BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid) rantai tunggal, genomnya bersegmen dan memiliki antigen permukaan yaitu Hemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA). Virus RNA lebih mudah mengalami mutasi dibandingkan dengan virus DNA (Deoxyribonucleic acid), karena RNA lebih tidak stabil dan sering melakukan kesalahan selama replikasi daripada DNA. Virus AI dapat bermutasi baik secara antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru (Harimoto dan Kawako, 2005).1 Di Indonesia virus AI pertama kali dapat diisolasi dari unggas air pada tahun 1983 (Ronohardjo, 1983). Setelah berhasil teridentifikasi, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai hal itu. Akhirnya, pada bulan September 2003, wabah AI terjadi di Indonesia dengan angka mortalitas mencapai 100% pada peternakan ayam di beberapa daerah di Jawa. Diketahuinya penyakit ini berdasarkan
hasil
pemeriksan
lapangan,
gejala
klinis,
patologik,
dan
imunohistokimia (IHK) (Damayanti et al., 2004a,b). Wabah AI di Indonesia disebabkan oleh virus AI subtipe H5N1 dan bersifat sangat pathogen atau Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) pada ayam (Indriani et al., 2005). Virus HPAI menyebabkan penyakit yang sangat
1
2
menular dan bersifat fatal pada unggas. Akan tetapi, pada unggas air (itik) virus AI tergolong ke dalam virus yang bersifat Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Unggas air hanya merupakan reservoir alami dari virus AI, sehingga host yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas (Webster et al., 1992). Sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia, kejadian ini masih terus terjadi dengan frekuensi bervariasi sampai tahun 2011 (Dharmayanti et al., 2012). Pada awal bulan Desember tahun 2012, penyakit AI dilaporkan terjadi kembali di kota Brebes, Jawa Tengah dan menyebar di beberapa daerah di Indonesia (Ditjenak, 2012). Kejadian ini disebabkan juga oleh virus AI subtipe H5N1, serta sering bersifat fatal dan menyerang itik dengan gejala klinis yang jelas (Wibawa et al., 2012). Kejadian Penyakit AI pada tahun 2012 memiliki perbedaan karakteristik dari wabah AI pada tahun 2003. Pada kejadian tahun 2012, selain kematian pada ayam, terjadi banyak kematian pada unggas air (itik). Akibat kematian ayam dan itik pada kejadian ini, menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat banyak dan menyebabkan ancaman secara global pada kesehatan manusia. Unggas air (itik) merupakan hospes yang tahan terhadap infeksi dari virus AI subtipe H5N1. Akan tetapi, setelah penyakit AI yang terjadi di Indonesia tahun 2012, menyebabkan suatu kemungkinan bahwa unggas air (itik) tidak lagi menjadi reservoir alami dari virus AI subtipe H5N1. Kejadian ini menunjukkan adanya peningkatan pathogenesis dari virus AI subtipe H5N1 di Indonesia. Akan tetapi, pada saat ini masih belum diketahui sejauh mana histopathogenesis dari
3
infeksi virus AI subtipe H5N1 pada unggas yang berbeda, terutama pada ayam dan itik. Dari asumsi diatas, untuk membuktikan histopathogenesis infeksi AI subtipe H5N1 pada unggas yang berbeda, terutama ayam dan itik dapat dilakukan dengan teknik IHK. Teknik IHK bekerja berdasarkan pada reaksi kompleks antigen-antibodi. Apabila pada jaringan organ mengandung antigen (Virus AI subtipe H5N1) direaksikan dengan antisera anti AI subtipe H5N1, maka antigen dapat dideteksi dan divisualisasikan dengan subtrat tertentu, misalnya Amino Ethyl Carbazole (AEC) (Van Noorden, 1986), sehingga akumulasi dari antigen virus AI pada jaringan organ yang terinfeksi dapat diketahui ( Brown et al., 1992). Penelitian ini membandingkan histopathogenesis kasus AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik. Teknik yang digunakan adalah IHK dengan metode Labeled Streptavidin Biotin (LSAB) pada jaringan unggas yang terinfeksi oleh virus AI subtipe H5N1.
1.2 Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan histopathogenesis infeksi virus AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui perbandingan histopathogenesis infeksi virus AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik menggunakan teknik IHK.
2.
Untuk mengetahui predileksi virus AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik.
4
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Mendapat informasi mengenai perbedaan histopathogenesis infeksi AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik.
2.
Dapat mengetahui predileksi virus AI subtipe H5N1, pada ayam dan itik, sehingga dapat dipakai acuan dalam pemilihan sampel organ untuk diagnostik.
1.5 Kerangka Konsep Virus AI subtipe H5N1 adalah Highly Pathogenic Avian Influenza (CIDRAP, 2004). Virus ini mewabah di Indonesia pada tahun 2003. Wabah ini menyebabkan kematian pada ayam dalam jumlah yang sangat banyak. Pada tahun 2012, kasus AI terulang kembali di Indonesia dengan karakteristik berbeda oleh virus AI subtipe H5N1 (Wibawa et al., 2012). Selain terjadi kematian pada ayam, kejadian ini menyebabkan kematian unggas air (itik) dalam jumlah yang sangat banyak. Hal itu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani, (2008) bahwa pada penelitiannya, unggas air (itik) di infeksi virus AI subtipe H5N1 dengan hasil tanpa menunjukkan adanya kematian. Unggas air (itik) adalah reservoir alami untuk virus AI, sehingga host yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas (Webster et al., 1992). Kejadian penyakit AI di Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan pathogenesis dari virus AI subtipe H5N1, akan tetapi, saat ini masih belum diketahui histopathogenesis
5
infeksi virus AI subtipe H5N1 pada unggas yang berbeda, terutama pada ayam dan itik. Histopathogenesis virus AI subtipe H5N1 dapat diketahui dengan menggunakan teknik IHK. Teknik ini dapat digunakan dalam mengevaluasi jaringan pada suatu bagian yang sama untuk mengetahui adanya antigen tertentu. Hal yang paling utama dari pemilihan teknik IHK dalam menentukan histopathogenesis virus AI adalah dapat menggambarkan akumulasi dan sebaran virus secara spesifik pada jaringan tubuh unggas. Aplikasi teknik imunohistokimia ini sudah terbukti sangat akurat dalam mendeteksi antigen pada jaringan organ ayam yang terinfeksi Lymphoid Leucosis (LL), New Castle Disease (ND), Infectious Bursal Disease (IBD), Infectious Laryngotracheitis (ILT), Fowl Pox, Infectious Bronchitis (IB) (Owen et al., 1991) dan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) (Brown et al., 1995). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perbedaan histopathogenesis penyakit AI pada ayam dan itik. Sebagai penentu /dipakai acuan pemilihan sampel organ yang tepat untuk mendeteksi virus AI pada ayam dan itik.