BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami penuaan di masa hidupnya. Indonesia mengalami peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) yang diakibatkan peningkatan usia harapan hidup. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh berbanding lurus dengan bertambahnya usia yang menyebabkan peningkatan biaya perawatan lansia. Menurut WHO, Klasifikasi lansia dibagia berbagai bagian lansia usia pertengahan(middle aged) 45-59 tahun, lansia(elderly) 60 – 74 tahun, lansia tua (elderly old) 75 – 90 tahun, dan lansia sangat tua (elderly old) diatas 90 tahun. (Nugroho, 2009) Di Indonesia setiap tahun terjadi peningkatan lansia. Bila mengacu pada standar internasional lansia adalah 65 tahun ke atas, maka di Indonesia pada tahun 1980 terdapat 3,2% meningkat menjadi 3,8% tahun 1987, dan 4,6% pada 1994. Proyeksi pada tahun 2020 akan sebesar 7,2% yang hampir sepadan dengan proporsi negara-negara maju saat ini. Untuk saat diproyeksikan beberapa wilayah seperti DKI dan DIY memilki populasi lansia yang hampir menyamai negara-negara maju (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara yang perkembangannya cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Akibat meningkatnya harapan hidup penduduk di Indonesia menyebabkan peningkatan jumlah lansia sehingga meningkatkan jumlah
1
2
pembiayaan dari pemerintah. Berbagai upaya pemerintah serta pihak swasta dan masyarakat dalam mengurangi angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) melalui pelayanan kesehatan, sosial, ketenaga kerjaan dan lain lain dengan berbagai tingkatan (Maryam, 2008). Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Setiap lansia akan mengalami penurunan fisiologis dan biokimia, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan secara keseluruhan. Begitu juga endurance kardiorespirasi akan menurun akibat fungsi jantung, paru – paru, pembuluh darah dan komponen darah menurun sehingga lansia sering mudah kelelehan (Pudjiastuti, 2003). Menurut Maryam (2008), Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan pasal 1 ayat 2,3,4 tentang kesehatan yang dikutip oleh Maryam dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun Peningkatan jumlah lansia keberhasilan
pencapaian
merupakan salah satu indikator
pembangunan
secara
global
dan
nasional.
Peningkatana jumlah lansia menyebabakan peningkatan beban pada usia produktif (15 -59 tahun). Pada tahun 2012, di jakarta jumlah lansia sekitar 5,24% dari jumlah penduduk jakarta (Oscar, 2013). Dengan usia yang bertambah, maka banyak kerusakan sel akibat radikal bebas makin berperan mengganggu metabolisme sel, serta merangsang mutasi sel-sel, yang akhirnya menimbulkan penyakit serta kematian. Selain
3
itu, radikal bebas juga merusak protein yang menjaga kelembaban, kehalusan, dan elastisitas kulit. Jaringan tubuh akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas di dalam jangka panjang, serta dapat menyebabkan pembentukan lekukan dan kerutan kulit yang menggambarkan aging. Telah diyakini bahwa radikal bebas merupakan penyebab utama penuaan (Winarsi, 2007). Produksi radikal bebas yang tinggi dapat terjadi oleh berbagai faktor misalnya. sinar ultraviolet, kontaminasi makanan, polusi udara, asap rokok, insektisida dan olahraga berat. Ketika berolahraga berat konsumsi oksigen meningkat lebih dari kebutuhan istirahat. Pemakaian O2 yang meningkat juga menyebabkan osidan meningkat dalam jaringan yang merusak sel itu sendiri. Selain itu, ketika latihan berat menyebabkan suplai O2 pada daerah ginjal,usus,hati, dan ginjal mengalami penurunan dialihkan kearah tungkai dan jantung. Dan ketika latihan diberhentikan suplai darah akan kembali mengalir ke daerah yang tidak aktif akibat dari itu terbentuklah oksidan. Pada Latihan berat tidak dianjurkan pada lansia yang dapat menyebabkan penurunan fungsi akibat peningkatan radikal bebas (Bean, 2013). Ketika kita berlatih, sistem saraf simphatic dan kelanjar adrenal meningkatkan adrenalin yang akan memicu jantung dan meningkatkan heart rate . Peningkatan heart rate akan menyebabkan peningkatan pengiriman oksigen ke otot – otot skeletal. Peningkatan konsumsi oksigen juga meningkatkan kapasitas aerobik (meningkatkan Vo2 Max). Latihan secara periodik yang berlangsung lama menyebabkan fungsi jantung akan meningkat sehingga cardic output akan meningkat. Peningkatan cardiac output
4
menyebabkan
terjadinya
penurunan
heart
rate
antara
10
–
15
denyut/menit.(Burke, 1998) Panti Sosial Treshna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 adalah panti sosial bagi lansia yang dikelola oleh pemerintah DKI Jakarta. Para lansia mengalami penurunan fungsional dan aktivitas fisik secara signifikan akibat penuaan. Pemberiaan latihan dan gizi yang baik dapat menghambat penuaan. (Bangun, 2005). Latihan intesitas sedang adalah latihan yang ditargetkan antara 60 – 80 HR maksimal dengan durasi antara 30 -50 menit yang dilakukan 3 – 5 x seminggu.
Latihan
intesitas
sedang
digunakan
untuk
meningkatkan
endurance. Pada penelitian yang dilakukan oleh Meijer et al (1998) terjadi peningkatan Vo2 max yang diberikan latihan intesitas sedang. Peningkatan Vo2 max menyebabkan peningkatan endurance kardiorespirasi lansia ( Meijer et al, 1998) Pemberiaan latihan fisik dapat sebagai pencegahan penyakit yang mungkin terjadi pada lansia seperti stroke dan penyakit kardiovaskuler. Lansia yang melakukan latihan fisik resiko terjadinya stroke lebih rendah dibanding yang tidak melakukan. Serta pada resiko penyakit kardiovaskuler dan hipertensi lebih tinggi pada lansia yang jarang berolahraga (Mackie, 2013). Berjalan merupakan olahraga yang murah yang bisa dilakukan kapan saja. Di Inggris berjalan adalah olahraga yang populer bagi para wisatawan. Berjalan dapat meningkatkan kesehatan, interaksi sosial, serta menurunkan
5
biaya transportasi. Di London berjalan secara rutin dapat menghemat pengeluaran sebesar 93 Poundsterling per bulan (Rambers, 2013). Static bicycle merupakan olahraga bersepeda yang dilakukan di dalam ruangan. Static bicycle adalah pengembangan dari bersepeda di luar. Latihan static bicyle intesitas sedang dengan pencapaian HR 60% - 85%. Pada latihan static
bicycle
dapat
meningkatkan
endurance
kardiorespirasi
serta
menurunkan berat badan (Brannon, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Mendes et al (2005) terjadi peningkatan kebugaran pada lansia setelah diberikan latihan dengan waktu latihan 30 menit dan intesitas 3 x minggu selama 8 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Jurca et al (2005) terjadi penurunan heart rate setelah dilakukan latihan intesitas sedang pada wanita post manopuse dengan waktu latihan 30 menit intesitas seminggu 3 x selama 8 mingggu. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti latihan jalan intesitas sedang dan latihan static bicycle intesitas sedang terhadap peningkatan endurance kardiorespirasi pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang seperti diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang diteliti adalah : 1.2.1 Apakah ada perbedaan latihan jalan intesitas sedang dibandingkan latihan static bicycle dalam meningkatkan Vo2 max lansia ?
6
1.2.2 Apakah ada perbedaan latihan jalan intesitas sedang dibandingkan latihan
static bicycle dengan intensitas sedang dalam menurunkan
heart rate ? 1.2.3 Apakah ada perbedaan latihan jalan dengan intesitas sedang dibandingkan
latihan
static
bicycle
intesitas
sedang
dalam
meningkatkan inspirasi maksimal lansia ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.3.1
Tujuan Umum Peran pelatihan dalam meningkatkan endurance pada lansia.
1.3.2
Tujuan Khusus 1.3.2.1
Untuk membuktikan adanya perbedaan latihan jalan intesitas dibandingkan latihan static bicycle intesitas sedang dalam meningkatkan Vo2 max lansia
1.3.2.2
Untuk membuktikan adanya perbedaan latihan jalan intesitas sedang dibandingkan latihan
static bicycle
dengan intensitas sedang dalam menurunkan heart rate 1.3.2.3
Untuk membuktikan adanya perbedaan latihan jalan dengan intesitas sedang dibandingkan latihan static bicycle intesitas sedang dalam meningkatkan inspirasi maksimal lansia
7
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Keilmuan (Teoritis) 1.4.1.1 Meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
mempelajari, mengidentifikasi dan mengembangkan teoriteori yang didapat dari perkuliahan. 1.4.1.2 Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Memberikan gambaran tentang manfaat latihan jalan intesitas sedang dan static bicycle intesitas sedang terhadap peningkatan endurance kardiorespirasi 1.4.2.2 Memberikan gambaran terjadinya penurunan endurance kardiorespirasi pada lansia. 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat 1.4.3.1 Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik, dan pengaruhnya bagi kesehatan yang akan mengaruhi terjadinya penurunan endurance kardiorespirasi 1.4.3.2 Memberikan informasi
kepada masyarakat
mengenai
manfaat latihan jalan intesitas sedang dan static bicycle dalam meningkatkan endurance kardiorespirasi
8
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti 1.4.4.1 Manfaat bagi peneliti dengan adanya tesis ini akan memberikan pengetahuan sejauh mana pemberian latihan jalan intensitas sedang dan static bicycle intesitas sedang untuk meningkatkan endurance kardiorespirasi pada lansia.