BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, persaingan antara negara satu dengan negara lain menjadi sangat ketat, terutama dengan sumber daya dan IPTEKS yang dimiliki oleh masing-masing negara. Pengelolaan sumber daya manusia khususnya, menjadi penting karena dengan adanya Sumber daya manusia yang unggul, yaitu cerdas, berakhlak mulia, memiliki kreativitas dan inovasi tinggi akan mampu mengantarkan bangsanya bersaing dan berinteraksi dengan bangsa lain di abad 21 ini. Kunci untuk menciptakan sumber daya manusia unggul yang dimaksud adalah pendidikan. Hal ini diperjelas dalam hubungan sistem pendidikan dengan pemenuhan sumber daya manusia sebagai berikut:
Sistem pendidikan
Sistem Ketenagakerjaan
Sistem manajemen SDM, di dunia industri/bisnis
Gambar 1.1. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Pemenuhan Sumber Daya Manusia (Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Data dan Statistik Pendidikan 2013)
1
Penyelenggaraan pendidikan tinggi merupakan amanat yang termaktub dalam pasal 31 ayat (3) UUD 1945. Melalui pendidikan, akan diciptakan kemajuan bangsa sehingga institusi pendidikan diharapkan mampu memperbaiki dan mempersiapkan sumber daya manusia perkembangan
perubahan
zaman.
yang unggul dalam menghadapi
Pendidikan
tinggi
diharapkan
mampu
menjalankan peran strategis dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia. Sejalan dengan cita-cita tersebut, institusi pendidikan tinggi dituntut untuk mengikuti kemajuan dan dinamika masyarakat, sebagai contoh Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan universitas tertua di Indonesia berusaha menjawab tuntutan tersebut
dengan menyediakan fasilitas pendukungnya, seperti sumber
daya, infrastruktur fisik dan lingkungan, tata kelola, keuangan, dan sistem informasi sarana yang baik (peraturan MWA UGM Nomor 4/SK/MWA/2015). Selanjutnya, di dalam kebijakan umum tahun 2012-2037, UGM mengelola sumber daya manusianya melalui kebijakan mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan pendekatan lintas disiplin serta memfasilitasi sumber dayanya untuk semakin mendukung pengembangan akademik dan kontribusi sosial di masyarakat. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sebagai bagian dari sumber daya harus mempunyai kompetensi yang mendukung kelancaran tugas akademik dan non akademik serta kepuasan para mahasiswa sebagai salah satu stakeholder. Sarana prasarana seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan dengan buku referensi yang lengkap, lingkungan yang aman dan bersih, tempat parkir yang 2
aman, dan sebagainya menjadi pendukung untuk terciptanya kepuasan mahasiswa serta pelayanan prima yang terangkum dalam jaminan mutu pendidikan tinggi. Penjaminan mutu diakui dan diterapkan di dalam pengelolaan pendidikan tinggi baik institusi pendidikan dalam negeri maupun luar negeri. Di India, misalnya memiliki National Assessment and Accreditation Council (NAAC) yang berdiri tahun 1994 yang bertugas melakukan asesmen dan akreditasi institusi pendidikan tinggi yang bertujuan untuk membantu institusi meningkatkan kualitas pendidikan secara kontinyu (Dey, 2011); Jepang memiliki National Institution for Academic Degrees University Evaluation (NIAD UE) yang
berupaya
meningkatkan standar pendidikan dan penelitian di universitas dan perguruan tinggi dengan mengevaluasi kegiatan pendidikan dan penelitian untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan tinggi di Jepang (Yonezawa, 2002). Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu universitas tertua di Indonesia sudah menjalankan mutu
pendidikan yang selalu berusaha
meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan. Hal ini ditegaskan dalam sasaran Renstra UGM tahun 2012-2017 menunjukkan
keunggulan
bangsa
yaitu tercapainya reputasi universitas yang melalui
pengembangan
program
studi
terakreditasi yang menghasilkan lulusan unggul berdasarkan kurikulum berstandar internasional dan penyelenggaraan internasionalisasi kurikulum. Saat ini UGM mengelola 18 fakultas dan 2 sekolah, yaitu Sekolah Vokasi dan Sekolah Pascasarjana yang memiliki 258 prodi yang dikelola oleh fakultas dan sekolah. Salah satu unit penyelenggara akademik setingkat fakultas, yaitu Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (SPs UGM) melalui SK Rektor Nomor 3
89/P/SK/HT/2006 ditetapkan sebagai unsur pelaksana akademik setingkat fakultas yang menyelenggarakan program studi S2/S3 multidisiplin. Saat ini SPs UGM mengelola 13 program studi S2 dan 10 program studi S3 dan 8 minat studi. Semua program studi tersebut sudah terakreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), untuk lebih jelasnya dapat ditampilkan dalam Tabel 1.1: Tabel 1.1 Data Akreditasi Program Studi S2 dan S3 SPs No.
1
2 3
4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
Program Studi/ Minat Studi
Nilai Akreditasi BAN-PT S2 S3 A B
Agama dan Lintas Budaya a. Minat Studi Kajian Timur Tengah b. Minat Studi Ekonomi Islam Bioteknologi A a. Minat Studi Rekayasa Biomedis Ilmu Lingkungan A a. Minat Studi Magister Pengelolaan Lingkungan b. Minat Studi Geo Informasi untuk Manajemen Bencana c. Minat Studi Magister Teknologi untuk Pengembangan Berkelanjutan Inter Religious Studies Kajian Budaya dan Media B a. Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan Kajian Pariwisata B Ketahanan Nasional A a. Minat Studi Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Magister Manajemen Bencana B Magister Manajemen Pendidikan Tinggi B Pengelolaan Infrastruktur dan Pembangunan Masyarakat B Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa A Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan A Studi Kebijakan A Studi Kependudukan B Sumber: Unit Manajemen Mutu Sekolah Pascasarjana SPs Tahun 2014
A A
B B B
B B B A
Hasil akreditasi program studi di SPs untuk program studi S2 berjalan dengan baik, yaitu program studi yang terakreditasi A sebesar 53,85% dan sisanya 46,15% terakreditasi B. Namun demikian, nilai akreditasi program studi S3 perlu ditingkatkan karena 70% masih terakreditasi B dan baru 30% terakreditasi A. 4
Sesuai dengan laporan tahunan SPs tahun 2013, SPs sudah melaksanakan penjaminan mutu akademik secara berjenjang, dari SPs dan program studi dengan menerapkan Audit Mutu Internal (AMI) dari Kantor Jaminan Mutu (KJM) UGM, akreditasi oleh BAN PT dan ISO 9001 versi 2008. Penyelenggaraan pendidikan mengikuti sistem penjaminan mutu AMI UGM sejak 2008, dan melaksanakan International Standar Organization (ISO) 9001:2008 sejak 2010, sehingga proses akademik dipandu dengan dokumen mutu yang lengkap. Tantangan SPs ke depan dalam bagian jaminan mutu adalah budaya mutu belum dijalankan dengan baik, misalnya tentang pelaksanaan aturan akademik yang belum sempurna, monitoring kemajuan mahasiswa yang kurang terpantau, RPKPS yang belum lengkap, monitoring dan evaluasi pembelajaran yang belum dilaksanakan secara optimal, dan lain sebagainya. Selain itu, berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan sebagai implementasi jaminan mutu ISO 9001: 2008 yang dilaksanakan mulai tahun 2010, pada tahun 2013/2014 dan 2014/2015, butir kegiatan belajar mengajar dalam hal pelaksanaan evaluasi serta butir dosen dalam hal kepedulian terhadap mahasiswa, ketepatan jadwal mengajar, serta kesesuaian judul mata kuliah dengan materi yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mempercepat terwujudnya sistem manajemen mutu akademik yang baik perlu adanya pelaksanaan sistem manajemen mutu secara konsisten melalui audit mutu akademik, baik internal maupun eksternal. Salah satu implementasi evaluasi proses pelayanan dan pelaksanaan
5
akademik dapat dilakukan melalui evaluasi pembelajaran pada dosen untuk kegiatan perkuliahan selama satu semester. Peran evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran menjadi salah satu butir pendukung pengisian borang akreditasi BAN PT program studi standar 4 yaitu Sumber Daya Manusia, antara lain monitoring dan evaluasi serta rekam jejak kinerja akademik dosen dan tenaga kependidikan. Selanjutnya standar 7 yaitu penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama menjelaskan kinerja dosen dalam hal penelitian, publikasi, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen atau tenaga pendidik merupakan salah satu unsur penyelenggara pendidikan yang berperan penting untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dosen dengan segala perannya sebagai pengajar dan pendidik di lingkungan kampus selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas (Sujarwo, 2011) karena dosen berperan dominan dan strategis dalam rangka mendukung kesuksesan mahasiswa dalam melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan, teknologi, serta internalisasi etika dan moral (Sidi, 2001). Persyaratan pemenuhan kualifikasi dan kompetensi harus dimiliki sebagai seorang dosen yang profesional. Di dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa untuk mendidik di jenjang pendidikan akademis S1, maka sekurang-kurangnya memiliki gelar strata dua (S2) sedangkan bagi program pascasarjana adalah doktor (S3) dan profesor. Selain itu dosen harus memiliki dan mengembangkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial melalui
6
implementasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran atau pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat serta pelestarian nilai moral. Terlebih lagi, saat ini penelitian dosen untuk publikasi ilmiah menjadi kegiatan yang harus ditingkatkan karena Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dirjen Dikti pada tanggal 10 Maret 2015 mengeluarkan surat edaran No. 048/E5.1/PE/2015 mengenai ketentuan pengusulan hibah program penelitian kompetitif nasional dan pengabdian kepada masyarakat, bahwa indeks sitasi menjadi persyaratan untuk mengusulkan proposal penelitian. Ketentuan ini sejalan dengan edaran Dirjen DIKTI tanggal 31 Januari 2013 supaya institusi pendidikan tinggi mewaspadai publikasi pada predatory journal pada awal tahun 2013 dan mengacu pada indeks scopus dan ISI Thomson Reuter. Predatory journal dapat dijelaskan sebagai jurnal yang tidak melewati proses peer review atau tidak melalui international board sehingga kredibilitas artikelnya diragukan (Maryadi, 2013). Terdapat 10 PTN yang memiliki jurnal internasional terindeks scopus, yaitu berturut-turut ITB, UI, UGM, IPB, ITS, UNDIP, UB, UNPAD, UNAIR, dan UNHAS. Dari 10 perguruan tinggi tersebut, terdapat 19 jurnal terindeks Scopus per Desember 2014 (Subekti, 2015).
Gambar 1.2 Profil Scopus: Pengindeks yang direkomendasikan DIKTI (Sumber: Workshop Strategi pencapaian Target Kinerja dan Anggaran Tahun 2015 dan Pembahasan Prioritas kinerja dan Anggaran Tahun 2016 Badan Penerbit dan Publikasi UGM) 7
Selain indeks sitasi pada scopus dan google scholar juga dapat digunakan untuk mengetahui performa sekaligus produktivitas penelitian dosen. Di dalam borang BAN PT Standar 7 tentang penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama pada poin 7.1.5.1, google scholar diakui sebagai salah satu lembaga sitasi publikasi karya ilmiah dosen yang dijadikan kriteria publikasi dosen selain dari lembaga sitasi Thompson Reuters Web of Science dan Elsevier Scopus. Renstra Kemenristek dan Dikti 2015 memperhatikan masalah penelitian dan publikasi di Indonesia. Potensi yang dimiliki antara lain 1) kekayaan SDA; 2) kekuatan pendidikan tinggi, yaitu perguruan tinggi sebanyak 3317 yang terdiri dari 118 PTN dan 3199 PTS serta 5021 profesor dan 23.234 doktor; 3) UU No. 12 tahun 2012 terkait dengan 30% BOPTN dialokasikan untuk kegiatan penelitian; 4) integrasi fungsi pendidikan tinggi dengan fungsi riset dan teknologi. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah 1) fakta kualitas lembaga masih rendah (masih sedikit perguruan tinggi masuk 500 dunia dan masih sedikit perguruan tinggi terakreditasi A; 2) penelitian dan publikasinya belum produktif (belum banyak HKI dari hasil litbang dalam negeri serta publikasi internasional masih kecil dan di bawah Malaysia); 3) kualitas sumberdaya yang belum optimal (masih sedikit dosen berkualifikasi S3 dan kompetensinya kurang).
8
Gambar 1.3. Perbandingan jumlah artikel (Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam) (Sumber: Workshop Strategi pencapaian Target Kinerja dan Anggaran Tahun 2015 dan Pembahasan Prioritas kinerja dan Anggaran Tahun 2016 Badan Penerbit dan Publikasi UGM)
Penelitian menjadi salah satu program utama UGM tahun 2015, yaitu memperkaya perolehan keilmuan berbasis riset serta mempercepat rekognisi global melalui publikasi ilmiah. Sejalan dengan hal tersebut, guna meningkatkan produktivitas penelitian, di dalam tahapan program kebijakan Tri Dharma UGM dijelaskan bahwa tahapan penelitian pada periode pemantapan 2012-2017 adalah mengembangkan budaya penelitian lintas disiplin untuk memperkuat kualitas pendidikan dan pengajaran. Secara tidak langsung, peran dosen dalam kegiatan pembelajaran terhadap mahasiswa selain mendukung pengisian borang akreditasi, peningkatan indeks sitasi penelitian,
juga menjadi tulang punggung hasil
pembelajaran mahasiswa yang menjadi tujuan dari pembelajaran suatu pendidikan tinggi.
9
Suharto menjelaskan bahwa dosen menentukan kualitas pendidikan, kualitas lulusan, dan kualitas pendidikan tinggi itu sendiri
serta merupakan
komponen penting dalam peningkatan mutu akademik terkait dengan kompetensi dan komitmen dosen dalam proses belajar mengajar (2011: 33). SPs sudah menerapkan penjaminan mutu akademik melalui bussiness process yang menjadi fokus proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa dari pendaftaran hingga
Tracer Study
lulus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.4. Bussiness process fokus terhadap proses pembelajaran (Sumber: Dokumen Akademik Sekolah Pascasarjana 2013)
10
Evaluasi pembelajaran pendidikan tinggi penting untuk dilaksanakan karena berpengaruh tidak saja pada personnel decision, melainkan juga terhadap keberlangsungan institusi penyelenggara pendidikan (Hoyt and Perera, 2000). Dalam rangka mencapainya, komitmen pimpinan, dosen, dan karyawan diperlukan untuk mendukung pembelajaran, salah satunya komitmen terhadap peningkatan kualitas dosen yang dilakukan melalui monitoring dan evaluasi kinerja dosen secara rutin (Hamzah dkk, 2010) karena dosen akan menentukan mutu penyelenggaraan akademik perguruan tinggi (Standar dan Prosedur BAN PT 2011). Evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran harus dilakukan oleh institusi (Keane, 2015) dimana evaluasi yang melibatkan mahasiswa telah banyak dilakukan dan dianggap sebagai salah satu bentuk evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan (Samian and Noor, 2012) serta hasil penelitian dengan topik tersebut bervariasi, akan tetapi sebagian besar hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang menilai baik atau tidaknya seorang dosen dalam pembelajaran, biasanya tepat seperti kenyataannya (Felder and Brent, 2008). Penelitian maupun literatur yang membahas evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran yang dapat menjadi studi pembanding dan memperkaya penelitian ini, baik penelitian di dalam negeri maupun luar negeri dijelaskan pada Tabel 1.2.:
11
Tabel 1.2. Keaslian Penelitian Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Hamid, Sanusi (2012)
Lecturer’s Performance and Technology at Private Higher Education in South Sulawesi Indonesia
Respondennya 233 dosen, menggunakan kuesioner tertutup skala likert. Data dianalisis menggunakan Structure Equation Modeling (SEM)
Menghasilkan penilaian bahwa kapabilitas dosen dalam hal knowledge dan skill yang dimiliki untuk kegiatan Tri Dharma mendukung peningkatan kinerja dosen.
Harisantoso, John (2012)
Pengukuran Kinerja Dosen melalui Evaluasi Kinerja Dosen (EKD) STKIP PGRI Situbondo Berdasarkan Persepsi Mahasiswa
Menggunakan deskriptif kuantitatif yang didukung statistik deskriptif. Variabel yang digunakan adalah empat kompetensi dosen yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial dalam kegiatan Tri Dharma
Secara keseluruhan, kompetensi dosen dalam kegiatan Tri Dharma dapat dikatakan baik. Berdasarkan persepsi mahasiswa, masalah kedisiplinan dalam pelaksanakan bimbingan skripsi, penguasaan pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran perlu ditingkatkan.
Martono (2013)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen pada Akademi Manajemen Bumi Sebalo Bengkayang, Kalimantan Barat
Kualitatif deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Instrumen pengumpulan data berupa angket. Respondennya adalah dosen dengan menggunakan 8 variabel yaitu tingkat pendidikan, pengalaman kerja, motivasi, kompensasi, kepemimpinan, iklim kerja, supervisi, dan kinerja.
Secara parsial dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan dan kompensasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kinerja dosen, sedangkan pengalaman kerja, motivasi, kepemimpinan, iklim kerja, supervisi kurang berpengaruh terhadap kinerja dosen.
Samian, Yahya dan Noor, Norah Md (2012)
Students’ Perception on Good Lecturer Based on Lecturer Performance Assessment in UTM, Malaysia
Data yang dianalisis adalah data sekunder berupa hasil Lecturer Performance Assessment (ePPP) dengan empat variabel penelitian, yaitu planning and preparation, delivery techniques, asessment, dan studentslecturer relation.
Kinerja dosen menunjukkan range very good dan excellent performance. Guna menjadi excellent lecturer, dosen harus menguasai teknik penyampaian pengajaran dan membangun hubungan yang baik dengan mahasiswa.
Sukanti, dkk (2008)
Persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fise UNY terhadap Profesionalitas Guru Berdasarkan UndangUndang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005
Menggunakan analisis deskriptif dan angket tertutup digunakan untuk mengukur kompetensi guru. Subjek penelitian 152 mahasiswa
Secara keseluruhan persepsi mahasiswa terhadap kualifikasi akademik dan kompetensi guru adalah baik.
12
Di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SPs, evaluasi penilaian kinerja dosen belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh program studi dan hasilnya belum ditindaklanjuti secara optimal. Komposisi dosen yang diangkat oleh SPs (0,04%) dan sebagian besar adalah dosen yang berasal dari fakultas konsorsium pendukung program studi (10,08%) menjadi salah satu faktor keengganan untuk melakukan evaluasi pembelajaran dosen. Jumlah dosen di UGM secara keseluruhan dengan dosen pengajar di SPs dapat disajikan dalam Tabel 1.3.: Tabel 1.3. Jumlah Dosen di Universitas Gadjah Mada Data
Jumlah
Dosen PNS
2024
Dosen Non PNS Tetap
310
Dosen Non PNS Tidak Tetap
76
Jumlah
2410
Sumber: Statistik Jumlah Dosen http://sdm.ugm.ac.id/web Tahun 2015
Sedangkan jumlah dosen pengajar dari masing-masing program studi di SPs yang berasal dari konsorsium fakultas dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1.4. Jumlah Dosen Tetap dengan Jabatan Akademik di Sekolah Pascasarjana Jabatan Akademik
Jumlah
Asisten ahli
23
Lektor
51
Lektor kepala
74
Guru besar/ profesor
96
Jumlah
243
Sumber: Borang 3B BAN-PT SPs Tahun 2014 13
Dosen yang diangkat oleh SPs sendiri berjumlah 18 orang, dimana dua diantaranya sedang menempuh program doktor, dan sisanya bergelar doktor. Perbandingan jumlah dosen yang diangkat SPs, dosen pengajarnya yang berasal dari konsorsium fakultas, dan dosen di UGM dapat dijelaskan dalam Tabel 1.5.:
Tabel 1.5. Perbandingan Jumlah Dosen SPs (yang diangkat SPs), Dosen Pengajar SPs, dan Dosen di UGM
Data
Jumlah
Persentase
Dosen di UGM
2410
100%
Dosen pengajar di SPs
243
10,08 %
Dosen yang diangkat SPs
18
0,04%
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang sudah disebutkan di atas dan kondisi penjaminan mutu akademik di SPs UGM, perlu dilakukan evaluasi kinerja terhadap profesionalitas melalui kompetensi
dosen pada kegiatan
pembelajaran di lingkungan SPs, sehingga pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan penjaminan mutu akademik evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran di SPs UGM? 2. Sejauh mana komponen penilaian untuk evaluasi kinerja dosen dapat mencerminkan mutu dalam pembelajaran di SPs UGM?
14
1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan dan lingkup penjaminan mutu akademik tentang evaluasi kinerja dosen, maka penulis membatasi lingkup penelitian ini dalam hal evaluasi profesionalitas dosen melalui kompetensi untuk tiga variabel. Variabel yang dipilih berdasarkan standar penjaminan mutu yang digunakan oleh DIKTI untuk mengukur kinerja dosen yang sekaligus dapat menilai kinerja program studinya. Pengukuran kinerja dosen dalam penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam program studi yang diteliti, tidak untuk mengukur kinerja dosen per individu. Tiga variabel kompetensi dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut 1) kompetensi yang dipersyaratkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005,
yaitu kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial dalam kegiatan pembelajaran atau perkuliahan berdasarkan persepsi mahasiswa di lingkungan SPs UGM sebagai variabel output; 2) yang diperkaya dengan pengukuran kinerja akreditasi BAN PT standar 4 dan 7 borang BAN-PT; serta 3) penghitungan nilai indeks sitasi dosen berdasarkan pada h-indeks sitasi pada scopus dan google scholar yang dirujuk DIKTI sebagai variabel input.
15
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, tujuan penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pelaksanaan evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran di SPs UGM. 2. Mempelajari keefektifan komponen penilaian
kinerja dosen sebagai
indikator mutu pembelajaran di SPs UGM.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi SPs UGM untuk menindaklanjuti hasil evaluasi penilaan kinerja dosen dalam pembelajaran meningkatkan mutu akademik SPs UGM. 2. Manfaat akademis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama dan memberikan kontribusi riil serta melengkapi penelitian sejenis tentang evaluasi kinerja dosen yang dapat ditinjau dari banyak perspektif.
16
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut: 1. Bagi penulis Penulis diharapkan semakin memahami kegiatan penjaminan mutu akademik tentang evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran dan evaluasi lainnya yang terkait dengan penjaminan mutu akademik. 2. Bagi SPs UGM Dengan adanya evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran, SPs diharapkan dapat menindaklanjutinya dalam bentuk fasilitasi maupun peningkatan mutu akademik yang mendukung kegiatan perkuliahan, seperti perbaikan kurikulum, terpenuhinya sarana prasarana pembelajaran di ruang kuliah, penambahan koleksi buku perpustakaan, peningkatan publikasi ilmiah dosen
yang
terindeks
dalam
lembaga
sitasi
internasional,
serta
penyelenggaraan seminar atau konferensi internasional yang luarannya dapat terindeks dalam lembaga sitasi internasional. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.
17