BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beragam potensi, baik di bidang ekonomi, pariwisata, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan adanya sumberdaya alam yang sangat memadai untuk dimanfaatkan oleh masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan adanya sumberdaya alam yang memadai, maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan menjadi meningkat. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu wilayah yang tertinggal, hal ini terlihat dari sarana prasarana dan jasa-jasa lingkungan belum dapat dimanfaatkan secara optimal (Bustami, 2004). Kabupaten Kulon Progo itu sendiri sebenarnya merupakan wilayah yang sangat potensial dikembangkan karena memiliki berbagai jenis sumberdaya alam serta didukung oleh keberadaan aktivitas ekonomi yang menempati ruang wilayahnya. Jenis aktivitas ekonomi yang potensial saat ini terdiri atas aktivitas pertanian, aktivitas industri dan aktivitas pertambangan. Potensi sumberdaya alam di Kulon Progo dapat diinformasikan dengan memanfaatkan data geospasial yang berhubungan dengan wilayah tersebut. Sistem Informasi Geografis telah sangat berkembang menjadi salah satu teknologi informasi yang dapat berguna untuk memberikan pengetahuan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan data spasial. Sistem Informasi Geografis merupakan alat yang akurat, efektif, dan efisien yang mempunyai kemampuan untuk membangun, mengatur, dan menganalisis data spasial. Bahkan di masa sekarang SIG telah digabungkan dengan teknologi internet sehingga masyarakat luar dapat mengakses dengan bebas mengenai data geospasial. Penggunaan Sistem Informasi Geografis berbasis web ini telah banyak digunakan oleh beberapa lembaga pemerintahan di dunia untuk menampilkan informasi geografis mengenai kekayaan sumberdaya alam di negara masing-masing, seperti Negara Perancis yang memiliki website yang memiliki title GeOpenServices, yang menampilkan informasi geografis dasar di negara tersebut, seperti batas administrasi. Tidak hanya di Perancis, Indonesia sudah memiliki website yang
1
2
memberikan informasi mengenai wilayah Indonesia dalam bentuk geospasial, yaitu seperti yang dimiliki oleh Departemen Kehutanan, yang menampilkan informasi mengenai seperti batas pemanfaatan hutan di Indonesia. Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa peranan SIG berbasis web sudah sangat penting bagi masyarakat, karena dengan adanya SIG berbasis web ini, pengguna website dapat berbagi informasi geospasial yang tersaji dalam peta secara bebas untuk keperluan tertentu. Sampai saat ini, masyarakat dapat mengakses informasi mengenai potensi sumberdaya alam melalui website resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yaitu dengan URL www.kulonprogokab.go.id. Namun dalam website tersebut belum disediakan adanya informasi geografis yang disajikan dalam bentuk peta interaktif dan juga informasi potensi sumberdaya alam belum dijelaskan secara lengkap dalam website tersebut. Oleh karena itu potensi sumberdaya alam Kabupaten Kulon Progo dapat dijadikan sebuah penelitian dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis berbasis web sehingga akan dihasilkan peta interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat melalui internet dan juga informasi geospasial mengenai potensi sumberdaya alam Kabupaten Kulon Progo dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat luas.
I.2. Tujuan Proyek Kegiatan aplikatif ini dilakukan dengan tujuan untuk menampilkan informasi geografis mengenai potensi sumberdaya alam Kabupaten Kulon Progo dalam web serta untuk menambah informasi geografis potensi SDA Kabupaten Kulon Progo dalam bentuk peta interaktif yang dapat diakses melalui internet.
I.3. Manfaat Proyek Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Web yang berisikan informasi potensi sumberdaya alam Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat oleh masyarakat sehingga akan memberikan informasi bagi masyarakat luas. 2. Masyarakat dapat memanfaatkan informasi geografis yang ada di peta tematik pada website ini untuk keperluan tertentu, seperti analisa mengenai keberadaan
3
sumberdaya alam di daerah dekat asal mereka. 3. Menambah kesadaran masyarakat pentingnya peranan informasi geospasial dalam kehidupan sehari-hari, terutama melalui web yang dapat diakses secara bebas.
I.4. Lingkup Proyek Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis berbasis Web mengenai sumberdaya alam di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan web ini akan menampilkan peta tematik mengenai persebaran lokasi sumberdaya alam daerah Kulon Progo, D. I. Yogyakarta. Sumberdaya alam yang akan ditampilkan adalah sumberdaya alam air, sumberdaya alam mineral, sumberdaya alam biogas, sumberdaya alam perkebunan, dan potensi pembangkit listrik. 2. Data yang diolah berupa shapefile yang awalnya diolah dengan menggunakan Quantum GIS 2.0 yang kemudian akan disimpan ke dalam map server yaitu GeoServer. 3. Pada sistem informasi geografis mengenai persebaran lokasi sumberdaya alam ini tidak terdapat query tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna situs ini. 4. Pada website selain ditampilkan peta-peta mengenai sumberdaya alam daerah Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, akan diberikan penjelasan pula mengenai deskripsi singkat dari sumberdaya alam itu sendiri, serta informasi tambahan mengenai Kabupaten Kulon Progo.
I.5. Landasan Teori I.5.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis Sesuai dengan namanya, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi yang mampu mengelola atau mengolah informasi yang terikat atau memiliki rujukan ruang atau tempat. SIG dikenal dengan istilah yang berbeda tetapi dengan maksud yang sama. Selalin namanya yang berbeda, sampai saat ini definisi SIG juga beragam dan belum ada kesepakatan di antara para ahli SIG. Secara sederhana Sistem Informasi Geografis diartikan sebagai suatu sistem komputer yang mampu menyimpan dan menggunakan data yang menggambarkan lokasi di
4
permukaan bumi (ESRI, 1990). Definisi tersebut dengan tegas menyebutkan sistem komputer sebagai bagian yang tak terpisahkan dari SIG, sehingga jika berbicara SIG tidak lepas dari komputer, baik hardware maupun software. Sebagai definisi yang lebih lengkap mengenai Sistem Informasi Geografis adalah “SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena di mana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis atau dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi : (a) masukan, (b) menyimpan data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran” (Aronoff 1989).
I.5.1.1. Model data spasial. Model data adalah organisasi konseptual dalam suatu basis data. Ada dua pendekatan mendasar untuk menyajikan komponen spasial dari suatu informasi geografik, yaitu : 1.
Model data vektor. Pada model vektor, lokasi suatu feature di permukaan bumi direferensikan pada peta menggunakan sistem koordinat kartesi. Feature geografik biasanya dicatat pada peta dua dimensi sebagai titik, garis, dan luasan.
2.
Model data raster. Secara sederhana, model data raster terdiri dari sel-sel beraturan yang berbentuk bujur sangkar, persegi panjang atau bentukbentuk lainnya.
I.5.2. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web I.5.2.1. Pengertian web. Sebuah komputer dapat terhubung dengan komputer lainnya melalui suatu jaringan khusus. Jaringan ini dikenal dengan internet. Agar terjadi komunikasi antara komputer, maka dibutuhkan sebuah standar protokol yang memungkinkan berbagai jaringan komputer dan komputer yang berbeda saling berkomunikasi (Purbo, 2002). Protokol ini secara resmi disebut dengan TCP/IP (Transmission Control Protokol/Internet Protokol). TCP/IP ini merupakan suatu standar untuk mempaketkan dan mengalamatkan data komputer sehingga data
5
tersebut dapat dikirim ke komputer lainnya dan tiba dalam waktu yang cepat tanpa adanya kerusakan atau kehilangan data. TCP berfungsi untuk penyampai data yang dikirim sedangkan IP berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Web adalah salah satu layanan TCP/IP yang paling popular dalam memberikan kemudahan informasi (Purbo, 2002). Web bekerja dengan konsep client side, yaitu suatu sistem yang melakukan permintaan data atau layanan ke webserver. Kemudian, webserver akan menyediakan data atau layanan yang diminta oleh web client. Komunikasi antara webserver dengan web client dengan mengirimkan dan menerima dokumen web melalui suatu protokol yang disebut dengan Hypertext Transfer Protokol (HTTP). HTTP berfungsi mendefinisikan dan menjelaskan bagaimana webserver dan web client berinteraksi dalam mengirimkan dan menerima dokumen web. Informasi yang ada pada dokumen web dapat diakses dengan suatu kumpulan karakter alfanumerik yang merepresentasikan lokasi atau alamat dari halamanweb pada internet yang disebut dengan Uniform Resource Languange (URL). URL terdiri atas tiga bagian, yaitu protokol, nama host atau nama webserver, dan path berkas dokumen (Rachmat, 2005).
I.5.2.2. Definisi Web GIS. Web GIS adalah suatu sistem yang dapat terhubung ke dalam jaringan internet yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menampilkan data informasi bergeoreferensi atau data yang mengidentifikasikan lokasi objek tanpa adanya kebutuhan penggunaan software SIG (Painho, 2001). Menurut Fonseca & Davis (1999), internet sebagai media antarmuka pada web based SIG memiliki 3 hal penting dalam hal arsitekturnya, yaitu: a.
Integrasi perangkat antarmuka internet dengan perangkat lunak SIG, bertambah luasnya jaringan internet, membuat bertambahnya jumlah penggunaan internet sebagai perangkat antarmuka dalam pengaksesan SIG menggantikan pengaksesan dengan perangkat lunak SIG konvensional. Terdapat dua jenis hubungan antara perangkat antarmuka internet dengan perangkat antarmuka SIG, yaitu: 1.
Berintegrasi Kuat (Strong Integration) Hubungan ini terjadi apabila internet digunakan hanya sebagai media penyimpanan data spasial saja. Sedangkan untuk melakukan pengaksesan
6
data spasial masih menggunakan perangkat lunak SIG konvensional, sehingga ketergantungan terhadap perangkat lunak SIG konvensional sangat besar. Hubungan ini digambarkan pada Gambar 1.1.
Query GIS
- Interaksi Pemakai - Visualisasi Antarmuka - Pengaksesan Fungsi
Antarmuka Internet
Perangkat Lunak GIS
Obyek Spesifik GIS
Gambar I.1. Hubungan SIG dan internet berintegerasi kuat. (Sumber : Fonseca & Davis, 1999)
2.
Berintegrasi Lemah (Weak Integration) Hubungan ini terjadi apabila tidak ada lagi ketergantungan pengguna yang melakukan akses data spasial melalui antarmuka internet dengan perangkat lunak SIG konvensional. Hubungan ini digambarkan pada Gambar I.2.
Gambar I.2. Hubungan SIG dan internet berintegerasi lemah. (Sumber : Fonseca & Davis, 1999)
b.
Pendeskripsian dan fungsionalitas dari modul utama arsitektur antarmuka SIG dengan menggunakan perangkat antarmuka internet, memiliki beberapa modul utama didalamnya, diartikan sebagai seperangkat komponen di dalam antarmuka yang menghubungkan sistem internet dengan data SIG, yaitu
7
(Voisard, 1995): 1.
Modul interaksi pemakai.
2.
Modul koneksi basisdata.
3.
Modul konversi objek geografis dari format SIG ke format antarmuka atau sebaliknya.
Modul interaksi pemakai menyediakan menu interaksi pemakai dengan antarmuka sistem. Menu interaksi ini antara lain berupa fasilitas pengguna dalam memilih data spasial yang ditampilkan pada antarmuka, selain itu pada modul ini juga terdapat hasil query yang dilakukan oleh pemakai. Modul konversi adalah sebuah modul yang memberikan fasilitas untuk membaca format data spasial yang digunakan oleh sistem SIG kedalam format yang digunakan oleh antarmuka sistem internet. Konfigurasi antara data SIG dengan tampilan web dilakukan pada modul ini. c.
Pembagian fungsi antara SIG dan perangkat antarmuka Pembagian fungsi antara SIG dan perangkat lunak antarmuka internet memiliki alasan sebagai berikut (Fonseca & Davis, 1999): 1.
Mencegah timbulnya redudansi kode yang terdapat instruksi pada perangkat antarmuka ketika dieksekusi secara berulang–ulang saat akses data spasial dilakukan. Hal ini disebabkan karena halaman web standar tidak mampu untuk menyimpan instruksi dan data untuk akses selanjutnya, sehingga seluruh instruksi harus diulang, begitu pula data yang telah ada harus diinput kembali. Misalnya seorang pengguna mengakses dengan tujuan untuk menampilkan sebuah objek geometri garis, maka perangkat antarmuka akan menerjemahkan permintaan pengguna kedalam sebuah query yang dapat diterjemahkan oleh perangkat lunak SIG, kemudian perangkat lunak SIG akan mengirim data untuk ditampilkan menggunakan perangkat antarmuka. Saat pengguna melakukan permintaan untuk kedua kalinya, misal dengan meminta objek titik yang sama dan sebuah objek garis, maka data titik tadi akan diproses seolah data titik pada permintaan pertama tidak ada.
2.
Perbedaan tingkat perkembangan perangkat antarmuka dengan perangkat lunak SIG.
8
3.
Arah perkembangan perangkat lunak SIG tidak selalu mengikuti perangkat antarmuka dan begitu juga sebaliknya.
Penjelasan dan batasan – batasan di atas memberikan kesimpulan secara umum bentuk dari arsitektur SIG berbasiskan web yang dapat dilihat pada Gambar I.3.
Gambar I.3. Arsitektur SIG berbasiskan web. (Sumber : Fonseca & Davis, 1999)
Sisi klien adalah suatu workstation dengan pengguna tunggal yang menyediakan pelayanan dan komputasi yang tepat, pelayanan basisdata dan antarmuka yang relevan, untuk keperluan tertentu (Steve, 1994). Klien akan menerjemahkan permintaan dari pengguna dan kemudian akan mengirimkan kepada server, hasil dari proses server akan ditampilkan kembali oleh klien. Server adalah satu atau lebih processors dengan banyak pengguna yang menyediakan berbagi pakai memori komputasi, keterhubungan dan pelayanan basisdata serta antarmuka yang relevan untuk keperluan tertentu (Steve, 1994). Lebih lanjut, Nuryadin (2005) membagi aplikasi dari arsitektur WebGIS menjadi dua pendekatan, yaitu: 1.
Thin Client Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan permintaan disisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirim ke klien dalam format standar HTML (HyperText Markup Language). Kelemahan dari pendekatan ini adalah kurang fleksibelnya opsi interaksi dengan pengguna.
2.
Thick Client Pendekatan ini melakukan pemrosesan data di sisi klien dengan menggunakan beberapa teknologi seperti control ActiveX atau applet. Kontrol ActiveX akan dijalankan pada sisi klien untuk memungkinkan
9
web browser menangani format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan kemampuan standar. Pada pendekatan ini data akan dikirim ke klien dalam bentuk format data vector yang disederhanakan dan penggambaran kembali akan dilakukan di sisi klien, sehingga pengembangan aplikasi dengan pendekatan thick client akan lebih fleksibel dibandingkan dengan pendekatan thin client. Namun untuk mendukung proses penggambaran kembali pada sisi klien, maka harus ada tambahan aplikasi yang dipasang. Sedangkan menurut Kraak (2000), terdapat dua jenis peta berbasis web yaitu : 1.
Static Map : peta yang digunakan hanya untuk memvisualisasikan saja, biasanya dalam bentuk raster JPG, PNG, TIFF.
2.
Dinamic Map : peta dinamis yang tidak hanya digunakan untuk memvisualisasikan saja akan tetapi memiliki menu interaktif sehingga mampu menampilkan perubahan komponen spasial dari obyek yang ditampilkan.
Klasifikasi peta berbasis web dapat dilihat seperti pada gambar I.4 Static Maps Web Maps
View
Interactive Interface and/or content
View
Interactive Interface and/or content
Dinamic Maps
Gambar I.4. Klasifikasi peta berbasis web (Sumber: Kraak, 2000)
Peta statis dalam halaman web biasanya paling banyak digunakan. Peta statis ini adalah peta yang dihasilkan dari produk kartografi seperti peta pada umumnya atau didapat dari hasil scan peta yang kemudian dimasukkan ke dalam web. Kebanyakan dari jenis peta statis ini adalah berupa view only. Peta jenis ini tidak dinamis karena peta jenis ini akan berubah jika data peta tersebut di perbaharui lagi
10
dengan cara di-scan atau di-upload sebagai bitmap melalui server. Peta ini akan menjadi interaktif, apabila kemudian pengguna dapat melakukan perintah-perintah tertentu, misalnya: zooming, panning, dan hyperlink ke informasi tertentu, atau pengaturan pada layer tertentu yang ingin ditampilkan pengguna. Peta dinamis merupakan peta yang merepresentasikan perubahan-perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah bahwa pemetaan jenis ini datanya selalu terkini karena sifat dari data spasial pada petanya yang selalu dapat diperbaharui dan secara otomatis dilakukan penyesuaian yang dilakukan oleh pengguna tanpa harus melalui server. Dinamic view only map merupakan peta berbasis web yang petanya hanya terdapat zooming dan panning saja. Pada peta dinamis interaktif, peta ini dapat memberikan fungsi seperti geocoding, geotagging, dan pencarian lokasi dengan menggunakan query yang dapat dilakukan oleh pengguna situs, misalnya menentukan jalur perjalanan dari suatu lokasi. Peta dinamis yang sering ditemui di halaman web misalnya: peta dinamis perubahan pertumbuhan kota, peta jalur perjalanan dengan animasi jalurnya, peta tiga dimensi yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda (Kraak, 2000).
I.5.3. Sistem Kerja Web GIS. Sistem web GIS yang sekarang berkembang terbagi ke dalam dua sistem. Sistem pertama adalah sistem WMS (Web Map Service) dan sistem kedua adalah WFS (Web Feature Service) (Kemenristek, 2013). Kedua sistem ini memiliki sistem kerja yang berbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Walaupun kedua sistem ini memiliki sistem kerja yang berbeda, kedua sistem dapat saling terhubung satu sama lain.
I.5.3.1. WMS (Web Map Service). Sistem WMS bekerja dengan menerima permintaan dari pengguna yang kemudian diteruskan menuju server WMS yang akan memproses permintaan tersebut dan melakukan pencarian data yang diinginkan. Data yang telah didapatkan kemudian akan dikirimkan kembali oleh server menuju pengguna. Data peta yang ditampilkan pada sistem WMS berupa file dalam format gambar, sehingga dalam sistem WMS peta yang ditampilkan berbentuk data raster. Format file yang dapat digunakan adalah Scalable Vector Graphics (SVG), Portable
11
Network Graphics (PNG), Graphics Interchange Format (GIF) or Joint Photographics Expert Group (JPEG) (Kemenristek, 2013). WMS memiliki tiga protokol operasi utama, yaitu GetCapabilities, GetMap, dan GetFeatureInfo. GetCapabilities memungkinkan pengguna untuk melakukan perintah kepada server untuk melakukan pencarian data dan mengambil metadata dari data yang diinginkan. Setelah data yang diinginkan didapat, maka proses ini dilanjutkan dengan protokol GetMap. GetMap akan menampilkan lapisan peta yang telah memiliki refrensi spasial, ukuran, skala, dan geometri piksel yang indentik. Urutan dari lapisan peta yang akan ditampilkan telah disusun sebelumnya oleh pengguna, sehingga hasil peta yang ditampilkan telah sesuai dengan susunan yang diinginkan. Protokol selanjutnya yang terlibat dalam proses WMS adalah GetFeatureInfo. GetFeatureInfo memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai skema dan metadata dari lapisan peta yang diinginkan.
I.5.3.2. WFS (Web Feature Service). WFS bekerja serupa dengan WMS yaitu pengguna akan melakukan permintaan yang akan diterima oleh server WFS. Server WFS kemudian akan melakukan pemrosesan permintaan dan akan melakukan pencarian data yang diinginkan. Setelah data didapatkan oleh server WFS, berbeda dengan WMS, server WFS akan menampilkan data dalam format vektor. WFS ditulis dengan bahasa XML (Extensible Markup Language) yang berisikan mengenai sistem referensi koordinat dari data, bentuk geometri dari data (titik, garis, atau poligon), dan seluruh koordinat yang membentuk data. XML ini kemudian akan digambarkan dengan menggunakan GML (Geography Markup Language) berupa data vector dari koordinat yang tertulis pada XML. WFS memiliki lima protoKol operasi utamanya yaitu GetCapabilities, DescribeFeatureType, GetFeature, LockFeature dan Transaction. GetCapabilities mendeskripsikan kepasitas yang dimiliki oleh server WFS seperti tipe fitur yang dapat diberikan dan operasi yang dapat didukung pada setiap tipe fitur. DescribeFeatureType memberikan informasi mengenai struktur dari setiap tipe feature setiap kali dilakukan permintaan. GetFeature mengambil dan menampilkan feature yang diminta oleh pengguna. LockFeature melakukan penguncian pada satu atau lebih feature yang diambil selama durasi operasi Transaction. Transaction
12
memberikan
kemampuan
untuk
melakukan
pembuatan,
pengubahan,
dan
penghapusan pada fitur. Kemampuan yang terdapat pada operasi Transaction memungkinkan dilakukannya analisis spasial dan modeling dengan memanfaatkan web GIS seperti yang dapat dilakukan pada GIS desktop (Kemenristek, 2013).
I.5.4. OpenGeo Suite OpenGeo Suite merupakan sebuah paket dari beberapa perangkat lunak geospasial berbasis web yang dapat diunduh secara bebas (open source) melalui website dengan URL www.boundlessgeo.com. OpenGeo Suite dapat membantu pemakai untuk dapat mempublikasikan data spasial tanpa menggunakan aplikasi SIG melalui internet. Perangkat lunak yang terdapat pada OpenGeo Suite adalah GeoServer, GeoExplorer, PostGIS, dan GeoWebCache. Layanan yang disediakan oleh OpenGeo Suite ini terdapat pada Gambar I.5.
Gambar I.5. Layanan yang disediakan OpenGeo Suite (Sumber : www.boundlessgeo.com)
I.5.4.1. GeoServer. GeoServer merupakan aplikasi server yang berbasis pada Java yang memungkinkan para pengguna dapat melihat dan melakukan editing data geospasial. Geoserver menggunakan aturan standard yang diciptakan oleh Open Geospatial Consortium (OGC) (Bowens, 2009). GeoServer memungkinkan adanya fleksibilitas dalam pembuatan peta dan membagikan data geospasial yang dimiliki oleh pengguna. GeoServer memungkinkan untuk menampilkan informasi spasial kepada dunia. Dengan mengimplementasikan standard pada Web Map Service (WMS), GeoServer dapat membuat peta dalam berbagai jenis format. GeoServer juga dapat mengaplikasikan standard pada Web Feature Services, di mana pengguna dapat
13
membagi dan mengedit data yang terdapat pada peta di web. Aplikasi ini akan membuat transparansi data semakin dimudahkan bagi pengguna internet. GeoServer merupakan aplikasi bebas. Hal ini tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan produk-produk SIG yang terdahulu telah ada, seperti misalnya ArcGIS. GeoServer dapat menunjukkan data dari aplikasi pemetaan yang sudah sering sekali digunakan dan sudah tidak awam bagi masyarakat, yaitu seperti Google Maps, Google Earth, Yahoo Maps, dan Microsft Virtual Earth. Selain itu GeoServer juga dapat berinteraksi dan terdapat koneksi dengan aplikasi SIG lainnya yaitu seperti ESRI ArcGIS. GeoServer dapat membaca beragam format data, dari berkas di dalam media penyimpanan data hingga basisdata dari luarsistem. Berikut ini merupakan berkas dan sumber data yang didukung oleh GeoServer : 1.
Data vektor yaitu Shapefile, Java Properties, GML, VPF, Pregeneralized Features.
2.
Data raster yaitu GeoTIFF, GTOPO30, WorldImage, ImageMosaic, ArcGrid, GDAL Image Formats, Oracle Georaster, Postgis Raster, ImagePyramid, dan Image Mosaic JDBC.
3.
Basisdata yaitu PostGIS, H2, ArcSDE, DB2, MySQL, Oracle, Microsoft SQL Server, Teradata, JNDI.
Komponen utama dari GeoServer terdiri dari tiga, yaitu Workspace, Store, dan Layer (Kemenristek, 2013). Ketiga komponen ini memiliki definisi dan fungsinya masing-masing, serta dalam penggunaannya saling berkaitan satu sama lain. 1.
Workspace Workspace adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tempat yang digunakan untuk mengelompokkan layer yang serupa. Workspace didesain terpisah, terisolasi antara satu proyek dengan proyek lainnya. Dengan menggunakan Workspace, dimungkinkan untuk menggunakan layer dengan nama yang sama (dengan nama layer pada Workspace) tanpa adanya konflik data. Nama Workspace digunakan sebagai awalan dari layer atau store. Sebagai contoh, layer jalan dalam Workspace airport akan ditulis seperti airport : jalan. Stores dan Layer harus terhubung dengan Workspace tertentu.
14
2.
Store Store adalah sebuah istilah yang digunakan untuk tempat penyimpanan data geografik. Sebuah Store mengacu pada sumber data spesifik, apakah berupa shapefile, basisdata atau data lainnya yang didukung oleh GeoServer. a.
Sebuah Store dapat terdiri dari banyak layer, seperti sebuah basisdata yang dapat terdiri dari banyak tabel.
b.
Sebuah Store juga dapat terdiri dari satu layer saja, sebagai contoh, apabila berkas yang digunakan adalah GeoTIFF.
c.
Sebuah Store harus menyimpan paling tidak satu layer.
GeoServer menyimpan parameter koneksi dalam setiap Store (seperti alamat shapefile untuk terhubung ke basisdata). Setiap Store terhubung dengan satu (dan hanya satu) Workspace. 3.
Layer Sebuah Layer adalah himpunan fitur geospasial atau sebuah coverage. Layer merupakan hasil berupa data vektor atau rasteryang akan ditransmisikan melalui protokol web service. a.
Biasanya sebuah layer terdiri dari satu tipe geometri (titik, garis, poligon, raster),
b.
Memiliki satu tipe tema (jalan, permukiman, batas administrasi, dan sebagainya).
Selain sebagai fitur individual, sebuah layer adalah kelompok terkecil dari data geospasial. Sebuah layer merupakan representasi satu tabel atau view dari satu basisdata, atau dari berkas tertentu. GeoServer menyimpan informasi yang terkait dengan sebuah layer, seperti informasi proyeksi, bounding box, Style, dan lainnya. Setiap layer harus dihubungkan dengan satu (dan hanya satu) Workspace. Fitur Layer ini berfungsi menyimpan data spasial yang hanya memiliki satu layer saja, untuk menggabungkan beberapa layer dalam satu tampilan dapat digunakan fitur Layer Group. Sebuah Layer Group memungkinkan permintaan banyak layer dalam satu permintaan WMS tunggal. Sebuah Layer Group mengandung informasi mengenai layer yang ada dalam grup tersebut, urutan visualisasi layer, proyeksi, Style dan lainnya. Informasi ini dapat berbeda dari
15
setiap layer yang menjadi komponen grup. Layer Group tidak terkait dengan konsep Workspace, dan hanya relevan dengan permintaan WMS.
I.5.4.2. GeoExplorer. GeoExplorer adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun dan mempublikasikan aplikasi pemetaan secara online. GeoExplorer juga dapat menentukan Style dan layer serta melakukan penambahan dan pengurangan data. Dalam hirarki OpenGeo Suite, GeoExplorer berada pada tingkatan teratas yang berada diatas GeoServer dengan menggunakan data dari basisdata PostGIS dan filesystem. Publikasi peta yang dapat dilakukan oleh GeoExplorer ini adalah dengan memberikan URL dari hasil peta yang telah disusun sebelumnya pada GeoServer atau bisa juga dengan mensisipkan pada desain website yang telah dibuat dengan bantuan bahasa pemrograman tertentu.
I.5.4.3. PostGIS. PostGIS merupakan sebuah ekstensi dari aplikasi basisdata PostgreSQL yang saling berhubungan dan dapat mengatur data-data spasial dalam sebuah basisdata. PostGIS dikembangakan oleh Refraction Research Inc., sebagai sebuah
proyek
penelitian
mengenai
teknologi
basisdata
spasial.
Dalam
pengembangannya PostGIS dimaksudkan agar dapat mendukung berbagai fungsi yang dikerjakan pada Sistem Informasi Geografis, meliputi penyediaan aplikasi OpenGIS, konstruksi topologi (seperti tutupan lahan, permukaan, maupun jaringan), tampilan antarmuka bagi pengguna untuk menampilkan dan mengedit data SIG, serta sebagai fitur untuk mengakses data spasial melalui internet. Pada OpenGeo Suite juga disediakan fitur aplikasi ini, untuk memudahkan dalam mengatur basisdata spasial.
I.5.4.4. GeoWebCache. GeoWebCache adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan tampil peta yang disimpan di dalam OpenGeo, dengan cara menyimpan gambar yang sering diakses.
I.5.5. Potensi Sumberdaya Alam di Kulon Progo 1.5.5.1. Pengertian sumberdaya alam. Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dan terjadi secara alami serta melalui proses yang
16
panjang
dalam
mekanismenya
(Soeriatmadja,
1997).
Apabila
seseorang
memanfaatkan sesuatu obyek untuk menghasilkan produk, maka obyek tersebut menjadi sumberdaya alam. Sumberdaya alam juga merupakan segala sesuatu yang ada di alam, baik berupa benda hidup maupun benda mati yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Berdasarkan ketersediannya di alam, sumberdaya alam dapat dikelompokkan menajdi dua, yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui merupakan sumberdaya alam yang hampir tidak pernah habis, contohnya adalah air, karena di alam keberadaan air selalu tetap akibat terjadinya siklus air (daur hidrologi). Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui merupakan sumberdaya alam yang apabila digunakan terus menerus akan habis. Contoh sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah adalah minyak bumi. Berdasarkan jenisnya, sumberdaya alam dapat diklasifikasikan menjadi sumberdaya alam biotik (hidup) dan sumberdaya alam abiotik (mati). Sumberdaya alam biotik merupakan segala jenis sumberdaya alam yang berasal dari makhluk hidup. Sumberdaya alam abiotik merupakan jenis sumberdaya alam yang berasal dari benda mati, seperti tanah, air, bahan tambang, dan sebagainya (Soeriatmadja, 1997).
1.5.5.2. Deskripsi singkat mengenai penggunaan SDA. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penggunaan dari sumberdaya alam, beserta dengan sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. 1.
Biogas merupakan salah satu teknologi penanggulangan sampah dan sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia. Gas ini berasal dari berbagai macam sampah organic seperti sampah biomassa, kotoran manusia, dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa udara). Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari pembuatan biogas yang berupa bubur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan unsur-unsur yang
17
dibutuhkan oleh tanaman (Sufyandi, 2001). Biogas pada hakikatnya telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang ada di Pulau Jawa. Biogas yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran hewan terutama kotoran sapi dalam keadaan kedap udara (Said, 2010). Melalui deskripsi di atas, persebaran biogas yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo dapat dikategorikan sebagai salah satu sumberdaya alam, karena dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. 2.
Sumberdaya mineral merupakan salah satu dari jenis sumberdaya geologi, sedangkan untuk dua jenis lainnya adalah sumberdaya energi dan sumberdaya lingkungan. Sumberdaya mineral itu sendiri dibagi menjadi dua golongan, yaitu sumberdaya mineral logam dan non logam. Sumberdaya mineral non logam sering disebut sebagai bahan galian golongan C atau bahan galian industry. Kelompok sumberdaya mineral ini antara lain pasir, batu kali, batu gunung, tras, kaolin, belerang, sinabar, dan lain-lain yang kesemuanya itu sangat era hubungannya dengan kegiatan gunung api pada masa lalu (Bronto dan Hartono, 2003).
3.
Pembangkit listrik tenaga sel surya adalah suatu teknologi yang dapat mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik. Sel surya ini banyak digunakan untuk penyediaan tenaga listrik bagi penerangan, pompa air, telekomunikasi, dan lain sebagainya. Pemanfaatan sistem sel surya sebagai pembangkit tenaga listrik telah banyak diterapkan baik yang menghasilkan daya rendah maupun yang berdaya tinggi (Effendi, 2012).
4.
Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan, dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengarh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang (Brinkman dan Smyth, 1973). Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat
18
dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Worosuprojo, 2007).
1.5.5.3. Sumberdaya alam Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo memiliki lahan pertanian yang produktif, sebagian besar penduduknya kebanyakan bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah memberikan sumbangannya pada PDRB Kabupaten Kulon Progo sebesar 38,38 % dan merupakan kontribusi yang terbesar sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo. Dari subsektor pertanian rakyat, padi merupakan komoditas utama disamping produk pangan. Luas area lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2003 seluas 10.842 ha. Luas sawah tersebut diatas terdiri dari: sawah teknis, dan ½ teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan. Keberadaan sawah dan jaringan irigasi telah mendukung produksi padi yang dihasilkan telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo dicanangkan sebagai agrobisnis sejak tahun 1999 sudah mencapai swasembada pangan secara nasional hingga saat ini. Produksi padi mencapai 113.486,29 ton atau setara 73.766,09 ton beras sehingga apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kulon Progo tahun 2003 yang sebanyak 424.751 orang, maka ketersediaan beras bagi penduduk Kulon Progo sekitar 173,366 kg/orang/tahun. Kabupaten Kulon Progo mempunyai potensi di sektor industri, selama kurun waktu 2001-2003, perkembangan industri cukup mengesankan. Hal ini terlihat dari perkembangan komponen-komponennya yang meliputi : jumlah industri, unit usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai investasi, nilai tambah, nilai produksi (Badan Pusat Statistik, 2012). Selain sektor pertanian dan industri, Kabupaten Kulon Progo juga mempunyai potensi sektor pertambangan yaitu pertambangan galian golongan C yang terdiri dari batu Gamping, Andesit, pasir/krikil, sirtu, serta yang paling terkenal dalam penghasilan dan nilainya adalah pasir besi. Sektor ini juga telah berkembang ini terlihat dari jumlah unit usaha yang ada, jumlah produksinya, dan nilai poduksinya.