Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Perkembangan riset dalam bidang teknologi material beton telah memasuki era baru yaitu era dimana komponen beton dapat diproduksi melalui utilisasi bahanbahan produk sampingan (limbah) industri, seperti; abu terbang (fly ash), endapan silika (silica fume), terak tanur tinggi (blast furnace slag), abu sekam (rice husk ash), dan lain-lan. Penggunaan bahan-bahan ini didasari atas pertimbangan dampak eksploitasi sumber daya alam yang semakin meluas dan pencemaran lingkungan yang tak terkendalikan, terutama dalam era industrialisasi masa kini maupun masa yang akan datang. Keberhasilan atas penggunaan bahan-bahan ini merupakan aktualisasi dari konsep keseimbangan pembangunan dan pelestarian lingkungan atau lebih dikenal sebagai konsep pembangunan berwawasan lingkungan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan pembangunan khususnya di perkotaan, pencemaran lingkungan tidak hanya terjadi karena dampak langsung dari eksploitasi sumber daya alam dan aktifitas industri secara besar-besaran, tetapi juga dapat terjadi karena dampak rutinitas aktifitas manusia setiap hari, terutama pada kawasan kumuh, pasar-pasar tradisional, dan semacamnya. Pada kawasan seperti ini, buangan air kotor dan penanganan sampah-sampah basah pada umumnya belum tertangani secara baik, sehingga cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, bahkan pada kondisi tertentu bisa menjadi katalisator bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kondisi seperti ini umumnya menimbulkan bau tidak sedap sebagai pertanda berlangsungnya proses metabolik mikroorganisme.
Struktur beton dengan kondisi lingkungan seperti tesebut di atas, cukup rentan terhadap
kemungkinan
pengrusakan,
terutama
jika
produk
metabolik
mikroorganisme memiliki tingkat agresifitas yang tinggi dan mampu mengisi ruang atau pori-pori beton sedemikian sehingga dapat mempengaruhi unsur-unsur kimiawi produk hidrasi semen. Salah satu produk metabolik mikroorganisme yang
1
berpotensi merusak material beton adalah zat asam, dimana jika bereaksi dengan kalsium hidroksida (CH), sangat mungkin berakibat pada hilangnya sifat alkalinitas, berkurangnya massa beton, dan sebagai pemicu dalam proses deteriorasi. Selain itu stabilitas kalsium silikat hidrat (CSH) sebagai unsur kekuatan beton dapat terganggu apabila bereaksi dengan zat asam tersebut. Akumulasi dampak yang ditimbulkan oleh kedua reaksi tersebut adalah meningkatnya porositas dan permeabilitas serta berkurangnya kekuatan dan kekakuan beton.
Contoh kejadian tersebut di atas dapat diketemukan pada bangunan-bangunan pasar tradisional, terutama komponen struktur beton disekitar area jual-beli bahanbahan seperti; kelapa, sayur-mayur, dan lain-lain, dimana sampah-sampah basah yang dihasilkan dapat menjadi sumber perkembang-biakan mikroorganisme. Pada kondisi lingkungan seperti ini, selain dapat menimbulkan dampak seperti yang disebutkan di atas, juga merusak estetika bahkan dapat menimbulkan dampak yang lebih luas seperti; aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan keselamatan jiwa manusia.
Menyadari kemungkinan dampak-dampak tersebut di atas, selain dituntut kesadaran yang tinggi di dalam menjaga lingkungan, juga diperlukan langkah antisipasi dini di dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berkaitan langsung dengan proses perancangan material penyusun beton. Perancangan tersebut sedapat mungkin menghasilkan beton yang memiliki sifat-sifat, selain dapat menghambat penyusupan mikroorganisme ke dalam pori-pori beton, juga dapat membatasi pertumbuhannya di dalam material beton tersebut. Kedua sifat ini sangat ditentukan oleh parameter porositas dan produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) semen, terutama kalsium hidroksida yang mudah dibongkar oleh mikroorganisme tersebut untuk kelangsungan hidupnya di dalam beton. Untuk itu material yang sesuai dengan hal tersebut adalah material yang dapat memberikan efek pengecilan pori dan efek pozzolanik. Kedua efek ini cukup dimiliki oleh beberapa limbah industri seperti fly ash, silica fume, blast furnace slag, slag nikel, dan lain-lain.
2
Dalam dasawarsa 1990-an, Indonesia telah berhasil memproduksi beton dengan sifat-sifat fisis yang baik dan kuat tekan bisa mencapai 100 MPa melalui penggunaan mineral tambahan berupa abu terbang dari limbah industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap [Besari, dkk (1992), Munaf (1992), Suhud, dkk (1999), Imran, dkk (1999)]. Dalam era yang sama, penggunaan slag nikel baik sebagai agregat maupun sebagai pengganti sebagian porsi semen, juga telah terbukti dapat menghasilkan beton mutu tinggi dan beton kinerja tinggi (Soegiri, dkk, 1997, 1998).
Dalam hal prinsip kesetaraan, perkembangan penggunaan slag nikel sebagai mineral tambahan dalam campuran beton masih jauh di bawah perkembangan penggunaan abu terbang. Hal ini perlu mendapatkan perhatian mengingat produk limbah nikel dari industri nikel di Indonesia relatif besar yaitu ± 1,2 juta meter kubik pertahun. Hasil-hasil penelitian mengenai pemanafaatn limbah ini sebagai bahan alternatif pembentuk beton masih relatif sedikit, sehingga untuk memenuhi prinsip kesetaraan tersebut diperlukan kemitraan yang lebih luas dari berbagai unsur terkait.
Di Indonesia terdapat dua industri pengolahan nikel yaitu PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO) yang berkedudukan di Soroako, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan dan PT. Aneka Tambang yang berkedudukan di Pomalaa, Propinsi Sulawesi Tenggara. Industri pengolahan nikel PT. INCO merupakan industri terbesar dari wujud kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Kanada dengan masa operasi diperkirakan sampai dengan tahun 2040. Limbah nikel (slag nikel) yang dihasilkan oleh industri ini merupakan hasil sampingan dari proses peleburan (smelting process) bijih laterit pada tanur listrik (electric furnace) dengan temperatur ± 1300oC.
Seperti halnya limbah industri yang disebutkan sebelumnya, slag nikel sebagaimana yang dilaporkan oleh Soegiri, dkk (1997), memiliki potensi sebagai bahan pengganti sebagian porsi semen dalam campuran beton. Hal ini ditunjukkan oleh kandungan senyawa kimia SiO2 + Fe2O3 + Al2O3 yang melebihi 70%.
3
Melalui reaksi pozzolanik antara senyawa kimia silika oksida (SiO2) dengan kalsium hidroksida (CH) produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) semen, akan memberikan tambahan kekuatan beton yaitu dalam bentuk kalsium silikat hidrat baru (CSHsekunder). Dengan bahan substitusi slag nikel, diharapkan kesempatan hidup mikroorganisme di dalam beton dapat berkurang karena efek pengecilan pori dan efek pozzolanik.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penggunaan limbah nikel dalam hubungannya dengan ketahanan beton terhadap intrusi mikroorganisme menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal inilah yang menjadi fokus di dalam penelitian disertasi ini.
I.2 Rumusan Masalah Hingga saat ini informasi mengenai hasil-hasil penelitian terhadap dampak intrusi mikroorganisme pada material beton masih sangat terbatas. Dalam era 1990-an, beberapa peneliti, antara lain; Popesku dan Beshea (1990), Cookson (1995), Islander (1999), dan Covino (1999), hanya melaporkan perihal keberadaan mikroorganisme di dalam beton, bahkan dari laporan tersebut ada yang bersifat dugaan saja, sehingga pada era ini menjadi titik awal bagi beberapa peneliti untuk mempelajari dan mengkaji fenomena mikroorganisme di dalam material beton. Pada awal tahun 2000-an, keberadaan mikroorganisme di dalam material beton telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, antara lain; Muethel (2001), Pedersen, K. (2001) dan Hernandez, dkk (2002), namun belum secara substansial menggambarkan dampak terhadap material beton.
Fenomena kegagalan komponen struktur beton akibat intrusi mikroorganisme merupakan interaksi bio-kimia dan fisik material beton. Mikroorganisme memiliki perilaku metabolisme secara bio-kimia seperti makhluk hidup pada umumnya, yaitu mengambil atau mengasimilasi zat-zat makanan, membongkar dan membuang sisa-sisa yang tidak diperlukan lagi. Dalam proses pembongkaran dan pembuangan tersebut, mikroorganisme dapat menghasilkan gas dan zat-zat asam. Gas-gas yang dihasilkan bisa berupa gas karbon dioksida, metana, hidrogen,
4
hidrogen sulfida, nitrogen atau amoniak. Sedangkan zat-zat asam bisa berupa asam sulfat, asam nitrat, asam susu, asam cuka, dan asam lemak (Waluyo, 2005 dan Pedersen, 2005).
Salah satu sumber nutrien mikroorganisme di dalam material beton adalah unsur kalsium. Unsur ini terdapat di dalam kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) sebagai produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) semen dengan air. 2 C3S + 6{ H → C 3 S 2 H 3 + 31C H 23 142 4 43 4 H 2O C a (OH )2 C −S− H
(I.1)
2 C2S + 4{ H → C3 S2 H 3 + CH 123 142 4 43 4 H 2O C a (OH )2 C −S− H
(I.2)
Apabila proses metabolisme mikroorganisme dapat berlangsung di dalam material beton, patut diduga akan berdampak negatif terhadap perilaku fisik dan mekanik beton. Hal ini dapat digambarkan dalam salah satu contoh kasus yaitu apabila zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme adalah asam asetat (CH3COOH) yang bereaksi dengan kalsium hidroksida di dalam beton, maka akan menghasilkan garam elektrolit dan gas etanol.
(COOH) + 21CH Ca (OH )2 + 2 CH 3 COOH → Ca OH 14424432 42343 garam (elektrolit)
(I.3)
gas (metanol)
Mikroorganisme dalam proses metaboliknya, membongkar garam elektrolit untuk mengambil ion kalsium sebagai bahan nutriennya dan sisanya dibuang sehingga menghasilkan zat baru, seperti ditunjukkan pada persamaan I.4 dan I.5.
(COOH) Ca 14424432 garam (elektolit)
− 2+ Ca { + 21COOH 4 2 4 3 nutrien
(I.4)
buangan
COOH − + H 2 O → CH 3 COOH + OH −
5
(I.5)
Persamaan I.3 hingga I.5 merupakan gambaran proses metabolik mikroorganisme di dalam material beton.
Memperhatikan persamaan (I.1 dan I.2), kalsium hidroksida (CH) yang diproduksi oleh trikalsium silikat (C3S) adalah tiga kali lebih banyak daripada dikalsium silikat (C2S). Hal ini menjadi kontradiktif dengan fungsi trikalsium silikat (C3S) sebagai kontributor utama bagi kekuatan beton apabila dikaitkan dengan sumber nutrien bagi mikroorganisme di dalam material beton.
Oleh karena itu permasalahannya adalah bagaimana mengendalikan produk sampingan kalsium hidroksida (CH) tersebut sedemikian sehingga dampak intrusi mikroorganisme pada material beton dapat diminimalisasikan. Dengan kata lain pengendalian dampak intrusi mikroorganisme tidak lain adalah minimisasi endapan kalsium hidroksida di dalam material beton. Minimalisasi tersebut bukan dalam arti mengurangi kuantitas secara fisik, tetapi bagaimana merubah sifatnya yang semula hanya sebagai endapan yang porous dan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme, sedemikian sehingga menjadi kontributif terhadap perilaku fisik dan mekanik beton.
Mengadopsi dasar pemikiran dari berbagai peneliti sebelumnya, modifikasi sifat kalsium hidroksida (CH) akan dilakukan dengan menggunakan salah satu limbah industri dalam negeri, yaitu limbah nikel PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO). Limbah yang dimaksud telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya oleh Soegiri, dkk (1997).
Dengan demikian dasar pemikiran modifikasi sifat kalsium hidroksida (CH) tersebut adalah : Pozzolan +
→ CH + 1H 23 H 2O Ca(OH) 2 123
6
CSH
(I.6)
Persamaan (I.6) menunjukkan bahwa kalsium hidroksida (CH) akan berubah menjadi kalsium silika hidrat (CSH) setelah bereaksi dengan bahan pozzolanik dan air. Perubahan ini bersifat kontributif terhadap perilaku mekanik dan fisik material beton.
Berdasarkan uraian dan gambaran tersebut di atas, permasalah mendasar yang perlu dikaji lebih mendalam adalah bagaimana memformulasikan penggunaan limbah nikel secara optimal sebagai bahan pozzolan sedemikian sehingga dapat merubah kalsium hidroksida (CH) menjadi kalsium silikat hidrat (CSH) sekunder pada beton.
Dengan demikian kontribusi yang diharapkan bisa bersifat simultan yaitu selain memberikan efek pozzolanik sebagaimana dalam persamaan (I.6), juga memberikan efek fisik. Efek fisik lebih kearah efek penyelimutan (packing effect) yang memungkinkan diperoleh melalui penggunaan bahan pozzolanik (limbah nikel) dengan ukuran partikel yang lebih halus daripada partikel semen. Efek ini akan berdampak pada mengecilnya pori-pori beton, sehingga beton menjadi lebih padat (impermeable).
I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk : (1). Mengidentifikasi golongan mikroorganisme yang tumbuh pada media air kelapa sebagai representasi dari contoh kejadian yang disebutkan di atas, mengetahui dan menganalisis apakah mikroorganisme tersebut dapat hidup dan berkembang di dalam material beton serta pengaruhnya terhadap perilaku fisik dan mekanik beton. (2). Mengevaluasi
degradasi
fisik
dan
mekanik
beton
akibat
intrusi
mikroorganisme dan menganalisis sejauhmana kontribusi slag nikel serta pengaruh mutu beton terhadap degradasi tersebut. (3). Mengetahui dan menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap produk kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) beton
7
terintrusi mikroorganisme serta mengkaji optimisasi penggunaan slag nikel dalam campuran beton pada kondisi lingkungan agresif.
I.4 Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain : (1). Sebagai solusi dalam mengurangi dampak eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. (2). Sebagai solusi bagi kesinambungan fungsi bangunan pada kondisi terintrusi mikroorganisme dan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah, swasta, dan seluruh komponen yang terlibat dalam dunia konstruksi, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur pada kondisi lingkungan agresif, seperti pasar-pasar tradisional, bangunan bawah tanah (basement), dan lain-lain. (3). Sebagai bahan masukan bagi industri produsen semen dan industri beton pracetak dalam negeri, untuk memanfaatkan limbah nikel sebagai bahan alternatif substitusi semen dalam campuran beton serta menjadi bahan kajian investasi dalam bidang industri produsen mortar siap pakai (mortar instant), sehingga akan tercipta lapangan kerja baru.
I.5 Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, perlu diberikan batasan-batasan sebagai berikut : (1). Media intrusi yang digunakan adalah air kelapa dengan fermentasi secara alamiah. (2). Identifikasi golongan mikroorganisme yang tumbuh pada media, hanya dilakukan terhadap golongan yang dominan saja dan dinyatakan sebagai koloni mikroorganisme. (3). Parameter korosifitas tidak dikaji dalam penelitian ini. (4). Slag nikel yang digunakan adalah hasil sampingan proses peleburan (smelting process), bukan hasil sampingan proses pemurnian (converting process).
8
I.6 Hipotesis Reaksi hidrasi trikalsium silikat dan dikalsium silikat semen dengan air yang menghasilkan gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, pada dasarnya merupakan produk yang memberikan kekuatan pada beton. Disisi lain senyawa kimia tersebut, khususnya kalsium hidroksida dapat menjadi sumber kehidupan bagi mikroorganisme, terutama jika beton tersebut memiliki pori-pori yang mampu dilewati dan ditempati oleh mikroorganisme untuk melakukan proses metabolisme. Kalsium hidroksida merupakan komponen yang mudah larut dibandingkan dengan kalsium silikat hidrat, sehingga mikroorganisme cenderung menjadikannya sebagai sumber nutrien utama yang mudah diasimilasi dan dibongkar untuk mengambil unsur kalsiumnya.
Salah satu cara mengatasi hal tersebut di atas adalah dengan meningkatkan mutu beton dan meminimalkan kalsium hidroksida (CH) produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat
(C2S) semen. Hal ini dapat
dilakukan melalui penggunaan material yang dapat menghasilkan beton dengan porositas yang kecil dan mampu merubah kalsium hidroksida menjadi kalsium silikat hidrat melalui reaksi pozzolanik. Salah satu material yang memiliki potensi untuk hal tersebut adalah limbah nikel atau slag nikel (Soegiri, dkk, 1997).
Berdasarkan hal tersebut di atas, hipotesa utama penelitian ini adalah bahwa mikroorganisme berpotensi hidup dan berkembang di dalam material beton karena ketersediaan kalsium hidroksida dan ini berdampak buruk bagi perilaku fisik dan mekanik beton. Slag nikel dapat/berpotensi meminimumkan dampak negatif atas keberadaan mikroorganisme di dalam beton.
I.7 Metodologi Untuk memperoleh hasil sesuai tujuan penelitian serta pembuktian hipotesa tersebut di atas, operasional penelitian diatur sedemikian rupa sehingga seluruh data yang diperoleh dapat mendukung dalam proses analisis. Gambaran operasional penelitian terlihat pada gambar I.1.
9
Tahap persiapan dilakukan, pertama-tama untuk menginventarisasi hasil-hasil penelitian sebelumnya, baik terhadap kerusakan material beton akibat intrusi mikroorganisme maupun penggunaan limbah industri sebagai bahan pozzolanik dalam produksi beton. Pada tahap ini dilakukan pula persiapan material, termasuk pengolahan limbah nikel melalui proses penggilingan sedemikian sehingga diperoleh limbah dengan ukuran butir yang lebih halus dari semen. Tingkat kehalusannya ditentukan melalui pengujian specific surface.
Tahap pengujian awal dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimiawi bubuk slag nikel, campuran antara bubuk slag nikel dengan semen, dan medium. Pengujian mikrobiologi pada media dilakukan untuk mengidentifikasi golongan mikroorganisme dan menganalisis pertumbuhannya. Data komposisi kimia campuran antara semen dan bubuk slag nikel digunakan untuk mendapatkan persamaan garis pencampuran dengan menggunakan diagram sistim ternary C-A-S (CaO-Al2O3-SiO2). Sedangkan pengujian komposisi kimia media dilakukan untuk mendapatkan gambaran produk mikroorganisme yang akan diintrusi ke dalam material beton. Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan formula campuran sebagai acuan dalam pembuatan benda uji beton.
Pemilihan parameter dilakukan selain untuk melihat perilaku-perilaku fisik dan mekanik beton pada setiap parameter juga digunakan untuk menganalisis hubungan antar parameter tersebut, baik dalam kondisi terintrusi maupun tak terintrusi mikroorganisme. Dengan perilaku pada kedua kondisi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis degradasi fisik maupun mekanik beton.
Program eksperimental juga dilakukan terhadap mikrostruktur beton untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai; keberadaan mikroorganisme di dalam beton, retak mikro, unsur-unsur kimia, endapan kalsium hidroksida (CH), dan kristal kalsium silikat hidrat (CSH) dengan metode Scanning Electron Microscopy (SEM). Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap kuantitas kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) akibat intrusi mikroorganisme diamati pula dengan menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD).
10
Mulai
-
Persiapan : Studi literatur Survey dan pengadaan material Penggilingan limbah nikel Pengadaan media intrusi
Pengujian kimiawi
Pengujian Fisik
Bubuk slag nikel Semen + bubuk slag nikel Medium
Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix Design)
Pengujian Mikrobiologi
Isolasi dan identifikasi Analisis pertumbuhan mikroorganisme
Pemilihan parameter Uji Pembuatan Benda Uji Perlakuan Beton Terintrusi Mikroorganisme
Perawatan Normal Benda Uji beton Uji sifat-sifat fisis dan mekanis beton nonintrusi mikroorganisme
Uji mikrostruktur
Uji sifat-sifat fisis dan mekanis beton terintrusi mikroorganisme
Analisis Selesai Gambar I.1. Bagan alir program penelitian
11
I.8 Sistimatika Penulisan Penulisan disertasi ini disusun dalam tujuh bab yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, batasan masalah, hipotesis, metodologi, dan sistimatika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai tinjauan umum mikroorganisme yang meliputi; definisi, penggolongan, morfologi, nutrien, fase-fase pertumbuhan jamur (fungi), dan proses metabolik mikroorganisme. Diuraikan pula mengenai mekanisme serangan mikroorganisme pada material beton, mikroorganisme di dalam material beton, ketahanan material beton akibat intrusi mikroorganisme, bahan-bahan suplemen dalam campuran beton, slag nikel sebagai bahan suplemen campuran beton, dan proporsi campuran semen dan bubuk slag nikel.
BAB III : PROGRAM EKSPERIMENTAL Bab ini menguraikan tentang proses dan strategi operasional penelitian yang meliputi; material, parameter pengujian, disain komposisi bahan penyusun beton, model perlakuan beton terintrusi mikroorganisme, prosedur pengujian dan pengukuran, dan nomenklatur benda uji.
BAB IV : HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil-hasil pengujian dan pembahasan yang meliputi; komponen zat di dalam media air kelapa, identifikasi dan analisis pertumbuhan mikroorganisme, aspek kimiawi bubuk slag nikel, efek konsistensi dan waktu pengikatan, profil mikroorganisme di dalam material beton, perilaku fisik dan mekanik beton nonintrusi dan terintrusi mikroorganisme, sifat-sifat fisis dan kimiawi material pembentuk beton, komposisi bahan campuran beton, identifikasi dan analisis pertumbuhan mikroorganisme, perilaku fisik dan mekanik beton intrusif dan nonintrusif mikroorganisme, degradasi fisik dan mekanik beton akibat intrusi mikroorganisme, analisis mikrostruktur dengan Scanning Electron
12
Microscopy (SEM), dan analisis senyawa kimia dengan X-Ray Diffraction (XDR). Analisis degradasi fisik dan mekanik beton meliputi; kehilangan berat, peningkatan porositas dan koefisien permeabilitas, dan penurunan kuat tekan beton. Sedangkan analisis senyawa X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan terhadap perubahan-perubahan senyawa kimiawi; kalsium hidroksida (CH), kalsium silikat hidrat (CSH), dan senyawa kimia minor yang meliputi; ettringite, kalsium karbonat (calcite), kalsium magnesium aluminium silikon oksida, dan rankinite.
BAB V : OPTIMISASI BUBUK SLAG NIKEL DENGAN DIAGRAM PHASE SISTIM TERNARY C-A-S (CaO-Al2O3-SiO2) Bab ini menguraikan tentang penentuan persamaan garis keseimbangan melalui penerapan persamaan reaksi dalam tiga phase utama yaitu phase pembentukan kalsium silika hidrat (CSH), phase eliminasi kalsium hidroksida (CH) atau phase pembentukan CSH baru, dan phase hidrogarnet, pembentukan garis pencampuran antara semen dan bubuk slag nikel serta penentuan proporsi optimum campuran semen dan bubuk slag nikel.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
13