BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, yang di dalamnya terdapat beberapa aliran keagamaan (organisasi) yang dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan khususnya berhubungan dengan ilmu fiqh. Hal ini sangat berdampak terhadap materi fiqh yang diajarkan di lembaga sekolah. Di samping hal itu sesuai dengan pengalaman di lapangan bahwa keadaan sarana prasarana pembelajaran di sebagian sekolah masih banyak yang kurang memadai, begitu juga lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang variatif. Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung dengan realitas keadaan sosio masyarakat yang ada. Oleh karena itu, dalam sebuah proses belajar-mengajar yang berkualitas seorang pendidik harus memahami suatu metode, pendekatan, maupun strategi mengajar yang diperlukan dalam sebuah pengajaran, sehingga dengan demikian tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
1
2
Di samping itu juga, dalam suatu pembelajaran, guru harus dapat menjadi motifator dan fasilitator sehingga lebih bisa kreatif, agar peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini perlu sekali adanya penggunaan suatu strategi ataupun metode yang tepat. Salah satu pelajaran yang diajarkan di SMPT ‘Ibadurrahman adalah mata pelajaran fiqh. Di mana dalam pembelajaran fiqh seorang guru tidak cukup hanya menyampaikan materi tentang hukum-hukum atau ibadah, tetapi juga harus dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara aktif dan inovatif. Dari sinilah maka diperlukan suatu metode atau pendekatan yang bisa mengantarkan guru menjadi aktif dan kreatif dalam mengajar, agar mencapai itu semua seorang guru harus memperhatikan strategi ataupun metode-metode dalam pembelajaran . Adapun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fiqh yang peneliti temukan di antaranya adalah pendekatan ekspositorik dengan pendekatan yang bersifat deduktif, dengan metode ceramah, hafalan, dan tanya jawab. Sedangkan SMPT ‘Ibadurrahman salah satu lembaga yang menggunakan metode mind mapping (peta konsep). Ini semua berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Prof. Roger Sperry, ditunjukkan bahwa manusia dalam melakukan aktifitas kegiatannya membagi dalam dua bagian kerja otak yaitu kerja otak kanan dan kerja otak kiri. Di mana setiap belahan otak tersebut mempunyai wilayah kerja yang berbeda. Apabila dikaitkan dengan waktu maka aktifitas otak kiri adalah aktifitas yang terekam dalam memori kita untuk jangka waktu pendek
3
(short time) sedangkan informasi aktifitas yang dilakukan oleh otak kanan adalah aktifitas yang dapat terekam oleh memori jangka waktu yang lama (long time). Dalam penelitian Sperry tersebut disebutkan juga bahwa ketika otak kanan aktif maka otak kiri cenderung mediaktif begitu juga sebaliknya. Jadi bisa dibayangkan betapa banyak kerugian yang didapatkan ketika seseorang tidak mampu mensinergikan kerja kedua belahan kedua otaknya. Padahal seseorang akan mendapatkan hasil yang sangat dahsyat ketika dapat menggunakan kedua belahan otak tersebut untuk setiap aktifitasnya. Mind mapping (peta konsep) adalah bentuk penulisan yang penuh warna dan bersifat visual. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral. Kemudian gagasan ini dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili gagasan utama, yang semuanya terhubung pada sentral.1 Berangkat
dari
sinilah
diharapkan
proses
pembelajaran
bisa
mengembangkan potensi guru dan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga tercipta suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. SMPT ‘Ibadurrahman yang menurut peneliti adalah salah satu lembaga yang memakai metode mind mapping, berdasarkan penjajagan awal yang peneliti lakukan di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, serta keterangan
1
Tony Buzan, Memahami Peta Pikiran: Mind Maps at Work, Terj. Daniel Nirajaya (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), 6.
4
hasil wawancara dengan salah satu staf pengajar pondok, peneliti menemukan bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ditemukan fenomena bahwa sekolah mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan mind mapping (peta konsep).2 Kendala tersebut dari beberapa faktor, di antaranya adalah faktor guru yang belum terlalu bisa menguasai konsep mind mapping dan juga murid yang belum bisa memahami mind mapping dengan baik. Hal ini dibenarkan oleh ust. Idam Mustofa, S.Ag, M.Pd, yang mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan semua guru mampu menerapkan mind mapping guna mempermudah peserta didik dalam belajar, akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran dengan menggunakan mind mapping sulit diterapkan. Ini semua disebabkan kurangnya pemahaman guru dan peserta didik terhadap mind mapping.3 Berangkat dari kenyataan tersebut di atas, yakni kendala dalam penerapan mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana proses penerapan mind mapping dan kendala yang dihadapi serta upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam menghadapi kendala yang ada.
2
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 3 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/1-W/F-2/18-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
5
Adapun penelitian ini penulis susun dalam bentuk skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH” (Studi Kasus di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun 20072008).
B. Fokus Penelitian Untuk membatasi wilayah yang penulis teliti, berdasarkan temuan penulis di lapangan bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman dalam proses belajar mengajar khususnya materi fiqh. Maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya pada implementasi mind mapping yang meliputi latar belakang, pelaksanaan, manfaat, dan faktor kendala dan pendukungnya.
C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas dan untuk lebih memudahkan penulis dalam melakukan penggalian data maka penulis membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008? 2. Apa saja kendala dan pendukung dalam penerapan mind mapping dalam pada pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?
6
3. Apa saja upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk meningkatkan kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?
D. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan atau penerapan mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam penerapan mind mapping dalam proses pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 3. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk meningkatkan kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008
E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya dalam materi fiqh yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
7
2. Manfaat Praktis a. Bagi guru hasil penelitian ini untuk menambah keilmuan dan keterampilan sebagai pendidik agar lebih semangat dan bervariasi dalam proses belajar-mengajar. b. Bagi murid hasil penelitian ini untuk menambah semangat belajar dan untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif. c. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMPT ‘Ibadurrahman, hasil penelitian ini akan menjadi pijakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik serta memiliki relevansi terhadap perkembangan jaman.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif,4 yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan ialah field research yaitu peneliti ikut serta atau langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan data. Peneliti langsung mengamati fenomena yang ada di lapangan, kemudian
4
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 4.
8
diambil data yang berkaitan dengan implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I. Dengan field research ini, peneliti dapat langsung mendapatkan data secara akurat.
2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta,5 sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMPT ‘Ibadurrahman, beralamatkan di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, karena pada penjajakan awal di situ peneliti menemukan kegiatan belajar mengajar yang sangat kreatif dan efektif, sehingga siswa aktif dan tidak merasa bosan. Di sini, dalam proses belajar mengajar menggunakan metode mind mapping yang melibatkan pendidik (guru), siswa-siswi, media pendidikan dan masih banyak lagi.
5
Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177.
9
4. Sumber Data Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari dua sumber yaitu: a. Sumber data hidup (manusia) Sumber data hidup (manusia) adalah: waka kurikulum, guru materi fiqh, dan siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman. b. Sumber data non hidup (benda mati) Sumber data non hidup (bukan manusia) adalah: dokumendokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta buku-buku sebagai literatur.
5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.6 Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahanbahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). Secara lebih rinci, prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
6
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 63.
10
a. Metode Wawancara Wawancara
merupakan
metode
pengumpulan
data
yang
menghendaki komunikasi langsung antar penyelidik dengan subyek atau responden.7 Metode
ini
digunakan
untuk
memperoleh
data
tentang
implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I dan kendala yang dihadapi dalam penerapan mind mapping, serta upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran 2007/2008. Adapun sumber data yang diwawancarai adalah : 1) Kepala sekolah SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 2) Guru mata pelajaran fiqh yang mengajar siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 3) Waka kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 4) Siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Hasil wawancara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkrip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara tersebut dinamakan transkrip wawancara.
7
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: Rineka Cipta, 2003), 67.
11
b. Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.8 Dalam penelitian ini metode observasi
digunakan untuk
memperoleh data tentang: 1) Implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran 2007-2008. 2) Kondisi dan susunan pembelajaran fiqh di kelas. 3) Kegiatan siswa dalam pembelajaran fiqh di kelas. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.9 Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya SMPT ‘Ibadurrahman, letak geografis, struktur organisasi SMPT ‘Ibadurrahman Ponorogo, jumlah siswa dan guru SMPT ‘Ibadurrahman, serta keadaan sarana prasarana SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
8 9
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 158. Ibid., 181.
12
6. Analisa Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut: a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.
13
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kesahihan
(validitas) dan
keandalan
(reliabilitas).10
Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: a. Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran 2007/2008. b. Menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
10
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 171.
14
penyidik, dan teori.11 Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab. Adapun untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan, dalam bab ini terdiri dari: latar belakang masalah, definisi istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian pustaka, dalam bab ini terdiri dari: pengertian fiqh dan pembelajaran fiqh, pengertian mind mapping, fungsi dan manfaat
11
Ibid., 178.
15
mind mapping, teknik pembuatan mind mapping serta unsur-unsur mind mapping. BAB III : Paparan data, terdiri dari: data tentang keadaan SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, data tentang pelaksanaan mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, data tentang kendala dalam pelaksanaan mind mapping dan pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping, data tentang upayaupaya
SMPT
‘Ibadurrahman
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. BAB IV : Analisis data, terdiri dari: analisa data tentang pelaksanaan mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman, data tentang kendala dalam pelaksanaan mind mapping dan pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping, data tentang upaya-upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqh siswa kelas I di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. BAB V : Penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
16
BAB II PEMBELAJARAN FIQH DAN MIND MAPPING
Pembelajaran Fiqh Pengertian Fiqh dan Pembelajaran Fiqh Pengertian Fiqh Mata pelajaran fiqh dalam kurikulum madrasah tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan, pengalaman, dan pembiasaan. Mata pelajaran fiqh ini meliputi: fiqh ibâdah, fiqh mu’âmalah, fiqh jinâyat, dan fiqh siyâsah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqh mencakup
perwujudan
keserasian,
keselarasan,
dan
keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah swt, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya (hablun minallâh wa hablun minannâs). Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung dengan realitas keadaan sosio masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam
17
pembelajarannya harus disiapkan dengan matang dan baik, agar semua tuntutan yang ada bisa terjawab dengan mudah. Pengertian Pembelajaran Fiqh Pembelajaran fiqh terdiri dari dua unsur yaitu pembelajaran dan fiqh. Pembelajaran menurut kamus besar mempunyai arti “proses atau cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak, dengan pendidik di pihak lainnya. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh pendidik. Maka pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.12 Tujuan pembelajaran adalah mengarahkan guru agar berhasil dalam membelajarkan siswa dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar. Adapun menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.13 Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran fiqh, di antaranya adalah pendidik atau guru yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan secara
12 13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 17. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 57.
18
sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran fiqh, selain itu juga peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari, atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap agama Islam dan terhadap hukum-hukumnya (fiqh).
Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqh Tujuan Fiqh Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnyapun tak lebih dari pengalaman selama perjalanan. Adapun pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil ‘aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan dan sosial. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin, dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.14 Fungsi Fiqh Pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:
14
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
di
MTs
Hidayat
Probolinggo.
19
1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT. Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah dan masyarakat. 3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di sekolah dan masyarakat. 4) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga. 5) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan mu’amalah. 6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. 7) Pembekalan peserta didik untuk memahami fiqh atau hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.15
Ruang Lingkup Fiqh Ruang lingkup fiqh meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: 15
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
di
MTs
Hidayat
Probolinggo.
20
Hubungan manusia dengan Allah SWT Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqh terfokus pada aspek: a. Fiqh ‘ibâdah b. Fiqh mu’âmalah c. Fiqh jinâyah d. Fiqh siyâsah.16
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqh Standar kompetensi mata pelajaran fiqh berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pelajaran fiqh di sekolah. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan
yang
tercantum
dalam
komponen
kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di sekolah yaitu: Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan shalat
16
Ibid.
21
(shalat wajib, jamâ’ah, jama’ qoshor, dharûrat, janâzah, shalat sunnah) serta mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sujud, dzikr, dan do’a, puasa, zakat, haji, dan umrah, makanan minuman yang halal dan haram, qurban, dan aqiqah serta mampu mengamalkannya. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang mu’amalah, mu’amalah selain jual beli, kewajiban terhadap sesama (orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur), tata pergaulan remaja, jinâyat, hudûd dan sanksi hukumnya, kewajiban mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam, kewajiban mengelola dan mengolah lingkungan untuk kesejahteraan sosial.17 Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga dikelompokkan ke dalam empat unsur pokok mata pelajaran fiqh yaitu: fiqh ibadah, fiqh mu’âmalah, fiqh jinâyah, dan fiqh siyâsah. Berdasarkan pengelompokkan per unsur, kemampuan dasar mata pelajaran fiqh adalah sebagai berikut: a. Fiqh ibadah, meliputi: 1) Melakukan thaharah atau bersuci.
17
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
di
MTs
Hidayat
Probolinggo.
22
2) Melakukan shalat wajib. 3) Melakukan shalat berjama’ah. 4) Memahami shalat jama’ qoshor. 5) Memahami tata cara shalat darurat. 6) Melakukan shalat janâzah. 7) Melakukan macam-macam shalat sunnah. 8) Melakukan macam-macam sujud. 9) Melakukan dzikir dan do’a. 10) Membelanjakan harta di luar zakat. 11) Memahami ibadah haji dan umrah. 12) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman. 13) Memahami ketentuan aqiqah dan qurban. b. Fiqh mu’amâlah, meliputi: 1) Memahami macam-macam mu’amalah. 2) Memahami mu’amalah di luar jual beli. 3) Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur. 4) Melakukan pergaulan remaja sesuai syari’at Islam. c. Fiqh jinâyat, meliputi: 1) Memahami jinayat, hudud, dan sanksinya. d. Fiqh siyâsah, meliputi: 1) Mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam.
23
2) Memahami kepemimpinan dalam Islam. 3) Memelihara, mengolah lingkungan, dan kesejahteraan sosial.18
Pendekatan Pembelajaran Fiqh dan Penilaiannya Pendekatan Pembelajaran Fiqh Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi: 1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan. 2) Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqh dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pembiasaan,
melaksanakan
pembelajaran
dengan
membiasakan
melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat, dan bernegara yang sesuai dengan materi pelajaran fiqh yang dicontohkan oleh para ulama. 4) Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
18
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
di
MTs
Hidayat
Probolinggo.
24
5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. 6) Fungsional, menyajikan materi fiqh yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 7) Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen sekolah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqh.19
Penilaian Fiqh Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar peserta didik berupa kompetensi yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman. Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga ranah tersebut dilakukan secara proporsional sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta bobot setiap aspek dari setiap materi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penilaian fiqh adalah prinsip kontinuitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan peserta didik. Penilaiannya tidak saja merupakan kegiatan tes formal melainkan juga perhatian terhadap peserta 19
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
di
MTs
Hidayat
Probolinggo.
25
didik ketika duduk, berbicara dan bersikap, serta pengamatan ketika peserta didik berada di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain. Dari berbagai pengamatan tersebut ada yang perlu dicatat secara tertulis, terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner, skala sikap, dan catatan anekdot.20
Metode dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran khususnya pengajaran fiqh adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. Metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata “metode” di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar.21 Maka seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat
20
Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo. http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007. 21 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2001), 131.
26
memilih metode apa yang tepat digunakan waktu menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Metode dalam pembelajaran fiqh antara lain adalah: Metode Ceramah Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran murid di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.22 Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.23
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau 22
Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 34. 23 Ibid., 36.
27
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan-pertanyaan.24 Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Metode eksperimen adalah cara pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi. Metode demonstrasi dan eksperimen ini cocok
digunakan
bilamana
antara
lain
untuk
memberikan
latihan
keterampilan tertentu kepada siswa dan untuk membantu siswa dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Metode resitasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata. Metode ini sering disebut dengan pekerjaan rumah, namun dalam pelaksanaan metode ini siswa tidak
24
Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 43.
28
hanya mengerjakan tugasnya di rumah, tetapi dapat juga di perpustakaan, laboratorium, halaman sekolah atau di tempat-tempat lainnya.25 Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong. Keunggulan metode kerja kelompok di antaranya adalah ditinjau dari segi paedagogis, kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi, berfikir kritis, dan disiplin. Adapun kelemahan metode ini adalah bilamana guru kurang kontrol maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok. Metode Pembiasaan Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui. Inti pembiasaan ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan
25
Abu Ahmadi dan Joko Triprasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), 61.
29
agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara membiasakan.26 Metode Sosio Drama dan Bermain Peran Metode sosio drama dan bermain peran adalah teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial. Metode ini bertujuan agar siswa belajar bagaimana memahami perasaan orang lain, menggambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah, serta melukiskan bagaimana seseorang bertindak atau bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu. Metode sosio drama dan bermain peran biasanya digunakan pada pembelajaran sejarah dan akhlak. Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. Metode ini diterapkan antara lain karena obyek yang akan dipelajari hanya terdapat di tempat tertentu. Selain itu pengalaman langsung dapat membuat siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehingga ingin lebih mendalami hal-hal yang diminati dengan mencari informasi dari bukubuku sumber lainnya, serta memberi hiburan yang kreatif.
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, 144.
30
Metode Drill (Latihan) Metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan secara terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan. Metode drill (latihan) merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode drill lebih menitikberatkan pada keterampilan siswa seperti kecakapan motoris, mental, asosiasi yang dibuat dan sebagainya. Ciri khas dari metode ini kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali dilakukan dari sesuatu hal yang sama. Pengulangan itu dilakukan agar asosiasi antara stimulus dan respon menjadi sangat kuat dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian terbentuklah keterampilan siap (pengetahuan siap) yang setiap saat digunakan oleh yang bersangkutan.27 Metode Sorogan Metode sorogan adalah metode individual, di mana murid mendatangi guru untuk mengaji suatu kitab dan guru membimbingnya secara langsung. Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) secara fest to fest antara guru dan murid.
27
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 55-59.
31
Sebagaimana metode lainnya, metode sorogan juga memiliki kelebihan-kelebihan di samping kelemahan-kelemahan. Kelebihannya antara lain terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid, guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. Sedangkan kekurangannya antara lain kurang efisien jika murid yang dihadapi begitu banyak.28 Metode Bandongan Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam. Di mana siswa atau santri tidak menghadap guru atau kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku
atau
kitab
masing-masing.
Kemudian
guru
membacakan,
menerjemahkan, menerangkan kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikab oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu.29 Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren-pesantren tradisional.
Strategi Pembelajaran Fiqh Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak hanya terdapat satu macam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan. Guru dapat memilih strategi
28
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 152. 29 Ibid., 156.
32
apa yang digunakan sesuai dengan situasi pembelajaran. Adapun macam-macam strategi ada tiga, yaitu sebagai berikut:30 1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru Dalam hal ini guru berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi yang sangat dominan, dan mengajar merupakan penyampaian informasi kepada peserta didik. Dalam hal ini metode yang biasanya paling dominan adalah metode ceramah. 2. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran diupayakan untuk menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan dirinya dalam konteks lingkungannya. Dalam hal ini, tujuan pembelajaran terarah pada peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
Kegiatan
pembelajaran
tidak
lagi
sekedar
menyampaikan dan menerima informasi, tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha peningkatan kemampuan. 3. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran Dalam hal ini proses pembelajaran bertujuan untuk menguasai informasi dari materi yang ada dalam buku teks. Oleh karena itu tujuan pembelajaran lebih cenderung pada aspek kognitif, di mana pendidikan afektif
30
Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 11.
33
dan keterampilan kurang mendapat tempat yang seimbang dalam rangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Ditinjau dari keterlibatan guru dan siswa dalam pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dibedakan menjadi dua macam:31 Strategi pembelajaran ekspositorik Dalam pembelajaran ekspositorik guru mengolah secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas, sehingga peserta didik tinggal menerima saja, dan bisa dikatakan peran siswa hampir tidak ada. Dalam pembelajaran ekspositorik (ekspository learning), langkah-langkah yang dilalui adalah sebagai berikut: Preparasi. Guru mempersiapkan bahan secara sistematis. Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang akan diajarkan. Presentasi. Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah atau menyuruh siswa membaca buku teks. Resitasi. Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang telah diajarkan atau disuruh menyatakan kembali pokok-pokok masalah yang telah dipelajari.32
31
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 45. 32 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 22-24.
34
Strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik Dalam strategi pembelajaran heuristik peserta didik dituntut untuk mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru. Dengan menggunakan strategi ini proses pembelajaran diarahkan untuk menciptakan situasi lingkungan yang membelajarkan peserta didik yang optimal. Dalam hal ini ada strategi inquiry atau discovery, di mana siswa terlibat secara maksimal dalam usaha mencari dan menemukan masalah atau konsep. Langkah-langkah strategi pembelajaran ini adalah sebagai berikut: Simulation. Guru memulai dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Problem statement. Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan. Setelah permasalahan dipilih, kemudian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban sementara. Data collection. Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan. Data processing. Pengolahan informasi yang telah didapat. Verification. Pengujian hipotesis berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran dari informasi yang ada. Generalization. Siswa membuat kesimpulan. Dilihat dari cara pengolahan atau memproses pesan atau materi, strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibedakan menjadi:
35
1. Strategi pembelajaran deduksi Yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju kepada yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkrit. 2. Strategi pembelajaran induksi Yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum. Kedua strategi di atas tujuannya sama-sama membimbing siswa agar dapat mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan analisis yang ada, yang membedakannya terletak pada kekhususan dan keumumannya saja.33
Mind Mapping Pengertian Mind Mapping (Peta Konsep) Mind mapping (peta konsep) merupakan alat yang bisa membantu otak berfikir secara teratur dan sederhana. Mind mapping (peta konsep) adalah bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa dikerjakan satu orang atau lebih. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral. Kemudian gagasan utama yang kesemuanya terhubung pada gagasan sentral.34
33
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 103. Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro (Batam Centre: Interaksara, 2004), 23. 34
36
Di setiap cabang gagasan utama ada cabang-cabang sub gagasan yang mengeksplorasi tema-tema tersebut secara lebih mendalam. Dan pada cabang sub gagasan ini kita dapat menambahkan lebih banyak sub cabang, sambil terus mengeksplorasi gagasan secara lebih mendalam lagi. Sama seperti semua cabang yang saling berhubungan. Faktor ini membuat mind mapping (peta konsep) memiliki ruang lingkup yang dalam dan luas, yang tidak dimiliki oleh daftar gagasan biasa. Dengan bekerja dari pusat ke arah luar, mind mapping (peta konsep) mendorong fikiran agar berperilaku dengan cara yang sama. Gagasan-gagasan akan segera berkembang dan dapat memancarkan pemikiran kreatif dan imajinatif. Mind mapping (peta konsep) merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk mengambil informasi dari otak. Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan. Semua mind mapping (peta konsep) memiliki beberapa kesamaan, mind mapping (peta konsep) selalu menggunakan warna. Struktur alamiah mind mapping berupa radial yang memancar keluar dari gambar sentral. Mind mapping (peta konsep) menggunakan garis, lambang, kata-kata, serta gambar berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan akrab bagi otak. Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi yang panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang
37
penuh warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja alami otak. Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam. Teknik pencatatan ini dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan dan disiarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sempurna. Otak kita seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak kita (karena itu disebut dengan istilah “pendekatan
keseluruhan
otak”).35
Cara
ini
juga
menyenangkan,
menenangkan, dan kreatif. Pikiran kita tidak akan menjadi mandeg karena mengulangi catatan kita jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta pikiran.
35
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (Bandung: Penerbit Kaifa, 1999), 152.
38
Oleh karena itu, mencatat dengan menggunakan peta konsep merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru. Meminta siswa untuk membuat peta konsep memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan.36 Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping juga dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk berfikir secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga dapat memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal, dengan demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan intelektual dan kecerdasan murid secara signifikan. Mind mapping merupakan bagian fondasi dalam membimbing murid melewati aplikasi praktis dari ketrampilan belahan otak kiri dan kanan, menunjukkan bagaimana murid dapat menggunakan masing-masing secara
36
Melwin L. Silberman, Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia, 2006), 200.
39
terpisah, dan bagaimana kemudian murid dapat menggabungkan keduanya dengan cara yang spesifik meningkatkan secara dramatik manfaat yang diperoleh oleh murid dari penggunaan otak. Mind mapping dapat diaplikasikan bukan saja dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses pemecahan masalah pribadi, keluarga, pendidikan, bisnis, dan profesional serta masa depan seseorang. Itulah salah satu keunikan dan kehebatan dari mind mapping yang dituliskan oleh Tony Buzan.37
Mind Mapping Sebagai Mekanisme Berfikir Kreatif Mind mapping idealnya cocok untuk berfikir kreatif karena metode ini menggunakan semua ketrampilan yang umumnya berasosiasi dengan kreatifitas terutama imajinasi, asosiasi ide, dan fleksibilitas. Menurut aturan dan teori umum peta konsep bahwa peta konsep sebenarnya adalah manifestasi eksternal yang canggih dan elegan dari semua kategori yang ditetapkan yaitu manifestasi eksternal dari proses berfikir kreatif lengkap. Pemikiran kreatif didasarkan pada imajinasi dan asosiasi. Tujuannya adalah menghubungkan jenis A dan jenis B kemudian menghasilkan ide baru dan inovatif. Dalam literatur psikologi, terutama dalam perangkat manual menguji mengenai berfikir kreatif oleh E. Paul Torrence, fleksibilitas 37
Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro, 15.
40
diidentifikasi sebagai elemen yang vital dalam berfikir. Faktor-faktor lain yang penting termasuk kemampuan untuk: Menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada. Menggunakan warna berbeda. Menggunakan bentuk berbeda. Menggunakan bentuk dan kode yang sesuai.38 Di antara keunggulan mind mapping dari metode lain adalah: a. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif secara otomatis menggunakan semua ketrampilan berfikir kreatif. b. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif menghasilkan energi mental yang terus meningkat ketika pemeta pikiran bergerak ke arah sasarannya. c. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memungkinkan pemeta pikiran untuk memandang banyak sekali elemen sekaligus, jadi meningkatkan probabilitas asosiasi dan integrasi kreatif. d. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif membuat otak manusia berburu ide yang secara normal terletak dalam kekaburan di bagian tepi dari pemikiran mereka. e. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif meningkatkan probabilitas memperoleh pemahaman baru.
38
Ibid., 183.
41
f. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memperoleh dan menunjang proses pembelajaran, meningkatkan probabilitas menghasilkan ide-ide baru.39
Fungsi dan Manfaat Mind Mapping Adapun fungsi dari mind mapping secara garis besar adalah memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memudahkan murid dalam belajar dan mencatat materi pembelajaran. Manfaat dari mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif adalah sebagai berikut: Metode ini secara otomatis memberi semangat siswa sehingga tertarik, maka membuat mereka lebih mau menerima dan bekerjasama dalam kelas. Metode ini membuat pelajaran dan presentasi lebih spontan, kreatif, dan menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa. Catatan guru tidak lagi relatif tetap kaku seiring dengan perjalanan waktu, melainkan fleksibel dan dapat disesuaikan. Pada masa perubahan dan perkembangan yang cepat ini, guru harus dapat mengubah dan menambah catatan pelajaran dengan cepat dan dengan mudah. Karena peta konsep hanya menyajikan material yang relevan dalam bentuk yang jelas dan mudah diingat, siswa cenderung mendapat nilai dan prestasi yang lebih baik. 39
Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro, 25.
42
Tidak seperti teks linier, peta konsep tidak hanya menunjukkan fakta tetapi juga menunjukkan hubungan antara fakta-fakta tersebut. Volume fisik dari catatan berkurang secara dramatis. Peta konsep terutama bermanfaat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, peta konsep membuat anak jauh lebih alami, lengkap, dan mempercepat ekspresi diri.40
Teknik Pembuatan Mind Mapping Untuk teknik pembuatan mind mapping digunakan pena berwarna, dan pencatatan dimulai dari bagian tengah kertas. Diusahakan menggunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat, lalu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Menulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan melingkupinya dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Menambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang. Menulis kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang dan mengembangkannya secara detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, 40
Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro, 270-271.
43
hendaknya yang mudah diingat, sehingga bisa mengingatnya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya. Menambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.41 Di sini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat catatan peta konsep agar lebih mudah diingat: a. Menulis secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf kapital. b. Menulis gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar sehingga langsung dapat tampak begitu membuka kembali catatan tersebut. c. Menggambar peta konsep dengan hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang menarik. d. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf tebal. e. Hendaknya penulis bersikap kreatif dan berani dalam desain karena otak lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa. f. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau gagasan-gagasan tertentu. g. Menciptakan peta pikiran kira secara horizontal untuk memperbesar ruang bagi pekerjaan.42
41
Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro, 273-274. 42 Ibid., 275-276.
44
Kiat-kiat untuk membuat peta konsep: a. Di tengah kertas, membuat lingkaran dari gagasan utama. b. Menambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci menggunakan pena warna-warni. c. Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang, kemudian mengembangkan untuk menambahkan detail-detail. d. Menambahkan simbol dan ilustrasi. e. Menggunakan huruf-huruf kapital. f. Menuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar. g. Menghidupkan peta konsep. h. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf-huruf tebal. i. Hendaknya bersikap kreatif dan berani. j. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan. k. Membuat peta konsep secara horizontal.43
43
Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander Sindoro, 277.
45
BAB III IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO
Data Umum Sejarah Berdirinya SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
dan
Perkembangannya Berdirinya Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman sebenarnya merupakan realisasi keinginan beberapa orang untuk mendirikan pesantren di Desa Panjeng, yang pada akhir tahun 1997 masih juga ide, karena beberapa kendala. Pada pertengahan tahun 1998, diperoleh kabar tentang adanya tanah wakaf di Desa Nglayang milik H. Amir Luqman yang belum tertangani. Maka dikomandai oleh saudara Nurul Iman Lc, dan H. Sucipto Amir Lukman, S.Ag, segera dihimpun potensi alumni Gontor dan pondok-pondok alumninya untuk dapat menggarap tanah wakaf tersebut. Pada musyawarah pertama yayasan ‘Ibadurrahman pada September 1998 disepakati untuk mempersiapkan diri selama 4 tahun, hingga dibukanya pondok pesantren pada tahun 2002. Sejak saat itu dikembangkan berbagai kegiatan-kegiatan khas pondok seperti pengajian anak-anak dan orang tua, serta mulai dirintis pembangunan asrama santri.44
44
ini.
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 01/D/8-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
46
Dengan keadaan pondok yang sedemikian rupa, dan dengan usaha yang gigih, maka
yayasan ‘Ibadurrahman telah membuka SMP Terpadu
‘Ibadurrahman pada tahun pelajaran 2002/2003, dan telah memiliki piagam izin penyelenggaraan sekolah swasta oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur, dengan nomor: 421.3/1378/108.08/2002 dan nomor statistik sekolah: 202051102004 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo. Keberadaannya berada di bawah naungan yayasan ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998, dengan akta notaris nomor: 06 tanggal 7 September 1998. Keberadaan SMP Terpadu ‘Ibadurrahman menyatu dengan Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman. Dengan demikian, segala aktifitas pendidikan dikemas dalam sistem asrama. Untuk tahap pertama, SMP Terpadu ‘Ibadurrahman hanya menerima siswa sekaligus menyediakan sarana dan prasarana berupa masjid, asrama, ruang belajar, kamar mandi/WC dan lapangan olah raga. Namun, saat ini pembangunan ruang kelas masih dapat disiapkan 75% dan masih diusahakan penyempurnaannya.
Visi, Misi, dan Tujuan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Visi Mencetak generasi muslim-muslimah yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas. Misi Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berasaskan Islam.
47
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berbasis modern dan terkini. Tujuan Tujuan SMPT 'Ibadurrahman tertuang dalam panca tujuan pondok atau SMPT 'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut: Beribadah thâlabul ‘ilmi. Beriman, berilmu, beramal sholeh, dan berjihad fî sabîlillâh. Hidup sederhana. Bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik. Cinta agama dan tanah air.45
Letak Geografis SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo SMPT 'Ibadurrahman berada di Dusun Mojoraden Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, 20 km arah timur kota Ponorogo. Sampai saat ini SMPT ‘Ibadurrahman mempunyai 3 ruang belajar, 2 asrama santri, 1 ruangan kantor guru. Dikarenakan letaknya yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian kota, sehingga untuk menuju lokasi harus melalui beberapa tahap, seandainya menggunakan transportasi umum harus berganti beberapa kali, serta harus berjalan kaki kira-kira + 2 km menuju lokasi tersebut.46
45
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 02/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 46 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 03/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
48
Struktur Organisasi SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo47 Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan ‘Ibadurrahman Kepala Sekolah
Pimpinan Pondok
Waka Kesiswaan
Waka Sarpras
Tata Usaha Waka Kurikulum
Wali Kelas
Dewan Guru
Siswa
Sumber dokumen : dokumen SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999
Kurikulum Sebagaimana di sebagian pondok pesantren yang ada sekarang, kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman juga merupakan perpaduan antara kurikulum
47
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 04/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
49
diknas dan kurikulum pondok modern. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kelemahan pada masing-masing kurikulum. Kurikulum-kurikulum dirancang secara akomodatif tersebut antara lain sebagai berikut: Kurikulum dari pondok modern (Gontor), meliputi materi-materi tentang ketrampilan bahasa asing (Arab), antara lain mata pelajaran muthâla’ah, nahwu, sharf, insyâ’, imlâ’, dan tamrîn, selain itu juga pelajaran tarbiyah wa-t-ta’lîm, târikh Islam, târikh adâbil lughah, mahfudhât, dan sebagainya. Kurikulum dari diknas, meliputi pelajaran-pelajaran umum, seperti ekonomi, fisika, PPKn, Bahasa Indonesia, matematika, geografi, dan lain sebagainya.48
Fasilitas/Sarana Prasarana Kegiatan Belajar Mengajar di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Dalam proses belajar mengajar di sekolah, sarana pendidikan sangat menunjang dan juga bisa menentukan hasil evaluasi siswa, selain itu sarana pendidikan juga sangat membantu pada kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Biasanya di sekolah-sekolah yang maju, sarana pendidikan sangat diperlukan, karena sarana pendidikan itu akan menunjang keberhasilan prestasi anak didik. 48
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 05/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
50
Dari hal-hal di atas fungsi kepala sekolah sangat diperlukan, karena untuk mengontrol sarana-sarana yang ada di sekolah, yang pada akhirnya tahu sarana apa yang sering dipakai dan yang tidak pernah dipakai. Untuk sarana yang tidak pernah dipakai kepala sekolah harus tanggap serta punya gambaran, bagaimana caranya sarana tersebut bisa dipakai dan difungsikan oleh anak didik dan guru. Sebagai kepala sekolah maupun guru, mereka akan tahu bakat serta minat anak didik, sehingga guru tahu kemana arah dan tujuan anak didiknya. Karena bakat anak didik satu dengan yang lainnya berbeda, maka sarana pendidikan dituntut kelengkapannya guna untuk keberhasilan anak didik di sekolah tersebut. Adapun sarana prasarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman saat ini adalah:49 Tabel I Sarana dan Prasarana No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 49
Uraian Masjid masyarakat seluas 8 x 10 m Wartel Kamar mandi dan WC Meja dan bangku belajar Peralatan belajar (papan tulis dan lain-lain) Meja dan kursi kantor Meubeleir Komputer
Jumlah 1 Buah 2 KBU 3 Buah 30 Set 3 Buah 2 Set 1 Set 4 Buah
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 06/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
9.
Mesin Ketik
1 Buah
Sumber dokumen : Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999
Dari data di atas, teramat banyak kekurangan pada sarana maupun prasarana, namun dari pihak yayasan tetap berusaha dengan sekuat tenaga. Dan juga penambahan alat-alat olah raga, seperti bola kaki, bola tangan, perlengkapan atletik dan juga penambahan alat kesenian, seperti orgen, seruling, dan satu set perlengkapan hadroh modern. Dilihat dari sarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman, ada sarana yang belum tersedia, dan itu harus dilengkapi, yaitu: a. Ruang pertemuan yang representatif. b. Ruang UKS yang memadai. c. Ruang TU dan kepala sekolah yang masih menyatu dengan ruang guru. d. Ruang tamu yang masih menyatu dengan ruang guru. e. Lapangan olah raga yang memadai. f. Ruang perpustakaan dan dengan segala isi di dalamnya.
Kedaaan Guru dan Siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Keadaan Guru Pendidik adalah merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas yang sangat utama, di dalam kaitannya dengan pendidikan, guru merupakan salah satu tokoh
52
kunci utama dalam rangka meningkatkan SDM. Melalui interaksi antara guru dan murid yang berlangsung secara efektif, tentunya akan membawa suatu prodak pendidikan yang cukup berarti, selain keberhasilan di dalam rangka memberantas kebodohan dan keterbelakangan, juga merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Namun demikian, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga bukan terletak pada guru semata, tetapi juga menyangkut peran aktif dari berbagai pihak untuk mensukseskannya, salah satu tolak ukur suatu bangsa bukan hanya terletak pada sejauhmana kemajuan di sektor industrinya, namun hal itu juga terkait dengan masalah sistem pendidikan. Di dalam proses pendidikan, profesi guru mempunyai fungsi yang sangat strategis di dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa, peranan ini sangat besar dan tidak bisa dipungkiri. Tetapi kita juga menyimak beberapa media masa, maka banyak sekali keluhan-keluhan yang dilontarkan sebagai masyarakat kita yang menilai bahwa profesionalisme guru kita masih dianggap kurang memadai. Anggapan tersebut dapat dianggap wajar sehubungan dengan keadaan yang dihadapi sekarang. Seorang guru mempunyai komitmen kepada muridnya dalam proses belajar, yaitu kepentingan siswanya, ia harus bisa menguasai berbagai materi yang akan diajarkan pada muridnya serta menguasai metode pengajaran yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab serta dapat memantau hasil belajar siswa melalui cara pengamatan terhadap perilaku siswa sampai dengan tes hasil belajar, bahkan guru harus mempunyai pikiran yang sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman. Hal ini berarti guru harus tahu pengaruh apa yang diajarkan kepada siswanya. Ia harus tahu baik buruknya dampak dari proses belajar tersebut. Karena guru adalah merupakan bagian dari masyarakat, belajar di dalam lingkungan profesinya harus diakui bahwa sikap profesionalisme termasuk guru merupakan tuntunan masa depan. Berikut ini tabel keadaan guru SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo:50 Tabel II Daftar Guru No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 50
Nama Idam Mustofa, M.Pd Zainal Hasan,S.Pd Afidatul Laila,S.Pd Wempi Catur Ariyanto H. Sucipto,S.Ag Etik Nisakurin,S.Pd Ali Mustofa,S.Pd Dodi Aji S
Jabatan KS Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sarpras Guru Guru/Wali Kelas Guru/Wali Kelas Guru/Wali Kelas
Mata Pelajaran PPKn Matematika, Sains B. Indonesia, TIK PAI Bahasa Inggris IPS Penjaskes
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
9. Imam Badri 10. Agung Kurniawan
Guru Guru
Bahasa Jawa Kertakes
Sumber dokumen: Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2002 Keadaan Siswa Melihat dengan kenyataan bahwa kondisi sekolah yang masih baru, bisa dikatakan baru karena untuk SMP sampai saat ini masih mengalami pembangunan yang sampai saat ini belum sempurna, masih mengalami kendala terutama pada dana yang belum maksimal, maka saat ini masih ada 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, dengan jumlah murid 38, terdiri dari kelas 1 sebanyak 11 siswa, kelas 2 sebanyak 15 siswa, dan kelas 3 sebanyak 12 siswa. Dengan prinsip jemput bola diharapkan dapat kiranya menarik para putra-putri lulusan SD atau MI untuk bersekolah ke SMPT ‘Ibadurrahman.51 Dari data di atas, jelas diketahui bahwa minat dari masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke SMPT ‘Ibadurrahman sangatlah minim, karena pada kenyataannya, di sekitar lokasi SMPT ‘Ibadurrahman banyak sekali anak-anak yang disekolahkan keluar daerah tersebut. Karena mereka beranggapan sekolah di kota akan berhasil dan juga mudah untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Dari hal-hal di atas untuk menunjang keberhasilan siswa, maka dari pihak SMPT ‘Ibadurrahman di luar jam pelajaran diadakan les dan juga program kursus kilat yang mendatangkan tutor dari luar daerah, dan juga tak ketinggalan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, antara lain:52 Tabel III Jenis Kegiatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Kegiatan Pramuka Komputer Kursus Bahasa Inggris Kursus Bahasa Arab Muhadhoroh Hadroh Modern Seni Teater
Waktu Ahad Sore Sabtu Malam Selasa Malam Rabu Malam Kamis Malam Sabtu Malam Rabu Sore
Pembimbing Ustdz. Etik Nisakurin,S.Pd Ustd. Wempi Catur A Ustd. Munirul Ikhwan Ustd. H. Sucipto,S.Ag Ustd. Zainal Hasan,S.Pd Ustd. Imam Mustofa,A.Ma Ustd. Wempi Catur A
Sumber dokumen : Asip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2001 51
Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 52 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 08/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
54
Demikian jenis-jenis kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Data Khusus Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008 Pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan sistem pembelajaran mind mapping dengan latar belakang selain tuntutan dari kurikulum juga untuk memotivasi belajar siswa sehingga kesuksesan belajar akan tercapai. Maka dalam pembelajaran siswa berposisi sebagai subyek bukan obyek disesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa. Dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ini menggunakan metode mind mapping yang dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan mencatat materi yang diajarkan, sehingga siswa merasa tidak jenuh dan untuk memotivasi anak supaya mudah dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Metode mind mapping ini memberi kebebasan pada siswa dalam proses belajar mengajar, tidak memberi keterbatasan. Sehingga siswa merasa tidak jenuh dengan tetap ada pantauan dan arahan dari guru. Untuk pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman dengan metode mind mapping ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, akan tetapi pihak lembaga terus berusaha untuk bisa memaksimalkan metode mind
55
mapping ini dalam pembelajaran fiqh, diharapkan pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman dapat membuat siswa senang dan aktif dalam belajar. Sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Adapun proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran Mind mapping diharapkan ada persiapan atau perencanaan dari guru, persiapan yang dilakukan guru fiqh kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh, yakni sebagai berikut: Guru memberikan penyemangat kepada siswa agar nantinya lebih mudah menangkap atau memahami materi yang akan disampaikan oleh guru, guru mengidentifikasikan secara jelas tujuannya pembelajaran. Guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang mind mapping diharapkan dalam pembelajaran siswa dapat mudah menangkap informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa dapat membangun pengetahuan berdasarkan informasi ini, rangkaian pembelajaran terdiri dari beberapa tahap dan aktifitas yang dipandu guru. Guru mengorganisasikan kelas dan sumber belajar. Guru menentukan bagaimana cara mengukur pencapaian siswa.53
Itulah beberapa persiapan yang dilakukan guru agama dalam proses belajar mengajar di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. 53
Lihat transkrip wawancara nomor: 07/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
56
b. Proses pelaksanaan pembelajaran Proses pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo terbagi menjadi dua kegiatan pembelajaran yakni kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan dimulai absen kelas dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh menit disetiap awal pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan itu. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu: Dalam pembelajaran fiqh yang dilakukan di kelas dengan dimulai absen kelas dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh menit disetiap awal pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut dengan menggunakan metode mind mapping yaitu guru memberi gambar dengan konsep-konsep yang ada kaitannya dengan materi.54
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Idam Mustofa,M.Pd selaku kepala sekolah SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, sebagai berikut: Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas dengan diawali do’a bersama, membuka juz’amma, membaca surat-surat pendek dan dilanjutkan dengan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dengan menggunakan mind mapping dengan konsep dan pikiran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.55 54
Lihat transkrip wawancara nomor: 08/2-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 55 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
Dan dalam proses belajar mengajar selain dilakukan dalam kelas juga bisa di luar kelas misalnya di masjid, di perpustakaan, di halaman sekolah dan bisa juga dilakukan di luar lingkungan kelas. Proses kegiatan pembelajaran semacam ini berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Seperti yang dijelaskan di atas maka di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo mempunyai pendekatan dalam penyampaian materi. Adapun pendekatan yang digunakan oleh SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan pendekatan mind mapping. Selain pembelajaran yang bersifat aktif dan kreatif, pendekatan ini dapat mengajak siswa berfikir dan menulis secara aktif dan kreatif. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Zainal Hasan, S.Pd selaku waka kurikulum, bahwa: Pelaksanaan mind mapping mulai dilaksanakan di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo pada tahun 2006 didukung oleh sarana kelas yang memadai.56
Dan
yang
menjadi
motivasi
untuk
menggunakan
sistem
pendekatan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo khususnya pada materi fiqh seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh, sebagai berikut: Di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ini mengharapkan pendidikan yang membuat siswa aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari 56
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/3-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
58
siswa dapat menerapkannya, baik di lapangan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.57
Dalam penyampaian materi guru menggunakan pendekatan keterlibatan aktif siswa sangat diperlukan sehingga proses pembelajaran tidak saja pada tataran kognitif tetapi juga pada tataran afektif dan psikomotorik. Dengan mengajarkan anak didik atau siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran secara langsung misalnya praktek ibadah. Observasi yang penulis lakukan pada saat proses belajar mengajar di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yakni: Ketika proses belajar mengajar fiqh dengan materi ibadah bab thâharah, sebelum pelajaran dimulai, percakapan ringan sebagai pembuka dan dimulai dengan absen kelas dan membaca surat-surat pendek kurang lebih selama lima belas menit seperti biasanya. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membuka buku pelajaran, buku tulis maupun buku paket. Guru membuka materi pelajaran dengan mengadakan tanya jawab mengenai wacana yang akan diajarkan. Guru menuliskan inti pokok pelajaran dengan menggunakan pendekatan mind mapping. Guru menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping dan siswa mendengarkan. Siswa disuruh membaca dan memahami maksud inti pelajaran yang diajarkan melalui metode mind mapping dan mencoba 57
Lihat transkrip wawancara nomor: 11/2-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
59
untuk menulis inti pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping. Kemudian guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang belum bisa dipahami. Siswa bertanya dan ada yang menanggapi pertanyaan dari siswa. Guru mengevaluasi langsung dengan pertanyaan dan menunjuk siswa untuk menjawabnya kemudian guru menyimpulkan materi.58 Selain itu, guru juga menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas untuk mendemonstrasikan hasil dari kesimpulan inti pelajaran yang ditulisnya dengan metode mind mapping, dan siswa yang lainnya mendengarkan, kemudian memberikan tanggapan apabila siswa yang di depan sudah selesai menjelaskan. Untuk
menguatkan
keterangan-keterangan
tentang
proses
pelaksanaan pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa siswa berperan aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar dengan tidak merasa jenuh.59 Dari hasil observasi dan dokumentasi tersebut, interaksi antara guru dan siswa mendorong terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga pembelajaran tidak membuat anak
58
Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-1/24-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 59 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 09/D/08-XI/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
60
pasif dalam berfikir dan membuat ringkasan catatan dari isi materi pelajaran yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran cenderung membuat anak berani mencoba, berani bertindak, berani mengemukakan pendapat atau gagasan sehingga proses pembelajaran dapat optimal. Dengan pendekatan pembelajaran yang telah dikembangkan di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo diharapkan ada korelasi yang serasi antara metode yang dikembangkan dengan guru penyampaiannya, karena bagaimanapun juga peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Jika guru dalam menyampaikan materi mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka tidak menutup kemungkinan keberhasilan proses pembelajaran akan tercapai, namun sebaliknya jika guru dalam menyampaikan materi tidak mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka mustahil tujuan pendidikan tercapai. Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkannya, metode mind mapping sedikit agak berbeda dengan metode yang lainnya. Perbedaan itu terletak pada cara guru mengkondisikan siswa pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarna-warni dengan
61
catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah dan tidak membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan meja belajar tidak selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja ditata seperti letter U dan kadang juga ditata sesuai dengan kelompok belajar siswa di kelas.60 Untuk menguatkan kondisi ruang kelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran, dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana
yang
mendukung
pembelajaran
serta
suasana
yang
menyenangkan dapat memberi semangat belajar siswa dan tidak merasa bosan.61 Dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping maka diperlukan tanggapan siswa tentang metode tersebut. Adapun tanggapan siswa tentang mind mapping guna mengetahui penerapan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sebagai berikut: 1) Tanggapan siswa tentang seringnya bertanya kepada guru ketika belajar di kelas
60
Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/26-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 61 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 10/D/08-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
62
Siswa banyak yang aktif dalam bertanya ketika pembelajaran fiqh di kelas berlangsung. Sebagaimana hasil wawancara dengan Tika (siswa kelas I) dan Syamsul Arifin dan Mujiono (siswa kelas I):
Sering bertanya kepada guru, karena merasa kurang jelas terhadap materi yang disampaikan guru.62 Sering bertanya, karena ada kesempatan untuk bertanya.63 Sering bertanya, agar lebih faham tentang materi yang diajarkan.64
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa siswa aktif bertanya kepada guru ketika belajar di kelas. 2) Tanggapan siswa tentang pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru Guru dalam menyampaikan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga banyak siswa selalu memahami materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, seperti hasil wawancara dengan siswa kelas I dan siswa kelas I sebagai berikut: Kadang-kadang materi yang disampaikan bisa dipahami, kadang-kadang juga tidak bisa dipahami, tergantung sulit tidaknya materi.65 Kadang-kadang bisa memahami langsung setelah guru menyampaikan materi.66
62
Lihat penelitian ini. 63 Lihat penelitian ini. 64 Lihat penelitian ini. 65 Lihat penelitian ini.
transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
63
Kadang-kadang, tapi langsung diberi kesempatan untuk bertanya sebelum dilanjutkan pada materi pelajaran selanjutnya.67
Dari keterangan-keterangan di atas, terdapat kesamaan yang intinya siswa bisa memahami materi yang disampaikan guru, walaupun kadang-kadang ada yang masih belum bisa difahami langsung bisa ditanyakan pada guru. 3) Tanggapan siswa tentang seringnya siswa membuat catatan-catatan atau gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran fiqh Sering mencatat waktu belajar di kelas.68 Sering mencatat dan kadang menggambar dan belajar membuat simbol dari gambar yang dibuat.69 Sering membuat catatan dan menggambar serta membuat simbol.70
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa selalu membuat catatan-catatan atau gambar-gambar yang berhubungan dengan materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dan membuktikan bahwa kebanyakan siswa kelas 1 SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dalam belajar fiqh selalu kreatif. Seperti menguraikan
66
Lihat penelitian ini. 67 Lihat penelitian ini. 68 Lihat penelitian ini. 69 Lihat penelitian ini. 70 Lihat penelitian ini.
transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
64
sesuatu dengan menunjukkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang menarik yang penuh warna dan simbol-simbol. 4) Tanggapan siswa tentang rasa senang dalam belajar fiqh dengan menggunakan metode mind mapping di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Senang, karena tidak membosankan.71 Sangat menyenangkan karena tidak menjenuhkan dan bisa membuat siswa lebih kreatif dalam mencatat.72
Dari tanggapan siswa di atas dapat diketahui bahwa siswa selalu merasa senang dalam belajar fiqh dengan menggunakan metode mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Faktor-faktor
kendala
terhadap
pelaksanaan
mind
mapping
pada
pembelajaran fiqh Dalam penerapan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh lembaga dan juga guru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Zainal
71
Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 72 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
65
Hasan,S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh sebagai berikut: Kendala yang menghambat pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo di antaranya dari faktor: dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) guru yang kurang bisa memahami apa yang dimaksud tentang mind mapping dan faktor dari segi siswa yang belum menghayati tentang pelaksanaan mind mapping.73
Kendala pihak lembaga Kendala yang timbul dari pihak lembaga adalah sulitnya menyiapkan tenaga pengajar yang benar-benar siap dan mampu memahami mind mapping secara mendalam. Kendala guru Kurangnya pemahaman guru terhadap mind mapping, sehingga guru merasa kesulitan dalam memberikan materi kepada murid. Kendala murid. Media pembelajaran atau kurangnya sarana pengajaran. Biaya yang relatif mahal. Memerlukan waktu yang lama. Kendala lingkungan. Faktor pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh
73
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
66
Agar siswa lebih mudah memahami fiqh dan mampu mengamalkan fiqh dalam kehidupan sehari-hari serta dan mengajarkannya kepada orang lain. Selain daripada itu setelah siswa lulus diharapkan dapat berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggung jawab, bisa bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi, memecahkan masalah dan siap dalam menghadapi perubahan siswa, dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Kapanpun dan dimanapun berada. Hal tersebut harus didukung dengan sarana prasarana, kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik dengan menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang bisa memahami mind mapping secara mendalam serta faktor lingkungan yang mendukung, baik lingkungan keluarga mapun masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Zainal Hasan, S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto,S.Ag selaku guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut: Yang mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di antaranya sarana dan prasarana kelas seperti media pembelajaran dan alat-alat tulis lainnya yang digunakan dalam pembuatan mind mapping.74
Upaya SMPT 'Ibadurrahman dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
74
Lihat transkrip wawancara nomor: 15/2-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
67
Penggunaan metode pembelajaran fiqh melalui metode mind mapping di atas memang cukup efektif untuk menumbuhkan kreatifitas anak didik, bahkan para siswa tidak begitu banyak menemui kesulitan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan atau evaluasi. Namun penggunaan metode mind mapping sebagaimana tersebut di atas memiliki beberapa kekurangan, yaitu antara lain kurang efisien dalam penggunaan waktu. Maka dalam hal ini guru harus mengupayakan suatu metode untuk mengantisipasi adanya kekurangan-kekurangan tersebut. Adapun upaya yang dilakukan oleh SMPT 'Ibadurrahman antara lain mengikutsertakan guru pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan KPI Surabaya, di dalamnya guru dilatih untuk lebih bisa dan kreatif dalam penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran dan juga praktek dalam penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran. Dan training seperti ini tidak cukup sekali dilakukan oleh guru SMPT 'Ibadurrahman, akan tetapi diadakan terus menerus secara berkesinambungan. Diharapkan agar ilmu yang didapat benar-benar bisa melekat pada guru.
68
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO TAHUN AJARAN 2007/2008
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, penulis memaparkan hasil penelitian dengan apa adanya sehingga memperoleh temuan-temuan penelitian. A. Analisis Tentang Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Dari pemaparan data dapat diketahui bahwa, pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan metode atau pendekatan mind mapping. Harapan dari ini semua adalah bisa tercapainya pembelajaran yang baik secara maksimal. Berdasarkan pemaparan di atas, mind mapping merupakan suatu pendekatan yang bisa membuat anak aktif, kreatif, dan juga inovatif. Pendekatan ini sangat sesuai apabila digunakan pada materi fiqh seperti yang dilakukan di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi yang panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang penuh warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja alami otak.
69
Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam. Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping juga dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk berfikir secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga dapat memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal, dengan demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan intelektual dan kecerdasan murid secara signifikan. Selain itu juga, sebagaimana data yang tertulis dalam bab tiga dapat diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan sistem mind mapping diharapkan dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam menyerap ilmu yang diberikan oleh guru. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak. Cara ini merupakan cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan baik untuk siswa maupun guru.
70
Proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau perencanaan pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran. Tahap persiapan atau perencanaan meliputi pemberian semangat kepada anak didik, pengidentifikasian secara jelas tujuan dari pembelajaran, serta guru lebih dahulu memberikan pemahaman tentang mind mapping kepada anak didik sebagai pembuka dari pelajaran saat itu. Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran ada dua kegiatan, yaitu kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Hal ini terbukti dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas diawali dengan berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek selama sepuluh sampai lima belas menit. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang dibahas pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari. Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkannya, metode mind mapping sedikit agak berbeda dengan metode yang lainnya. Perbedaan itu terletak pada cara guru mengkondisikan siswa pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarnawarni dengan catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah dan tidak
71
membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan meja belajar tidak selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja ditata seperti letter U dan kadang juga ditata sesuai dengan kelompok belajar siswa di kelas. Setelah materi disampaikan dengan strategi yang bervariasi, guru mengajak siswa mendemonstrasikan atau mempraktekkannya yang didukung oleh sarana prasarana pembelajaran dan sumber belajar serta suasana yang aktif, efektif, dan kreatif. Sebagai kegiatan akhir guru mengadakan evaluasi dan pemberian tugas. Selain dilakukan dalam kelas juga bisa di luar kelas misalnya di masjid, di perpustakaan, di halaman sekolah, dan bisa juga di luar sekolah. Proses pembelajaran seperti tersebut di atas, merupakan pembelajaran yang aktif yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Adapun pembelajaran fiqh dengan menggunakan metode mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo adalah sebuah pembelajaran yang menggunakan metode-metode dan pendekatan yang sesuai agar dalam pembelajaran siswa dapat merasakan kepuasan. Selain itu juga dengan metode ini diharapkan pendidikan yang dilakukan di SMPT 'Ibadurrahman dapat membuat siswa yang aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari siswa dapat menerapkannya, baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
72
Dari fenomena-fenomena tersebut di atas maka peran mind mapping sangat diharapkan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran fiqh yang ada di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Karena mind mapping merupakan suatu konsep atau model yang tepat karena berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang aktif, efektif, dan kreatif. Mind mapping bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan kebutuhan siswa dengan pengalaman belajar yang menyenangkan atau secara khas dengan metode pembelajaran di antaranya yaitu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat siswa dalam belajar termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah dan untuk mengungkapkan semua gagasannya. Dari proses pembelajaran tersebut diharapkan agar siswa dapat belajar dengan aktif, kreatif, efektif, dan dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. Sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
73
B. Analisis Tentang Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008 1. Faktor-faktor
Kendala
Terhadap
Pelaksanaan
Mind
Mapping
Pada
Pembelajaran Fiqh Penggunaan suatu metode atau strategi dalam pembelajaran tidak lepas dari suatu kendala. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penggunaan metode mind mapping pada pembelajaran fiqh terdapat beberapa kendala. Adapun kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan menggunakan mind mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan untuk menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang bisa memahami mind mapping secara profesional, kurangnya alokasi waktu dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih parah lagi ketika adanya jadwal kegiatan peringatan hari-hari besar nasional. Dengan adanya agenda kegiatan peringatan-peringatan
hari
besar
nasional
secara
otomatis
akan
mempengaruhi jumlah pertemuan dalam kelas. Sedangkan dalam pembuatan mind mapping dalam proses belajar sangat memerlukan waktu yang relatif panjang. Contoh: waktu untuk menggambar, berimajinasi, mewarnai, dan membuat simbol dari gambar dari dibuat. Selain itu juga kendala dari pihak lembaga, yang mana kendala ini timbul karena sulitnya menyiapkan tenaga pengajar yang betul-betul siap dan dapat memahami metode mind mapping
74
secara mendalam. Kendala yang lainnya adalah kurangnya pemahaman guru terhadap mind mapping, sehingga metode ini jarang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dan juga mind mapping membutuhkan biaya yang relatif mahal (seperti memerlukan kertas yang banyak, alat tulis, dan lain sebagainya), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima materi yang disampaikan guru dengan menggunakan mind mapping. Serta kendala dari faktor lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo belum dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena dalam proses pembelajaran masih terdapat kendala dan kekurangan.
2. Faktor-faktor Pendukung Terhadap Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Sebagaimana pemaparan data mengenai faktor pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh diketahui bahwa yang mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman adalah: sarana dan prasarana kelas seperti media pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas, spidol dan sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik dengan menyiapkan tenaga pendidik yang profesional, yang mampu memahami mind
75
mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
C. Analisis Tentang Upaya SMPT 'Ibadurrahman Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008 Dengan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan mind mapping tersebut, maka SMPT 'Ibadurrahman berupaya untuk mengantisipasinya agar kendala-kendala yang ada dapat diminimalisir. Dengan mengikutsertakan guru pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan KPI Surabaya. Guru fiqh memilah dan memilih materi pokok fiqh yang ada dalam silabus pengajaran, materi mana yang sekiranya lebih substansial dan didahulukan dalam penyampaiannya kepada siswa. Guru mencari literatur primer yang sangat berperan banyak pada kegiatan pembelajaran. Guru bekerjasama dengan pihak lembaga untuk membuat fasilitas pendukung. Guru melakukan pembagian anggota kelompok belajar siswa yang lebih bervariasi dan akomodatif. Guru berusaha selalu belajar menguasai teori maupun metode belajar mengajar, sehingga mampu lebih kreatif dan aktif dalam membentuk variasi strategi belajar mengajar. Guru berusaha menggunakan media dan fasilitas di lingkungan belajar secara maksimal, juga merupakan salah satu bentuk upaya guru untuk mengatasi kendala pelaksanaan mind mapping terkait dengan persoalan keterbatasan
76
fasilitas. Upaya seperti ini tidak cukup sekali dilakukan, akan tetapi diadakan terus menerus secara berkesinambungan. Selain itu lembaga juga berusaha menyediakan media atau sarana yang cukup memadai, agar pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo bisa berjalan dengan baik sesuai harapan dari pihak lembaga dan semua pendidik yang ada.
77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh siswa kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu sebagai wujud tuntutan dari kurikulum yang menganjurkan untuk pembelajaran yang aktif dan kreatif dan bisa memotivasi siswa supaya mudah dalam proses belajar mengajar serta tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan harapan, sehingga siswa dapat menerapkannya di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. 2. Kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan menggunakan mind mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan untuk menyiapkan tenaga pendidik yang profesinal, kurangnya alokasi waktu, biaya yang relatif mahal. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman adalah sarana dan prasarana kelas seperti media pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas, spidol dan sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik dengan menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang mampu memahami mind mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. 3. Upaya SMPT 'Ibadurrahman untuk meningkatkan kualitas mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
78
Ponorogo adalah dengan adanya kegiatan works shop bagi guru dan siswa, selain itu juga menambahkan jam pelajaran dengan tujuan untuk menutupi kekurangan jam yang ada.
B. Saran 1. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pelajaran fiqh dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada, hendaknya pelaksanaan mind mapping lebih ditingkatkan dari segi guru yang kompeten dalam mengajar, pengelolaan kelas, sarana pembelajaran dan sumber belajar, sehingga dapat meningkatkan mutu hasil atau kelulusan siswa yang unggul dan berkualitas. 2. SMPT
'Ibadurrahman
salah
satu
lembaga
pendidikan
yang
selalu
mengembangkan metode mind mapping, dapat memberikan pembinaan pada guru serta dapat memberikan pelayanan, memperhatikan, dan mengupayakan pendidikan siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dengan sebaik-baiknya agar siswa bisa memiliki skill religius dalam kehidupan beragama di masyarakat dengan baik. 3. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam dengan maksimal, hendaknya lembaga pendidikan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo lebih meningkatkan lagi proses pembelajaran dengan menggunakan mind mapping untuk pendalaman materi Pendidikan Agama Islam (fiqh) yang diajarkan dengan tujuan dapat menunjang kesuksesan pembelajaran.
79
4. Karena masalah fiqh banyak ditemui dan dialami dalam kehidupan sehari-hari serta mengalami perkembangan, hendaknya para pengelola lembaga (SMPT/pondok) terutama guru fiqh lebih meningkatan pemantauan dan kontrol kepada para santri atau siswa dalam pelaksanaan ibadah serta hal-hal yang berhubungan dengan syari’at, tentu saja guru atau ustadz harus lebih banyak memberikan contoh dan teladan, sehingga pembelajaran dan penilaiannya tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga afektif, dan piskomotornya.
80
DAFTAR RUJUKAN
Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Basyariyah, Yuliati. Makalah KTSP di MTs Hidayat http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
Probolinggo.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. De Porter, Bobby dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa, 1999. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1999. Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2004. Madjid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Madjid, Abdul. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: Rineka Cipta, 2003. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005.
81
Silbermen, Melwin L. Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia, 2006. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2001. Tomy dan Barry Buzan. Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book. Batam Centre: Interaksara, 2004. Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.