BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu
Lempeng Hindia-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan HindiaAustralia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan Pulau Jawa, lepas pantai selatan Kepulauan Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah utara ke Perairan Maluku sebelah selatan. Antara Lempeng Hindia-Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Di sekitar lokasi tumbukan lempeng tektonik tersebut terakumulasi energi elektromagnetik sampai pada suatu saat ketika lapisan Bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempabumi. Selanjutnya jika gempabumi terjadi di bawah laut dan ada dislokasi vertikal di dasar laut, maka akan mengakibatkan tsunami (Sunarto, 2010). Zona subduksi dilepas pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang berpotensi terjadi gempa-gempa besar yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Gempa-gempa tersebut merupakan dampak dari pergerakan Lempeng Hindia-Australia yang relatif bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 70 mm / tahun menunjam ke bawah Lempeng Eurasia yang relatif diam (Hadi, 2012). Dalam kurun waktu 17 tahun telah terjadi dua kali tsunami yang cukup besar di Selatan Jawa, yaitu tsunami Banyuwangi 1994 dengan kekuatan gempa 7,8 SR ketinggian gelombang 13,9 meter dan tsunami Pangandaran 2006 dengan
1
kekuatan gempa 7,7 SR ketinggian gelombang 10 meter. Berdasarkan simulasi BNPB, wilayah ini memiliki potensi untuk terlanda tsunami dengan momen magnitude 7,5–8,0 SR mempunyai tinggi maksimum tsunami antara 5–15 meter dan waktu tiba sekitar 30–45 menit serta periode ulang antara 120–150 tahunan. Untuk kondisi ekstrem lokasi dapat dilanda tsunami dengan tinggi 25 meter kekuatan gempabumi 8,5 SR dengan periode ulang 250 tahun (BNPB, 2012). Oleh karena itu, bahaya geologis berupa gempabumi dan tsunami menjadi salah satu ancaman bencana yang nyata di pesisir pantai selatan Jawa salah satunya di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kejadian bencana ini tidak terlalu sering terjadi dibandingkan dengan bencana hidrometeorologis. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkannya sangat merusak dan menimbulkan korban jiwa yang banyak. Korban dan kerusakan yang timbul pada umumnya disebabkan karena kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya. Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana salah satunya terlihat dari belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan tempat evakuasi warga juga merupakan contoh lain kurangnya kemampuan dalam menghadapi bencana. Jaringan jalan memiliki fungsi sebagai katalisator dalam pertumbuhan dan perkembangan di suatu wilayah. Jaringan jalan secara fisik mendukung dan mempermudah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik sosial maupun ekonomi. Jaringan jalan akan berkembang mengikuti perubahan kebutuhan sosial ekonomi manusia tersebut (Munawar, 2007). Terjadinya bencana
2
alam di suatu daerah mengharuskan adanya jaringan jalan khusus yang dikembangkan sebagai upaya mitigasi dalam menghadapi potensi bencana yang terdapat di daerah tersebut. Pengembangan jaringan jalan sebagai upaya mitigasi bencana dapat berupa penataan jaringan jalan yang memungkinkan pergerakan efisien, lancar, aman, teratur dan menuju ke tempat evakuasi yang dianggap aman dari bencana. Dengan demikian, korban jiwa dan kerugian materi yang diakibatkan oleh bencana dapat diminimalkan. Karakter pesisir Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta cenderung landai, datar dan sebagian sedikit berbukit terutama di sepanjang pesisir pantai dengan elevasi ketinggian rata-rata 2-8 meter di atas permukaan laut. Beberapa daerah ditemukan mempunyai elevasi curam, akibat kuatnya arus air laut selatan Yogyakarta. Pada 17 Juli 2006 gempa tektonik berkekuatan 7,7 Skala Richter yang terjadi di selatan Pantai Pangandaran Jawa Barat menghasilkan gelombang tsunami. Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Bantul terkena dampak tsunami dengan run-up ketinggian 3,4 meter dan terjadi kurang dari satu menit (Mardiyanto et al., 2013). Sebagian besar daerah tidak terbangun dan beberapa daerah yang terletak di bagian elevasi paling rendah tergenang tsunami karena gelombang tsunami dapat mencapai langsung dan bukit pasir yang memiliki peran penting sebagai penghalang alami dan bertindak sebagai pemutus air telah berkurang (Santosa et al., 2010). Di wilayah Kabupaten Bantul yang rawan akan bencana tsunami, terdapat rencana pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) memanjang dari barat ke timur sejajar dengan garis pantai Samudra Hindia di Daerah Istimewa
3
Yogyakarta. JJLS direncanakan akan melewati Kabupaten Bantul sepanjang 21 km. Pembangunan JLSS dilatarbelakangi oleh kondisi jalan lingkar selatan yang sudah tidak feasible lagi untuk digunakan mengingat ruas jalan yang ada sudah tidak sebanding dengan volume kendaraan yang melintas tiap harinya serta ketimpangan
pertumbuhan
wilayah
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Kecenderungan perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta ke arah utara dan timur laut, sedangkan perkembangan ke arah selatan relatif sedikit. Kesenjangan ini terjadi karena kawasan selatan memiliki keterbatasan aksesibilitas, minimnya dukungan prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, serta belum memadainya sumber daya manusia di samping karena keadaan topografis dan geografis di wilayah pesisir Selatan Jawa yang mengakibatkan rendahnya perkembangan tingkat perekonomian di pesisir selatan. Diharapkan
dengan
adanya pembangunan jalan dapat memperlancar akses masyarakat guna menciptakan kesejahtaraan serta meningkatkan pemerataan pembangunan (Listyawati, 2011). Pola jaringan jalan yang sejajar dengan pantai menyulitkan evakuasi bencana tsunami karena sejauh apapun usaha penduduk berjalan untuk menyelamatkan diri, mereka tidak semakin menjauhi pantai. Selain itu saat terjadi bencana, terdapat titik-titik kemacetan lalulintas karena volume jalan melebihi kapasitasnya. Kelebihan kapasitas ini diakibatkan seluruh masyarakat bergerak bersamaan secara tidak teratur dari tempatnya berada menuju lokasi yang dianggap lebih aman pada saat terjadi tsunami. Pada JJLS yang merupakan jalan nasional dengan status jalan kolektor primer (RTRW Kabupaten Bantul 2010-
4
2030) akan dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk. Saat terjadi bencana tsunami, kendaraan besar tersebut tidak dapat langsung menjauhi pesisir melewati jalan desa atau jalan lingkungan yang tegak lurus dengan JJLS karena lebar dan kondisi jalan tidak memenuhi. Oleh karena itu, JJLS perlu dilengkapi dengan jalan koridor yang memiliki lebar serta kondisi jalan yang memenuhi untuk dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk untuk mempermudah pergerakan pengguna jalan JJLS pada saat bencana tsunami. Dengan adanya jalan koridor tersebut maka pergerakan akan menjadi divergen atau menyebar sehingga mengurangi titik-titik kemacetan dan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk upaya evakuasi. Jaringan jalan yang baik pada wilayah yang rawan bencana tsunami harus mampu mengkomodasi upaya mitigasi untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian bila terjadi bencana tsunami. Salah satu upaya mitigasi tersebut berupa pengembangan jaringan jalan yang sudah ada agar dapat digunakan saat evakuasi bila terjadi bencana tsunami. Menyadari pentingnya hal tersebut, penelitian ini mencoba melakukan evaluasi jaringan jalan evakuasi dari bencana tsunami di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan di Kabupaten Bantul.
1.2
Permasalahan Penelitian Karakter pesisir dari Kabupaten Bantul cenderung landai, datar dan
sebagian sedikit berbukit terutama di sepanjang pesisir pantai dengan elevasi ketinggian rata-rata 2-8 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi tersebut menyebabkan kawasan tersebut menjadi sangat rentan terhadap ancaman tsunami.
5
Terdapat rencana pembangunan JJLS di kawasan pesisir Kabupaten Bantul yang sejajar garis pantai. Pola jaringan jalan tersebut akan menyulitkan evakuasi karena sejauh apapun usaha pengguna jalan menyelamatkan diri dari tsunami, mereka tidak semakin menjauhi pantai. JJLS yang merupakan jalan nasional dengan status jalan kolektor primer akan dilewati kendaraan besar jarak jauh seperti bus dan truk. Saat terjadi bencana tsunami, kendaraan besar tersebut tidak dapat langsung menjauhi pesisir melewati jalan desa atau jalan lingkungan yang tegak lurus dengan JJLS karena lebar dan kondisi jalan tidak memenuhi. Dengan demikian rumusan permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul belum mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Dari rumusan masalah tersebut pertanyaan penelitian (research question) adalah bagaimana perencanaan jaringan jalan berdasarkan mitigasi bencana tsunami di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini memiliki maksud mengevaluasi jaringan jalan di sekitar (JJLS) Kabupaten Bantul sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian materi. 1.3.2 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan dan jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul.
6
2. Membuat simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS. 3. Memilih skenario terbaik dan merumuskan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian dengan judul Perencanaan Jaringan Jalan sebagai Salah
Satu Upaya Mitigasi Bencana Tsunami di (JJLS) Kabupaten Bantul diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Pemahaman kepada masyarakat mengenai peran jaringan jalan sebagai jalur evakuasi saat terjadi bencana alam dapat meminimalkan dampak kerugian. 2. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal mitigasi bencana non fisik atau non struktural salah satunya berupa perencanaan jaringan jalan sebagai jalur evakuasi saat terjadi bencana alam. 3. Sebagai masukan kepada pemerintah untuk penyusunan perencanaan jaringan jalan kawasan pesisir yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia. 4. Sebagai masukan kepada pemerintah Kabupaten Bantul dalam menyusun rencana jaringan jalan evakuasi kendaraan besar dari ancaman bencana tsunami di Jalur Jalan Lintas Selatan.
7
Latar Belakang : 1. Potensi bencana tsunami di Bantul 2. Jaringan jalan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana 3. Rencana pembangunan JJLS yang sejajar dengan garis pantai Rumusan Masalah Rencana Pembangunan JJLS di Kabupaten Bantul yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyulitkan evakuasi bencana tsunami
Tujuan Penelitian
Analisis Penelitian
1. Mengidentifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan dan jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul a. Lebar jalan b. Bahan material jalan c. Kondisi jalan d. Kecepatan perjalanan
2. Menganalisis dan simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS. 3. Memilih skenario terbaik dan merumuskan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. a. Jalur evakuasi menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran sungai. b. Jalur evakuasi tidak melintasi sungai atau jembatan. c. Jalur evakuasi memerlukan rambu-rambu evakuasi untuk memandu pengungsi menuju tempat aman
Identifikasi Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul Identifikasi jaringan jalan eksisting di sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul berdasarkan status, fungsi, bahan, dan kondisi jalan.
Analisis simulasi model pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang mengakomodir upaya mitigasi bencana tsunami dengan menggunakan NetWork Analyst ArcView GIS Pemilihan skenario terbaik pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul yang dapat mendukung upaya mitigasi bencana tsunami. Perumusan kebutuhan pengembangan Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Bantul
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian 8
1.5
Keaslian Penelitian Penelitian yang berisi tentang evaluasi jaringan jalan evakuasi dari ancaman
bencana tsunami di sekitar JJLS Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya. Berikut ini tujuh dari penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh penulis berkaitan dengan relevansi substasial yaitu tentang pemodelan jalur evakuasi bencana di daerah yang rawan bencana alam tsunami (Tabel 1.1). Pertama yaitu penelitian yang dilakukan Dewi (2010) di Kota Cilacap yang juga merupakan daerah pesisir Pantai Selatan Jawa. Penelitian berisi tentang penentuan bangunan yang telah ada di Kota Cilacap sebagai tempat evakuasi bencana tsunami berdasarkan kriteria dalam literatur dan pemilihan rute paling efektif berdasarkan waktu tempuh perjalanan untuk evakuasi dari bencana alam tsunami menggunakan network analyst GIS kemudian merumuskan kebutuhan penambahan/pembangunan bangunan shelter untuk evakuasi penduduk. Kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suharyanto (2012) di Kota Pacitan yang juga merupakan daerah pesisir Pantai Selatan Jawa. Penelitian berisi tentang penentuan area evakuasi yang aman dari tsunami. Dari area evakuasi yang aman tersebut kemudian akan dianalisis jalur evakuasi dan lokasi shelter sementara ataupun akhir menggunakan metode skoring. Jalur evakuasi dinilai berdasarkan lebar jalan, kondisi jalan dan jumlah orang yang akan melewatinya. Lokasi shelter dinilai berdasarkan lokasi bangunan dari jalan, jumlah lantai, kapasitas bangunan dan fungsi bangunan tersebut. Ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2013) di Kota Palu. Penelitian berisi tentang risk assesment bencana tsunami berupa penentuan zona
9
bahaya tsunami, zona kerentanan tsunami, dan zona risiko bencana tsunami berdasarkan pemodelan genangan tsunami yang mungkin akan melanda di Kota Palu yang dihitung dari ketinggian gelombang di pantai menggunakan spatial analyst GIS. Dari risk assesment tersebut kemudian disusun langkah mitigasinya berupa penentuan dan jalur evakuasi menggunakan network analyst GIS. Keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013) di Korea. Penelitian berisi tentang penentuan ancaman bencana tsunami di Korea diikuti oleh prediksi genangan tsunami yang akan melanda menggunakan rumus. Dari prediksi genangan tsunami tersebut kemudian menentukan jalur evakuasi dan lokasi shelter evakuasi berdasarkan kriteria dalam teori atau literatur. Kelima yaitu penelitian yang dilakukan oleh Peroche (2014) di Martinique, Perancis. Penelitian berisi tentang pemodelan jalur evakuasi berbasis grafik aksesibilitas menggunakan aplikasi RouteFinder GIS. Keenam yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jorge (2014) di Talcahuano, Chili. Penelitian berisi tentang pengaruh perubahan morofologi atau bentuk kota terhadap kemampuan penduduk dalam merespon bencana tsunami. Kemampuan merespon ditunjukkan dalam kecepatan melakukan evakuasi. Waktu tempuh evakuasi dihitung menggunakan pemodelan komputer (agent based model). Ketujuh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mathew (2015) di Seward, Alaska. Penelitian berisi tentang pengaruh tutupan lahan dan pemilihan jalur evakuasi terhadap waktu tempuh evakuasi. Pengaruh tersebut dihitung menggunakan pendekatan Monte Carlo.
10
Penelitian yang disusun oleh penulis pada tahun 2015 di Kabupaten Bantul berisi tentang pemilihan jalur evakuasi bencana tsunami dari titik asal sepanjang Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) Kabupaten Bantul menggunakan network analyst GIS. Kemudian dari skenario jalur evakuasi terpilih tersebut akan dikembangkan sesuai kebutuhan yaitu apakah ruas jalan tersebut perlu dilebarkan atau diperbaiki materialnya untuk mendukung kelancaran proses evakuasi dari bencana tsunami.
11
Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya No.
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1.
Ratna Sari Dewi 2010 Gadjah Mada University and Faculty of GeoInformation and Earth Observation – University of Twente
A GIS-Based Approach to the Selection of Evacuation Shelter Building dan Routes for Tsunami Risk Reduction (a Case Study of Cilacap Coastal Area, Indonesia)
Mengembangkan suatu - Pemodelan jalur evakuasi metode pemilihan jalur yang meliputi aksesibilitas, evakuasi yang paling jangkauan dan penambahan efektif menggunakan alat shelter bangunan evakuasi GIS di daerah rawan menggunakan GIS. bencana tsunami Kabupaten Cilacap.
- Dalam - Lokasi penelitian di Cilacap menentukan jalur - Merupakan pemodelan mikro evakuasi menggunakan network analyst GIS
2.
Agus Suharyanto et al 2012 Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology
Predicting Tsunami Inundated Area and Evacuation Road Based on Local Condition Using GIS (a Case Study of Pacitan)
Mengetahui area evakuasi, jalur evakuasi dan lokasi shelter berdasarkan kondisi wilayah dan area genangan tsunami.
- Area genangan tsunami menggunakan prediksi - Analisis pemilihan jalur evakuasi dan lokasi shelter menggunakan metode kuantitatif yaitu skoring
- Area genangan tsunami menggunakan prediksi
3.
Rahmat Aris Pratomo 2013 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Planologi Undip Volume 9 (2) halaman 174-182
Pemodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu
Mengetahui zona genangan tsunami dan implikasinya terhadap kegiatan mitigasi bencana di Kota Palu
- Pemodelan genangan tsunami - Dalam - Lokasi penelitian di Palu menggunakan spatial analyst menentukan jalur - Penggenangan tsunami dihitung tools GIS. evakuasi menggunakan rumus - Penentuan lokasi evakuasi menggunakan - Merupakan pemodelan mikro serta rute evakuasi network analyst menggunakan network GIS analyst GIS
4.
Dong Seag Kim et al 2013 Journal of Coastal Research, Special Issue
Analysis of Evacuation System on Tsunami Disaster Preventation in Korea
Mengetahui area - Pemodelan genangan tsunami genangan tsunami, jakur menggunakan rumus evakuasi serta lokasi - Penentuan jalur evakuasi dan shelter di Korea lokasi shelter menggunakan
-
- Lokasi penelitian di Pacitan - Dalam menentukan rute jalur evakuasi menggunakan skoring dari ruas jalan berupa lebar jalan, kondisi ruas jalan dan jumlah orang yang akan melintas jalan tersebut - Merupakan pemodelan mikro
- Lokasi penelitian di Korea - Merupakan pemodelan mikro
12
No.
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
No. 65
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
analisis kualitatif berdasarkan teori/literatur
5.
M. Peroche 2014 Journal Advance in Geoscience
An Accessibility GraphBased Model to Optmize Tsunami Evacuation Sites and Routes In Martinique, France
Mengembangkan aksesibilitas atau jalur evakuasi menuju area aman dari tsunami
- Pemodelan jalur evakuasi menggunakan aplikasi route finder GIS
6.
Jorge Leon dan Alan March 2014 Journal Habitat International 43 page 250262
Urban Morphology as a Tool for Supporting Tsunami Rapid Resilience : Case Study of Talcahuano, Chile
Mengetahui pengaruh - Perubahan morfologi kota perubahan morfologi menggunakan analisis kota terhadap perubahan kualitatif waktu tempuh evakuasi - Mengitung waktu evakuasi bencana tsunami tsunami menggunakan pemodelan komputer kuantitatif
7.
Mathew C. Schimidtlein dan Nathan J. Wood 2015 Journal Applied Geography 56 page 154163
Sensitivity of Tsunami Evacuation Modelling to Direction and Land Cover Consumption
Mengetahui pengaruh arah jalur evakuasi dan tutupan lahan terhadap waktu tempuh evakuasi bencana tsunami
- Area genangan tsunami menggunakan prediksi
- Lokasi penelitian di Martinique, Perancis - Dalam menentukan jalur evakuasi menggunakan aplikasi route finder GIS - Merupakan pemodelan mikro
- Pemodelan waktu - Lokasi penelitian di Talcahuano, tempuh tsunami Chili - Pemilihan jalur evakuasi berdasarkan morfologi kota - Merupakan pemodelan mikro
- Mengitung waktu evakuasi - Pemilihan jalur tsunami menggunakan evakuasi pemodelan Least – Cost – berdasarkan Distance (LCD) waktu tempuh - Menghitung pengaruh evakuasi kecepatan evakuasi pada setiap tutupan lahan terhadap waktu evakuasi menggunakan pendekatan Monte Carlo
- Lokasi penelitian di Seward, Alaska - Merupakan pemodelan mikro
Sumber : Penulis, 2015
13