1
BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar
Belakang
Karsinoma payudara adalah keganasan pada payudara yang
berasal
Karsinoma
dari
sel
epitel
kelenjar
payudara.
merupakan penyakit yang kompleks yang dari
segi klinis, morfologis dan molekular sangat beragam. Keberagaman ini tidak bisa hanya dijelaskan berdasarkan berbagai petanda (biomarkers) seperti reseptor estrogen (ER), growth
reseptor factor
digunakan
progesteron receptor
untuk
2
(PR), (HER2)
diagnosis
dan
ataupun yang
epidermal
secara
terapi
rutin
penderita
karsinoma payudara. Pemahaman tentang parameter klinis karsinoma payudara seperti derajat histologis, ukuran tumor, keterlibatan limfonodi, ataupun umur juga perlu diperhatikan. (Ferlay et al., 2010; Soerjomataram et al., 2012). Karsinoma
payudara
tunggal
melainkan
fenotip
yang
berbeda–beda
bukan
penyakit
beragam sehingga
dan
yang
terdiri
memiliki
merupakan
penyakit
heterogen, dari hasil
dengan
subtipe
yang
klinis
yang
berbeda. Pemahaman akan heterogenisitas tersebut adalah kunci
untuk
melakukan
pengembangan
intervensi
2
pencegahan
karsinoma
dan
terapinya.
Penelitian-
penelitian terbaru menjelaskan keberagaman intertumoral dan intratumoral tentang hipotesis karsinoma stem sel dan
hipotesis
progresi
evolusi
tumor
yang
klonal.
sebagian
Meskipun besar
inisiasi
diakibatkan
dan oleh
perubahan genetik, data terakhir mengimplikasikan bahwa ada
pula
bagian
yang
terkait
dengan
perubahan
mikroenviromental dan epigentik. (Poyak, 2007). Sejak beberapa dekade telah dilakukan penelitian untuk memperdalam mengenai biologi molekular karsinoma payudara sehingga penyakit ini terbagi menjadi beberapa subtipe molekular antara lain; Luminal A, Luminal B, HER-2 positif dan tripel negatif dengan profil ekspresi gen yang berasal dari DNA komplementer. (El-Hawary et al., 2012) Luminal A karsinoma payudara adalah subtipe yang paling sering terjadi, sekitar 50-60% dari total kasus. Subtipe luminal A memiliki prognosis yang relatif baik dengan
kekambuhan
sekitar
27,8%,
paling
rendah
dibandingkan dengan subtipe lainnya. (Eroles et al., 2012) Subtipe
luminal
B
memperlihatkan
fenotip
yang
lebih agresif dibandingkan dengan subtipe luminal A dan juga menunjukkan derajat keganasan yang tinggi sehingga
3
memiliki
prognosis
yang
lebih
buruk.
Tumor
dengan
subtipe luminal B terjadi pada 10-20% dari semua kasus. (El- Hawary et al., 2012; Eroles et al., 2012). Sekitar 15-20% karsinoma payudara adalah subtipe HER-2
positif.
proliferatif. terdiagnosa
Secara
morfologis
Karsinoma
payudara
di
usia
lebih
muda
tumor
ini
subtipe
sangat
ini
dibandingkan
akan dengan
subtipe luminal A dan luminal B. (Eroles et al., 2012) Subtipe
tripel
negatif
atau
subtipe
basal-like
memilik profil imunohistokimia ER-, PR-, dan HER-2 -. Karsinoma ini berasal dari sel basal duktus kelenjar yang cenderung memiliki indeks mitosis tinggi, tumor nekrosis, dan margin yang luas. Karsinoma subtipe ini memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan subtipe
luminal
dengan
kekambuhan
yang
lebih
tinggi
pada tiga tahun pertamanya. (Eroles et al., 2012). Beberapa
penelitian
menunjukkan
perbedaan
frekuensi subtipe karsinoma payudara. Penelitian yang dilakukan pada wanita Mesir mendapatkan subtipe luminal A
paling
dominan
(41.2%),
diikuti
subtipe
tripel
negatif (28.5%), subtipe HER2 (19.4%), dan yang jarang adalah subtipe luminal B (13.9%). (El-Hawary et al., 2012). Penelitian lain mendapatkan presentase relatif tinggi subtipe tripel negatif pada wanita Asia (11%)
4
dan
pada
wanita
Tunisia
(18%).
(Abdelkrim
et.
al.,
2010). Penelitian histologis, karsinoma
Malhotra
molekular, payudara
dan
et
al.
subtipe
mendapatkan
(2010)
mengenai
fungsional bahwa
pada
penilaian
karsinoma yang hanya berdasarkan aspek histologis lesi primer kurang memiliki dasar aspek molekular, sedangkan klasifikasi subtipe molekular lebih banyak memberikan informasi yang penting. Menurut Eroles et. al. (2012), klasifikasi
karsinoma
payudara
merupakan
parameter
tradisional yang didasarkan oleh ekspresi gen. Penelitian
mengenai
hubungan
antara
subtipe
molekular dan derajat histologis belum begitu banyak dilakukan. Derajat histologis adalah faktor determinan penting dalam menentukan prognosis. (Rakha et al., 2010 ; Ferlay et al., 2010; Soerjomataram et al., 2012). Penelitian El-Hawary et. al. (2012) menunjukkan adanya korelasi
yang
signifikan
derajat
histologis
antara
subtipe luminal dan non luminal. Atas dasar tersebut, penelitian mengenai hubungan antara subtipe molekular dan derajat histologis perlu dilakukan agar terapi dan prognosis dapat ditegakkan dengan tepat.
5
I. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah
ada
hubungan
antara
subtipe
molekular
dengan derajat histologis karsinoma payudara?
I. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara
subtipe
molekular
dengan
derajat
histologis pada penderita karsinoma payudara.
1. 4. Manfaat Penelitian Penelitian hubungan
antara
histologis
pada
yang
bertujuan
subtipe
untuk
molekular
karisnoma
payudara
mengetahui
dengan ini
derajat
bermanfaat
untuk: 1. Mengetahui hubungan subtipe molekular dengan derajat histologis untuk kepentingan membantu faktor prognostik dan terapi. 2. Dapat dijadikan untuk dasar penelitian lebih lanjut
mengenai
terapi yang tepat.
subtipe
molekular
dalam
penggunaan
6
I. 5. Keaslian penelitian Penelitian mengenai subtipe molekular dan derajat histologis belum begitu banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan El-Hawary et al., 2012 pada Molecular Subtypes
of
Breast
Clinicopathological ditemukan luminal
korelasi
dan
non
Carcinoma Features yang
in
Egyptian
mendapatkan
signifikan
luminal
dengan
Women:
antara
derajat
bahwa subtipe
histologis.
Sementara itu, sepengetahuan penulis sampai sejauh ini belum
pernah
subtipe
dilakukan
molekular
penelitian
dengan
derajat
mengenai
hubungan
histologis
penderita karsinoma payudara di Yogyakarta.
pada