BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa, sebagaimana halnya dikemukakan oleh Kluckhohn di dalam
karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture (dalam Nugroho dan Muchji, 1996: 22), merupakan salah satu dari 7 (tujuh) unsur-unsur kebudayaan universal. Dijelaskan lebih lanjut bahwa bahasa merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan. Pada perkembangan selanjutnya dalam proses interaksi dengan individu atau kelompok lain, bahasa yang diwujudkan secara lisan ataupun tulisan tidak disusun secara sembarangan, melainkan harus mengikuti aturan yang ada. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa atau yang dipergunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut dengan tata bahasa (Lanin, 2010: 1). Bahasa manapun di dunia ini memiliki pedoman tata bahasanya sendiri, tak terkecuali dengan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Baik dalam bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia dapat ditemukan persamaan dan perbedaan di antara kedua tata bahasanya. Di luar hal itu, kedua bahasa tersebut tentunya memiliki keunikan tersendiri pula dalam hal tata bahasanya, misalnya dalam bahasa Indonesia aturan sintaksisnya jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan 9
Universitas Sumatera Utara
bahasa Mandarin, sehingga tidak jarang mereka yang mempelajari kedua bahasa tersebut mengalami kesulitan dan kesalahan terutama dalam hal konstruksi kalimat. Penulis, dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin, mendapatkan fakta bahwa banyak pelajar/ mahasiswa masih melakukan kesalahan dalam penggunaan tata bahasa ketika mengerjakan tugas menulis karangan atau menyusun kalimat oleh guru/ dosen. Salah satu kesulitan dan kesalahan konstruksi kalimat yang seringkali ditemukan yakni, pada kalimat yang menggunakan kata nosional (full word), khususnya adverbial atau keterangan. Berikut ini beberapa contoh kesalahan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin yang penulis peroleh:
Tabel 1.1. Tabel Contoh Kesalahan Penggunaan Adverbial dalam Kalimat Bahasa Mandarin Kalimat yang salah
Kalimat yang benar
Arti dalam bahasa Indonesia
我去上课每 每天早上。
我每 每天早上去上课。
Saya setiap pagi
Wǒ qù shàngkè měitiān
Wǒ měitiān zǎoshang qù
hari pergi ke
zǎoshang.
shàngkè.
sekolah.
妈妈正在煮饭在 在厨房。
妈妈正在在 在厨房煮饭。
Māmā zhèngzài zhǔ fàn zài
Māmā zhèngzài zài
chúfáng.
chúfáng zhǔ fàn.
我说对 对他: “不去。”
我对 对他说: “不去。”
Wǒ shuō duì tā: “Bù qù.”
Wǒ duì tā shuō: “Bù qù.”
Ibu sedang menanak nasi di dapur. Saya mengatakan padanya, “Tidak pergi.”
10
Universitas Sumatera Utara
Dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa salah satu alasan terjadinya kesalahan penggunaan adverbial yakni, pelajar/ mahasiswa masih mengacu kepada tata bahasa kalimat bahasa Indonesia ketika membangun kalimat bahasa Mandarin. Dalam bahasa Indonesia, sering terjadi salah kaprah antara penyebutan dan pemaknaan kata keterangan (adverbia) dengan keterangan (adverbial). Istilah adverbia pada dasarnya berbeda dengan adverbial/ adjunct. Sneddon (1996: 207) menyatakan bahwa, “Adjuncts are components of a clause which give information about such matters as place, time, frequency, and manner. Adjuncts may be single words prepositional phrases (see 2.118ff) or other phrase types. Adjuncts are often called adverbs or adverbials, although here the word adverb is restricted to adjuncts of manner.” Berikut ini contoh kalimat bahasa Indonesia yang akan memperjelas perbedaan adverbia dan adverbial:
Tabel 1.2. Tabel Contoh Kalimat Bahasa Indonesia Beserta Pembagiannya Berdasarkan Jenis Kata dan Jabatan Kalimat Pada malam hari Kata keterangan
tentara
menyerang
Kata benda Kata kerja
musuh
di wilayah tersebut.
Kata benda
Kata keterangan
Pada malam hari tentara menyerang musuh di wilayah tersebut. Adverbial
Subyek
Predikat
Obyek
Adverbial
11
Universitas Sumatera Utara
Jadi dapat disimpulkan bahwa adverbia adalah jenis kata yang dapat berfungsi sebagai adverbial, sedangkan adverbial adalah salah satu jabatan kalimat yang memodifikasi predikat. Maka untuk selanjutnya penulis akan memakai istilah “kata keterangan” untuk adverbia dan istilah “adverbial” untuk keterangan. Adverbial, yang dalam bahasa Mandarin disebut sebagai zhuàngyǔ [状语], dapat dilihat dari dua segi. Dilihat dari segi frase, zhuàngyǔ [状语] adalah kata yang digunakan untuk menerangkan kata kerja dan kata sifat. Sedangkan bila dilihat dari segi kalimat, zhuàngyǔ [状语] merupakan jabatan kalimat yang digunakan untuk menerangkan predikat (Liu, 2012: 503). Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan istilah adverbial, baik untuk bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan selain untuk menegaskan perbedaan istilah adverbia dengan adverbial yang sering terjadi salah kaparah dalam bahasa Indonesia, juga untuk memudahkan pembaca yang tidak mengerti maupun yang sedang belajar bahasa Mandarin memahami istilah adverbial yang ingin disampaikan oleh penulis. Adverbial memegang peranan yang sangat penting di dalam pembelajaran bahasa, terutama bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Dengan menelaah penggunaan adverbial, kita dapat meningkatkan kemampuan interaksi bahasa serta membantu dalam membangun kalimat yang efektif. Adverbial juga merupakan sebuah kebutuhan dalam sistem tata bahasa serta salah satu metode penting untuk menyatakan subjektivitas (Li, 2008: 2). 12
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini contoh kalimat bahasa Mandarin yang menggunakan adverbial: 昨天
杰克
跟爷爷
zuótiān
Jiékè
gēn yéye
kemarin Jack dengan kakek
在公园里
聊天儿。
zài gōngyuán lǐ
liáotiānr.
di taman
mengobrol
Jack kemarin mengobrol dengan kakek di taman. Dari contoh kalimat tersebut, yang termasuk adverbial adalah zuótiān [昨天], zài gōngyuán lǐ [在公园里], dan gēn yéye [跟爷爷]. Kurangnya pemahaman mendalam terhadap persamaan dan perbedaan penggunaan adverbial baik pada kalimat bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia mengakibatkan seringnya terjadi kesalahan di dalam berbahasa yang benar. Misalnya seperti kesalahan dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin yang penulis temukan dan kemukakan di atas. Hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kontrastif Penggunaan Adverbial dalam Kalimat Bahasa Indonesia dengan Bahasa Indonesia”. Penulis mengharapkan tulisan ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi siapa saja yang mempelajari bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia, terutama membantu dalam menghindari kesalahan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Di samping itu, bagi pelajar yang mempelajari bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua akan lebih memudahkan dalam hal membangun kalimat yang baik dan benar.
13
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, dalam bahasa Mandarin, penggunaan adverbial dalam kalimat bisa berada di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, penggunaan adverbial dalam kalimat lebih fleksibel. Berikut ini adalah contoh penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin: 上个星期 shàng gè xīngqi
在商场
妹妹
zài shāngchǎng mèimei
minggu lalu
di pasar
已经
买
笔。
yǐjīng
mǎi
bǐ.
adik (pr) telah
membeli
pulpen
Berikut ini adalah contoh penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Indonesia: Adik (pr) minggu lalu telah membeli pulpen di pasar. Dari kedua contoh di atas, dapat terlihat penggunaan adverbial secara umum dalam kalimat bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia. Selain contoh adverbial tunggal di atas, ada pula adverbial jamak seperti yang terdapat dalam contoh kalimat di bawah ini: 这种做法 Zhè zhǒng zuòfǎ metode semacam ini
对社会、
对个人
都
duì shèhuì,
duì gèrén
dōu
bagi masyarakat
有利。 yǒulì.
bagi individu semua bermanfaat
Dalam kalimat bahasa Indonesia, adverbial jamak setara ini penggunaannya yakni sebagai berikut: Metode semacam ini, baik bagi masyarakat maupun individu, sangat bermanfaat. Analisis di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kontrastif. Alasan pertama mengapa pendekatan ini penulis gunakan yakni, karena bahasa yang penulis teliti adalah 2 (dua) bahasa dengan rumpun yang berbeda. 14
Universitas Sumatera Utara
Bahasa Mandarin termasuk ke dalam rumpun bahasa Sino-Tibet. Sedangkan, bahasa Indonesia termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Alasan berikutnya yakni, penelitian ini lebih sesuai menggunakan pendekatan analisis kontrastif yang bersifat sinkronik (compares languages of the same period) daripada analisis komparatif yang bersifat diakronik (compares languages that descended from a common ancestor). Penulis mencoba menguraikan persamaan dan perbedaan kedua bahasa dari periode waktu yang sama atau sezaman, bukan ingin membuktikan hubungan parental turun-temurun kedua bahasa tersebut seperti sasaran yang ingin dicapai analisis komparatif (Naibaho, 2006: 2). Seperti yang dipaparkan oleh Tarigan (1992: 4), “Analisis kontrastif merupakan kegiatan membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua melalui identifikasi persamaan dan perbedaan kedua bahasa tersebut”. Kajian ini sangat penting perannya di dalam proses belajar bahasa kedua dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli bahasa sedangkan penerapannya diserahkan kepada para ahli belajar bahasa kedua. Analisis kontrastif biasanya menunjukkan tingkat kesukaran yang akan dihadapi oleh siswa bahasa, sehingga mempermudah guru dalam menentukan urutan proses belajar bahasa kedua. Dengan demikian, diharapkan siswa bahasa dapat segera menguasai bahasa keduanya dengan cepat dan kemudian menjadi dwibahasawan (Nurhadi, 1995: 70). Selain analisis kontrastif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan tata bahasa, terutama yang berkaitan dengan adverbial. Melalui pendekatan tata bahasa, persamaan dan perbedaan penggunaan adverbial dari kedua bahasa yang dibandingkan akan semakin jelas dan detil. 15
Universitas Sumatera Utara
Selama melakukan penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang juga membahas mengenai analisis kontrastif, adverbial bahasa Mandarin, serta adverbial bahasa Indonesia. Namun dari beberapa penelitian tersebut, ada beberapa poin yang tidak ditelaah, misalnya perbedaan apa saja yang ditemukan apabila adverbial ditempatkan dalam kalimat bahasa Mandarin dengan kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan menelaah persamaan dan perbedaan adverbial dalam bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia, lebih jauh lagi terutama dari segi penempatannya dalam kalimat, yang menjadi perbedaan dari penelitian-penelitian terkait sebelumnya.
1.2
Ruang Lingkup Pembahasan Untuk menghindari analisis yang terlalu luas, maka ruang lingkup yang akan
dibahas dalam karya tulis ini adalah hanya memaparkan atau mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah penulis paparkan
di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini dapat diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana persamaan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan kalimat bahasa Indonesia?
16
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana perbedaan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan kalimat bahasa Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan persamaan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan perbedaan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.
1.5
Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan masalah yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1
Manfaat Teoritis 1.
Dengan memahami persamaan dan perbedaan kedua bahasa yaitu bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, maka diharapkan penelitian ini akan membantu pembelajar untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan ataupun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pembelajaran bahasa.
17
Universitas Sumatera Utara
2.
Dapat membantu siapa saja yang mempelajari bahasa Mandarin guna menghindari kesalahan penggunaan adverbial dalam kalimat pada bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.
3.
Dapat
menambah
ilmu
pengetahuan
dalam
bidang
linguistik/
kebahasaan terhadap adverbial dalam kalimat baik pada bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.
1.5.2
Manfaat Praktis 1.
Memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai rujukan/ referensi bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang lebih mendalam di masa yang akan datang pada bidang tata bahasa, khususnya pada jabatan kalimat adverbial.
18
Universitas Sumatera Utara