BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Sebagian besar orang akan mengalami stress saat mereka mendapatkan keadaan yang tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Banyaknya tugas kerja yang tidak diimbangi dengan keahlian serta kondisi fisik yang kurang bagus, menjadi salah satu faktor penyebab munculnya stress kerja. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan ketegangan emosi serta menurunnya motivasi kerja dan kemampuan berfikir pada seseorang. Munculnya stress kerja dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor lingkungan
kerja
dan
faktor
personal.
Faktor
lingkungan
kerja
yang
mengakibatkan stress biasanya karena hubungan antar rekan kerja yang tidak harmonis, complain pedas dari para konsumen, banyaknya tugas yang belum terselesaikan atau bisa juga karena kurangnya perencanaan kerja. Sedangkan faktor personal yang dapat menimbulkan stress kerja antara lain pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan, atau bisa juga keadaan keluarga yang sedang tidak baik akan menjadi beban pikiran dalam menjalankan pekerjaan. Akibatnya jika kedua faktor tersebut menumpuk, dapat menimbulkan stress atau tekanan pada seorang karyawan (Iswanto, 2002). Pelaksanaan tugas karyawan dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah fungsi pelayanan, maka orientasi manajemen harus berfokus pada pelanggan. Jadi konteks seharusnya adalah bahwa arah pelaksanaan tugas karyawan adalah memberikan pelayanan pada pelanggan, baik internal maupun
1
exsternal. Namun hal itu tidaklah mudah, karena barisan terdepan dalam pemberian pelayanan adalah karyawan dengan berbagai persoalannya. Bukan tidak
mungkin
pelanggan
memperoleh
citra
yang
buruk
tentang
lembaga/organisasi, gara-gara pekerjaan pelayanan oleh karyawan yang jelek. Dari sinilah mungkin enter-point-nya. Harus fokus pada peningkatan kinerja karyawan. Karena tidak mungkin terjadi “fokus pada pelanggan” tanpa didahului oleh “fokus pada karyawan” (Thoyib, 2008). Seorang karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik, mungkin juga tidak. Namun, bila tugas yang dibebankan kepada karyawan tidak bisa terlaksana dengan baik, maka manajer perlu menganalisis apa penyebabnya. Dalam hal ini, kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi adalah, pertama, karyawan memang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Kedua, karyawan tidak mempunyai motivasi untuk bekerja dengan baik. Kemungkinan yang ketiga, bisa jadi merupakan kombinasi atau gabungan dari kedua factor tersebut. Faktor-faktor tersebut muncul akibat adanya stres kerja bagi seorang karyawan (Jesaja, 2003). Setiap orang dimanapun ia berada dalam suatu organisasi, dapat berperan sebagai sumber stress bagi orang lain. Mengelola stress diri sendiri berarti mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan. Sebagai seorang manajer, mengelola stress pekerja di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan penyebab stress orang lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Efektifitas proses komunikasi dua arah di antara manajer dan pekerja adalah penting untuk mengidentifikasi penyebab stress yang
2
potensial dan pemecahannya, karena stress akan selalu menimpa pekerja maupun organisasi. Stress sebagai suatu ketidakseimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan, dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan. Dengan memahami kemampuannya sendiri sebagai seorang karyawan dalam pekerjaan yang dilakukan, akan mengurangi munculnya stress di dunia kerja (Novitasari, 2006). Karyawan yang bekerja dengan motivasi tinggi merupakan harapan perusahaan. Karyawan yang memiliki motivasi untuk bekerja tidak sama dengan orang yang bekerja dengan motivasi yang tinggi. Karyawan yang bekerja dengan motivasi tinggi ini pada umumnya beranggapan bahwa bekerja karena hanya harus mematuhi kebutuhan yang vital bagi diri dan keluarganya. Karyawan dengan perilaku seperti ini tidak termotivasi untuk bekerja dengan semaksimal mungkin. Dengan demikian, yang dibutuhkan perusahaan adalah karyawan yang bekerja dengan motivasi yang tinggi yaitu merasa senang mendapat kepuasan dalam pekerjaannya (Jesaja, 2003). Faktor motivasi memiliki hubungan langsung dengan kinerja individual karyawan, maka sangatlah strategis jika pengembangan kinerja karyawan dimulai dari peningkatan motivasi kerja. Utomo (2009) dalam tulisannya menyatakan, bahwa karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang
3
tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah. Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dan dari beberapa buku, biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Pemahaman tentang jenis atau tingkat kebutuhan perorangan karyawan oleh perusahaan menjadi hal mendasar untuk meningkatkan motivasi (Cokro, 2007). Hasil penelitian Badra dan Prawitasari (2005) tentang Hubungan antara Stres dan Motivasi dengan Kinerja Dosen Tetap Pada Akper Sorong menunjukkan kinerja dosen dalam ketegori sedang dipengaruhi oleh motivasi maupun stres kerja. Motivasi ektrinsik merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kinerja dosen tetap. Salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu variabel psikologi yang diantaranya stress dan motivasi.
4
Stres kerja bukan hanya sebagai variabel negatif yang dapat menurunkan kondisi fisik dan mental, namun pada tingkatan tertentu stres kerja mampu meningkatkan motivasi sehingga berdampak pada kinerja karyawan yang tinggi. Penelitian ini secara spesifik mencoba menggambarkan pengaruh stress terhadap motivasi karyawan yang akan menimbulkan kinerja tinggi atau rendah pada karyawan Bank Syariah Mandiri. PT. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia yang memiliki visi sebagai bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Untuk menjaga citra tersebut, maka harus melakukan perubahan arah pada perusahaannya. Oleh karena itu, setiap karyawan diharapkan memiliki kinerja yang tinggi agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Al-Qomar (2003) mengemukakan bahwa sumber-sumber dari stress kerja pada karyawan adalah fasilitas yang tidak memadai, tidak adanya penghargaan, lamanya jam kerja dan wakti istirahat yang pendek, stress tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, gender, status perkawinan dan bahasa karyawan Berdasarkan uraian tersebut di atas. maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian seberapa besar pengaruh stress terhadap kinerja pegawai dan seberapa besar motivasi yang dimiliki para pegawai dalam rangka meningkatkan kinerja. B. Rumusan Masalah 1. Apakah stress kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja? 2. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan? 3. Apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
5
4. Apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan mediasi motivasi kerja? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh stress kerja terhadap motivasi karyawan. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja.
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam menentukan target dan diskripsi pekerjaan agar kadar stress kerja karyawan dapat terkontrol. 2. Mendorong karyawan agar dapat memanfaatkan sisi positif dari stress kerja untuk meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan. 3. Sebagai masukan bagi manager agar tidak hanya “fokus pada pelanggan” tanpa didahului oleh “fokus pada karyawan.” 4. Memberikan masukan bagi manager agar mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
6