BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau di Indonesia adalah 13.466 pulau yang sudah terdaftar dan berkoordinat (BIG 2014), luas daratan 1.922.570 km2 (BIG 2013), luas perairan Indonesia adalah 3.257.483 km2 (BIG 2013) dan garis pantai Indonesia sepanjang ± 81.000 km2 (Lembaga Pertahanan Nasional, 2013). Antara pulau satu dengan pulau yang lainnya dihubungkan oleh selat maupun laut sehinggga dibutuhkan alat transportasi. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara jumlah penumpang pesawat setiap tahunnya mengalami kenaikan. Jumlah penumpang pesawat pada tahun 2009 sebesar 67.341.658 penumpang, tahun 2010 sebesar 86.452.600 penumpang, tahun 2011 sebesar 111.201.505 penumpang, tahun 2012 berjumlah 117.743.265 penumpang, tahun 2013 sebesar 115.840.934 penumpang sedangkan tahun 2014 sebesar 134.784.310 penumpang. Setiap tahun jumlah penumpang pesawat mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikkan penumpang per tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2014 sebesar 12.938%. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pengguna terhadap transportasi udara semakin lama semakin meningkat. Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menjelaskan bahwa penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri dari atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Penerbangan dengan menggunakan pesawat dapat menghubungkan pulau-pulau dan daerah-daerah yang sulit dijangkau. Pesawat merupakan transportasi penghubung antarpulau yang efisien, karena waktu tempuh yang digunakan lebih cepat dibandingkan alat transportasi lainnya. Maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi atau perusahaan yang menyediakan jasa penerbangan untuk penumpang maupun barang. Beberapa
1
2
maskapai penerbangan yang melayani penerbangan domestik di Indonesia adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, dan lain-lain. Maskapai-maskapai tersebut saling bersaing dalam menyediakan jasa penerbangan kepada penumpang dengan persaingan harga, Penumpang dapat memilih maskapai penerbangan sesuai dengan keinginan. Tujuan penerbangan yang disediakan oleh maskapai penerbangan juga berbeda-beda. Berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menjelaskan bahwa rute penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari Bandar udara asal ke Bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang telah ditetapkan. Setiap penerbangan yang dilakukan oleh maskapai dari bandara satu ke bandara lainnya mempunyai rute penerbangan sendiri-sendiri. Rute penerbangan setiap harinya dilewati oleh pesawat dari berbagai maskapai yang ada, sehingga terjadi lalu lintas pada rute penerbangan tersebut. Semakin banyaknya maskapai yang menyediakan jasa penerbangan pada suatu rute tertentu maka semakin padat pula lalu lintas penerbangan yang ada pada rute tersebut. Meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan alat transportasi udara ini mendorong maskapai-maskapai untuk menambah frekuensi penerbangan di setiap rute yang diminati oleh penumpang. Banyaknya frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan oleh berbagai maskapai penerbangan ini dapat ditampilkan dengan menggunakan peta. Peta adalah salah satu cara untuk memvisualisasikan informasi agar mudah dipahami dan diserap oleh pengguna. Oleh karena itu untuk mengetahui banyaknya penerbangan yang dilakukan maskapai penerbangan diperlukan peta rute dan frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan oleh berbagai maskapai di Indonesia.
I.2 Rumusan Masalah Pesawat terbang merupakan alat transportasi penghubung antar pulau yang efektif jika dibandingkan dengan alat trasportasi lainnya. Kecepatan waktu tempuh pesawat menyebabkan banyak pengguna memilih alat transportasi ini sebagai alat transportasi penghubung antar pulau. Rute dan frekuensi penerbangan yang disediakan setiap maskapai berbeda-beda. Penyajian rute penerbangan yang ada saat ini disajikan dalam bentuk tabel sehingga sulit dipahami data spasialnya. Sehubungan belum tersedianya peta frekuensi penerbangan domestik di Indonesia,
3
maka penelitian ini perlu dilakukan untuk memetakan frekuensi penerbangan yang terdapat di Indonesia.
I.3 Cakupan Kegiatan 1.
Peta frekuensi penerbangan ini meliputi 160 bandara yang tersebar di Indonesia.
2.
Data yang digunakan adalah data penerbangan domestik dan penerbangan perintis pada bulan Maret 2015.
3.
Maskapai yang rutenya dipetakan adalah Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya Air, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Air Asia, Kalstar Aviation, Xpress Air, Aviastar, Susi Air, dan Trigana Air.
I.4 Tujuan Proyek Tujuan utama dari proyek ini adalah membuat peta rute dan frekuensi penerbangan domestik yang dilakukan beberapa maskapai penerbangan pada bandara-bandara di Indonesia. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, beberapa tujuan spesifik telah dibuat sebagai berikut : 1. Memetakan persebaran bandara yang ada di Indonesia. 2. Memetakan rute penerbangan domestik di Indonesia. 3. Membuat tabel frekuensi penerbangan di setiap rute penerbangan domestik di Indonesia. 4. Melakukan perancangan simbol, simbolisasi, layouting dan mapping frekuensi penerbangan domestik di Indonesia.
I.5 Manfaat Proyek 1. Bagi maskapai penerbangan untuk mengetahui wilayah jangkauan layanan yang sudah tersedia, sehingga dapat digunakan untuk pengembangan dalam penambahan luas jangkauan layanannya. 2. Bagi BAPEDDA untuk mengetahui daerah-daerah yang paling sering menjadi tempat tujuan dari penerbangan, sehingga dapat dilakukan analisis untuk perencanaan pembangunan daerah.
4
3. Bagi Dinas Perhubungan untuk mengetahui maskapai yang paling banyak menyediakan jasa penerbangan penumpang ke suatu tempat.
I.6 Landasan Teori I.6.1 Peta Sejak abad XVI peta sudah dikenal oleh orang-orang. Dimana peta digunakan untuk melakukan penyerangan suatu negara yang dijajah. Manfaat dari peta pada zaman tersebut yaitu digunakan untuk perencanaan strategi penyerangan dalam masa penjajahan. Sekarang ini tidak hanya digunakan untuk penyusunan strategi penyerangan, namun manfaat peta sudah mulai berkembang, sehingga peta sekarang menjadi hal yang penting. I.6.1.1 Pengertian Peta. Peta adalah gambaran atau representasi dari permukaan bumi pada bidang datar dengan menggunakan sistem proyeksi tertentu dan dengan skala tertentu serta menggunakan simbol untuk merepresentasikan objek-objeknya. Dunia Nyata
Konsep Kartografi
Peta
Pemakaian
Gambar I.1 Peta sebagai alat komunikasi (Prihandito A, 1989) Objek-objek yang ada di dunia nyata di visualisasikan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, dimana dalam pemilihan dan penggunaan simbol tersebut memperhatikan aspek kartografinya. Simbol-simbol tersebut direpresentasikan ke dalam sebuah peta yang dapat digunakan oleh pemakai. Pemakai dapat memperoleh informasi mengenai objek yang ada di dunia nyata melalui peta tersebut, sehingga peta dapat digunakan sebagai alat komunikasi. I.6.1.2 Data. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data atribut dan data spasial. 1. Data Spasial Data spasial adalah data bereferensi pada suatu sistem koordinat tertentu dan berdimensi keruangan. Data ini menjelaskan suatu letak, posisi maupun lokasi suatu obyek. Data spasial berhubungan dengan kenampakan sebenarnya dari
5
obyek yang ada dipermukaan bumi. Berdasarkan koordinatnya data spasial, terdapat tiga bentuk yaitu titik, garis dan luasan (Phadke, 2006). a. Data Raster Data yang menampilkan dan menyimpan informasi spasial dalam bentuk matriks atau piksel, dimana piksel-piksel tersebut nantinya akan membentuk grid (Irwansyah, 2013). Setiap obyek yang direpresentasikan mempunyai nilai piksel yang berbeda-beda. Setiap piksel mempunyai atribut dan koordinat sendiri-sendiri.
Gambar I.2 Data raster untuk titik, garis dan poligon. b. Data Vektor Data yang menampilkan dan menyimpan informasi spasial dalam bentuk titik, garis dan poligon. Dimana data tersebut bereferensi pada sistem koordinat tertentu. Data vektor mempunyai resolusi yang tinggi sehingga memiliki tingkat akurasi spasial yang tinggi (Davis, 2001).
Gambar I.3 Data vektor untuk titik, garis dan poligon. 2. Data Atribut Atribut dapat didefinisikan sebagai karakteristik obyek alam (Shi, 2010). Data atribut adalah data yang berisi karakteristik-karakteristik obyek yang melekat dalam data spasial. Data atribut dapat berupa teks, angka maupun tabel yang menjelaskan obyek pada data spasial. Data atribut suatu obyek dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. a. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif.
6
b. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk bilangan. Data kuantitatif merupakan data hasil pengamatan yang memperlihatkan nilai dari suatu obyek. Menurut Soedjojo dan Riqqi (2012) data kuantitatif ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : i. Data nominal, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang tidak mempunyai tingkatan, sehingga obyek tersebut hanya dikenal dengan satu nama saja.
Gambar I.4 Contoh simbol nominal. ii. Data ordinal, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang mempunyai tingkatan. Obyek disajikan berdasarkan suatu kategori tertentu seperti ukuran, kelas dan lainnya, seperti besar dan kecil, padat dan jarang.
Gambar I.5 Contoh simbol ordinal (Soendjojo dan Haqiqi, 2012).
7
iii. Data interval dan rasio, merupakan suatu ukuran dari suatu obyek tertentu yang mempunyai tingkatan berdasarkan urutan tertentu dan kelas-kelas tertentu dari nilai yang sebenarnya.
Gambar I.6 Contoh simbol interval dan rasio (Soendjojo dan Haqiqi, 2012) I.6.1.3 Fungsi Peta Peta merupakan gambaran dari objek-objek yang ada di permukaan bumi. Selain peta dapat digunakan sebagai alat komunikasi mengenai objek yang terdapat dipermukaan bumi, peta mempunyai fungsi yang lain. Menurut Prihandito (1989), fungsi dari peta meliputi : 1. Menampilkan posisi atau lokasi relatif. Peta dapat menampilkan posisi atau letak dari suatu objek. Posisi atau lokasi dari objek tersebut ditampilkan dengan nilai-nilai koordinat yang dimiliki objek tersebut berdasarkan suatu sistem referensi tertentu. 2. Menampilkan ukuran dan bentuk.
8
Ukuran yang ditampilkan pada peta seperti jarak dan luas. Adanya peta dapat diketahui jarak atau luas sebenarnya yang ada di dunia nyata. Jarak atau luas tersebut dapat dicari dengan mengkalikan ukuran yang ada di peta dengan skala peta tersebut. Sedangkan yang dimaksud bentuk adalah dimensi dari objek yang digambarkan pada peta tersebut. 3. Mengumpulkan dan menyeleksi data yang kemudian disajikan di atas peta. Dalam penyajian data di peta menggunakan simbol tertentu yang di mengerti oleh pengguna peta. Simbol tersebut merepresentasikan suatu objek di lapangan yang dapat dipahami oleh pengguna. I.6.2 Kartografi Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang ditampilkan dalam selembar kertas. Bagus tidaknya tampilan peta sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembuat peta dalam merancang tampilan peta tersebut. Ilmu yang berkaitan dengan tampilan peta yaitu kartografi. I.6.2.1 Definisi Kartografi. Menurut Taylor dalam Kraak dan Ormeling (2013) kartografi adalah organisasi, presentasi, komunikasi dan pengguna informasi geografis baik dalam bentuk grafis, digital maupun bentuk nyata, yang meliputi semua langkah dari persiapan data sampai dengan penggunaan akhir melalui peta maupun hasil yang berkaitan dengan informasi spasial. Kartografi merupakan seni dan ilmu membuat peta, dimana dalam pembuatan peta ini membutuhkan ilmu geodesi, fotogrametri dan produksi peta (Prihandito, 1989) I.6.2.2 Komunikasi Kartografi. Komunikasi merupakan proses pemindahan pengetahuan, pikiran, ide atau informasi dari seseorang kepada orang lain (Riyadi, 1994) Pengirim
Signal
Tanda Pengirim
Penerima
Tanda Penerima
Gambar I.7 Komunikasi dalam Kartografi (Riyadi, 1994)
9
Pengirim merupakan pembuat peta, penerima adalah pengguna peta, dan signal adalah penghubung antara pembuat peta dan pengguna peta. Signal dalam kartografi adalah simbol dari peta yang menyimpan informasi-informasi yang ingin disampaikan pembuat peta kepada pengguna peta. Data yang diperoleh pembuat peta akan diolah dan disajikan dalam peta . Data dan informasi yang akan disajikan dalam peta tergantung pada kebutuhan pengguna peta, sehingga dalam pembuatan peta diperlukan suatu komunikasi antara pembuat dan pengguna peta. I.6.2.3 Simbolisasi Pembuatan peta bertujuan untuk memberikan informasi yang efektif, informatif dan komunikatif mengenai objek yang ada di permukaan bumi kepada pengguna peta, sehingga diperlukan sebuah simbol diperlukan dalam peta. Simbol tersebut berfungsi untuk mewakili objek yang ada di permukaan bumi. Kemudahan dalam membaca simbol sangat penting karena suatu peta tidak akan berarti jika pengguna tidak dapat memahami simbol yang terdapat di dalam peta tersebut. Penyajian simbol peta dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu (Soendjojo dan Riqqi 2012) : a. Simbol titik (point) Simbol titik adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan suatu posisi atau lokasi dan atributnya. Contoh penggunaan simbol tititk untuk menunjukkan bandara, kantor, sekolah dan lain-lain.
Gambar I.8 Simbol Titik b. Simbol garis (line) Simbol garis adalah simbol yang digunakan untuk merepresentasikan unsurunsur permukaan bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis. Contoh penggunaan simbol garis untuk merepresentasikan jalan, rel kereta api, sungai dan lain-lain.
10
Gambar I.9 Simbol Garis c. Simbol luas (area) Simbol luas adalah simbol yang digunakan untuk merepresentasikan objek dimuka bumi yang berbentuk suatu area atau luasan. Contoh penggunaan simbol area adalah merepresentasikan satuan tanah, satuan tata guna tanah dan lain-lain.
Gambar I.10 Simbol Luas Penyajian simbol peta berdasarkan jenis data dapat dibedakan menjadi, simbol kualitatif dan kuantitatif (Soendjojo dan Riqqi 2012). 1. Simbol kualitatif, simbol yang menyatakan keadaan asli dari objek yang diwakilinya. 2. Simbol kuantitatif, simbol yang menyatakan besaran atau jumlah dari objek yang diwakilinya. Penyajian simbol ini dapat dibedakan atas : a. Simbol titik, simbol titik pada penyajian data kuantitatif dapat dibedakan menjadi indikasi harga, satuan harga, proporsional, dan bentuk grafik. b. Simbol garis, simbol garis kuantitatif dapat dibedakan atas : i. Isoline, simbol yang merepresentasikan titik-titik pengamatan yang mempunyai nilai yang sama dan dihubungkan dalam satu garis.
Gambar I.11 Simbol Isoline
11
ii. Flow line menurut (Robinson, dkk (1978) merupakan simbol yang digunakan untuk merepresentasikan kuantitas atau frekuensi dari unsur tertentu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia frekuensi adalah kekerapan atau jumlah pemakaian suatu unsur bahasa di suatu teks. Kuantitas data direpresentasikan dengan tebal tipisnya garis penghubung dengan menggunakan unit lebar garis. Banyak sedikitnya unsur kuantitas dari suatu unsur dapat dengan mudah dibedakan dengan menggunakan simbol ini. Contoh pengunaan simbol flow line adalah untuk memvisualisasikan frekuensi penerbangan. Frekuensi penerbangan adalah jumlah penerbangan bolak-balik dari bandara A ke bandara B per hari.
Gambar I.12 Contoh simbol Flowline dalam peta rute penerbangan Garuda Indonesia (www.garuda-indonesia.com) iii. Bentuk
panah
(arrow),
simbol
yang
digunakan
untuk
merepresentasikan suatu pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dalam bentuk kuantitas. c. Simbol luas, simbol luas untuk penyajian data kuantitatif dapat menggunakan gradasi warna yang menunjukkan kuantitas dari suatu luasan.
12
Gambar I.13 Contoh Simbol Panah pada Peta Penerbangan Kalimantan Timur (Dinas Perhubungan Kalimantan Timur 2011) I.6.2.4 Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang ada di lapangan. Skala peta dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain (Prihandito 1989) a. Skala numeris Skala numeris adalah cara penyajian skala peta dengan menggunakan angka yang dituliskan secara langsung besaran skala peta tersebut. Misal Peta Topografi skala 1 : 2.000. b. Skala garis Skala garis adalah cara penyajian skala peta yang menggunakan garis lurus dengan panjang tertentu, pada sisi garis yang satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam cm) dan pada sisi yang lainnya dituliskan panjang garis tersebut di lapangan (dalam m). c. Skala verbal Skala verbal adalah cara penyajian skala peta secara langsung, tanpa menggunakan simbol ataupun perbandingan. Misalkan 1 cm di peta
13
merepresentasikan 1 km di lapangan, maka skala tersebut dituliskan sebagai berikut : 1 cm = 1 km. I.6.2.5 Variabel tampak Variabel tampak ialah variasi gambar yang dapat diterima oleh mata sebagai pembentuk gambar dasar utama yang ditampilkan sebagai informasi (Riyadi 1994). Bertin dalam Cartwright dkk (2009) memperkenalkan 7 variabel tampak, yaitu posisi, ukuran, bentuk, nilai, warna, orientasi dan tekstur. 1. Posisi (X,Y), variabel yang digunakan untuk memberikan informasi mengenia posisi (X,Y) atau lokasi di peta. 2. Bentuk (shape), variabel yang digunakan untuk merepresentasikan suatu obyek dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda. Variabel bentuk ini mudah untuk membedakan antara obyek satu dengan lainnya.
Gambar I.14 Variabel Tampak Bentuk. 3. Orientasi (orientation), arah simbol yang disajikan dalam peta. Orientasi disajikan pada bentuk-bentuk yang tidak beraturan, jika bentuk obyeknya beraturan maka akan sulit mengetahui arahnya karena mempunyai dimensi yang sama, seperti lingkaran, persegi, dan lain-lain
Gambar I.15 Variabel Tampak Orientasi 4. Warna (colour), merupakan variabel yang paling kuat. Dengan menggunakan warna, perbedaan antara simbol satu dengan lainnya mudah dilihat dengan jelas.
14
Gambar I.16 Variabel Tampak Warna 5. Tekstur (texture), variabel yang digunakan untuk memahami berbagai macam ukuran dari suatu nilai yang tetap.
Gambar I.17 Variabel Tampak Tekstur 6. Nilai (value), variabel yang digunakan untuk menunjukkan besaran derajat keabuan (grey scale). Variabel ini dapat menyatakan kuantitas yang berbeda dari suatu unsur terhadap unsur yang lainnya.
Gambar I.18 Variabel Tampak Nilai. 7. Ukuran (size), variabel yang digunakan untuk menunjukkan variasi dari besaran suatu simbol. Untuk simbol garis, variabel ukurannya mengacu pada tebal tipisnya garis atau lebar sempitnya garis, sedangkan untuk simbol luas, variabel ukurannya mengacu pada pengulangan titik atau garis yang disajikan.
Gambar I.19 Variabel Tampak Ukuran I.6.2.6 Tingkat Persepsi Pandang Simbol-simbol yang digunakan untuk merepresentasikan objek di dalam peta dibuat berdasarkan jenis data yang direpresentasikan dengan memperhatikan aspek variabel tampak. Informasi peta yang diterima oleh pengguna peta merupakan kesan yang spontanitas terhadap variabel tampak dari suatu simbol. Soedjojo dan Riqqi
15
(2012) membagi empat tingkatan hierarki pada persepsi pandang terhadap suatu simbol : 1. Asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu dan sama pentingnya. 2. Selektif, simbol-simbol digambarkan dengan tingkatan atau grup. Persepsi ini mata dapat membedakan simbol dengan jelas. 3. Tingkatan/kelas, simbol-simbol tersusun berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas. Kesan suatu simbol yang lebih penting dari simbol yang lain akan segera ditangkap oleh mata. 4. Kuantitatif, simbol-simbol digambarkan dengan tingkatan kelas hasil dari proporsional simbol. Mata dapat menaksirkan suatu simbol mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai lainnya. Pemilihan variabel tampak untuk pembuatan simbol mempengaruhi persepsi pandang yang ingin dicapai oleh pembuat peta, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel I.1 Sifat persepsi pandang (Soedjojo dan Riqqi, 2012) Variabel Tampak Persepsi Pandang Posisi Bentuk Orientasi Warna Tekstur Nilai Asosiatif + + + + # Selektif # ++ + Kelas + Kuantitatif Keterangan : ++ : Sangat baik + : Baik # : Cukup : Kurang.
Ukuran + + ++
Berdasarkan Tabel I.1, informasi data kuantitatif dapat disajikan menggunakan simbol ukuran. Perbedaan jumlah data terlihat pada ukuran dari simbol yang digunakan. Penggunaan simbol ukuran untuk memvisualisasikan data kuantitatif memudahkan pengguna peta untuk membaca informasi yang ada. I.6.3
Bandara Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan
menjelaskan bahwa bandara atau bandar udara adalah suatu daerah dengan batas-
16
batas tertentu baik di darat maupun di perairan yang digunakan untuk tempat lepas landas dan mendarat pesawat udara. Berdasarkan penggunaan bandara, bandara tersebut dapat dibedakan menjadi bandara domestik dan bandara internasional. Bandar udara domestik adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri (domestik) (PM 69 Tahun 2013). Sedangkan bandar udara internasional adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Bandar udara perintis termasuk dalam bandar udara domestik. Bandar udara perintis adalah bandar udara yang melayani rute penerbangan perintis saja. Rute penerbangan perintis adalah rute penerbangan yang menghubungkan pulau-pulau terpencil yang terdapat di Indonesia. Sedangkan rute penerbangan domestik ialah rute penerbangan yang menghubungkan bandara-bandara yang terdapat di dalam negeri. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 6 Tahun 2008 bandara diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan kelas 4 untuk kode nomornya. Pengklasifikasian bandara tersebut berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas pelayanan merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah penumpang. Penilaian kapasitas pelayanan tersebut meliputi kode angka dan kode huruf. Kode angka yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan referensi pesawat Aeroplane Reference Field Length (ARFL), sedangkan kode huruf adalah perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda terluar pesawat. Berikut adalah tabel kriteria klasifikasi bandar udara; Tabel I.2 Tabel Kriteria Klasifikasi Bandar Udara (PM 69 Tahun 2013) Panjang Landasan Jarak Roda Bentang Sayap Kode Kode Pacu berdasarkan Utama Terluar (l) Nomor Huruf ARFL (r) l < 15 m 1 ARFL < 800 m A r < 4.5 m 800 m ≤ ARFL < 15 m ≤ l < 24 m 4.5 m ≤ r < 6 m 2 B 1200 m 1200 m ≤ ARFL < 24 m ≤ l < 36 m 6 m ≤ r < 9 m 3 C 1800 m 36 m ≤ l < 52 m 9 m ≤ r < 14 m 4 1800 m ≤ ARFL D 52 m ≤ l < 56 m 9 m ≤ r < 14 m E 56 m ≤ l < 80 m 14 m ≤ r < 16 m F