya. Masalah kebersihan lingkungan tersebut selalu menjadi perdebatan dan juga masalah yang terus berkembang. Kasus yang menyangkut suatu masalah kebersihan lingkungan pada tiap tahunnya terus meningkat Bahkan sampai sekarang menjadi masalah besar karena jumlah sampah yang semakin besar dan banyaknya sampah yang sulit di daur ulang (Manongko, 2011). Ferry Jaolis (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pembahasan mengenai isu lingkungan di negara-negara maju telah diawali dan dikembangkan sejak tahun 1990an. Sampah-sampah ini dapat berupa produk buangan dari pabrik, sampah dari kemasan produk konsumen, produk-produk yang sulit di daur ulang bahkan prihatin dengan penggunaan yang berlebihan pada energy dan sumber daya alam. TABEL 1.1 DATA SAMPAH DI DUNIA PADA TAHUN 2006 No Negara
Timbulan Organik Kertas Plastik (kg/cap) (%) % % 0.65 46 20 21 1 Thailand 0.7 55 2 Vietnam 0.76 48 30 9.8 3 Malaysia 0.6 60 2 2 4 Indonesia 75 2 1 5 Asia (rata2) 0.42 0.72 25.4 28.7 4.6 6 Eropa(rata2) 1.12 11.7 38.5 11.9 7 Japan 1.97 12 43 5 8 USA Sumber : B.G. Yeoh, Municipal Solid Waste Generation and Composition, Asean Committee On Science & Technology, Sub Committee On Non Conventional Energy Research, 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
Berdasarkan data tabel 1.1 diatas volume sampah atau berat sampah di benua Asia pada tahun 2006 yang paling banyak berasal Jepang yaitu 1.12kg/cap dan rinciannya yaitu organik 11.2% kertas 38.5% dan plastik 11.9%. Sedangkan negara Malaysia, Vietnam dan Thailand merupakan penyumbang sampah terbanyak setelah jepang dimana rata-rata dengan perbedaan timbulan dengan rata-rata berkisar 0.5kg/cap. Lalu setelah itu Indonesia berada diurutan ke 5, volume sampah Indonesia sebesar 0.6 menyumbang sampah sebesar organik 60%, kertas 2% dan plastik 2%. Sedangkan untuk keseluruhan total peyumbang sampah di Negara-negara Asia menghasilkan rata-rata volume sampah sebesar 0.42% yaitu sampah organik merupakan yang terbesar sebanyak 75%. Semantara kawasan benua Eropa rata-rata volume sampah sebesar 0.72kg/cap dan USA volume sampah sebesar 1.97kg/cap.
GAMBAR 1.1 DATA SAMPAH YANG TERSEBAR DILAUTAN Sumber : science.sciencemag.org/content/347/6223/768 www.motherjones.com/environment/2015/02/ocean-plastic-waste-china
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
Berdasarkan gambar 1.1 di dalam ranking tersebut, Indonesia menduduki negara nomor dua terbesar penghasil dan penyumbang sampah plastik ke lautan. Total sampah plastik dari negara Indonesia mencapai 1,29 juta metrik ton per tahun. Indonesia hanya kalah dari China yang menghasilkan sampah plastik ke lautan sebanyak 3,53 juta metrik ton per tahun. Mengungguli Filipina dan Vietnam yang masing-masing menyumbang 0,75 dan 0,73 juta metrik ton sampah plastik per tahun. Selengkapnya daftar 20 negara penyumbang terbesar sampah plastik di lautan adalah sebagai berikut: China dengan 3,53 juta metrik ton sampah plastik per tahun, Indonesia (1,29), Filipina (0,75), Vietnam (0,73), Sri Lanka (0,64), Thailand (0,41), Mesir (0,39), Malaysia (0,37), Nigeria (0,34), Bangladesh (0,31), Afrika Selatan (0,25), India (0,24), Algeria (0,21), Turki (0,19), Pakistan (0,19), Brazil (0,19), Myanmar (0,18), Maroko (0,12), Korea Utara (0,12), Amerika Serikat (0,11). Indonesia jauh mengalahkan negara India yang memiliki penduduk lebih banyak, bandingkan penduduk Indonesia yang sekitar 255 juta (2015) menghasilkan 1,29 juta metrik ton sampah plastik. Sedangkan India dengan penduduk yang jauh lebih besar, sekitar 1,2 miliar, ‘hanya’ menyumbang 0,24 juta metrik ton sampah plastik per tahun. Dengan Brazil yang jumlah penduduknya berselisih sedikit, sekitar 205 juta. Namun Brazil ‘hanya’ menyumbang 0,19 juta metrik ton sampah plastik per tahun. Brazil berada diperingkat ke-16, berselisih jauh dengan peringkat Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
TABEL 1.2 DATA PERINGKAT NEGARA PENYUMBANG SAMPAH DIDUNIA No
Country
Percentage of waste that is mismanaged
Quantity of managed waste (MMT/years)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
76 8.82 China 83 3.32 Indonesia 83 1.88 Philippines 88 1.83 Vietnam 84 1.59 Sri lanka 75 1.03 Thailand 69 0.97 Egypt 57 0.94 Malaysia 83 0.85 Nigeria 89 0.79 Bangladesh 56 0.63 South Africa 87 0.60 India 60 0.52 Algeria 18 0.49 Turkey 88 0.48 Pakistan 11 0.47 Brazil 89 0.46 Burma 68 0.31 Maroco 90 0.30 North Korea 2 0.28 United States Sumber data : Jambeck et al 2015
Percentage of Quantity of plastic global debrits mismanaged (MMT/Years) plastic waste 27.7 1.32-3.53 10.1 0.48-1.29 5.9 0.28-0.75 5.8 0.28-0.73 5.0 0.24-0.64 3.2 0.15-0.41 3.0 0.15-0.39 2.9 0.14-0.37 2.7 0.13-0.34 2.5 0.12-0.31 2.0 0.09-0.25 1.9 0.09-0.24 1.6 0.08-0.21 1.5 0.07-0.19 1.5 0.07-0.19 1.5 0.07-0.19 1.4 0.07-0.18 1.0 0.05-0.12 1.0 0.05-0.12 0.9 0.04-0.11
Menurut tabel 1.2 Indonesia jadi salah satu pemicunya negara Asia masuk 10 besar. Jambeck menjelaskan, dari temuan studinya, China dan Indonesia merupakan 2 negara yang paling banyak membuang sampah ke laut. Selain itu, negara lainnya adalah Filipina, Vietnam dan Sri Lanka. Kata dia, lebih dari setengah sampah plastik yang mengalir ke laut datang dari 5 negara, yakni China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri Lanka, diikuti oleh Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria dan Bangladesh. Ilmuwan tersebut memperkirakan akumulasi sampah plastik di lautan akan mencapai sekitar 170 juta ton pada 2025 jika para penyumbang terbesar, yakni mayoritas
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
negara-negara berkembang di Asia tidak menanggulangi cara pembuangan sampah. "Perkiraan ini berdasarkan tren populasi dan penanganan sampah tiap negara, meski ada beberapa perubahan untuk mengelolanya dengan lebih baik," papar Jenna Jambeck. Negara industri Barat yang berada di daftar 20 penyumbang sampah plastik terbesar adalah Amerika Serikat. "Sampah plastik yang datang dari negara itu adalah karena pembuangan sampah sembarangan," kata Jenna. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Science itu, China bertanggung jawab atas 2,4 juta ton plastik yang sampai di lautan, atau hampir 28 persen dari jumlah total. AS berkontribusi menambah jumlah sampah 77.000 ton atau kurang dari 1 persen. "Negara-negara maju biasanya memiliki sistem untuk menjerat dan mengumpulkan sampah plastik," ujar Jambeck. Nancy Wallace, yang mengepalai program sampah kelautan di Badan Nasional Kelautan dan Atmosferik, mengatakan sampah plastik di perairan merupakan isu penting di dunia. Dalam penelitiannya itu, Jambeck dan timnya menggunakan statistik Bank Dunia mengenai aliran sampah 192 negara untuk melacak dan memperkirakan polusi plastik dari sumbernya (Riz/Ein). Sementara di cakupan lebih kecil, produksi sampah plastik lagi-lagi ada di urutan kedua penghasil sampah domestik (alias di Indonesia). Sekitar 5,4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total sampah di Indonesia, kata Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Sri Bebassari pada Antara. Terkait dengan posisi Indonesia, Greenpeace Indonesia menyatakan bahwa kita telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
menciptakan bencana, langsung ataupun tidak langsung, bagi masa depan lautan kita. Tentu saja melihat statistic tersebut kita bisa mengetauhi dampak yang ditimbulkan akibat sampah, dimana terjadi kerusakan ekosistem, pencemaran lingkungan masalah kesehatan dan lain-lain. Melihat fenomena tersebut tidak dapat di pungkiri sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan dapat mengakibatkan pencemaran, kerusakan lingkungan dan lain-lain. Sikap mencerminkan kepribadian seseorang, dengan melihat sikap seseorang saja kita dapat mengetahui apakah tindakan yang mereka lakukan sudah baik atau belum. Sri Utami Rahayuningsih mengungkapkan sikap merupakan bentuk kesiapan untuk bereaksi pada objek tertentu, dan suryani (2008) mengatakan bahwa sikap terbentuk dari 3 komponen yang saling berhubungan yang terdiri dari Kognitif (pengalaman), Afektif (perasaan), dan Konatif (tindakan). Dari ke tiga unsur tersebut nantinya akan membentuk sebuah sikap, dimana masyarakat indonesia bersikap seperti apa setelah mengetahui fenomena diatas. Sikap seseorang sendiri bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh budaya dan pengaruh oleh orang (kelompok) lain seperti yang dikatakan oleh Azwar S (2011) Indonesia sendiri memiliki budaya yang cukup beragam dimana masing-masing budaya tersebut meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan. Budaya mewakili pengalaman individu-individu masyarakat asuahannya, sebagai akibatnya budaya telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
masalah. Eksistensi dari suatu budaya dapat memberikan pengaruh kepada seseorang untuk melestarikan lingkungan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat seperti yang dikatakan (Pabundu Tika 2006). Masyarakat atau individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap seseorang atau kelompok yang dianggap penting, dimana kecenderungan ini di motivasi untuk menghindari konflik serta untuk mendapatkan pengakuan dari individu atau kelompok yang dianggap penting. Kelompok atau individu yang mempunyai kapabiltas dapat membuat seseorang mengikuti dan menaati peraturan yang ada. Menurut Rorlen (2007) kelompok referensi yang terdiri dari satu orang atau lebih, yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan, yang akan membentuk sikap umum atau khusus, mempengaruhi orang lain melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif konsumen, Berdasarkan latar belakang di atas budaya dan kelompok referensi diperkirakan dapat mempengaruhi sikap Mahasiswa pro lingkungan. Maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh budaya dan Kelompok Referensi Terhadap Sikap Konsumen Pro Lingkungan (Studi kasus sikap Mahasiswa/i Pro Lingkungan wilayah Jakarta barat)”. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah utama yang menjadi fokus penelitian pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah budaya dapat mempengaruhi sikap Konsumen pro lingkungan ?
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
2. Apakah kelompok referensi dapat mempengaruhi sikap Konsumen pro lingkungan ? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini dapat dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis budaya dapat mempengaruhi sikap Konsumen pro lingkungan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kelompok referensi dapat mempengaruhi sikap Konsumen pro lingkungan.
2. Kontribusi Penelitian 1. Kontribusi akademis Untuk kontribusi akademis penilitian ini diharapkan dapat berkontribusi
sebagai
membandingkan antara
pendalaman
pengetahuan
untuk
teori dan praktek mengenai pengaruh
Budaya dan Kelompok Referensi terhadap Sikap Konsumen Pro lingkungan. 2. Kontribusi praktis Untuk praktisi penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai masukan untuk memberikan gambaran yang jelas dan sebagai tambahan sumber infomasi bagi konsumen dan mahsiswa mengenai pengaruh Budaya dan Kelompok Referensi terhadap Sikap Konsumen Pro lingkungan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z