1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
merupakan
proses
perbaikan,
penguatan,
dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan yang dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat.1 Suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpahnya sumber daya alam tetapi juga sumber daya manusianya, yang juga dilihat dari karakter bangsa manusia itu sendiri.2 Pendidikan karakter tiba-tiba menjadi wacana hangat pada pendidikan Indonesia ini, pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Selama ini peserta didik hanya dijejali dengan soal-soal yang bertujuan untuk kecerdasan dan terampil namun miskin perilaku atau karakter. Dikarenakan menurunnya nilai atau akhlak bagi kalangan akademis. Selama ini
1
M Rokib,Ilmu Pendidikan Islam,(Yogyakarta: LKIS, 2009), hlm. 15. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet.1, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.2. 2
1
2
bangsa kita kehilangan pondasi atau dasar karena hanya mengandalkan sikap pengetahuan saja tanpa melibatkan perilaku terpuji.3 Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.4 Aspek pendidikan yang terpenting menurut ikhwanul muslimin adalah aspek kejiwaan atau akhlak (karakter). Mereka sangat mementingkan dan mengutamakannya serta menganggapnya sebagai tonggak pertama untuk perubahan masyarakat. Menurut Hasan al-Bana menamakan tongkat komando perubahan.5 Islam memandang akhlak sebagian dari pada iman atau sebagian buahnya yang matang, sebagaimana iman dalam Islam tergambar pada keselamatan aqidah dan keikhlasan beribadah, tergambar pula pada kemantapan akhlak dalam hadits berikut ini:
3
Bambang Q Annes dan Andang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur‟an, ( Bandung : PT. Simbiosa, Rekutama Media, 2009), hlm.1. 4 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011),cet. 1 .hlm. 45 5 Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al Bana,(Jakarta:PT.Bulan Bintang,1999), hlm.47.
3
.6
Hadis tersebut menjelaskan bahwa pentingnya sebuah akhlak, karena akhlak menunjukkan sebuah kesempurnaan iman seseorang mukmin. Budi pekerti atau akhlak karakter mempunyai jangkauan makna yang jauh sehingga Rasulullah SAW membatasi tujuan dalam risalahnya
sebagaimana dalam
sabda Rasulullah SAW :
7
.
Hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Pada dasarnya semua mata pelajaran di dalamnya termuat materi yang berkaitan dengan karakter. Secara substansif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait dengan akhlak mulia yaitu PAI dan kwarganegaraan. Keduanya langsung mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai dalam tingkah 6
Jalaludin Abdul Rahman bin Abi Bakri As Suyuti, Al Jami‟ As Shaghir, Juz 1, (Indonesia: Maktabah Daarun Ihyaul Kitab Al Arabiyah, t.t),hlm.55 7 Ibid, hlm.76
4
laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.8 Adapun tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan yang digariskan oleh Allah SWT untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.9 Melihat karakter pelajar sekarang sungguh sangat memprihatinkan, karena mengalami kemerosotan nilai-nilai moral dan agama, bisa dilihat dari sering terjadinya tawuran antar pelajar, ketidak jujuran dalam ujian, narkoba, sex bebas, game online yang merubah karakter seseorang menjadi tidak baik dan lain sebagainya. Jika masalah ini tidak segera diatasi maka akan menyebabkan kehancuran nilai-nilai moral dan agama bagi bangsa ini. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengajarkan isi kitab Nashāihul Ibād khususnya di pendidikan formal karena jarang diajarkan di pendidikan formal. Padahal kitab ini berisi tentang nasehat-nasehat spiritual dan pendidikan karakter yang sangat baik untuk pembentukan karakter. Dalam kitab Nashāihul Ibād juga dijelaskan bahwa Hasan Al-Basri RA, seorang tokoh tabiin barkata:
8
Jamal Makmur Asmuni, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,(Yogyakarta: Diva Pres, 2011), hlm.58-59. 9 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insan, 2004), hlm.159-160
5
10
Menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dari Hasan al-Basri (salah satu ulama‟ besar generasi Tabi‟in) menyatakan : “Barang siapa tidak beradab, maka tidak berilmu; barang siapa tidak mempunyai kesabaran, maka tidak mempunyai agama; dan barang siapa tidak mempunyai wara‟, maka tidak mempunyai tempat di dekat Tuhan”11 Imam Nawawi menjelaskan bahwa Adab di sini, meliputi adab terhadab Allah dan adab terhadap sesama manusia. Orang tidak beradab itu tidak berilmu, artinya ilmunya tidak berguna lagi. Kesabaran di sini adalah ketabahan dalam menghadapi bencana dan kelaliman sesama manusia, juga ketabahan dalam menjauhi maksiat dan dalam melaksanakan perintah agama. Wara‟ adalah kesanggupan diri untuk meninggalkan sesuatu yang haram dan sesuatu yang tidak jelas halal haramnya (syubhat).”12 Dilihat dari keterangan di atas, maka pendidikan karakter perlu diajarkan kepada anak sejak dini dengan mengkaji pendidikan karakter ini dapat menjadikan seseorang menjadi lebih baik dan utamanya berakhlakul karimah. Pendidikan karakter tidak hanya diajarkan dalam pendidikan formal saja atau dalam mata pelajaran yang diajarkan di pendidikan formal. Akan tetapi pendidikan karakter juga diajarkan di pesantren kepada santri melalui kajian kitab, salah satunya kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi bin Umar Al-Bantanī. Imam Nawawi Al Bantany nama lengkapnya adalah Abu Abdul Mu‟ti Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi yang lebih populer dengan sebutan As-Syaikh Nawawi l-Bantani As-Syafii. Beliau lahir di desa Tanara kecamatan
10
hlm.11
11
Imam Nawawi Al Bantani, Nashaihul Ibad,(Semarang:Pustaka Alawiyah,t.t),
Imam Nawawi Al Bantani, Nashaihul Ibad Nasehat penghuni Dunia, terjemahan Aliy as‟ad, (Kudus: Menara Kudus, 1983), hlm. 40 12 Ibid, hlm. 40
6
Tirtayasa Kabupaten Serang Banten pada tahun 1230H/1813M, dari pasangan Umar dan Zubaidah. Beliau menulis banyak kitab seperti tentang tauhid, fiqih dan tasawuf. Beliau juga mempunyai banyak guru dan murid. Diantara muridmuridnya yang terkenal dan menjadi orang besar seperti KH.Hasyim Asy‟ary (pendiri Nahdhotul Ulama) dan KH.Kholil Bangkalan (gurunya para kyai di Jawa dan Madura), sampai sekarang pemikirannya melalui kitab-kitabnya masih dikaji dan diakui keluasan keilmuannya.13 Di
sini
penulis
ingin
mengangkat
judul
“NILAI-NILAI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB NASHĀIHUL IBĀD KARYA AS-SYAIKH IMAM NAWAWI AL-BANTANI” dengan alasan sebagai berikut: 1. Karena di dalam kitab Nashāihul Ibād mengajarkan tentang akhlak(karakter) yang berisi tentang nasehat-nasehat spiritual sebagai pedoman hidup agar mendapatkan kebahagiaan di dunia mupun di akhirat. 2. Karena kitab Nashāihul Ibād biasanya hanya dikaji di pesantren saja dan masih jarang dikaji di sekolah-sekolah umum.
13
Aziz Mazhuri, 99 Kiai Kharismatik Indonesia:Biografi, Perjuangan, Ajaran DoaDo‟a Utamanya yang Diwariskan, Cet. Ke-2, (Yogyakarta: Kutub, 2008), hlm.27
7
B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. 2. Bagaimanakah relevansi kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani dengan pendidikan karakter sekarang. Penegasan istilah Untuk menghindari adanya pembiasan atau kesalah pahaman, maka perlu adanya penegasan istilah yang diangkat sebagai berikut: a. Nilai-nilai. Secara etimologis nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.14 b. Pendidikan Karakter. Secara etimologis karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.15
14
Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.783 15 Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kempat, (Jakarta: Gramedia, 2012), hlm.623
8
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan sebagainya.16 c. Kitab Nashāihul Ibād Nashāihul Ibād (Nasihat-nasihat bagi hamba Allah) adalah kitab yang dikarang oleh As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani, kitab ini adalah penjelasan (syarah) dari kitab Munabbihāt „Alal Isti‟dād Li Yaumil Ma‟ād (peringatan dan nasihat untuk melakukan persiapan menghadapi hari kiamat) yang dikarang oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Al-mishri. Kitab ini merangkan tentang akhlaktasawuf, yang berisi maqalah-maqalah (bahasan) dan nasihatnasihat bagi hamba Allah (ibadullah). C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. 2. Untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani.
16
Bambang Q Annes dan Andang Hambali, Op. Cit, hlm. 99
9
D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Untuk memberikan wawasan keilmuan dan memberikan informasi tentang pendidikan karakter. b. Sebagai wacana dan pedoman pendidikan karakter sehingga anak didik, keluarga maupun masyarakat dapat mengetahui antara yang benar dan yang salah dalam maenjalani kehidupan dengan baik. 2. Kegunaan Praktis a. Memberikan sumbangan terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pendidikan karakter. b. Memecahkan masalah sekarang yang sedang terjadi yaitu krisis moralitas. c. Sebagai sumbangsih pemikiran agar dapat dijadikan pedoman bagi seseorang dalam berperilaku. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Pendidikan Islam merupakan upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.
10
Nilai-nilai yang dijadikan fokus pendidikan Islam adalahyang berkaitan dengan nilai-nilai Ilahi yang tercermin pada kesempurnaan akhlak dan tingkah laku terpuji.17 Tujuan pokok dalam pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Imam Ghozali berpendapat, tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah bukan pangkat, harta dan kawan. Akan tetapi tidak berarti kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal ataupun segi praktis lainnya.18 Dalam buku bambang, menurut Arismantoro dijlaskan, bahwa pendidikan karakter sangat ditentukan oleh tegaknya pilar karakter, Pendidikan dan metode yang digunakan. Hal ini penting sebab sebab tanpa identifikasi karakter pendidikan karakter hanya akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta dan tujuan.19 2. Hasil Penelitian yang Relevan Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu telah dilakukan penelitian terhadap judul-judul skripsi yang ada relevansinya terhadap judul yang akan dibahas. Diantara judul yang telah ditelaah adalah:
17
M Fadlil Al Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam Al Qur‟an, (Surabaya: Bina Ilmu,
1986), hlm.3. 18
M Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidkan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm.1. 19 Bambang Q Annes dan Andang Hambali, Op.Cit, hlm.26
11
Riza Muawanah dalam skripsinya “Strategi orang tua mendidik karakter anak sholeh menurut Imam Ghozali”, menulis bahwa membangun karakter berarti membangun tata nilai dalam pembentukan sifat karakter yang baikperlu melibatkan peran-peran aktif dari semua aspek. Orang tua salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter anak, karena lingkungan keluarga yang dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan saling menolong yang berdasarkan ikatan kuat antara keluarga sehingga mempunyai andil besar dalam membentuk karakter anak, serta dapat memotivasi anak untuk membina
meningkatkan kemampuan dan
potensinya.20 Menurut Uswatun Baroroh dalam skripsinya “Nilai-nilai pendidikan Karakter Dalam Kitab Qomigh at-Thughyan Karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani”, menulis bahwa pembentukan karakter yang baik perlu melibatkan peran-peran aktik dari semua aspek, baik dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sehingga muncul suatu sikap yaitu akhlak yang mulia dalam diri manusia dan menjadikan manusia yang berkepribadian muslim.21 Menurut Dzil Minani dalam skripsinya “Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel „Dalam Mihrob Cinta‟ Karya Habibur Rahman El Zirazy”, menulis bahwa tentang percintaan dan kerja keras yang 20
Riza Muawanah, “Strategi Orang Tua Mendidik Karakter Anak Sholeh Menurut Imam Ghozali”, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 59 21 Uswatun Baroroh, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Qomigh Thughyan Karya As Syeikh Imam Nawawi Al Bantani”,Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.64
12
ditunjukan oleh sikap Syamsul. Dalam novel ini mempunyai amanah penting yaitu kesuksesan dapat diraih dengan kerja keras (usaha), do‟a serta tidak mudah utus asa. Sedangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel ini adalah kejujuran, tanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain serta kerja keras.22 Dalam skripsinya Rakhman Hakim, yang berjudul “Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Pendidikan Islam Telaah Kitab Al-Tibyan Fi Adabi
Hamala Al-Qura‟an Karya Imam Nawawi”, Ada
sekitar 13
kepribadian yang ditawarkan imam nawawi dalam kitab al-Tibyan fi adabi hamala al-Qur‟an yang dapat disederhanakan menjadi 3 bentuk yaitu; pertama kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Kedua, disiplin, arif dan berwibawa. Ketiga, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik. Dilihat dari materi kompetensi kepribadian guru yang ditawarkan imam nawawi dalam kitab al-Tibyan fi adabi hamala al-Qur‟an jika dikaitkan dengan pendidikan islam sekarang masih relevan, sebab konsep yang ditawarkannya terdapat ikatan saling mendukung denga teori-teori pendidikan Islam sekarang.23 Menurut
M Par‟i dalam skripsinya “ pendidikan anak dalam
keluarga menurut pemikiran Muhammad bin Umar An Nawawi l Bantani Telaah Kitab Tanqihul Qoul al-Hatsits”, menulis bahwa keluarga (orang 22
Dzil Minani, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel „Dalam Mihrob Cinta‟ Karya Habibur Rahman El Zirazy”,Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 74 23
Rakhman Hakim, “Kompetensi Kepribadian Guru dalam Pendidikan Islam Telaah Kitab Al Tibyan Fi Adabi Hamala Al Qura‟an Karya Imam Nawawi”, Skripsi,(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 78-79
13
tua) sangat berperan dan bertanggung jawab kepada anak-anaknya terutama dalam bidang pendidikan khususnya masalah agama. Materi yang ditawarkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya adalah tentang ketauhidan, al-Qur‟an, ibadah (shalat) dan akhlak. Metodenya adalah keteladanan, pembiasaan, nasehat dan hukuman. Tujuannya adalah menghilangkan kebodohan anak, mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT (agar bahagia dunia dan akhirat).24 3. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dibangun kerangka berfikir bahwa pendidikan karakter adalah suatu dasar dan tujan utama dalam pendidikan. Karena dimana pendidikan sendiri adalah bertujuan untuk memanusiakan manusia, jadi diharapkan setiap orang yang mengenyam pendidikan baik pendidikan formal mupun non formal akan membentuk karakter dalam dirinya manusiayang berbudi luhur, dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil dan menjadi tauladan yang baik. Dalam kitab Nashāihul Ibād ini berisi tentang nasihat-nasihat bijak baik dari hadits Nabi SAW, perkataan para sahabat dan perkatan para ulama salaf. Dalam kalangan santri salafiyah kitab ini dikaji di kelas menengah, namun kitab ini juga dikaji di kalangan luas di berbagai majelis
24
M Par‟i “Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut Pemikiran Muhammad bin Umar An Nawawi Al Bantani Telaah Kitab Tanqihul Qoul Al Hatsits”,Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.69
14
taklim di Indonesia. Karena kitab ini mengandung beberapa konsep dasar akhlak dan tasawuf. Berikut adalah peta konsepnya: Kitab Nashāihul Ibād Karya as-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani
Al-Qur‟an
Hadits Nabi SAW
Perkataan Para Sahabat
Perkataan Ulama Salaf
Nasihat-nasihat Bijak dan Spiritual
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat F. Metode Penelitian Metodologi merupakan suatu cara memperoleh suatu cara untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah. Adapun desain penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Penelitian Dalam penulisan ini menggunakan pendekatan kualitaif yaitu pendekatan dengan cara memberikan prediksi yang menunjukan kepada
15
pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan data yang disajikan berupa pernyataan-pernyataan bukan disajikan dengan angka-angka.25 2. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research (kajian pustaka), yaitu suatu bentuk pengumpulan data di perpustakan dan materi pustaka lainnya dengan asumsi bahwa segala sesuatu yang diperlukan dalam pembahasan proposal ini terdapat di dalamnya.26 3. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data penelitian sesuai dengan cara memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu: a. Sumber data primer : Data yang dikumpulkan dari sumber utamanya kitab asli, yaitu : As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. Nashāihul Ibād .Semarang : Pustaka Al-Alawiyah. t.t. b. Sumber data sekunder : Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
buku-buku
yang
mendukung
dalam
pembahasan skripsi ini yang ada didalamnya diantaranya yaitu :
25 26
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91 M Natsir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.213.
16
1) As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. 2005. Nashāihul Ibād Menjadi Santun dan Bijak. Terj. Fuad Kauma. Bandung : Irsyad Baitu Salam. 2) As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. 1983. Nashāihul ibād nasehat Penghuni Dunia. Terj. Aliy As‟ad. Menara Kudus. 3) Buku-buku lain yang diperlukan untuk menunjang proses penyelesaian tugas penelitian skripsi yang referensinya ada kesamaan dan memiliki sumber-sumber yang valid. 4. Tehnik Pengumpulan data Dalam studi pustaka langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Mempelajari buku-buku baik primer maupun sekunder b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber c. Menganalisa dan membandingkan untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan pengelompokan serta diklasifikasi sesuai dengan sifatnya masing-masingdalam bentuk perbab guna memperoleh analisa data.27
27
Masrur Suyaribna dan Sofyan Efendi, Metodologi Survei, (Jakarta: LP3ES, 1984),
hlm.211.
17
5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis
untuk
mendapatkan
gambaran,
adapun
bentuk-bentuk
analisisnya sebagai berikut: a. Metode Analisis Deskriptif Yaitu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.28 Pendapat tersebut diatas diperkuat oleh Lexy J Moloeng, analisis data deskriptif tersebut adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan dalam bentuk angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan-laporan tersebut.29 b. Metode Content Analisis Menurut Weber, Content analisis adalah metodologi yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah dokumen. Menurut Hostli bahwa content analisis adalah tehnik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan
28
Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode, dan Tehnik, (bandung: Tarsita, 1990), hlm.139. 29 Lexy J. Moleong Metologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet. 31, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.11
18
melalui usaha untuk menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.30 G. Sistematika Penelitian Dalam langkah penelitian ini terlebih dahulu disampaikan sistematika untuk memudahkan dalam memahamiisi penelitian ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneletian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II :Konsep pendidikan karakter meliputi ;pengertian pendidikan karakter, hubungan pendidikan karakter dengan etika, moral, nilai dan akhlak, pemahaman pendidikan karakter yang terdiri dari tujuan pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter, urgensi pendidikan karakter, pilar-pilar pendidikan karakter. Tinjauan Islam tentang pendidikan karakter meliputi ; Pendidikan Karakter Dalam Islam, karakter Rosulullah Saw Sebagai Suri Tauladan Dalam Islam, manfaat Pendidikan Karakter Dalam Sudut Agama Islam. Bab III : Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi al-Bantani dan pendidikan karakter sekarang, berupa : 1) Riwayat hidup as-Syaikh Imam Nawawi al-Bantani, meliputi : Nasab, latar belakang pendidikan, hasil karya-karya, murid-murid dan
30
Ibid, hlm.163
19
pemikiran . 2) nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād karya As-Syaikh Imam Nawawi Al-Bantani. 3) pendidikan karakter sekarang. Bab IV :Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād
karya As-Syaikh Imam nawawi al-Bantani dan relevansinya dengan
pendidikan karakter sekarang, yaitu : Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab
Nashāihul Ibād
karya As-Syaikh Imam Nawawi al-Bantani,
meliputi; analisis nilai pendidikan karakter yang terkait dengan diri sendiri, analisis nilai pendidikan karakter yang terkait dengan orang lain, analisis nilai pendidikan karakter yang terkait dengan ketuhanan. Analisis relevansi nilainilai pendidikan karakter dalam kitab Nashāihul Ibād dengan pendidikan karakter sekarang. Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.