1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kehilangan gigi semakin banyak terjadi pada seseorang seiring bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis, fungsional, serta trauma psikologis (Kristiana, 2007). Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan. Gigi tiruan merupakan piranti untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat. Gigi tiruan terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis. Basis gigi tiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya. Salah satu masalah yang sering dialami oleh pasien yang menggunakan gigi tiruan adalah hilangnya stabilitas karena terjadinya resorpsi (pengurangan) alveolar ridge (Winkler, 2000). Resorpsi alveolar ridge dapat berdampak negatif pada stabilitas dan retensi gigi tiruan. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan pasien, namun saat ini telah dikembangkan Soft Denture Liner (SDL) yang berfungsi untuk meningkatkan kecekatan dari basis gigi tiruan ke sisa ridge (Haywood et al., 2003). Mutluay (2008), mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien membutuhkan aplikasi bahan ini ketika pertama kali menggunakan gigi tiruan. Pemakaian ini dilakukan selama kurang lebih 7-8 bulan lamanya (Zhang, 2010). SDL merupakan bahan pelapis lunak yang diaplikasikan pada permukaan anatomis basis gigi tiruan lepasan dan bahan ini berfungsi sebagai bantalan yang nyaman dalam menggunakan gigi tiruan sehingga dapat
1
2
mengatasi rasa sakit pada puncak alveolar ridge yang tajam. SDL dapat mendistribusikan tekanan pengunyahan terhadap jaringan pendukung gigi tiruan lepasan, menahan konsentrasi tekanan dan menambah kecekatan gigi tiruan lepasan yang akan menghasilkan retensi juga stabilitas yang optimal (Kulkami, 2011). Syarat terpenting SDL adalah harus memiliki kekenyalan dan mampu mengatur karakteristik kekenyalan tersebut sehingga dapat beradaptasi dengan baik terhadap jaringan pendukung gigi tiruan lepasan (Wurangian, 2013). Kekenyalan suatu bahan dapat dilihat dengan cara mengetahui nilai modulus elastisitas bahan tersebut. Modulus elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awal setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan. Modulus elastisitas atau disebut juga Modulus Young menyatakan tingkat kekakuan bahan. Semakin tinggi nilainya semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda apabila diberi gaya (Young et al., 2002). Menurut lama pemakaiannya SDL terbagi menjadi dua, yaitu SDL permanen dan SDL temporer. SDL permanen dapat digunakan dalam jangka waktu panjang yaitu 1 hingga 2 tahun dan SDL temporer disebut juga tissue conditioner secara teori hanya dapat digunakan dalam 2 hingga 3 hari saja. Saat ini telah berkembang tissue conditioner yang dapat digunakan hingga 1 bulan lamanya (Zarb et al., 2004). Tissue conditioner lebih banyak digunakan oleh pasien gigi tiruan karena bahan tersebut dapat diaplikasikan tanpa bantuan dari dokter gigi. Bahan ini harus tetap bersih dan pencegahan plak harus tetap terkontrol (Zarb et al., 2004).
2
3
Pembersihan rutin pada gigi tiruan lepasan sangat penting untuk pencegahan terbentuknya plak dan untuk menonaktifkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis denture. Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara mekanik dengan menggunakan sikat gigi atau alat ultrasonic cleanser dan dengan cara kimia yang dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih (Hiroshi et al., 2010). Tissue conditioner sangat mudah ditembus oleh Candida albicans (Machado et al., 2005). Metode pembersihan mekanik dengan cara menyikat pada tissue conditioner sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak permukaan tissue conditioner. Hal ini didukung oleh Hermann et al., (2008) yang menyatakan bahwa pembersihan secara mekanik dapat mengabrasi tissue conditioner. Pembersihan tissue conditioner dapat dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan larutan pembersih gigi tiruan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perendaman dalam larutan peroksida adalah metode efektif untuk menonaktifkan mikroorganisme plak pada gigi tiruan lepasan (Harrison et al., 2004). Pembersih gigi tiruan dalam penelitian ini merupakan larutan pembersih gigi tiruan berupa tablet berbahan dasar alkalin peroksida yang dilarutkan ke dalam air hangat untuk membuat larutan effervescent. Perendaman gigi tiruan di dalam larutan effervescent membantu membunuh kuman yang dapat menyebabkan bau tidak sedap, dan menghilangkan noda pada gigi tiruan. Komposisi pada larutan bahan pembersih gigi tiruan mengandung asam sitrat, sodium bikarbonat (bahan pembersih abrasif), serta sodium perborat dan potasium monopersulfat (bahan pemutih) yang dapat
3
4
bereaksi dengan gigi tiruan (David dan Munadziroh, 2005). Menurut Kazanji dan Watkinson (1988) SDL kehilangan komponen larut seperti etanol dan ester plasticizer (dibutil ftalat), pada larutan dimana bahan tersebut direndam. Sebuah larutan dengan konsentrasi ion yang lebih tinggi (sodium dan potasium), seperti yang terkandung dalam beberapa pembersih gigi tiruan, dapat menyebabkan pelepasan komponen larut yang lebih tinggi dibandingkan akuades (Kazanji dan Watkinson 1988 dalam Senna et al., 2011). Perubahan fisis yang terjadi yaitu hilangnya komponen plasticizer pada SDL karena pengaruh beberapa komponen larutan pembersih gigi tiruan. Metode karakterisasi mikrostruktur untuk menganalisis komposisi suatu bahan yaitu Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). EDS digunakan untuk mengenali jenis atom pada permukaan yang mengandung multi atom. EDS juga memiliki kemampuan untuk melakukan elemental maping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda-beda dari masing-masing elemen di permukaan bahan. EDS juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentase masing-masing elemen. Atas dasar latar belakang
tersebut
peneliti
tertarik
untuk
membandingkan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner. B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner? C. Tujuan Penelitian
4
5
1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristis mikrostruktur tissue conditioner. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner yang direndam dalam akuades sebagai kelompok kontrol negatif. b. Mendeskripsikan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner yang direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan dengan waktu perendaman 15 menit selama 1 minggu. c. Mendeskripsikan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner yang direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan dengan waktu perendaman 15 menit selama 4 minggu. d. Mendeskripsikan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner yang direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan dengan waktu perendaman 15 menit selama 5 minggu. e. Mendeskripsikan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner yang direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan dengan waktu perendaman 15 menit selama 6 minggu. f. Membandingkan pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur
5
6
tissue conditioner yang direndam dalam akuades dan larutan pembersih gigi tiruan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Sebagai acuan penelitian lain tentang pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap modulus elastisitas dan karakteristik mikrostruktur tissue conditioner. 2. Manfaat Praktis a. Menambah pengetahuan peneliti tentang Ilmu Kedokteran Gigi khususnya mengenai tissue conditioner. b. Membuka wawasan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih mendalami Ilmu Kedokteran Gigi khususnya mengenai tissue conditioner. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini disajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1.
Hasil Penelitian Sebelumnya Judul: Dimensional Stability and Weight Changes of Tissue Conditioner. Penulis: Murata et al.
2.
Tahun Penelitian: 2001 Judul: Effect of Thermocycling on Tensile Strength and Tear Resistance of Four Soft Denture Liners. Penulis: Oguz et al.
3.
Tahun Penelitian: 2006 Judul: Effect of Thermocycling on The Tensile and Shear Bond Strengths of Three Soft Liners to A Denture Base
Persamaan
Perbedaan
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan sampel GC-Soft Liner.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian sebelumnya mengukur nilai stabilitas dimensional dan perubahan berat tissue conditioner.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan uji tarik dan menggunakan sampel GC-Soft Liner. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan uji
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian sebelumnya perlakuan pada sampel menggunakan proses thermocycling.
6
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian sebelumnya perlakuan pada sampel menggunakan proses
7
Resin.
tarik.
thermocycling.
Penulis: Elias, C.N., dan Henriques, F.Q. Tahun Penelitian: 2007
7