BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu hal atau maksud-maksud tertentu antar manusia. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa memungkinkan kita untuk mengajar, belajar, membaca, bercakap-cakap dengan sesama, untuk bercerita, menonton, untuk menjelaskan perasaan kita, dan untuk mengetahui masa lalu kita, yaitu, masa lalu kita sendiri, maupun masa lalu mereka yang telah mendahului kita1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa yang dipergunakan pada bangsa satu dengan bangsa yang lainnya berbeda-beda, sehingga diperlukan adanya bahasa pengantar apabila ingin melakukan komunikasi antar bangsa. Terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini, dimana semakin banyak hal-hal yang menyangkut kepentingan dan nasib bersama umat manusia serta tidak dapat lagi dipecahkan hanya oleh negara masing-masing. Tentu saja, arus globalisasi dipacu dan diberi prasarana oleh telekomunikasi, oleh lalu lintas ekonomi antarbangsa, mobilitas penduduk antarnegara yang semakin intensif2. Dengan semakin kuatnya arus globalisasi sekarang ini, maka penguasaan terhadap bahasa tertentu yang menjadi pengantar dalam berkomunikasi secara global juga sangat diperlukan, misalnya penguasaan terhadap bahasa Inggris. Bahasa Inggris dikatakan sangat penting mengingat bahasa Inggris berkembang begitu pesat dibandingkan dengan lebih dari 3000 bahasa lain yang ada di dunia saat ini, dan menjadi bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa utama oleh lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia. Seperti yang dikutip dari Encyclopedia International berikut ini:
1
Ludy T. Benjamin, Jr, J. Roy Hopkins, Jack R. Nation, Psychology (New York: MacMillan Publishing Company, 1987), hal 229 2 P. Swantoro, “Penghargaan Kependudukan PBB Serta Visi dan Keterlibatan Global Kita”, dalam Membuka Cakrawala (Jakarta: PT Gramedia, 1990), hal 447-448
1
“Of the more 3000 languages spoken in the world today, the single language which has had the most amazing, rapid, and widespread growth is unquestionably English. It is spoken as a native language by well over a quarter of a billion persons in the United States and Canada, in the British Isles, Australia, New Zealand, and South Africa, and it is also the chief language that was used by the colonizers of Asia, Africa, and Oceania. In addition, it is spoken as a second language by many more millions in Countries where French or German formerly held the position.”3 “Dari 3000 lebih bahasa yang ada di dunia, tidak diragukan lagi bahasa yang memiliki perkembangan paling menakjubkan, tercepat, dan terluas adalah bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa ibu dari lebih dari seperempat miliar orang di Amerika Serikat dan Kanada, di Kepulauan Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan, dan bahasa ini juga merupakan bahasa utama yang digunakan oleh penduduk koloni di Asia, Afrika, dan Oceania. Dan lagi, bahasa Inggris dipergunakan sebagai bahasa pendukung oleh jutaan orang di Negara-negara yang dulunya dikuasai oleh Perancis dan Jerman.” Atau dari kutipan berikut ini yang dapat menjelaskan penggunaan bahasa Inggris di berbagai Negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi pada skala internasional. “English is the language of the people of the British Isles, the United States, Canada, Australia, New Zealand, South Africa, and other areas. More people speak it, either as a first of second language, than any other tongue, and it has become the closest approximation to an international language that has ever existed.”4 “Bahasa Inggris merupakan bahasa yang dipergunakan oleh penduduk Kepulauan Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan di daerah-daerah lain. Banyak orang menggunakan bahasa Inggris, baik sebagai bahasa utama maupun pendukung, lebih daripada bahasa lain, dan bahasa ini merupakan taksiran terdekat pada sebuah bahasa internasional yang pernah ada.” Selain itu, lebih dari 80 % situs yang terdapat di internet menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan presentase terbesar kedua dan ketiga, yaitu bahasa Jerman dan bahasa
3 4
Encyclopedia International (1975), hal 458 Ibid., hal 459
2
Jepang, masing-masing hanya berjumlah 4,5 %, dan 3,1 % dari keseluruhan jumlah situs yang ada5. Mengingat semakin tingginya penggunaan internet sebagai media informasi seiring dengan perkembangan teknologi, maka diperlukan juga adanya pemahaman terhadap bahasa Inggris, meskipun dalam level yang sederhana. Penguasaan terhadap bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) bisa bersifat “depends on” atau “a must”. Penguasaan bahasa asing bersifat “depends on” ketika pemerintah dapat menghasilkan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja domestik yang mencukupi. Sebaliknya, ketika peningkatan tenaga kerja melampaui lapangan pekerjaan domestik yang tersedia, maka selayaknya sistem pendidikan kita harus menyiapkan anak didiknya untuk memasuki pasar kerja global. Dalam konteks ini, kemampuan berbahasa asing tidak lagi “depends on”, melainkan sudah merupakan suatu kebutuhan. Mengingat kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi tenaga kerja domestik di Indonesia, maka penguasaan terhadap bahasa Inggris menjadi sangat penting dan menjadi sebuah kewajiban bagi masyarakat 6. Institusi-institusi pendidikan formal di Indonesia, baik sekolah maupun universitas, telah menerapkan bahasa Inggris sebagai pelajaran wajib bagi seluruh siswanya. Selain itu, keberadaan lembaga pelatihan bahasa Inggris sebagai salah satu sarana meningkatkan kemampuan masyarakat terhadap penguasaan bahasa Inggris juga diperlukan, untuk mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan pada pendidikan formal. Demikian halnya dengan kota Ambon, yang juga membutuhkan keberadaan lembaga pelatihan bahasa Inggris untuk mendukung perkembangan kemampuan masyarakatnya dalam berbahasa Inggris. Perlu adanya lembaga pelatihan bahasa Inggris di Ambon selain karena alasan-alasan tersebut, juga karena kurangnya jumlah lembaga pelatihan bahasa Inggris di Ambon. Sejauh ini hanya terdapat dua lembaga resmi pelatihan bahasa Inggris di Ambon yang ditujukan untuk umum (semua kelompok umur). Kedua lembaga pelatihan ini hanya menyediakan ruang-ruang kelas untuk pelatihan, sementara fasilitas-fasilitas pendukung lainnya belum tersedia.
5 6
nofieiman.com/ articles/ english-for-primary-language/ (diakses tanggal 28 September 2006) Ibid.,
3
Dari 252.048 orang penduduk Kota Ambon7, presentase penduduk terbesar berada pada kelompuk umur 15-19 tahun, yang dapat diketegorikan sebagai usia remaja (adolescence, antara usia 14-25 tahun untuk laki-laki dan antara usia 12-21 tahun untuk perempuan8). Jumlah penduduk pada kelompok umur ini 27.853 orang, atau sekitar 11,05% dari jumlah penduduk. Dengan demikian, keberadaan sebuah lembaga pelatihan bahasa Inggris yang baru di Ambon sangat diperlukan, dengan target utama penduduk usia sekolah, yaitu pelajar dan mahasiswa. Pusat pelatihan bahasa Inggris yang ditawarkan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung proses pembelajaran siswa dengan cara berbeda, dan tidak hanya terbatas pada proses belajar di ruang-ruang kelas. Fasilitas-fasilitas itu antara lain perpustakaan dengan literatur berbahasa Inggris dan ruang nonton dengan film-film berbahasa Inggris. Selain itu, ruang-ruang kelaspun didesain sedemikian rupa sehingga mampu menstimulasi siswa untuk lebih semangat dalam menjalani proses belajar yang dilakukan di dalam kelas. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih menikmati belajar berbahasa Inggris pada pusat pelatihan bahasa Inggris ini secara menyenangkan.
I.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Pusat Pelatihan Bahasa Inggris di Ambon Maluku dengan penekanan pada desain ruang belajarnya yang stimulatif, yaitu desain ruangan yang membantu siswanya untuk memperlancar kemampuan berbahasa Inggris secara mudah, menyenangkan, dan efektif.
I.3 Tujuan Merancang Pusat Pelatihan Bahasa Inggris di Ambon Maluku dengan penekanan pada desain ruang belajarnya yang stimulatif.
I.4 Sasaran 1. Melakukan studi tentang gedung pelatihan bahasa inggris dengan
7 8
Hasil survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2004 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1992), hal 117
4
mengacu pada bangunan sekolah/ pendidikan dan bangunan serupa yang telah ada. 2. Melakukan studi tentang Kota Ambon, Maluku. 3. Melakukan studi tentang desain ruang belajar dan prinsip-prinsip dalam mendesain gedung pelatihan. 4. Melakukan studi tentang pengertian stimulatif serta elemen-elemen arsitektur yang mampu memberikan stimulus dalam ruang belajar.
I.5 Lingkup Pembahasan 1. Bangunan pendidikan meliputi gedung sekolah dan ruang-ruang kelas serta laboratorium bahasa di dalamnya, dan fasilitas serta tata ruang dalam bangunan pelatihan bahasa yang telah ada 2. Ambon, Maluku dibatasi pada hal yang berhubungan dengan kondisi masyarakat di dalamnya, serta pemilihan site untuk bangunan pusat pelatihan bahasa Inggris 3. Prinsip-prinsip dalam mendesain gedung pelatihan dan ruang belajar meliputi layout ruang, fasilitas, kenyamanan, akustik, dan pencahayaan 4. Elemen-elemen arsitektur yang mampu memberikan stimulus dalam ruang belajar meliputi material, warna, dan cahaya, serta desain ruangan itu sendiri
I.6 Metode Pengumpulan Data 1. Studi pustaka/ literatur Mempelajari
bahan-bahan
bacaan
yang
sesuai
dengan
lingkup
pembahasan, yaitu tentang bangunan pendidikan dan ruang-ruang yang ada di dalamnya, serta tentang elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang belajar yang stimulatif 2. Kuesioner Diberikan pada pelajar, guru, dan mahasiswa di kota Ambon, mengenai kelayakan pembangunan pusat pelatihan bahasa Inggris di Ambon, serta fasilitas-fasilitas pendukung yang diharapkan pada pusat pelatihan bahasa Inggris tersebut
5
3. Studi banding Dilakukan dengan melihat langsung bangunan sejenis yang telah ada serta dari pustaka, termasuk melakukan studi terhadap program-program, fasilitas-fasilitas pendukung, dan pola peruangan pada bangunan tersebut 4. Observasi Melakukan pengamatan langsung terhadap gedung-gedung pelatihan bahasa Inggris yang telah ada sebelumnya di Ambon
I.7 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan. Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pusat Pelatihan Bahasa Inggris di Ambon Mengungkapkan tinjauan terhadap gedung pelatihan bahasa Inggris di Ambon, potensi, serta fasilitas-fasilitas pendukung yang menyertainya.
Bab III Tinjauan Teoritis Pusat Pelatihan Bahasa Inggris dan Ruang Belajar Yang Stimulatif Mengungkapkan design requirement gedung pelatihan bahasa Inggris dengan mengacu pada bangunan pendidikan, serta teori-teori tentang elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang yang dapat memberikan stimulus bagi proses belajar siswa
Bab IVAnalisis Menuju Konsep Perencanaan Dan Perancangan Gedung Pusat Pelatihan Bahasa Inggris Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode yang diaplikasikan pada site terpilih di Ambon
6
Bab V Konsep Perencanaan Dan Perancangan Gedung Pusat Pelatihan Bahasa Inggris Mengungkapkan konsep-konsep perencanaan dan perancangan yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural
7