BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto dalam Dewi Santika Rini (2011), Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi atlet, bahwa dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Atlet dengan jadwal pertandingan yang padat memiliki kemungkinan cukup besar mengalami kelelahan fisik. Bompa dalam Dinar Dinangsit (2009), mengemukakan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi kapasitas kemampuan normal seorang atlet atau mengakibatkan seorang atlet tidak mampu menyediakan kekuatan yang diperlukan. Kondisi tersebut tentunya akan sangat menyulitkan atlet yang mengikuti pertandingan untuk tampil optimal, dan jika dipaksakan pun akan semakin memupuk tingkat kelelahan menjadi semakin besar. Pemulihan
kelelahan
menjadi
salah
satu
aspek
yang
perlu
dipertimbangkan dalam mencapai kondisi fisik atlet yang optimal. Pemulihan kelelahan dapat dicapai dengan lingkungan yang mendukung. Sebagaimana dijelaskan Nuzuli (2005), pengaruh lingkungan dengan segala aspeknya juga menentukan, atlet dan bukan atlet dalam mempersiapkan fisik menuju pertandingan (kompetisi). Senada dengan hal tersebut, Prof. Drs. Andyana Manuaba (1983) juga menjelaskan, sarana-sarana pertandingan apakah itu berupa alat dan prasarana, serta lingkungan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga di samping memudahkan tercapainya prestasi yang setinggi-tingginya, juga tidak merupakan beban tambahan bagi atlet. Dapat disimpulkan, tempat tinggal yang merupakan bagian dari lingkungan mennjadi salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian kondisi fisik optimal pada atlet. Beberapa atlet polo air yang diwawancarai di Hotel Atlet Century Park mengungkapkan bahwa Wisma Fajar dirasakan kurang sesuai untuk mencapai kondisi optimal seperti yang diharapkan, khususnya dalam hal pemulihan
1
kelelahan fisik. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh penggunaan kamar tidur beramai-ramai (lebih dari 4 orang), letak ruang bersama yang berada di bagian depan sebelum ruang tidur terkadang menyulitkan atlet yang ingin beristirahat untuk menghindari interaksi sosial, serta kondisi lift yang hanya dapat menampung 5 orang seringkali membuat atlet menunggu lama, sehingga menyita waktu istirahat mereka, dan jika mereka tidak ingin menunggu, mereka menggunakan tangga yang akhirnya berakibat pada beban lelah tambahan. Selain itu mereka juga mengeluhkan letak kantin yang cukup jauh dari hunian. Wisma Fajar yang terletak pada kawasan Gelora Senayan, sejak awal memang tidak difungsikan untuk hunian atlet, melainkan difungsikan sebagai mess karyawan Singapura, sehingga layout ruang pada Wisma Fajar tidak seperti layout pada wisma atlet pada umumnya. Layout Wisma Fajar seperti pada unit apartemen, dengan ruang bersama pada bagian depan dengan koridor yang menghubungkan dengan kamar tidur. Lantai dasar Wisma Fajar juga hanya berupa koridor terbuka yang memudahkan siapapun mengakses unit-unit wisma. Hal ini kurang menguntungkan bagi atlet yang ingin menghindari gangguan dari publik, misalnya dari media massa ataupun penggemar. Selain itu, Wisma juga tidak memiliki fasilitas untuk tamu, misalnya lobby atau ruang penerima tamu, hal ini memungkinkan tamu menggunakan fasilitas pada unit hunian yang mungkin menimbulkan kesesakan, kebisingan, dan gangguan lain, baik bagi atlet yang menerima kunjungan, maupun tidak. Wisma Fajar juga tidak memiliki fasilitas yang dapat membantu mempercepat proses pemulihan kelelahan, misalnya fasilitas spa, massage, dll. Padahal, dibutuhkan beberapa alternatif metode yang mampu memulihkan kelelahan secepat mungkin hingga atlet mampu menampilkan prestasi sebaik mungkin pada saat setelah mereka mengalami kelelahan (Dinangsit, 2009). Pemaparan diatas menjelaskan pentingnya melakukan redesain Wisma Fajar dengan memperhatikan kebutuhan atlet akan pemulihan kelelahan agar tercipta kondisi yang optimal. Diharapkan dengan dilaksanakannya redesain dapat memberikan hunian yang lebih aman, sehat, dan nyaman, melalui perancangan ruang dan fasilitas-fasilitas sesuai kebutuhan atlet, sehingga dapat membantu proses pemulihan kelelahan atlet secara optimal.
2
I.2
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari proyek ini adalah : •
Mengetahui bagaimana rancangan ruang wisma atlet yang dapat mendukung pemulihan kelelahan atlet.
•
Mengetahui bagaimana organisasi ruang dalam wisma atlet yang dapat mendukung pemulihan kelelahan atlet, baik secara langsung, maupun tidak langsung.
•
Mengetahui bagaimana rancangan fasilitas yang dapat mendukung pemulihan kelelahan atlet.
I.3
Metode Pembahasan Karya tulis ini menggabungkan 2 jenis metode, yaitu metode penelitian dan juga metode perancangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan untuk metode perancangan dengan menggunakan pendekatan aspek manusia, ruang, bangunan, dan lingkungan. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini berkaitan dengan kejadian masa sekarang. Alasan pemilihan metode ini karena metode deskriptif cocok untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Proses penelitian deskriptif dilakukan dengan pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : 1.
Metode studi literature, dengan mengkaji dari bahan-bahan pustaka dan referensi yang diperoleh melalui buku, majalah, internet, dan sumber lainnya mengenai permukiman atlet, kelelahan, pemulihan lelah, fasilitas pemulihan kelelahan.
2.
Metode kuesioner, dengan membagikan kuesioner pada atlet dan pelatih, sehingga diperoleh data yang berguna untuk perancangan.
3.
Metode wawancara, dengan mewawancarai narasumber yang dapat memberikan informasi seputar topik dan tema.
3
4.
Metode observasi lapangan, dengan mengumpulkan data secara langsung di lapangan dan mendokumentasikannya, serta mengambil beberapa objek sebagai bahan studi banding. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, wawancara, dan observasi
lapangan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pada tanggal 17 September 2011 di Hotel Atlet Century Park dan pada tanggal 20 September 2011 di Wisma Atlet Ragunan. Atlet yang menetap pada Hotel Atlet Century dan Wisma Atlet Ragunan tersebut dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Pada saat pengumpulan data, jumlah atlet pada Hotel Century sekitar 40 orang, sedangkan pada Wisma Atlet Ragunan bejumlah sekitar 140 orang, dengan total populasi adalah 180 orang. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus berikut : Jumlah Sample = N / (1+N.e.e) N = Jumlah populasi e = Sampling error ratio Dengan menggunakan sampling error ratio 15%, maka jumlah sampel adalah = (40+140) / (1+120.0,15.0,15) = 35,64 (diambil 40 orang untuk sample)
I.4
Lingkup Pembahasan Penulisan hanya akan membahas permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan wisma atlet di Senayan dengan pendekatan perilaku yang difokuskan pada pemulihan kelelahan atlet. Perecanaan dan perancangan meliputi redesain Wisma Fajar yang dilakukan dengan merenovasi 2 dari 3 tower yang telah ada pada tapak, membangun ulang 1 dari 3 tower tersebut, desain ruang-ruang luar dan dalam, sistem, serta fasilitas- fasilitas yang dapat menjadi solusi masalah pemulihan kelelahan pada atlet. Beberapa data mengenai tapak untuk proyek ini adalah sebagai berikut: •
Luas
: ± 10.890 m2
•
Peruntukan
: Kut (Karya Umum Taman)
•
Kontur Lahan
: Topografi lahan secara garis besar relatif datar
•
Peraturan
: KDB 20%; KLB 2,5; Ketinggian lantai maksimum 24 lantai
4
•
Batas Area ∗ Utara
: Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora Bung Karno Senayan
I.5
∗ Timur
: Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, dan FX
∗ Barat
: Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika
∗ Selatan
: Wisma Serba Guna
Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Merupakan bagian yang memuat latar belakang proyek, maksud dan tujuan, metode pembahasan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir Bab II Tinjauan dan Landasan Teori Merupakan bagian yang memuat tinjauan umum dan tinjaun khusus dari proyek. Tinjauan umum membahas hal-hal seputar redesain, wisma atlet, dan perilaku. Tinjauan khusus membahas hal-hal seputar kelelahan dan pemulihan. Bab III Permasalahan Merupakan bagian yang memuat permasalahan arsitektural terkait perancangan ulang Wisma Fajar untuk fungsi wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan. Permasalahan meliputi aspek manusia, ruang, bangunan, dan lingkungan. Bab IV Analisis Merupakan bagian yang memuat pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dan dipilih untuk menjawab permasalahan arsitektural, khususnya yang berkaitan dengan pemulihan kelelahan. Analisis dilakukan dengan mengkaji teori dari sumber literatur dan data yang di dapat dari lapangan. Bab V Konsep Perancangan Berisi tentang dasar perencanaan dan perancangan, konsep perancangan wisma atlet berupa tapak, ruang luar, ruang dalam, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan, khususnya yang dapat memberikan solusi untuk pemulihan kelelahan.
5
Daftar Pustaka Berisi daftar referensi yang digunakan sebagai acuan teori – teori yang mendukung penelitian ini. I.5
Kerangka Berpikir Judul : Redesain Wisma Fajar Senayan untuk Funsi Wisma Atlet yang Mendukung Pemulihan Kelelahan
Latar Belakang Kelelahan fisik mempengaruhi pencapaian prestasi atlet. Kebutuhan atlet akan pemulihan kelelahan. Fasilitas hunian dapat mendukung pemulihan kelelahan atlet. Wisma Fajar dengan program ruang seperti sekarang belum dapat menjawab masalah kebutuhan privasi atlet, khususnya untuk beristirahat. • Wisma Fajar tidak menyediakan furniture ruang dan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses pemulihan kelelahan fisik atlet.
• • • •
Topik : Perilaku Tema : Pemulihan kelelahan fisik
Redesain Wisma Atlet
Pemulihan kelelahan atlet
Rumusan Masalah Aspek manusia : Bagaimana merancang hunian atlet yang mendukung pemulihan kelelahan dengan memperhatikan faktor penghuni, seperti dimensi manusia, kegiatan, kebutuhan ruang, dll. Aspek ruang : Bagaimana merancang ruang dalam hunian yang mendukung pemulihan kelelahan seperti tata ruang, organisasi ruang, layout furniture, warna, elemen interior, dll. Aspek bangunan : Bagaimana merancang hunian atlet yang mendukung pemulihan kelelahan dengan memperhatikan sirkulasi, utilitas, bahan bangunan, dll. Aspek Lingkungan : Bagaimana merancang hunian atlet yang mendukung pemulihan kelelahan dengan memperhatikan kondisi tapak, meliputi faktor kebisingan, sirkulasi, vegetasi, dll. Analisis Konsep Perancangan
Skematik Desain
Perancangan Wisma Atlet
6