Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain (Barata, 2006). Sektor konstruksi merupakan salah satu pendongkrak perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, bisnis perusahaan konstruksi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 17% dengan nilai sebesar Rp 439,9 triliun dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp 376,1 triliun (Badan Pusat Statistik, 2013). Pesatnya pertumbuhan infrastruktur didorong oleh stabilitas pertumbuhan ekonomi di kisaran 6%. Perusahaan yang bergerak di sektor konstruksi membutuhkan gudang untuk menyimpan bahan bakunya. Gudang harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang. Desain tata letak gudang diperlukan untuk meminimasi total biaya dengan menyeimbangkan antara ruang dan penanganan barang,. Tata letak pergudangan yang efektif harus meminimasi kehancuran dan kerusakan bahan baku di gudang (Ma'arif, 2003). CV. Mandiri Karsa Sejahtera (CV. MKS) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di sektor konstruksi bangunan. CV. MKS menyediakan jasa pemotongan serta pemasangan kaca dan aluminium yang biasanya digunakan pada pintu maupun jendela bangunan, baik untuk perumahan maupun fasilitas umum. CV. MKS melakukan pemesanan bahan baku dengan menggunakan sistem job order, dimana pemesanan bahan baku serta proses produksi akan dilakukan setelah terjadi kontrak antara CV. MKS dan pelanggannya. Pada bulan Januari 2014, CV. MKS menyewa sebuah bangunan (Gudang II CV. MKS) yang digunakan untuk menyimpan persediaan kaca dan aluminium, serta melakukan proses pemotongan kaca yang selanjutnya akan dikirim ke pelanggan. Penambahan lokasi tersebut dikarenakan lokasi sebelumnya (Gudang I CV. MKS) dengan luas bangunan sebesar 118,6 m2 sudah tidak dapat memenuhi kapasitas 1
penyimpanan material serta proses produksi. Sebelum diadakan penambahan lokasi, CV. MKS melakukan penanganan kaca dan aluminium pada Gudang I CV. MKS. Setelah dilakukan penambahan lokasi gudang, Gudang I CV. MKS selanjutnya difokuskan untuk penyimpanan, pemotongan, dan assembly aluminium serta penyimpanan aksesoris. Sedangkan Gudang II CV. MKS digunakan untuk penyimpanan, pemotongan, dan penggosokan kaca serta penyimpanan aluminium yang belum akan digunakan dalam jangka waktu dekat. Secara umum, aktivitas yang terjadi pada Gudang II CV. MKS dapat digambarkan pada Gambar I.1.
Supplier
Receiving
Storing
Picking
Cutting
Scouring
Shipping
Proyek Bangunan
Gambar I.1 Aktivitas pada Gudang II CV. MKS (Sumber: CV. MKS, 2013) Aktivitas yang terjadi pada Gudang II CV. MKS antara lain adalah: a. Receiving; yaitu proses penerimaan bahan baku (kaca dan aluminium) dari berbagai supplier di area cross docking. b. Storing; yaitu proses peletakan bahan baku, yaitu kaca pada pallet dan aluminium pada rak. c. Picking; yaitu proses pengambilan bahan baku (kaca dan aluminium) yang dibutuhkan sesuai dengan permintaan. d. Cutting; yaitu proses pemotongan kaca sesuai dengan permintaan pelanggan. e. Scouring; yaitu proses penggosokan serta penghalusan kaca yang telah dipotong. f. Shipping; yaitu proses pengiriman produk setengah jadi (kaca yang telah dipotong) ke proyek bangunan atau bahan baku aluminium batang ke Gudang I CV. MKS. Untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan harus diiringi dengan penanganan gudang yang optimal. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di Gudang II CV. MKS. Salah satu permasalahan pada Gudang II CV. MKS adalah inventory level maksimum material
2
kaca yang melebihi kapasitas penyimpanan. Gambar I.2 menunjukkan grafik perbandingan antara inventory level maksimum dan kapasitas gudang di Gudang II CV. MKS.
Perbandingan Inventory Level Maksimum dan Kapasitas Gudang II CV. MKS Tahun 2014 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Januari
Februari
Maret
Inventory Level Maksimum
April
Mei
Kapasitas
Gambar I.2 Perbandingan Utilitas dan Kapasitas Gudang II CV. MKS (Sumber: CV. MKS, 2014) Gambar I.2 menunjukkan bahwa inventory level material kaca pada Gudang II CV. MKS melebihi kapasitas penyimpanan kaca. Hal ini disebabkan oleh pemindahan fasilitas dari Gudang I CV. MKS dilakukan secara bertahap dan hingga bulan Mei 2014 belum diadakan pemindahan seluruh fasilitas ke Gudang II CV. MKS. Beberapa pallet kaca masih berada di lokasi Gudang I CV. MKS dan belum dipindahkan ke Gudang II CV. MKS. Gambar I.3 menunjukkan layout eksisting pada Gudang II CV. MKS luas bangunan sebesar 172,625 m2.
3
ALUMINIUM STORAGE
GLASS STORAGE
SCRAP STORAGE
GLASS STORAGE
RESIDUAL GLASS STORAGE
CUTTING & SCOURING
RECEIVING & SHIPPING
Gambar I.3 Layout Eksisting Gudang II CV. MKS Gambar I.3 memperlihatkan bahwa pada kondisi eksisting penggunaan ruang yang terpakai belum maksimal. Beberapa area kosong belum digunakan sehingga dapat mengakibatkan pemborosan. Berdasarkan penelitian serta perhitungan, luas bangunan yang telah terpakai adalah sebesar 67,55 m2, sehingga utilitas penggunaan space gudang saat ini baru mencapai 39,13%. Utilitas lokasi penyimpanan yang melebihi 85% pada gudang nonreal-time dan 90% pada real time dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan keselamatan operasional gudang (Frazelle, 2002).
4
CUTTING & SCOURING
3
ALUMINIUM STORAGE
2
2
4
3
5
SCRAP STORAGE
5
2 GLASS STORAGE
2
1
2 1
2 GLASS STORAGE
RESIDUAL GLASS STORAGE
4
1
: Operasi
1 : Penyimpanan
6
RECEIVING & SHIPPING
: Pengangkutan : Aliran Kaca : Aliran Aluminium
Gambar I.4 Aliran Material Gudang II CV. MKS Gambar I.4 menunjukkan aliran material pada Gudang II CV. MKS. Warna hitam menunjukkan aliran material kaca, sedangkan warna merah menunjukkan aliran material aluminium. Aliran material kaca pada saat ini memiliki kekurangan pada penyimpanan kaca, dimana penyimpanan kaca yang terletak pada ujung gudang mengalami kesulitan untuk melakukan proses penyimpanan dan pemotongan karena aisle pada daerah tersebut sangat sempit. Untuk memaksimalkan utilitas penggunaan ruang, CV. MKS akan melakukan penambahan beberapa fasilitas pada Gudang II CV. MKS, yaitu beberapa pallet kaca dan work station penggosokan kaca. Pallet kaca yang masih berada di Gudang I CV. MKS perlu dipindahkan untuk memaksimalkan utilitas penggunaan ruang pada Gudang II CV. MKS. Selain itu, pada kondisi eksisting penggosokan kaca dilakukan di work station pemotongan, sehingga proses penggosokan ini menggangu jalannya proses pemotongan. Menurut hasil wawancara dengan salah 5
satu pemilik CV. MKS, proses penggosokan kaca menimbulkan scrap yang dapat mengotori bahan baku yang disimpan di area penyimpanan barang, untuk itu diperlukan sebuah ruangan khusus untuk melakukan proses penggosokan. Pendirian pabrik baru dan penambahan departemen baru merupakan salah satu permasalahan dalam tata letak yang mendorong perlu dilakukannya relayout (Hadiguna & Setiawan, 2008). Berdasarkan beberapa masalah yang telah dipaparkan, perlu dilakukan perancangan tata letak fasilitas ulang. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan utilitas penggunaan ruanngan pada Gudang II CV. MKS. Dengan tetap mempertimbangkan popularitas, kesamaan, ukuran, dan karakteristik material, tata letak harus dirancang untuk memaksimalkan utilitas ruangan sehingga tingkat pelayanan yang baik dapat terpenuhi (Tompkins, et al., 2003). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk perancangan layout adalah metode BLOCPLAN. Perancangan layout pabrik menggunakan metode BLOCPLAN dapat menghasilkan penurunan biaya material handling sebesar 38,68% pada Fasilitas Produksi di CV. Dimas Rotan Gatak Sukoharjo (Wahyudi, 2010). Untuk mengatur aliran material yang sesuai dengan aliran proses produksi serta stasiun kerja, penelitian ini mengusulkan untuk melakukan relokasi pabrik ke area yang lebih luas. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba merancang tata letak fasilitas gudang untuk meminimasi biaya material handling dengan memaksimalkan utilitas gudang dan memperhatikan efektivitas dan efisiensi aliran bahan. Perancangan tata letak yang dilakukan menggunakan metode BLOCPLAN. Dengan adanya solusi yang diusulkan sebagai output dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan perbaikan bagi Gudang II CV. MKS sehingga produktivitas perusahaan serta kepuasan pelanggan dapat dicapai dengan maksimal. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
6
1. Bagaimana tata letak pada Gudang II CV. Mandiri Karsa Sejahtera dengan menggunakan
metode
BLOCPLAN
untuk
memaksimalkan
utilitas
penggunaan ruang yang tersedia dengan mempertimbangkan permintaan dan meminimasi momen perpindahan aliran material? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan kegiatan penelitian yang dilakukan adalah: 1.
Membuat tata letak fasilitas pada Gudang II CV. MKS dengan menggunakan metode BLOCPLAN sehingga dapat memaksimalkan utilitas penggunaan ruang yang tersedia dengan mempertimbangkan permintaan dan meminimasi momen perpindahan aliran material.
I.4 Batasan Masalah Agar penelitian dilakukan secara terfokus terhadap tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan pembatasan terhadap ruang lingkup penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Usulan tata letak mempertimbangkan ketetapan perusahaan.
2.
Workstation yang ditambahkan adalah workstation penggosokan yang menggunakan mesin gerinda dengan kebutuhan luas sebesar 2,2 m x 1,8 m.
3.
Perancangan tata letak dilakukan untuk mencapai utilitas penggunaan ruang gudang maksimum sebesar 85%.
I.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kapasitas Gudang II CV. MKS
2.
Sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tata letak gudang.
3.
Meningkatkan pelayanan Gudang II CV. MKS untuk menunjang proses produksi.
7
I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
Bab II
Tinjauan Pustaka Bab ini berisi literatur yang berhubungan dengan penelitian mengenai perbaikan tata letak fasilitas serta penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Landasan teori yang dibahas meliputi pengetahuan dan metode-metode serta teori yang mendukung untuk melakukan penelitian tersebut.
Bab III
Metodologi Penelitian Bab ini berisi langkah-langkah dalam melakukan penelitian tugas akhir secara rinci. Metodologi penelitian digunakan sebagai penunjuk arah agar dalam pelaksanaan penelitian tidak akan menyimpang dari tujan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tahapan dalam penelitian ini adalah tahap identifikasi dan pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap analisis dan kesimpulan.
Bab IV
Pengumpulan Dan Pengolahan Data Bab ini berisi pengumpulan data-data pendukung penelitan yang dilakukan melalui berbagai proses seperti observasi, wawancara, dan perolehan data dari perusahaan. Pengolahan data dilakukan sesuai
8
dengan metode yang telah dikonsepkan pada Bab III yang kemudian dianalisis untuk mengusulkan solusi perbaikan. Bab V
Analisis Bab ini berisi analisis terhadap pengolahan data dan alternatif usulan perbaikan yang dilakukan pada Bab IV. Pada bab ini juga akan dilakukan perbandingan antara kondisi eksisting dan kondisi setelah diberikan usulan perbaikan.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian serta pengajuan saran bagi perusahaan sebagai solusi perbaikan dan saran untuk penelitian selanjutnya sebagai masukan di masa yang akan datang.
9