Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Lapangan panas bumi Wayang-Windu terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Secara geografis lapangan ini terletak pada koordinat 107o35’00”107o40’00” BT dan 7o10’00”-7o14’30” LS dengan elevasi 1500 m dpl. Lapangan ini terletak di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yaitu sekitar 40 km di selatan kota Bandung (Gambar I.1). Jawa Barat, terutama daerah Bandung memiliki beberapa lapangan panasbumi bertemperatur tinggi yang berasosiasi gunungapi andesitik, di antaranya adalah: Kamojang (140 MWe) dan Darajat (275 Mwe) yang merupakan sistem dominasi uap; serta Patuha dan Karaha-Telaga Bodas yang merupakan sistem dominasi air. Bogie dkk (2008) menyatakan bahwa lapangan Wayang Windu merupakan transisi dari sistem reservoir dominasi air menjadi sistem reservoir dominasi uap ,hal inilah yang menjadikan lapangan Wayang Windu menarik untuk dipelajari.
Gambar I.1.
Peta indeks dan lokasi daerah penelitian (Global Mapper, 2007)
I.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik mineral alterasi hidrotermal dari sistem dominasi air yang diwakili oleh sumur WWT-1, WWD-2, serta sistem dominasi uap yang diwakili oleh sumur WWQ-5. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui karakteristik sistem panas bumi, meliputi zona penudung (caprock), dan zona reservoir, melalui distribusi mineral alterasi hidrotermal
Mengetahui sifat porositas dan permeabilitas batuan reservoir
Mengetahui karakteristik larutan hidrotermal pada masa lampau serta proses yang telah terjadi yang tercermin dari kehadiran mineral-mineral alterasi.
I.3 Objek Penelitian Aspek yang akan diteliti adalah karakteristik alterasi batuan dengan menggunakan objek penelitian berupa:
Contoh serbuk bor dari sumur eksplorasi WWT-1. Sumur ini mempunyai kedalaman total 2133,5 m. Contoh diambil dengan interval setiap 60 m, sebanyak 31 contoh dilakukan analisis petrografi dan 3 contoh dilakukan analisis XRD.
Contoh serbuk bor dari sumur eksplorasi WWD-2. Sumur ini mempunyai kedalaman total 2146,6 m. Contoh diambil dengan interval setiap 60 m, sebanyak 36 contoh dilakukan analisis petrografi dan 9 contoh dilakukan analisis XRD.
Contoh serbuk bor dari sumur eksplorasi WWQ-5. Sumur ini mempunyai kedalaman total 2297,7 m. Contoh diambil dengan interval setiap 60 m, sebanyak 24 contoh dilakukan analisis petrografi dan 8 contoh dilakukan analisis XRD. 2
I.4 Ruang Lingkup Masalah dan Sasaran Penelitian Ruang lingkup masalah pada penelitian ini menekankan pada karakteristik mineral alterasi hidrotermal yang mencerminkan kehadiran fluida panas bumi serta prosesproses yang mempengaruhinya pada masa lampau.
I.5 Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Mengklasifikasikan batuan yang hadir di bawah permukaan untuk kemudian dikorelasi dengan kondisi litologi permukaan
Mengamati kehadiran mineral alterasi hidrotermal dengan menggunakan analisis petrografi dan bantuan X-Ray Diffraction (XRD) terutama untuk mengidentifikasi mineral-mineral berukuran halus
Mengintegrasi data litologi dan mineral alterasi untuk mempelajari sistem panas bumi di daerah penelitian
I.6 Hipotesis Kerja Terdapat beberapa hipotesa kerja yang dapat mendukung lingkup kerja penelitian, diantaranya adalah:
Fluida panasbumi akan merubah batuan sekitar dan membentuk vein mineral
Ada perbedaan antara karakteristik alterasi pada sistem panasbumi dengan dominasi uap dan sistem panasbumi dengan dominasi air
Ada hubungan antara kehadiran dan paragenesa mineral alterasi dengan karakteristik porositas dan permeabilitas reservoir
3
I.7 Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam melakukan hipotesis adalah:
Sistem geothermal adalah selalu dinamis dan berubah secara konstan seiring dengan perjalanan waktu (Browne, 1999)
Mineral-mineral alterasi hidrotermal merekam kondisi fluida yang berinteraksi dengan batuan sekitar. Kondisi fluida tersebut terutama meliputi suhu, komposisi kimia.
Studi mineral alterasi dan intensitas alterasi, secara kualitatif dapat digunakan untuk menginterpretasi permeabilitas dan temperatur bawah permukaan (Browne, 1991)
Mineral alterasi yang berhubungan dengan permeabilitas batuan adalah mineral feldspar, dimana peningkatan permeabilitas ditunjukkan oleh kehadiran mineral sekunder berupa albit dan adularia (Browne, 1991)
Mineral Kalk-silikat dan mineral lempung yang stabil dapat digunakan untuk menafsirkan kondisi temperatur bawah permukaan (Browne, 1991)
I.8 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian dibagi menjadi empat tahap yang meliputi tahap persiapan, tahap penelitian, tahap pengolahan serta analisis data, dan tahap penyusunan laporan. I.8.1 Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi kompilasi data sekunder yang terdiri dari literatur, jurnal, dan laporan penelitian terdahulu untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi geologi daerah penelitian
4
I.8.2 Tahap penelitian Tahap penelitian terdiri dari tahap pengambilan data, serta pekerjaan laboratorium berupa analisa petrografi. Tahap pengambilan data meliputi pemilahan dan pengambilan contoh pecahan batuan yang dilakukan di gudang penyimpanan batu di lapangan Panas bumi Wayang Windu Tahap pengerjaan laboratorium
meliputi analisa petrografi pada 91 contoh
sayatan tipis dengan menggunakan mikroskop polarisasi, dan analisa XRD terhadap 20 contoh serbuk bor terpilih. Pengamatan yang dilakukan meliputi identifikasi litologi batuan, tekstur, genesa batuan, pemerian mineral primer dan sekunder beserta paragenesa dan potong memotongnya, sedangkan analisa XRD dilakukan untuk mengidentifikasi mineral-mineral berukuran halus. I.8.3 Tahap pengolahan dan analisis data Tahap ini meliputi pengolahan dan analisa dari data-data penelitian laboratorium yang telah dilakukan. Analisa akan menghasilkan model alterasi hidrotermal bawah permukaan dan model sistem panasbumi dari sumur penelitian, yang memiliki karakteristik sistem yang berbeda. I.8.4 Tahap penyusunan laporan Pada tahap terakhir ini, hasil penelitian, interpretasi dan analisis data akan dirangkum dan ditulis dalam format laporan tesis yang kemudian akan dipertanggungjawabkan pada sidang Pasca Sarjana Teknik Geologi, ITB. Metodologi penelitian ini diterapkan dalam urutan kerja yang secara rinci dapat dilihat di diagram alir penelitian di bawah (Gambar I.2).
5
Gambar I.2.
Diagram alur penelitian.
6