BAB I I.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi pada masa revolusi industri pada Abad ke-19, namun juga digunakan sebagai pembangkit listrik pada Abad ke-20. Pada tahun 2004, dunia saat ini mengkonsumsi batu bara sebanyak lebih dari 4,5 milyar ton. Batubara digunakan diberbagai sektor, termasuk pembangkit listrik, produksi besi dan baja, pabrik semen dan sebagai bahan bakar cair.
Produksi batubara tahun 2004 berjumlah lebih dari 5,5 milyar ton, atau mengalami suatu kenaikan sebesar 32% selama 20 tahun terakhir. Pertumbuhan produksi batu bara yang tercepat terjadi di Asia, sementara produksi batu bara di Eropa menunjukkan penurunan. Negara penghasil batu bara terbesar adalah Cina, AS, India, Australia dan Afrika Selatan.
Dari konsumsi/penggunaannya, batu bara memainkan peran yang penting dalam membangkitkan tenaga listrik dan peran tersebut terus berlangsung. Saat ini batu bara menjadi bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39%. Pasar batu bara yang terbesar adalah Asia, yang saat ini mengkonsumsi 54% dari konsumsi batu bara dunia. Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya energi alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi mereka dan oleh karena itu mereka harus mengimpor energi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Contohnya Jepang, Cina Taipei dan Korea, mengimpor batu uap untuk membangkitkan listrik dan batu bara kokas untuk produksi baja dalam jumlah yang besar.
Produksi dan konsumsi batubara tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan untuk masa mendatang. Berdasarkan prediksi yang dilakukan oleh Internasional Energy Agency (IEA) pada “International Energy Outlook 2006” menunjukkan bahwa konsumsi batubara dunia akan mencapai 10,6 milyar ton pada tahun 2030. Konsumsi batubara meningkat rata-rata sampai 3% per tahun pada periode tahun 2003-2015, kemudian menurun dengan rata-rata 2% per tahun pada 2015-2030. Peningkatan konsumsi batubara sebagian besar terjadi pada negara-negara berkembang (non-OECD), yang peningkatannya
I-1
terhitung 81% dari proyeksi pertumbuhan konsumsi batubara. Pada tahun 2003, batubara terhitung mencapai 24% dari total konsumsi energi dunia dengan perincian 67% digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, 30% untuk industri, dan 3% sisanya untuk konsumen batubara sektor rumah tangga dan komersial. Bagian batubara pada total konsumsi energi dunia meningkat sampai 27%. Perdagangan batubara internasional meningkat dengan referensi 764 juta ton pada tahun 2004 menjadi 1.122 juta ton pada tahun 2030.
Indonesia juga mengalami peningkatan yang pesat dalam produksi dan konsumsi batubaranya. Produksi batubara Indonesia mengalami kenaikan hampir 5 kali lipat dalam periode 12 tahun, yaitu 42 juta ton menjadi 193 juta ton pada periode 1995 – 2006. Dari segi konsumsi, penggunaan batubara mengalami peningkatan hampir 5 kali lipat dalam 12 tahun, yaitu 9 juta ton menjadi 48 juta ton pada periode 1995 – 2006. Penggunaan terbesar adalah untuk pembangkit tenaga listrik diikuti untuk keperluan industri semen dan industri lainnya. Dalam perdagangan internasional, faktor harga jual produk di luar negeri yang lebih besar daripada harga dalam negeri menjadikan produsen lebih memilih untuk menjual batubara ke luar negeri disamping faktor harga batubara internasional yang cenderung tinggi dan bertahan cukup lama.
Untuk masa mendatang produksi dan konsumsi batubara Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan produksi dan konsumsi batubara Indonesia antara lain, penetapan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang salah satu langkahnya adalah mewujudkan energy mix yang optimal pada tahun 2025 dengan mengurangi peranan minyak bumi menjadi kurang dari 20% dan meningkatkan peranan batubara menjadi lebih dari 33%. Selain itu, harga batubara di pasar Internasional yang cukup tingi mendorong produsen batubara untuk meningkatkan kapasitas produksi guna meraih keuntungan yang cukup besar dari penjualan batubara di pasar internasional.
Produksi dan konsumsi batubara dunia yang terus meningkat pada masa mendatang harus disikapi dengan bijak oleh stakeholder sektor pertambangan batubara di Indonesia. Diperlukan suatu kebijakan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya batubara yang berlandaskan prinsip konservasi. Sehingga diharapkan dengan adanya kebijakan tersebut, pemanfaatan sumberdaya batubara dapat memberikan hasil yang paling baik dalam jangka waktu yang sepanjang mungkin.
I-2
I.2.
Permasalahan
Terdapat beberapa permasalah dalam menentukan kebijakan pengelolaan batubara, antara lain : •
Batubara merupakan sumberdaya terbarukan, sehingga pemanfaatannya harus berdasar prinsip konservasi.
•
Belum diketahui apakah selama ini pemanfaatan sumberdaya batubara sudah optimal atau belum.
•
Kenaikan kebutuhan batubara global (domestik dan internasional) untuk pemenuhan sumber energi yang kemungkinan juga diikuti dengan kenaikan harga perlu diikuti kebijakan pemanfaatan batubara yang memberikan hasil yang optimal.
•
Adanya kebijakan baru pemerintah mengenai pemanfaatan batubara dalam negeri, yaitu Kebijakan Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara Tahun 20052025.
I.3.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dibuat suatu hipotesis yaitu “pemanfaatan sumberdaya batubara di Indonesia saat ini belum optimal”. Selanjutnya, hipotesis tersebut akan diuji kebenarannya dengan beberapa indikator. Untuk kemudian jika ternyata pemanfaatan sumberdaya batubara di Indonesia belum optimal maka akan dilakukan optimalisasi.
I.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : •
Melakukan kuantifikasi untuk menilai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya batubara di Indonesia.
•
Melakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya batubara apabila ternyata hasil kuantifikasi menunjukkan peranan batubara dalam pembangunan belum optimal.
•
Melakukan peramalan terhadap produksi dan konsumsi batubara Indonesia yang memberikan manfaat yang optimal namun tetap berpegang pada prinsip konservasi.
•
Merumuskan kebijakan dalam pemanfaatan sumberdaya batubara nasional. I-3
I.5.
Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang dipergunakan adalah sebagai berikut : •
Tinjauan dalam penelitian tesis ini adalah tinjauan dalam lingkup ekonomi.
•
Sumberdaya batubara yang dikaji adalah jenis batubara uap untuk pembangkit listrik (thermal coal).
•
Penggunaan batubara yang ditekankan adalah penggunaan batubara sebagai sumber energi.
•
Penelitian tidak melihat aspek pendapatan (revenue), baik bagi pemerintah maupun perusahaan.
I.6.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada perhitungan data aktual yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penilaian terhadap peran sektor pertambangan pada masa lalu. Untuk kemudian melakukan prediksi dan optimasi terhadap pemanfaatan sumberdaya batubara di Indonesia. Prosedur penelitian yang dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Studi literatur Tahap studi literatur dilakukan dengan pengumpulan sumber informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. 2. Pengumpulan data skunder Pengambilan data sekunder dilakukan untuk memperoleh data produksi dan ekspor batubara Indonesia, juga untuk memperoleh data konsumsi batubara tiap sektor. Selain itu, perlu ditambahkan data harga, cadangan batubara, data mengenai konservasi nasional dan kebijakan batubara nasional yang dikeluarkan oleh negara. 3. Evaluasi terhadap peran sektor pertambangan batubara Evaluasi terhadap peran sektor pertambangan adalah dengan menggunakan : •
Model Input-Output (model I-O). Evaluasi dengan model I-O bertujuan untuk mendapatkan output yang ditimbulkan oleh sektor pertambangan, keterkaitannya dengan sektor lain dan efek pengganda yang ditimbulkan oleh sektor pertambangan batubara.
•
Peran batubara dalam pemenuhan energi nasional sebagai modal pembangunan. I-4
Evaluasi peranan batubara dalam pemenuhan energi nasional adalah dengan melihat efektivitas fungsi batubara sebagai salah satu faktor produksi dalam melaksanakan pembangunan 4. Peramalan produksi batubara Indonesia menggunakan metode ekonometrika. 5. Optimalisasi dalam pemanfaatan sumberdaya batubara nasional dengan melihat produksi batubara yang dapat menimbulkan konvergensi intensitas energi Indonesia terhadap intensitas energi rata-rata negara di Asia Pasifik. 6. Penyusunan kebijakan pengelolaan batubara ke depan berasarkan hasil-hasil penilaian peran yang telah dicapai oleh sektor pertambangan batubara serta hasil peramalan produksi batubara dan optimalisasinya.
I.7.
Alur Pikir Penelitian
Kegiatan ekonomi berjalan dengan memerlukan input dari faktor-faktor produksi. Salah satu faktor produksi yang diperlukan sebagai input untuk pelaksanaan perekonomian adalah batubara. Pemanfaatan batubara sendiri terbagi menjadi 2 fungsi utama, yaitu sebagai sumber energi bagi aktivitas produksi di dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor.
Batubara sebagai sumber energi dan faktor produksi yang lain akan digunakan dalam kegiatan produksi barang dan jasa untuk mengembangkan kegiatan perekonomian negara. Peran batubara tersebut, dapat diketahui dari indikator-indikator seperti keterkaitan hulu, keterkaitan hilir, dan efek pengganda yang ditimbulkan oleh pemanfaatan batubara dalam sektor-sektor ekonomi. Semakin tinggi nilai indikator-indikator tersebut, peranan batubara dalam aktivitas perekonomian inter-sektoral di dalam negeri menjadi semakin tinggi.
Sementara, pemanfaatan batubara sebagai komoditas ekspor akan mendatangkan pemasukan bagi negara. Bagi negara berkembang (developing country) seperti Indonesia, ekspor komoditas primer dapat menjadi cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Peranan ekspor dalam perekonomian negara dapat diketahui dari proporsi ekspor dalam GDP. Semakin besar proporsi ekspor dalam GDP, maka ekspor semakin memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi negara.
I-5
Pemanfaatan batubara untuk dua keperluan di atas dan pemanfaatan faktor-faktor produksi yang lainnya menjadikan berlangsungnya kegiatan pembangunan ekonomi negara. Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi digunakan indikator intensitas energi. Intensitas energi merupakan jumlah konsumsi energi untuk menghasilkan tiap unit GDP. Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan dan optimalnya pemanfaatan input faktor produksi digunakan tolok ukur intensitas energi negara maju di Asia Pasifik. Apabila intensitas energi Indonesia lebih jelek daripada intensitas energi negara maju di Asia Pasifik, maka dapat dikatakan pemanfaatan input produksi belum optimal.
Apabila berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan ternyata pelaksanaan pembangunan ekonomi belum optimal, maka dilakukan optimasi untuk mendapatkan skenario dari pelasanaan
pembangunan
ekonomi
yang
optimal.
Optimasi
dilakukan
dengan
menggunakan instrumen petumbuhan ekonomi. Dimana kondisi yang optimal adalah pada saat pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menjadikan intensitas energi Indonesia menjadi konvergen terhadap intensitas energi negara maju di Asia Pasifik.
Pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal tersebut, dapat diturunkan output dari masing-masing sektor produksi termasuk output dari sektor pertambangan batubara. Output sektor pertambangan batubara pada saat pertumbuhan ekonomi yang optimal merupakan produksi batubara yang optimal.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan sebelumnya, meliputi peranan sektor pertambangan batubara dalam pembangunan ekonomi dan output/produksi optimal dari sektor pertambangan batubara, maka dapat dikeluarkan saran-saran yang berkaitan dengan kebijakan dan aturan pengusahaan batubara. Saran-saran tersebut diambil berdasarkan kondisi saat ini yang terjadi di sektor pertambangan batubara dan bahasan mengenai bagaimana peran batubara yang seharusnya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.
Jika digambarkan dalam grafik, maka pola pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
I-6
Gambar 1.1. Diagram Alur Pikir Penelitian
I-7