BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan Ibu Kota Negara yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan perekonomian. Selain itu Jakarta juga memiliki potensi sebagai destinasi pariwisata dan memiliki daya tarik wisata tersendiri yang dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Kota Jakarta. Potensi wisata yang terdapat di Kota Jakarta antara lain wisata budaya, wisata religi, wisata minat khusus, minat sejarah, wisata kuliner dan wisata belanja. Menurut BPS DKI Jakarta pada bulan November 2013 jumlah kunjungan wisatawan asing ke DKI Jakarta mencapai 205.468 kunjungan. DKI Jakarta yang merupakan kota metropolitan seringkali dipandang sebelah mata sebagai sebuah destinasi wisata karena masalah perkotaan yang menderanya. Padahal, potensi pariwisata Jakarta sangat banyak. Jakarta adalah satu destinasi pariwisata yang memiliki keunikan sendiri, tak bisa disamakan dengan destinasi lain di Indonesia. Potensi yang dimiliki Jakarta adalah statusnya yang sebagai kota urban megapolitan yang penduduknya multikultur. Jakarta mempunyai kearifan lokal, dengan budaya Betawi-nya dan bisa dijadikan sebagai wisata budaya1 (Hanifah, 2014:1). Jakarta yang terkenal dengan kota metropolitan ini sebenarnya memiliki jumlah museum terbanyak dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yaitu sebanyak 281 buah museum.
1
http://www.okezone.com/read/2014/01/22/jakarta-enggak-bisa-tiru-bali.
1
2
Dalam buku Nyoman S Pendit (1986:36) wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup sesorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau le luar negeri, mempeljari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka. Salah satu yang merupakan wisata budaya yaitu museum. Museum adalah pengawal warisan budaya, dalam arti pengawalan terkandung makna bahwa warisan budaya itu juga ditampilkan kepada masyarakat. Dalam hubungan ini tidak berlebihan jika museum juga disebut cagar budaya jika ia melestarikan warisan budaya dan menampilkannya kepada masyarakat (Sumadio, 1993:21). Pendirian sebuah museum adalah salah satu bentuk pelestarian benda bersejarah, dengan didirrikannya sebuah museum memudahkan kita untuk meneliti
dan
mempelajari
penemuan-penemuan
bedan
bersejarah
yang
memberikan gambaran yang ada di masa lalu. Salah satu museum yang memamerkan peninggalan bersejarah adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi (selanjutnya disingkat MPNP). MPNP memiliki potensi dan daya tarik tersendiri, karena merupakan tempat terjadinya peristiwa sejarah awal berdirinya Negara Kesatuan Indonesia (NKRI). Tidak hanya menjadi peristiwa awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun sejarah gedung tersebut juga memiliki nilai sejarah yang menarik. Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada awalnya merupakan Konsulat Jenderal Inggris, kemudian digunakan sebagai Markas Tentara Inggris dan yang terakhir menjadi rumah kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda yang kemudian berubah menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini mengungkapkan peristiwa
3
bersejarah yang terjadi di masa lalu yang tidak mungkin dapat dipertunjukan lagi melalui penggambaran ulang pada waktu itu dan museum ini merupakan miniatur dari peristiwa Kemerdekaan Republik Indonesia. Museum adalah sarana yang efektif dalam membantu proses penelitian atau pembelajaran karena museum memberikan bukti nyata yang dapat disaksikan secara langsung oleh kita sehingga mempermudah pemahaman dalam menyimpulkan suatu pemikiran tentang suatu bentuk gambaran masa purbakala. Pada saat ini kesadaran masyarakat akan perlunya perhatian terhadap kelestarian sebuah peninggalan sejarah masih sangat kurang, hal ini terbukti dengan perhatian masyarakat terhadap situs peninggalan sejarah dan peninggalan purbakala tidak terjaga dan tidak terlindungi. Tidak terjaganya peninggalan sejarah dapat menjadikan hilang atau terputusnya media yang dapat menggambarkan hubungan masa sekarang dengan masa lampau yang mempunyai arti penting dalam mempelajari asal-usul sejarah. Masyarakat umum kurang menyadari arti akan pentingnya keberadaan suatu museum yang memamerkan benda-benda yang bersejarah. Masyarakat hanya menganggap museum adalah tempat penyimpanan benda-benda kuno yang kurang menarik untuk dikunjungi, masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi tempat hiburan dari pada berkunjung ke museum. dengan adanya fenomena ini keberadaan museum lambat laun akan tersisihkan apabila perilaku masyarakat tidak dapat diubah. Perkembangan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat saat ini telah banyak berpengaruh dalam pandangan tentang sebuah museum. untuk mengatasi kondisi di atas, museum perlu melakukan strategi promosi yang tepat
4
untuk menarik minat masyarakat mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebagai daya tarik wisata sejarah di Kota Jakarta.
1.2 Batasan Masalah Mengingat luasnya jangkauan pemasalahan dalam pengelolaan yang ada pada Museum Perumusan Naskah Proklamasi, maka akan dibatasi hanya pada kegiatan pengelolaan promosi. Promosi ini ditujukan untuk wisatawan akademis, dan meggunakan strategi yang tepat untuk menentukan media yang sesuai untuk mempromosikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi kepada masyarakat luas.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah promosi yang sudah dilakukan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi ? 2. Strategi promosi seperti apa yang dapat dilakukan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebagai daya tarik wisata sejarah ?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui promosi museum yang sudah dilakukan.
5
2. Untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Strategi tersebut adalah untuk mengetahui promosi seperti apa yang cocok digunakan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini adalah a. Manfaat Teoritis Bagi masyarakat, masyarakat menjadi lebih bisa menghargai peninggalan budaya bangsa sendiri dan ikut melestarikannya, serta menambah wawasan tentang museum dan memberikan informasi bahwa museum bukanlah suatu tempat yang kuno dan menyeramkan serta memperkenalkan fungsi museum yang sebenarnya. Bagi Penulis, menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah dan budaya serta, menambah wawasan mengenai museum dan dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. Bagi peneliti Selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai wisata sejarah dan edukasi bagi penelitipeneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang museum lebih dalam. b. Manfaat Praktis Bagi akademis, untuk dijadikan referensi penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi studi/ kajian pariwisata lisan.
6
Bagi instansi, sebagai masukan kepada pihak pengelola agar museum ini dibenahi dari segi manajemen pemasaran, manajemen pelayanan dan tata pamer agar tingkat kunjungan khususnya sebagai wisata sejarah semakin meningkat.
1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian-penelitian tentang sistem pengelolaan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, salah satu penelitian tentang sistem pengelolaan yaitu “Strategi Pengelolaan Museum Asi Mbojo Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Bima-NTB” yang ditulis oleh Indry Wahyuni pada tahun 2012 (Wahyuni, 2012:1) Penelitian ini bertujuan untuk mencapai target dengan program rencana pengelolaan di Museum Asi Mbojo sebagai objek wisata budaya dengan cara promosi. Penelitian selanjutnya mengenai pengelolaan yaitu “Pengelolaan Museum Dalam Rangka Mengembangkan Objek/Daya Tarik Pariwisata Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” yang ditulis oleh Dhanica Vania Yoshi Kendra pada tahun 2011(Kendra, 2011:11). Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor manajemen museum dalam pengembangan dan usaha yang dilakukan pihak museum untuk menjadikan museum sebagai atraksi wisata di Kota Yogyakarta khususnya di daerah Yogyakarta. Penelitian selanjutnya mengenai “Strategi Pengelolaan Museum Le Mayeur Sanur ” yang ditulis oleh Budhita pada tahun 2004 (Budhita, 2014:7). Penelitian menyimpulkan bahwa dengan pendekatan analisis SWOT (strenght, weaknesses,
7
opportunities, threats) yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap keberadaan Museum Le Mayeur, dapat mengetahui bahwa strategi pengelolaan yang dapat diterapkan adalah strategi diversifikasi yaitu menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang, penjambaran program operasional juga dijelaskan dalam penelitian tersebut. Penelitian selanjutnya berjudul “Strategi Pengelolaan Museum Bali Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Denpasar” yang ditulis oleh Buda pada tahun 2003 (Buda, 2003:7). Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan museum Bali memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan. Namun potensi besar tersebut belum mampu mewujudkan secara optimal, untuk itu diperlukan adanya pendekatan
analisis
SWOT
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya baik secara eksternal maupun internal. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai Analisis Strategi Pengelolaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi Sebagai Daya Tarik Wisata Sejarah Di Kota Jakarta belum pernah di teliti sebelumnya.
1.7 Landasan Teori 1. Pengertian Museum Badan Internasional Museum, International Council of Museum (ICOM) menambahkan museum sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-
8
tujuan studi, pendidikan dan kesenangan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya (Sumadio, 1991:33). Melengkapi pengertian museum seperti yang di uraikan di atas, ICOM menjelaskan bahwa museum meliputi: a. Lembaga-lembaga konservasi dan ruang-ruangan pameran yang secara tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan. b. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat. c. Lembaga-lembaga yang memaerkan makhluk-makhluk hidup seperti, kebun, tanaman dan binatang, akuarium dan sebagainya. d. Suaka alam. e. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium. A. Fungsi Museum Fungsi museum yang dikutip dalam buku Pedoman Penyelanggaraan Pengelolaan Museum (Sutaarga, 1983:17) adalah sebagai berikut: Museum sebagai tempat kumpulan barang aneh.
Museum pernah digunakan sebagai istilah kumpulan pengetahuan dalam bentuk karya tulis pada jaman kaum ensiklopedis.
Museum sebagai tempat koleksi realia bagi lembaga-lembaga atau perkumpulan-perkumpulan ilmiah.
9
Museum dan istana-istana setelah revolusi Prancis dibuka untuk umum dalam rangka demokratisasi ilmu dan kesenian.
Museum menjadi urusan yang perlu di tangani pembinaan dan pengarahan pengembangannya oleh pemerintah, sebagai sarana pelaksanaan politik di bidang kebudayaan.
2. Manajemen Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990, dalam Pitana, 2009:80) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peranan tresebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut : 1. Planning (Perencanaan). 2. Directing (Mengarahkan). 3. Organizing (termasuk coordinating). 4. Controlling (Pengawasan). Sedangkan Drucker mengartikan manajemen sebagai berikut : “... the specific tool, the specific function, the specific instrument to make institutions capable of producing results .... [T]he critical functions in tourism management are planning, coordinatiion and control” (Richardson & Fluker, 2004: 178 dalam Pitana, 2009:80) Maksud dari penjelasan Drucker mengenai manajemen adalah sebuah manajemen memiliki media yang spesifik, fungsi yang spesifik dan hasil akhir yang memuaskan. Sedangkan fungsi manajemen
dalam
pariwisata
adalah
untuk
merencanakan,
10
mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan yang sedang dilakukan yang bertujuan untuk mencapai visi dan misi. Prinsip – prinsip dasar pengelolaan pariwisata menurut Cox (1985, dalam Dowling dan Fennel, 2003: 2 dalam Pitana, 2009:81) pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan keadaan lokal sekitar yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 2. Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. 3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. 4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal. 5. Carrying capacity (Daya Dukung) 3. Manajemen Museum Menurut Yoeti (2006:17) dalam pengelolaan sebuah museum terdapat sejumlah komponen dasar yang harus dipenuhi agar senantiasa menarik pengunjung, sehingga pada akhirnya memudahkan proses “menjualnya”. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain : 1. Penampilan (appearance) pintu masuk, ruang kedatangan utama dan tanda-tanda petunjuk arah bagi pengunjung, termasuk informasi yang tersedia di bagian karcis.
11
2. Pola arus (sirkulasi) pengunjung yang mengikuti tata letak (lay-out) yang logis. 3. Display, presentasi dan informasi yang memadai dan tersedia dengan mudah, termasuk daya dukung bahan audio visual, tape, guide dan sebagainya. 4. Penempatan dan tata letak kegiatan atraksi penunjang di lokasi. 5. Lokasi serta tata letak berbagai fasilitas yang tersedia di museum (toilet, cafe, musholla, toko souvenir, bangku duduk, dan sebagainya) 4. Promosi Dalam buku Salah Wahab (1988:28) promosi adalah salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orang-orang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang yang ingin mengenalkan dirinya sendiri melalu citra tersebut. Bentuk-bentuk promosi sebagai berikut : a. Periklanan (Advertising) Semua bentuk komunikasi non personal tentang gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh sponsor tertentu, periklanan dapat berbentuk iklan cetak, brosur, billboard atau poster. b. Hubungan Masyarakat (Public Relation) Kegiatan
promosi
yang
ditujukan
kepada
umum
untuk
mengkomunikasikan citra positif produk atau perusahaannya dan untuk mempromosikan niat baik. Bentuknya dapat dilakukan dengan menjadi sponsor pada peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu. c. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
12
Beragam insetif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Bentuknya pameran, pembagian voucher dan pembagian sampel produk. d. Penjualan Pribadi (Personal Selling) Komunikasi langsung atau tatap muka antara satu calon pembeli atau lebih untuk memberikan umpan balik segera terhadap sumber pesan dalam bentuk presentasi. e. Pemasaran Langsung (Direct Marekting) Rancangan pemasaran yang menggunakan satu atau beberapa media iklan untuk memperoleh tanggapan yang terukur bentuknya dapat berupa pengiriman catalog, faksimil.
1.8 Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dimengerti sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data, dan menganalisis data sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala dan isu tertentu (J.R. Raco, 2010:2). a. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengamatan / observasi langsung Observasi adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengamati secara langsung pada objek penelitian (Moleong, 1989:19). Penelitian metode seperti ini diperlukan agar dapat menggambarkan secara umum mengenai Museum yang akan diteliti dan lebih mudah mendapatkan informasi dari para pengunjung dan
13
pengelola. Observasi dilakukan pada tanggal 9-28 Februari 2014 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Observasi tersebut di tinjau dari kondisi fisik dan non fisik MPNP. 2. Studi Pustaka Studi pustaka adalah proses mencari informasi, menelaah dan menghimpun data sejarah yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti (Gottschalk, 1986:46). Dalam hal ini penulis mendatangi perpustakaan untuk mendukung informasi dan penelitian diantaranya adalah Perpustakaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Pusat Studi Pariwisata untuk mencari literatur yang berhubungan dengan strategi pengelolaan dan promosi. 3. Wawancara Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sistem pengelolaan yang dilakukan Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Selain itu teknik wawancara juga bertujuan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan beberapa pihak (narasumber) antara lain dengan Kepala Museum, staf pelayanan dan tata usaha Museum Perumusan Naskah Proklamasi, pengunjung atau wisatawan yang datang ke MPNP. Berikut ini adalah daftar pertanyaan wawancara penulis dengan narasumber terkait dengan strategi pengelolaan di MPNP: 1. Pengelolaan seperti apa yang dilakukan di MPNP sebagai daya tarik wisata sejarah di Kota Jakarta? 2. Berapakah target pengunjung di MPNP setiap tahunnya?
14
3. Ada berapa macam koleksi yang dipamerkan di MPNP dan berasal dari manakah koleksi-koleksi tersebut? 4. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan di MPNP untuk menarik pengunjung datang ke MPNP? 5. Promosi seperti apa yang sudah dilakukan oleh pihak pengelola MPNP untuk meningkatkan kunjungan ke museum? 6. Kendala apa yang dihadapi oleh pihak pengelola dalam melakukan promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan?
b. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian data dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang seperti disarankan oleh data ( Lexy J. Moleong, 2001:13) Analisi yang digunakan da;am penulisan ini adalah teknik analisis SWOT strenghts (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (kesempatan dan threats (ancaman). Analisis SWOT berusaha untuk mengidentifikasi strategi yang memungkinkan dilakukan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada, dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan sekaligus memperbaiki kelemahan untuk mengatasi ancaman-ancaman yang mungin terjadi dalam pengelolaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebagai daya tarik wisata sejarah di Kota Jakarta, khususnya dalam pengelolaan promosi. Proses analisi yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut ini:
15
Gambar 1.1 Proses menganalisis data
Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Pustaka)
Sajian Data (Analisis SWOT)
Penarikkan Kesimpulan
(Sumber: Penulis, 2014)
1.9 Sistematika Penulisan Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian skripsi ini, perlu dikemukakan garis besar pembahasan melalui sistematika penulisannya. Penjabarannya disusun sebagai berikut :
Bab I Menggambarkan alasan dan tujuan mengambil tema tersebut secara luas. Yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, yang disertari sistematika penulisan.
Bab II Menggambarkan gambar umum mengenai lokasi penelitian yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Bab III
16
Menggambarkan pembahasan mengenai Analisis Strategi Pengelolaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi Sebagai Daya Tarik Wisata Sejarah di Kota Jakarta.
Bab IV Merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian sehingga diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata khususnya museum-museum di Jakarta terutama Museum Perumusan Naskah Proklamasi.