BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Sulawesi dan kepulauan disekitarnya merupakan zona pertemuan antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Samudra Pasifik (Surono, 2010). Hasil interaksi antara ketiga lempeng tersebut menghasilkan kondisi geologi Sulawesi yang sangat kompleks. Bagian timur dari Sulawesi, termasuk di dalamnya Lengan Tenggara Sulawesi merupakan salah satu dari sedikit tempat dimana tersingkap seri batuan ofiolit di Indonesia. Seri batuan ofiolit ini pada umumnya tersingkap sebagai zona sutur dalam suatu seting tektonik kolisi (Dilek, 2003). Menurut Hamilton (1972); Surono (2010); Darman dan Sidi (2000), daerah tersebut merupakan suatu zona kolisi antara beberapa mikro kontinen yang berasal dari Australia dengan mikro kontinen Sulawesi (Surono, 2010) Daerah penelitian secara tepatnya berada di antara dua sesar besar, yaitu Sesar Matano dan Sesar Lawanopo, yang keduanya merupakan sesar geser sinistral (Surono, 2010; Hamilton, 1979). Kedua sesar ini mulai aktif setelah proses kolisi yang terjadi pada Miosen Awal (Surono, 2010) dan memberikan pengaruh terhadap konfigurasi struktur geologi yang terbentuk di daerah penelitian, meliputi pembentukan struktur geologi baru setelah proses kolisi, serta reaktivasi struktur lama yang terbentuk sebelum kolisi. Daerah ini dipilih diantaranya karena aktivitas seismik atau kegempaan di daerah penelitian pada saat ini tergolong sangat tinggi (USGS Earthquake Achieve,
1
2015) sehingga dapat dikatakan pada saat ini, daerah ini merupakan daerah yang cukup aktif secara tektonik. Selain itu, daerah ini juga diketahui memiliki sejarah tektonik yang cukup panjang (Surono, 2010), ditandai dengan stratigrafinya yang merupakan campuran dari batuan kerak benua dan batuan kerak samudera dan keberadaan struktur geologi yang cukup intens (Simandjuntak dkk., 1991; Simandjuntak, 1993; dan Rusmana, 1993). Pada daerah ini juga terdapat Cekungan Manui dan Cekungan Salabangka yang merupakan cekungan target eksplorasi minyakbumi, serta pada beberapa titik diantara kedua sesar ini ditemukan manifestasi keberadaan minyakbumi berupa stain dan odor. Minimnya studi yang berkaitan dengan perkembangan struktur geologi di daerah penelitian menjadi latar belakang utama dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi data tambahan untuk membantu para peneliti selanjutnya dalam mempelajari sejarah geologi Sulawesi Tenggara serta dapat membantu dalam proses ekplorasi sumber daya geologi yang diperkirakan cukup melimpah di daerah ini. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian yang berada diantara dua sesar besar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Melakukan pemetaan geologi tentatif dengan menggunakan citra pengindraan jauh. 2. Mengekstrak dan menganalisis data kelurusan dari citra pengindraan jauh.
3. Menganalisis mekanisme fokal gempabumi yang terdapat di sekitar daerah penelitian. 4. Melakukan pengukuran bidang dan sesar secara sistematis dari setiap formasi batuan yang terdapat di daerah penelitian. 5. Menganalisis arah tegasan utama pembentuk kekar dan sesar. 6. Melakukan sintesa perkembangan struktur geologi daerah penelitian. I.3. Lokasi Penelitian
U Gambar I.1. Peta Indeks Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah administratif yang berada diantara Sesar Matano dan Sesar Lawanopo, yang terdiri atas lima kabupaten dari tiga propinsi, yaitu Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Kolaka Utara dari Propinsi Sulawesi Tenggara; Kabupaten Morowali dari Propinsi Sulawesi Tengah; dan Kabupaten Luwu Timur dari Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1.1). Pengambilan data lapangan dilakukan dalam satu lintasan di bagian timur lokasi penelitian yang yang memanjang dari selatan ke utara sepanjang 180
3
kilometer, dari Kabupaten Konawe Utara sampai bagian selatan dari Kabupaten Morowali. Struktur geologi yang terbentuk dalam satu lintasan ini dianggap dapat mewakili seluruh struktur yang terbentuk di lokasi penelitian. Data-data di luar lintasan yang dilalui di lapangan (data-data di bagian tengah dan barat lokasi penelitian) diambil menggunakan analisis citra Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR). I.4. Batasan Masalah Batasan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Peta geologi tentatif disusun berdasarkan kontras relief dan tekstur dari citra DEM dan dibandingkan dengan data yang didapatkan dari peta regional dan pengamatan lapangan di beberapa stasiun yang tersebar di sebelah timur daerah penelitian. 2. Data kegempaan yang digunakan merupakan data mekanisme fokal gempabumi yang tercatat sejak tahun 1970. 3. Aspek reologi dari setiap formasi batuan yang terdapat pada lokasi penelitian dianggap homogen. 4. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada satu lintasan di sebelah timur lokasi penelitian yang memanjang dari selatan ke utara sepanjang + 180 kilometer 5. Data yang diambil merupakan data struktur brittle yang tampak sebagai bidang diskontinyu berupa kekar dan sesar di lapangan, dan sebagai suatu kelurusan pada citra DEM.
6. Struktur berupa kekar dan sesar yang terdapat di lokasi penelitian diasumsikan mewakili suatu fase tektonik tertentu. I.5. Peneliti Terdahulu 1. Hamilton (1979) melakukan penelitian mengenai aktivitas tektonik di Indonesia, termasuk didalamnya aktivitas tektonik Sulawesi. Berdasarkan hasil penelitiannya, dinyatakan bahwa Sesar Matano dan Sesar Lawanopo merupakan sesar geser mengiri. 2. Simandjuntak dkk. (1991); Simandjuntak (1993); dan Rusmana (1993) melakukan pemetaan geologi skala 1:250.000 di daerah Malili, Bungku, dan Kendari – Lasusua. Berdasarkan hasil pemetaan geologi tersebut diketahui bahwa lokasi penelitian teridiri dari Formasi Meluhu, Formasi Tokala, Formasi Melange Wasuponda, Formasi Masuki,Formasi Ofiolit, Formasi Matano, Formasi Salodik, Formasi Pandua dan dipotong oleh beberapa sesar dengan jenis dan besar yang beragam. 3. Darman dan Sidi (2000) melakukan penelitian mengenai kondisi geologi Indonesia, termasuk didalamnya kondisi geologi Lengan Tenggara Sulawesi yang meliputi kondisi stratigrafi dan struktur geologi. 4. Delvaux dan Sperner (2003) menyempurnakan metode inversi tensor tegasan utama. Metode inversi tensor tegasan utama merupakan metode untuk mendapatkan arah tegasan utama dari data sesar, kekar dan mekanisme fokal gempabumi. 5. Surono (2010) melakukan penelitian mengenai stratigrafi regional Sulawesi Tenggara dan membentuk kolom kesebandingan antara beberapa mikro
5
kontinen yang tersebar di sebalah timur Sulawesi, serta membagi tektonik Lengan Tenggara Sulawesi menjadi tiga periode tektonik, yaitu: Periode Pra-Tumbuk, Periode Tumbukan, dan Periode Pasca Tumbukan. II.7. Keaslian Penelitian Tidak ditemukan publikasi-publikasi khusus yang membahas mengenai perkembangan struktur geologi brittle di Lengan Tenggara Sulawesi, khususnya di antara Sesar Lawanopo dan Sesar Matano. Publikasi-publikasi yang tersedia pada umumnya membahas mengenai stratigrafi (Surono, 2010), pembahasan mengenai tektonik (Hamilton, 1972), dan geologi regional Lengan Tenggara Sulawesi (Simandjuntak dkk., 1991; Simandjuntak dkk., 1993; Rusmana dkk., 1993 Darman dan Sidi, 2000).