BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bencana alam seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) pada Nopember 2010 (seperti dikutip Harian Repubika, Maret 2010), 83% wilayah Indonesia sangat rawan akan bencana alam mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, angin topan, letusan gunung berapi, hingga kebakaran hutan. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, per Januari-September 2010 dari total 354 daerah yang rawan bencana, daerah berpotensi tsunami tingkat tinggi tercatat sebanyak 175 dan 179 daerah rawan tsunami di tingkat sedang, sisanya dalam tingkat rendah. Bahkan BNPB mencatat sejak 1629 hingga 2010 ini atau dalam kurun 381 tahun, tsunami sudah terjadi sebanyak 171 kali di Indonesia. Data BNPB juga menyebutkan dari seluruh kawasan Indonesia yang rawan bencana, 80%-nya merupakan bencana ekologis. Dalam enam tahun terakhir Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat aktivitas gempa besar di Indonesia yaitu Gempa 9,1 SR di Aceh disertai tsunami pada 2004, Gempa 8,7 SR di Nias pada 2005, Gempa 6,3 SR di Yogya pada 2006, Gempa 7,4 SR di Tasikmalaya pada 2009, Gempa 7,6 SR di Padang pada 2009, dan Gempa 7,2 SR disertai tsunami di Mentawai 1
2
Dari semua daftar bencana tersebut, yang sudah menjadi benchmark kebencanaan di Indonesia adalah gempa dengan skala 9,1 SR yang terjadi di Aceh pada 2004. Gempa tersebut tercatat sebagai salah satu yang terkuat sepanjang sejarah modern. Dalam buku Laporan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD Nias (2009) dikatakan hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa, tsunami langsung menyusul, menghancurkan pesisir Aceh dan pulau pulau sekitarnya hingga enam kilometer ke arah daratan. Sebanyak 126.741 jiwa melayang, 93.285 orang dinyatakan hilang. Sekitar 500.000 orang kehilangan hunian, 139.195 rumah hancur atau rusak parah. Pada sektor publik, sedikitnya 669 unit gedung pemerintahan, 517 pusat kesehatan, serta ratusan sarana pendidikan hancur. Saat ini Aceh sudah kembali bangkit tidak hanya dalam bidang infrastruktur ekonomi dan sosial, tetapi juga dalam bidang mitigasi bencana sebagai upaya meminimalkan dampak bencana jika hal yang sama terjadi lagi di kemudian hari. Salah satu bagian yang paling berperan dalam mitigasi tersebut adalah penanganan informasi. Informasi kebencanaan di Provinsi Aceh ditangani beberapa instutusi salah satunya oleh Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) yang disingkat TDMRC yang secara struktur berada di bawah Universitas Syiah Kuala dan didirikan pada 30 Oktober 2006. Keberadaan TDMRC bertujuan untuk meningkatkan sumber daya riset kebencanaan yang berkualitas, memberikan advokasi pada pemerintah dalam membuat kebijakan, mengumpulkan dan menyediakan data terbaik dengan mempercepat prosess
3
pengumpulan data yang tepat berkaitan dengan dampak dari bencana. Disamping itu, TDMRC juga berkontribusi meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bencana, berkolaborasi dengan para peneliti dan lembaga riset lainnya dalam riset-riset kebencanaan.
Visi TDMRC adalah; melindungi masyarakat melalui riset yang efektif berdasarkan pengelolaan pengurangan resiko bencana. Misinya adalah menjadi sebuah pusat penelitian terkemuka dan terbuka di bidang riset terapan ilmu multi disiplin, pendidikan, pelatihan, penyampaian data informasi, pengembangan pengetahuan dan pelayanan berskala internasional yang terbuka dan terdepan di bidang managemen bencana.
TDMRC mempunyai empat divisi yaitu; Divisi Riset Terapan, Divisi Pendidikan, Training dan Advokasi, Divisi Layanan Profesional dan Divisi Manajamen Pengetahun (knowledge management). Penelitian ini akan difokuskan pada divisi terakhir. Divisi Knowledge Management yang tugasnya menjembatani kebutuhan informasi dan pengetahuan dalam sistem yang terintegrasi baik untuk para pengambil keputusan maupun masyarakat umum. Beberapa produk dari divisi ini adalah; •
Aceh Tsunami Digital Repository (ATDR)
•
Disaster Risk Management Information System (DRMIS)
•
Pusat Informasi Bencana Aceh (PIBA)/Data dan Informasi Bencana Aceh (DIBA)
4
Sejauh ini memang belum ada data resmi bagaimana penyerapan informasi yang disebarkan oleh TDMRC, namun dari pengalaman keseharian bersama masyarakat Aceh masih banyak yang belum mengetahui apa itu mitigasi bencana dan apa yang harus dilakukan oleh masyarakat jika terjadi bencana khususnya tsunami lagi. TDMRC sudah melakukan berbagai kegiatan adHoc maupun berkala sebagai bagian kampanye pengurangan resiko bencana. Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh TDMRC maupun bekerja sama dengan institusi terkait di Banda Aceh khususnya dan Provinsi Aceh pada umumnya. Namun belum diketahui apakah semua kegiatan tersebut telah berjalan optimal, karena output-nya seperti apakah semua informasi telah tersampaikan dengan baik, apakah masyarakat sudah memahami informasi mitigasi serta faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh terhadap pemahaman tersebut belum diketahui dengan baik. Tingkat pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana yang cenderung masih lemah, diperkuat juga oleh sebuah survei yang dilakukan oleh Disaster Risk Reduction-Aceh (DRR-A) UNDP bersama TDMRC
disebut
Baseline Survey
Kesadaran Publik Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Hasil survei ini menunjukkan sebagian besar masyarakat masih mempunyai pengetahuan yang lemah tentang hal-hal seperti; pusat informasi gampong (desa) untuk bencana,
jalur
evakuasi, gedung penyelamatan (escape building), sistem peringatan dini, pelatihan dan penyuluhan bencana, dan beberapa pengetahuan dasar tentang mitigasi bencana lainnya. Meskipun sudah dilakukan berbagai kegiatan, masih diperlukan dasar dasar penyebarluasan informasi seperti yang tertuang dalam konsep knowledge
5
management agar kedepannya proses ini dapat memberikan hasil optimal yang mampu mengurangi resiko jika bencana terjadi lagi.
1.2. Identifikasi Masalah Pada dasarnya, ada beberapa unsur yang diidentifikasian sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman masyarakat Banda Aceh akan mitigasi bencana tsunami, yaitu: •
Tingkat pendidikan masyarakat
•
Penggunaan media informasi,
•
Jenis kegiatan penyebaran informasi
•
Frekuensi kegiatan
•
Budaya masyarakat
•
Tingkah laku dan kebiasaan masyarakat
•
Pola hubungan antar individu masyarakat
•
Infrastruktur teknologi informasi
Selain faktor-faktor eksternal seperti disebutkan diatas, unsur internal seperti SDM, proses dan teknologi yang digunakan TDMRC dalam KM juga berpengaruh terhadap pemahaman akan informasi mitigasi bencana tsunami.
6
1.3 Pembatasan Masalah (Ruang Lingkup Masalah) Penelitian dilakukan di TDMRC Banda Aceh dengan pembatasan sebagai berikut; •
Pengumpulan data kuantitif melalui survei dimana masyarakat yang menjadi responden akan dipilih berdasarkan kualifikasi tertentu dengan metode stratified random sampling dan berdomisili di wilayah kota Banda Aceh.
•
SDM, teknologi dan proses dan hal-hal lain yang menjadi Critical Succes Factors adalah yang bagian dari TDMRC.
•
Kegiatan dan informasi KM adalah informasi dan kegiatan sejak TDMRC berdiri (2006) hingga akhir 2010.
1.4 Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, dirumuskan beberapa poin-poin inti yang dijawab pada penelitian ini, yaitu; •
Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami?;
•
Apakah media yang digunakan dalam penyebaran informasi mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami?;
•
Apakah frekuensi kegiatan yang dilakukan oleh TDMRC mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami?;
•
Apakah jenis kegiatan yang dilakukan oleh TDMRC mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami?;
7
•
Apa saja hal-hal yang menjadi Critical Success Factors pelaksanaan knowledge management di TDMRC?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan •
Mengetahui bagaimana pendidikan, media informasi, frekuensi kegiatan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh TDMRC mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana;
•
Mengetahui Critical Success Factors dalam pelaksanaan KM di TMDRC.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; 1.
Bagi TDMRC; •
Sebagai bahan masukan untuk me-review strategi KM yang sudah dijalankan;
•
Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat strategi penyebaran informasi mitigasi bencana tsunami selanjutnya;
• 2.
3.
Memperkaya riset dan pustaka akan mitigasi bencana tsunami.
Bagi Masyarakat; •
Meningkatkan awareness akan divisi KM dan fungsinya
•
Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan mitigasi bencana tsunami
•
Sebagai informasi awal untuk melanjutkan penelitian berikutnya.
Bagi pemerintah atau lembaga terkait;
8
•
Sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
•
Sebagai bahan informasi akan kondisi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami;
• 4.
Sebagai bahan acuan untuk membuat program terkait.
Lembaga mitigasi atau organisasi sejenis : •
Sebagai benchmark dan lesson learn bagi pengembangan KM ;
•
Sebagai bahan acuan untuk membuat program terkait.