BAB I PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang Filariasis
limfatik
atau
Elephantiasis
adalah
penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana saat
dewasa
hanya
bisa
hidup
di
sistem
limfatik
manusia. Penularannya dari manusia ke manusia yang lain melalui gigitan nyamuk (CDC, 2013). Dengan 120 juta orang yang tinggal di daerah tropis dan subtropis telah terinfeksi
dan
sekitar
66%
orang
yang
berisiko
terinfeksi tinggal di Asia Tenggara (WHO, 2013). Sistem
limfatik
keseimbangan infeksi.
cairan
Penderita
berperan tubuh
dan
filariasis
dalam juga
menjaga
melawan
limfatik
adanya
mengalami
lymphoedema khususnya pada ekstremitas sebagai akibat perlawanan sistem imun di limfe untuk melawan parasit. Selain
itu
dapat
pula
mengalami
kelainan
kelamin
ataupun serangan akut rekuren yang disertai demam (WHO, 2013). Filariasis limfatik bisa disebabkan oleh 3 jenis parasit
yaitu,
Wuchereria
bancrofti,
Brugia
malayi dan Brugia timori. Berbagai jenis spesies nyamuk dapat
menyebarkan
parasit-parasit
tersebut,
di
1
2
antaranya Anopheles sp. Culex quinquefasciatus, Aedes sp dan Mansonia sp. (CDC, 2013). vektor
dominan
filariasis
Namun, yang merupakan
limfatik
adalah
Culex
quinquefasciatus (Science Mag, 2013). Cara terbaik mencegah filariasis limfatik adalah dengan
menghindari
gigitan
dengan
mengeliminasi
nyamuk.
filaria
atau
Selain
itu
mengontrol
juga
nyamuk
(CDC, 2013). Larvisida yang merupakan salah satu bentuk kontrol terhadap nyamuk, membunuh larva nyamuk pada habitatnya sebelum
larva
tersebut
nyamuk
dewasa
sehingga
nyamuk
dewasa
(EPA,
organofosfat,
mengalami membantu
2013).
regulator
maturasi
menjadi
mengurangi
Larvisida
pertumbuhan,
populasi
dapat
berupa
mikroba
maupun
minyak dan films (Cornelly, 2009). Larvisida golongan organik sintetik adalah jenis larvisida
yang
mengakibatkan fisiologis
paling polusi
pada
sering
digunakan.
lingkungan
sebagian
besar
dan
spesies
Hal
ini
resistensi vektor
dalam
lima dekade terakhir (Elimam et al. 2009).
Penggunaan ekstrak tanaman sendiri merupakan salah satu
alternatif
dikarenakan
ekstrak
pembuatan tanaman
larvisida. memiliki
Hal bahan
ini kimia
3
bioaktif dapat
yang
potensial
membahayakan
sintetis
sehingga
dan
bebas
dari
dibandingkan dapat
menekan
dampak
penggunaan biaya
dan
yang bahan
polusi
lingkungan (Das et al. 2007).
Salah
satu
bahan
yang
diketahui
dapat
digunakan
sebagai larvisida adalah alfa mangostin yang merupakan turunan senyawa xanthone (Larson et al. 2010). Xanthone ini dapat diperoleh buah
manggis
kehidupan
(Garcinia
sehari-hari
Senyawa
salah satunya dari kulit mangostana)
masih
jarang
yang
dalam
dimanfaatkan
(Morton, 1987).
I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah
ekstrak
etanol
dari
kulit
buah
Manggis
(Garcinia mangostana) memiliki efek larvisida pada larva nyamuk Culex quinquefasciatus? 2. Apakah kulit
peningkatan konsentrasi ekstrak etanol dari buah
meningkatkan
Manggis
(Garcinia
mortalitas
quinquefasciatus?
mangostana)
larva
nyamuk
dapat Culex
4
I.3. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
dengan
tujuan
sebagai
berikut: 1. Untuk mengetahui efek ekstrak etanol dari kulit buah Manggis
(Garcinia
mangostana)
sebagai
Larvisida
untuk larva Culex quinquefasciatus . 2. Untuk
mengetahui
ekstrak
etanol
mangostana)
hubungan
dari
kulit
terhadap
peningkatan buah
konsentrasi
Manggis
mortalitas
(Garcinia
larva
Culex
quinquefasciatus. I.4. Manfaat Penelitian Setelah penelitian dilakukan, diharapkan hasilnya dapat menjadi pertimbangan berbagai pihak dalam usaha memutus rantai penularan penyakit filariasis limfatik yang
ditularkan
Selain
itu,
alternatif
oleh
diharapkan bagi
nyamuk
Culex
hasil
masyarakat
quinquefasciatus.
penelitian
untuk
ini
memberantas
menjadi nyamuk
Culex quinquefasciatus dengan mengggunakan bahan yang relatif murah dan mudah didapatkan.
5
I.5. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Suyanto, 2009. Efek Larvasida Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Larva Aedes aegypti L. Sementara penelitian ini berjudul “Penggunaan Ekstrak
Etanol
mangostana)
Kulit
sebagai
Manggis
Larvisida
(Garcinia
terhadap
Larva
Nyamuk Culex quinquefasciatus”. Oleh karena itu, perbedaan Suyanto yaitu
penelitian (2009)
larva
ini
adalah
Aedes
dengan
pada
aegypti
penelitian
variabel L
pada
dependen penelitian
tersebut dan larva Culex quinquefasciatus pada penelitian ini. 2. Hung, 2011. Larvicidal Effect of Ethanol Extract from Annona muricata Leaves against Aedes aegypti Perbedaan
penelitian
Hung
(2011)
dengan
penelitian ini adalah pada variabel independen yaitu ekstrak etanol daun Annona muricata pada penelitian
tersebut
dan
ekstrak
etanol
kulit
Garcinia mangostana pada penelitian ini, kemudian variabel dependen yaitu larva Aedes aegypti pada
6
penelitian
tersebut
dan
larva
Culex
quinquefasciatus pada penelitian ini. 3. Jaya, 2011. Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Larvisida terhadap Larva Culex quinquefasciatus. Pada
penelitian
Jaya
(2011)
variabel
independen yang digunakan adalah ekstrak etanol daun ini
Annona muricata sementara pada penelitian menggunakan
ekstrak
etanol
kulit
Garcinia
mangostana. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penelitian ini bukan merupakan plagiat dari penelitian yang telah dilakukan
namun
merupakan
penelitian sebelumnya.
bentuk
pengembangan