BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dinitentu saja dapat dilakukan saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa Sekolah Dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Membentuk karakter jujur pada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Perlu proses yang panjang dan konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu benar-benar menjadi karakter setiap peserta didik. (Isna, 2011:48) Pendidikan karakter kejujuran yang disampaikan secara oleh guru secara tepat maka siswa akan memiliki sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara informasi dengan fenomena seperti yang didasarkan pada
1
kebenaran yaitu menepati janji menghindari perilaku yang salah dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Pendidikan karakter kejujuran, telah ditetapkan di dalam UU Sisdiknas tahun 2003 yang dinyatakan dalam tujuan yakni agar pendidikan tidak hanya membentuk insane Indonesian yang cerdas, namun juga berpribadian atatu berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembangkan dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama(Depdiknas, 2011:4). SMK Bina Banua Banjarmasin yang dinaungi oleh yayasan pendidikan Bina Banua, merupakan salah satu SMK Swasta yang tampaknya banyak diminati oleh masyarakat di Banjarmasin, hal ini dapat dilihat dalam observasi dan pengamatan sementara penulis lakukan. Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh seorang guru dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah, khususnya guru mata pelajaran PKn di SMK Bina Banua, seperti (1) kurangnya rasa tanggung jawab siswa (siswa memiliki tanggung jawab) sebagai pelajar siswa kesekolah tugasnya untuk belajar tetapi banyak siswa pada saat jam pelajaran belangsung masih duduk atau santai di kantin (2) ketidakjujuran siswa (menyontek, berbohong, berkata tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, tidak berani mengakui
2
kesalahan yang diperbuatnya, contohnya pada saat jam pelajaran berlangsung ada saja siswa yang meminta ijin untuk keluar dengan alasan mengambil ijazah, pada kenyataannya siswa tersebut malah jalan-jalan. Masalah-masalah seperti ini yang sering terjadi di SMK Bina Banua
Banjarmasin padahal siswa yang
bersangkutan sudah di beri sanksi sampai orang tua tersebut dipanggil kesekolah tetapi masalah itu terus menerus terjadi. Berdasarkan fakta yang diperoleh pada observasi pertama maka pendidikan karakter seperti rasa tangung jawab, ketidakjujuran, di SMK Bina Banua Banjarmasin masih kurang efektif atau masih rendahnya kualitas karakter. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas, mencakup: 1. Bagaimana program penanaman nilai karakter kejujuran melalui proses pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin? 2. Bagaimana strategi penanaman nilai karakter kejujuran melalui proses pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin? 3. Bagaimana
pelaksanaan
nilai
karakter
kejujuran
melalui
pembelajaran PKn oleh siswa SMK Bina Banua Banjarmasin?
3
proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Karakter Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Sudrajat (2011:15) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “di pahat”. Sebuah kehidupan seperti sebuah blok granit yang dengan hati-hati dipahat ataupun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter gabungan dari kebijakan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Secara harfiah karakter artinya, “Kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi” Menurut kamus lengkap bahasa indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian(Munir, 2010:81).
4
B. Unsur-unsur Karakter Sepuluh unsure kebajikan utama karakter (cardinal virtues) menurut Suparlan sebagai berikut. 1. Kebijaksanaan
6. Sikap positif
2. Keadilan
7. Kerja keras
3. Ketabahan
8. Integritas
4. Pengendalian diri
9. Syukur
5. Kasih
10. Kerendahan hati
C. Pilar Penting Karakter Manusia Ada enam karakter utama (pilar karakter) pada diri manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus. Fathul Mu’in (Barnawi 2012:27) menyatakan keenam pilar karakter tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penghormatan 2. Tanggung jawab 3. Kesadaran berwarga Negara 4. Keadilan dan kejujuran 5. Kepedulian dan kemauan berbagi 6. Kepercayaan D. Pendidikan Karakter Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Karakter menurut Depdikbud adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, 5
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Rohinah (2011:63) dalam usahanya mencari hubungan antara bahasa dan pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa perkembangan bahasa dan penggunaannya oleh anak tercermin dalam perkembangan mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan sosialnya memegang peranan penting dalam kehidupan anak. Lingkungan sekitar yang memprogram bagaiman selanjutnya sang anak. E. Pembangunan Pendidikan Karakter Pendidikan anak usia dini dan pendidikan sekolah dasar salah satu jenjang pendidikan pertama dalam pembangunan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional diibaratkan sebagi tiket masuk atau paspor untuk melanjutkan perjalan beikutnya. Sauri (2011:20) menyatakan Pembangunan bangsa dimulai dari pembangunan karakter pelajar dari usia dini sehingga untuk memajukan bangsa ini diperlukan kurikulum yang tidak hanya mencetak siswa berprestasi dalam nilai namun juga siswa yang berkarakter berani, positif namun tetap sopan. F. Metode Pembangunan Pendidikan Karakter Menurut Amri (2011:58), ada lima metode pembangunan pendidikan karakter sangat beragam dan mencakup, yaitu: 1. Sosialisasi
6
2. Pengembangan regulasi 3. Pengembangan kapasitas 4. Kerja sama 5. Monitoring dan evaluasi G. Penanaman Nilai Kejujuran Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dini tentu saja dapat dilakukan saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa Sekolah Dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Membentuk karakter jujur pada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Perlu proses yang panjang dan konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu benar-benar menjadi karakter setiap peserta didik. (Isna, 2011:48). 7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Metode penelitian kualitatif dipilih, dikarenakan yang belum jelas dan holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dalam proses dan suatu tindakan tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat diungkapkan dalam metode penelitian kuantitatif dengan instrumen angket semata. (Wahyu, 2011). Penelitian kualitatif ini berusaha mendeskripsikan secara mendalam keadaan yang diteliti. Sehingga pendekatan kualitatif ini tidak bertujuan untuk menarik sebuah generalisasi, tetapi menghasilkan sebuah pemahaman yang mendalam terhadap fenomena yang diteliti
B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua Banjarmasin. Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua Banjarmasin yang beralamat di Jalan. Pramuka Tembus Terminal KM 6 Kelurahan Pemurus Luar Kecamatan Banjar Selatan. Dalam penelitian ini ditujukan kepada kepala yayasan SMK Bina Banua Banjarmasin, kepala sekolah yayasan SMK Bina Banua Banjarmasin, dewan guru SMK Bina Banua Banjarmasin dan siswa SMK Bina Banua Banjarmasin. C. Sumber Data 1. Data Primer
8
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari kepala sekolah yang menangani masalah pembentukan karakter siswa SMK Bina Banua Banjarmasin yaitu guru pengajar PKn. 2. Data skunder Di samping data primer juga dikumpulkan data sekunder, yaitu segala sumber informasi yang dapat menunjang data primer data sekunder bersifat umum dan masih berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Data sekunder antara lain tentang data sekolah, keadaan sekolah, jumlah guru dan pegawai /karyawan, keadaan jumlah siswa, sarana dan prasarana sekolah. Data ini diperoleh melalui wakil kepala sekolah dan sumber data yang ada di sekolah (TU). D. Instrumen Penelitian Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama atau alat peneliti dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri atau anggota tim (Wahyu, 2009: 35). Jadi yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Pengamatan (Observasi)
9
Cara yang digunakan adalah melalukan observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kagiatan yang dilakukan guru PKn. 2. Wawancara (interview) Wawancara adalah pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Wahyu, 2011). 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, prasasti, agenda, dan sebagainya. Tentang proses penanaman nilai kejujuran
melalui proses pembelajaran
PKn di SMK Bina Banua
Banjarmasin. Pengumpulan data dan informasi digali melalui penggunaan kamera untuk mengambil foto atau gambar saat guru mengajar di kelas, hal ini untuk membuktikan bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di lapangan. F. Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data Mereduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Sesuai dengan penelitian maka tentu saja reduksi data dilakukan dengan merangkum permasalahan apa saja yang akan timbul diri penanaman nilai kejujuran di SMK Bina Banua Banjarmasin khususnya aspek penanaman nilai kejujuran, aspek strategi penanaman nilai kejujuran, dan aspek pelaksanaan penanaman nilai oleh siswa.
10
2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat (narasi), bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. 3. Menarik Kesimpulan Langkah ketiga adalah menarik kesimpulan tentang peranan guru PKn dalam pembinaan karakter disiplin siswa yang merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal dan didukung dengan data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang ditemukan merupakan kesimpulan yang kredibel. G. Pengujian Keabsahan Data 1. Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data dari urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 2. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Wahyu, 2009: 79). Dalam penelitian ini terdapat tiga teknik pengecekan yakni: 11
a. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan observasi dan wawancara apakah jawaban yang diberikan informan semuanya benar dari sudut pandang yang berbeda-beda. b. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah dua orang guru PKn. c. Triangulasi Waktu Pengujian kreadibilitas data dengan teknik triangulasi waktu berarti melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMK Bina Banua Banjarmasin SMK Bina Banua Banjarmasin didirikan oleh beberapa Mahasiswa Tingkat Doktoral Jurusan Ekonomi Perusahaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam berinisiatif dan mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) Bina Banua.
12
Tujuan didirikannya SMK Bina Banua Banjarmasin
dalam rangka turut
membantu pemerintah dalam memajukan kesejahteraan rakyat khusus di bidang kejuruan. B. Hasil Penelitian 1. Program Penanaman
Nilai
Karakter
Kejujuran Melalui
Proses
Pembelajaran Pkn Di Smk Bina Banua Banjarmasin Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMK Bina Banua Banjarmasin dengan ke-2 guru PKn maka, diperoleh informasi. Wawancara yang pertama dengan Busria Noor selaku guru PKn dan sebagai kepala sekolah (selanjutnya disebut sebagai BN). Beliau menyatakan “program penanaman nilai karakter kejujuran pada proses pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin yang telah berjalan dengan baik namun belum oftimal”.
Dari beberapa kali observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran dan evaluasi (ulangan)yang dilakukan BN. Peneliti melihat BN tidak banyak menanamkan nilai kejujuran disela-sela penjelasan materi yang disampaikan kepada siswa. Rencana penanaman niai-nilai karakter bangsa yang disampaikan oleh BN telah dilaksanakan sebelum dicanangkannya pendidikan karakter oleh pemerintah tak terlihat pada saat pembelajaran. Guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran kemudian menyuruh siswa berdiskusi atau evaluasi pemberian tugas.
13
Berbeda halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh MI, MI telah selesai menghabiskan waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengisi waktu yang tersisa sebelum bel pergantian jam pelajaran berbunyi, MI melakukan pemantapan dengan memberikan tugas pada setiap siswa dan melakukan penarikan kesimpulan diakhir pelajaran. Disela –sela siswa mengerjakan soal, MI juga sering mengingatkan siswa agar senantiasa bertindak jujur baik untuk mengerjakan soal maupun untuk perbuatan dikehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 2. Strategi
Penanaman
Nilai
Karakter
Kejujuran
Melalui
Proses
Pembelajaran Pkn Di Smk Bina Banua Banjarmasin Untuk mengetahui strategi penanaman nilai karakter kejujuran terhadap siswa SMK Bina Banua Banjarmasin, peneliti melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung oleh masing-masing guru PKn. Pada
pembelajaran
yang
dilakukan
BN,
pembelajaran
lebih
menitikberatkan pada penyampain materi ajar yang masih tersisa. Sehingga penanaman nilai kejujuran tidak banyak dilakukan. BN hanya sesekali memberikan nasehat pada siswa tentang pentingnya kejujuran dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan BN terhadap siswa yang tidak jujur kurang tegas. BN hanya memperhatikan gerak-gerik siswa dan tidak menegur atau memberi hukuman pada siswa yang berpelaku tidak jujur. Namun BN juga 14
sering mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari tujuannya sebagai contoh nyata dalam kehidupan mereka. Berbeda halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh MI. Ketika pembelajaran berlangsung atau ketika siswa mengerjakan soal latihan, MI selalu memberikan nasehat-nasehat baik pada siswa dalam membangun karakter siswa disamping member penjelasan kembali materi pelajaran yang tidak dimengerti oleh siswa.
3. Penerapan Nilai Karakter Kejujuran Melalui Pembelajaran Pkn Siswa Smk Bina Banua Banjarmasin Setelah dilakukan penanaman nilai karakter kejujuran oleh guru, maka yang menerapkan dan melaksanakannya adalah siswa yang menjadi sasaran pendidikan karakter oleh guru. Untuk mengetahui penerapan nilai kejujuran yang telah ditanamkan oleh guru, peneliti menanyakan makna kejujuran terlebih dahulu kepada siswa SMK Bina Banua Banjarmasin. RR mengungkapkan ”Menurut saya, makna kejujuran itu bicara sesuai hati, mulut dan hati harus sama. Karena kejujuran merupakan awal mencapai kesuksesan, walaupun pahit ketika kita rasakan tetap kita harus jujur dalam segala sesuatu. Makna kejujuran itu sangat penting namun sulit untuk melaksanakan”. Selanjutnya peneliti menggali informasi tentang penerapan nilai kejujuran
melalui
proses
pembelajaran 15
yang
mereka
lakukan.
RR
mengungkapkan ” bahwa tidak setiap saat siswa bertindak jujur, misalnya ketika ada pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru, mungkin karena lupa maka baru dikerjakan disekolah dengan meminta jawaban teman sekelas”. BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penanaman
Pendidikan
Karakter
Kejujuran
Melalui
Proses
Pembelajaran Pkn Di SMK Bina Banua Banjarmasin Dari hasil penelitian diketahui bahwa SMK Bina Banua Banjarmasin sejak dicanangkan oleh pemerintah sudah melaksanakan pembelajaran berbasis karakter dengan memasukkan nilai-nilai karakter pada setiap pelajaran, meskipun tidak ada program tertulis yang dibuat oleh pihak sekolah. Setiap pembelajaran yang diajarkan selalu ditanamkan dan diingatkan tentang nilai-nilai karakter, khususnya nilai kejujuran. Ahmad Tafsir (Gunawan, 2012:21) menyatakan bahwa, nilai-nilai yang dianut dan dijadikan seseorang sebagai rujukan dalam menentukan standar, prinsip dan harga tentang sesuatu bersumber: etika, logika, agama, dan hukum. B. Strategi Penanaman Pendidikan Karakter Kejujuran Melalui Proses Pembelajaran Pkn Di SMK Bina Banua Banjarmasin
16
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, para informan menyebutkan strategi penanaman karakter kejujuran dengan cara memberikan penjelasan pentingnya kejujuran, memperhatikan tingkah laku siswa saat proses pembelajaran maupun saat ulangan, serta memberikan motivasi agar siswa percaya diri, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna. Kualitas pembelajaran menjadi kunci dalam peningkatan sumber daya manusia. Pembelajaran yang berkualitas merupakan pembelajaran yang terencana dan sengaja diciptakan (intensional learning), bukan belajar yang terjadi secara insidental (incindental learning). Di Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan kualitas yang memadai sebagai pendukung dalam pembangunan. Menurut Isna (2011:53) Keterbukaan merupakan sikap jujur seorang anak, guru dan orang tua. Keterbukaan merupakan penentu kadar kejujuran atau ketidak jujuran kita. Namun seringkali keterbukaan ini tergantung pada pemahaman diri kita terhadap kehidupan nyata, termasuk pemahaman nilai-nilai moral yang kita yakini. Keyakinan moral seseorang bisa saja keliru, namun persepsi diri kita tentang nilai tidaklah statis. Ia akan bersifat dinamis seirinh dengan kemajuan zaman dan pengetahuan yang diterimanya. Ketika kita menolak menerima adanya pandangan lain yang berbeda dengan diri kita, biasanya ini pertanda bahwa kita kurang memiliki interes terhadap pembenaran. Sikap demikian bisa dikatakan sebagai sikap lalai terhadap nilai kejujuran.
C. Pelaksanaan Penanaman Pendidikan Karakter Kejujuran Melalui Proses Pembelajaran Pkn Oleh Siswa Smk Bina Banua Banjarmasin 17
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak semua siswa SMK Bina Banua Banjarmasin bertindak jujur, masih ada saja siswa yang tidak menerapkannya dalam pembelajaran. Penyebab ketidakjujuran siswa ini karena faktor kesulitan (malas untuk belajar) dan faktor keadaan. Suasana belajar yang tidak kondusif sehingga siswa tidak dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sikap karakter, pengendalian diri dan jujur. Menurut Isna (2011:49)” kejujuran diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan seseorang sesuai dengan hati nurani dan norma peraturan yang ada”. Jujur berarti menepati janji, kesanggupan, baik berupa kata-kata atau yang ada di hati. Kejujuran merupakan nilai yang perlu dimiliki setiap orang maka perlu ditanamkan terus-menerus dalam kehidupan setiap manusia.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Program penanaman karakter yang dicanangkan oleh pemerintah telah dilaksanakan pada semua mata pelajaran meskipun tidak ada program tertulis dari sekolah. Terlebih pada pembelajaran PKn, yakni sebagai usaha sadar untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pendidikan akhlak.
18
2. Strategi
penanaman
nilai
kejujuran
dimasukan
dalam
strategi
pembelajaran berkarakter disekolah yang disusun oleh guru dengan mengacu pada beberapa komponen yaitu, strategi kegiatan pembelajaran yang berisi nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa dan pengembangan budaya sekolah yang mencerminkan kejujuran. 3. Dalam pelaksanaannya guru hanya memberikan penjelasan tentang pendidikan karakter dan pentingnya pendidikan karakter. Sedangkan pelaksanaan sendiri bagi siswa masih banyak siswa yang belum bisa berlaku jujur meskipun itu menyangkut hal yang kecil. Ini disebabkan karena faktor kesulitan, faktor keadaan siswa, dan faktor lingkungan tempat tinggal siswa yang dapat mempengaruhi pengembangan karakter dirinya. B. Saran 1. Hendaknya setiap guru, khususnya guru PKn mengerti akan pentingnya pendidikan karakter, guru tidak hanya sebatas mengajar saja, tetapi guru dapat dijadikan panutan untuk siswa, karena tanpa adanya keteladanan dari seorang guru maka siswa tersebut akan sulit dalam menerima pelajaran, 2. Hendaknya strategi yang dilakukan guru, lebih terarah lagi, dan jelas, agar siswa mengerti pentingnya kejujuran. Lebih ditegaskan lagi terhadap siswa yang tidak jujur untuk membuat efek jera. 3. Sebaiknya siswa harus terbuka dalam proses pembelajaran dan terus belajar serta penuh kejujuran tetap meningkatkan prestasi belajar. Membiasakan 19
diri kita untuk tetap jujur, melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang dberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dkk, 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta . Prestasi PustakaRaya. Barnawi, dan Arifin, M. 2012. Strategi Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta. AR-Ruzz Media. Depateme Pendidikan Nasional, 2011. Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia. Galus, Ben Senang. 2011. Pendidikan (online). (http://www.pendidikan-diy.go.id/?view=v artikel&id=7 diakses 18 desember 2011).
Karakter.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung. Alfabeta. Isna, Nurla Aunilah. 2011. Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta. Laksana. Indrayani. 2012. Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik dan Profesional. Jakarta. Baduose Media Jakarta. Dewantara, Ki Hadjar. 2010. Manfaat karakteristik pendidikan bagi guru untuk mebangun peradaban bangsa. (online).(http:www.alenmarliss1 gresik diakses hari Minggu tanggal 10 April 2010 pukul 21.15 WIB. Megawangi..Ratna 2011. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FEUI.http://www.vilila.com/2012/10/pendidikankarakter.html#ixzz1Zp7xStqx Mu’in, Fathul. 2011. Pendidikan Karakter Konstukdi Teoretik &Praktik. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Muliyasa. E. 2007. Menjadi Guru Profersional Menciftakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
20
Munir, Abdullah. 2010. Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta. Pedagogia. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Rohinah. M. Noor. 2011. Pendidikan Karakter Berbasia Sastra. Jogyakarta. AR-Ruzz Media. Sahlan, Asmaun. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Sauri, Sofyan. 2012. Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa untuk Menghadapi Tantangan Global, Makalah dalam file.upi.edu, (online) http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20 FPBS/ JUR.%PEND. % 20 BAHASA % 20 ARAB/195604201983011%20-%20 SOF AN% 20 SAURI/ makalah2/ PENDIDIKAN %20NILAI% 20DALAM%20 SAIN. Pdf diakses 27 Maret 2012. Somantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press. Sudrajat, Akhmad. 2011. Konsep Pendidikan Karakter. (online) http://akhmadsudrajat. Wordpress.com/2011/09/15 kosep-pendidikan – karakter/. Diakses 15 september 2011. Suparlan. 2011. Pendidika Karakter: Sedemikian Pentingkah, dan Apakah YangHarusKitaLakukan.(online)http://www.suparlan.com/pages/posts. pendidikan-karkter-sedemikian-pentingkah-dan-apa-yang-haris-kitalakukan-305.php. ”dalam suparlan.com,dipublikasikan 15 Desember 2011 Suyanto. 2010. Pedoman Pendidikan Karakter.Jakarta. Baduose Media Jakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Wahyu. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin. FKIP Unlam. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group. 21
22