BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi kendaraan bermotor roda empat di tanah air adalah 9.461.984 unit sedangkan untuk kendaraan bermotor roda dua adalah 23.312.945 unit yang kemudian diperkirakan akan meningkat sebesar sepuluh persen per tahun (BPPT, 2004). Peningkatan jumlah industri kendaraan bermotor diharapkan dapat meningkatkan permintaan bagi industri komponen kendaraan bermotor.
Besarnya potensi pasar komponen otomotif juga ditunjukkan dengan masuknya China, Korea dan Taiwan sebagai negara pengekspor komponen otomotif purna jual terbesar yang masuk ke Indonesia (Disperindag Jabar, 2006). Gambaran ini menunjukkan bahwa dari sisi permintaan pasar, kebutuhan akan komponen otomotif sangat tinggi.
Industri otomotif dan industri komponen otomotif merupakan industri yang diprioritaskan pegembangannya di dalam kebijakan industri nasional (Depperin, 2007). Industri komponen otomotif di dalam pelaksanaannya menghadapi kendala dalam pengembangannya, diantaranya ketergantungan terhadap bahan baku impor, kurang tersedianya tenaga kerja terampil dan kurang efisiennya kegiatan industri (Disperindag Jabar, 2006). Pengembangan industri komponen otomotif dimaksudkan untuk mensinergikan semua potensi dan sumber daya sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing.
Peningkatan daya saing perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan komponen otomotif semakin seiring dengan permintaan akan kendaraan bermotor yang diprediksikan akan meningkat. Selain itu, adanya desakan liberalisasi yang
I-1
ditandai dengan kesepakatan terbentuknya pasar bebas juga ikut mendorong perlu dilakukannya peningkatan daya saing. Peran pemerintah juga ikut menentukan dalam upaya mendorong industri untuk lebih berdaya saing. Salah satu bentuk upaya pemerintah adalah diberlakukannya penurunan tarif impor. Pemberlakuan penurunan tarif impor akan mendorong industri komponen otomotif domestik untuk lebih meningkatkan kinerjanya seperti produktifitas dan efisiensi.
Kebijakan otomotif yang digunakan saat ini adalah kebijakan otomotif tahun 1999. Kebijakan baru ini dimaksudkan guna mengantisipasi perkembangan masa mendatang. Menurut Sargo (2004), hal-hal yang penting dari kebijakan otomotif 1999 adalah: Dihapuskannya sistem insentif yang dikaitkan dengan ketentuan pencapaian kandungan lokal. Industri bebas memilih tingkat kegiatan yang akan dilakukan apakah manufaktur, perakitan atau impor utuh. Diutamakan produksi jenis sedan dan kendaraan niaga kecil (dibawah 1.500 cc) dengan mengandalkan pasar dan kemampuan produksi yang telah ada, sekaligus mendorong industri komponen. Tarif bea masuk (BM) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) disesuaikan dengan ketentuan harmonized system (HS), dan tidak ada lagi perlakuan khusus terkait dengan investasi. Mempersiapkan industri agar lebih berdaya saing, memasuki era perdagangan bebas (AFTA tahun 2002 dan APEC). Impor kendaraan dalam keadaan utuh (CBU) dipermudah, dengan tarif diturunkan.
Diperlukan suatu perangkat kebijakan industri yang dapat meningkatkan performansi dalam rangka mencapai perkembangan industri komponen otomotif. Jan dan Hsiao (2004) menunjukkan bahwa industri otomotif merupakan proses yang kompleks dan dinamis. Berkaitan dengan hal ini Jan dan Hsiao (2004) telah mengembangkan model dinamika sistem untuk industri otomotif di Taiwan. Penelitian ini juga mengaplikasikan metode dinamika sistem dalam perancangan kebijakan industri komponen otomotif. Selanjutnya, penelitian di industri lainnya yang berhubungan dengan penyusunan kebijakan industri adalah penelitian
I-2
Cakravastia
(1997)
yang
menganalisis
dampak
kebijakan
menjelang
diberlakukannya pasar bebas ASEAN 2003 pada industri produk dari plastik dengan
menggunakan
metode
dinamika
sistem.
Romahurmuziy
(2002)
menganalisis dampak kebijakan otomotif tahun 1993 dan 1999 dengan menggunakan metode dinamika sistem. Jan dan Hsiao (2004) menganalisis proses perkembangan industri otomotif di Taiwan dengan menggunakan metode dinamika sistem. Giyanti (2004) menganalisis dampak kebijakan industri karet dan barang dari karet terhadap pertumbuhan industri dengan menggunakan metode dinamika sistem. Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa metode dinamika sistem dapat digunakan untuk merancang kebijakan.
Pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang model kebijakan industri komponen otomotif adalah pendekatan model dinamika sistem karena metode ini mampu menunjukkan pemahaman perilaku sistem dinamis dengan lebih baik dibandingkan metode yang lain. Melalui pendekatan ini diharapkan menghasilkan alternatif kebijakan peningkatan performansi industri komponen otomotif dengan melakukan berbagai macam skenario yang mungkin dilakukan pemerintah yang secara umum oleh Departemen Perindustrian dan Direktorat Jenderal
Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan
khususnya.
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana model kebijakan industri komponen otomotif? Bagaimana kebijakan industri yang sesuai untuk meningkatkan performansi industri komponen otomotif?
I-3
I.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengembangkan model kebijakan industri komponen otomotif dengan pendekatan model dinamika sistem. Merancang kebijakan industri yang dapat meningkatkan performansi industri komponen otomotif.
I.4
Batasan Penelitian
Agar penelitian tidak meluas maka penelitian yang dilakukan akan dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut: Penelitian dibatasi pada sektor komponen otomotif yaitu industri karoseri (ISIC 34200), industri komponen mobil (ISIC 34300) dan industri komponen sepeda motor (ISIC 35912) yang disebut industri komponen otomotif. Periode simulasi yang dilakukan yaitu tahun 2000 – 2025. Analisis mengenai pengaruh perjanjian kerjasama perdagangan internasional ditinjau dari skenario penurunan tarif dan penurunan harga produk impor untuk menggambarkan persaingan di pasar internasional sedangkan kualitas pada penelitian di sini tidak dilakukan. Analisis terhadap hasil rancangan kebijakan hanya ditinjau berdasarkan ukuran performansi dari sisi ekonomi yang sifatnya kuantitatif. Analisis terhadap faktor-faktor kualitatif seperti keadaan politik, sosial dan budaya tidak dicakup dalam penelitian ini.
I.5
Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Data,
konstanta
dan
model
yang
merepresentasikan sistem nyata.
I-4
dibangun
diasumsikan
dapat
Produk industri komponen dan karoseri diasumsikan homogen dalam satuan rupiah.
I.6
Posisi Penelitian
Beberapa penelitian sektor industri yang menggunakan pendekatan model dinamika sistem seperti industri otomotif, industri plastik dan industri karet. Model konseptual yang digunakan adalah model industri nasional oleh Forrester (1991) dan Generic commodity oleh Sterman (2000), kemudian dilakukan pengembangan
dengan
melakukan
penyesuaian
terhadap
sistem
nyata.
Selanjutnya, beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Cakravastia (1997) Penelitian ini menganalisis dampak kebijakan industri produk dari plastik sebelum tahun 2003 yaitu sebelum pasar ASEAN diberlakukan serta melakukan perancangan kebijakan menghadapi diberlakukannya pasar ASEAN baik kebijakan penawaran tahun 2003 dan kebijakan penawaran & permintaan 2003. Sistem industri produk dari plastik memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar sub sistem. Terdapat delapan buah sub sistem, yaitu: produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah dan perdagangan internasional. Dimana secara keseluruhan skenario yang
dilakukan
menghasilkan
perilaku
penurunan
performansi
industri
dibandingkan dengan model dasar. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Romahurmuziy (2002) Penelitian ini menganalisis industri otomotif nasionail. Industri otomotif memiliki karakteristik dinamis yang dibangun oleh delapan buah sub sistem, yaitu: produksi (perakitan+komponen), bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, perdagangan internasional, pemerintah dan keuangan. Model yang dibangun menunjukkan bahwa pengenaan kebijakan-kebijakan mampu membawa tingkat produksi domestik ke tingkat produksi ke tingkat yang lebih
I-5
berkesinambungan. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1.
Jan & Hsiao (2004) Penelitian ini menganalisis karakteristik industri otomotif dan struktur sistem industri otomotif untuk mengeksplorasi perilaku sistem dengan pendekatan sistem dinamis. Kebijakan yang digunakan dalam model adalah kebijakan kandungan lokal dan kebijakan tarif. Ada empat peran yang digunakan dalam modelnya dimana peran konsumen merupakan peran penting yang digunakan sebagai skenario. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1.
Giyanti (2004) Penelitian ini menganalisis dampak perjanjian kerjasama perdagangan dunia serta melakukan perancangan kebijakan makroekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan industri industri karet dan barang dari karet. Sistem industri karet dan barang dari karet memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar komponen yang membentuk sistem. Terdapat tujuh sub sistem, yaitu: produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pasar luar negeri dan pemerintah. Penelitian ini menganalisis perjanjian kerjasama perdagangan yang memberi dampak penurunan pada performansi industri. Kebijakan dari sisi penawaran memberikan perilaku performansi industri yang lebih baik daripada dari sisi permintaan. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1.
Posisi dan state of the art penelitian ini menganalisis dampak perjanjian kerjasama perdagangan dunia serta melakukan perancangan kebijakan industri yang mampu meningkatkan performansi industri komponen otomotif. Sistem industri komponen otomotif memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar komponen yang membentuk sistem. Terdapat tujuh sub sistem yang digunakan, yaitu: industri komponen otomotif, bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar domestik, permintaan pasar ekspor, pemerintah dan impor.
I-6
Dampak perjanjian kerjasama perdagangan internasional adalah berupa penurunan performansi industri. Kebijakan gabungan yang meliputi penyediaan bahan baku, peningkatan efisiensi kegiatan industri, penyediaan tenaga kerja terampil, akses pasar mampu meningkatkan performansi industri. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1.
I-7
Tabel I.1. Posisi penelitian Nama, tahun Sektor industri
Cakravastia, 1997 Romahurmuziy, 2002 Industri produk dari Plastik (1 Industri otomotif KBLI) (1 KBLI)
Jan & Hsiao, 2004 Industri otomotif Taiwan (1 KBLI)
Pendekatan Sub sistem
Dinamika sistem 8 sub sistem : produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah, perdagangan internasional
Dinamika sistem Dinamika sistem 4 sub sistem : industri 7 sub sistem : produksi, domestik, kemitraan asing, bahan baku, barang kapital, konsumen, dan tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah pemerintah, pasar luar negeri
Ukuran performansi
Pangsa pasar, tingkat Tingkat pertumbuhan industri, produksi, neraca perdagangan perkembangan ekspor dan impor, tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi Model dasar, kebijakan tahun Model dasar, kebijakan 2003, kebijakan penawaran 1999, kuota I, kuota II, 2003, kebijakan penawaran kuota dan promosi dan permintaan 2003 ekspor
Rata-rata kemampuan industri, kemampuan mendesain mobil, pangsa Pasar Peran konsumen terhadap ukuran performansi
Pengenaan tarif dan kuota yang diterapkan harus berhasil dalam waktu singkat sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN Mempercepat proses tersedianya tenaga kerja terampil dengan cara memperbaiki sistem pendidikan nasional Kebijakan penyediaan bahan baku dan barang kapital membutuhkan suatu sistem distribusi nasional yang baik
Pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan yang mendorong pada kerja sama antara industri domestik dan industri asing Industri domestik diharapkan mampu membuat strategi bersaing dengan berinteraksi dengan tiga sub sistem lainnya Peran konsumen mampu meningkatkan performansi industri di Taiwan
Skenario
Implikasi Kebijakan
Dinamika sistem 8 sub sistem : produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah, perdagangan internasional
Bahwa kebijakan penurunan pajak berarti meningkatkan daya beli masyarakat. Sehingga dibutuhkan infrastruktur Implikasi kebijakan liberalisasi tarif dapat meningkatkan daya beli konsumen, sama halnya dengan penurunan PPnBM Implikasi kuota menghendaki agar pemerintah memperkuat diplomasi dan melakukan pendekatan pada prinsipal
I-8
Giyanti, 2004 Industri Karet dan Barang dari karet (1 KBLI)
Tesis, 2008 Industri komponen otomotif (3 KBLI)
Dinamika sistem 7 sub sistem : industri komponen otomotif, bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar domestik, permintaan pasar ekspor, pemerintah, impor Output industri, total permintaan Output industri, total permintaan pasar, neraca perdagangan pasar, pasar domestik, pasar ekspor, ner aca perdagangan Model dasar, skenario kebijakan permintaan, skenario kebijakan penawaran, dan skenario kebijakan permintaan dan penawaran
Penurunan tarif, penurunan harga, penyediaan bahan baku substitusi impor, peningkatan efisiensi kegiatan industri, penyediaan tenaga kerja terampil, dan gabungan skenario Penerapan kebijakan devaluasi Kebijakan gabungan mampu rupiah dan pengendalian inflasi meningkatkan performansi membawa implikasi agar industri paling baik dibandingkan pemerintah menjaga iklim politik dengan skenario lainnya dan keamanan dalam negeri Penerapan kebijakan penyediaan Kebijakan efisiensi produksi tenaga kerja terampil dilakukan dengan mempelajari membutuhkan kerja sama yang teknologi manufaktur dan produk erat antara pemerintah dengan dengan menerapkan QMS lembaga pendidikan Penerpan kebijakan akses pasar Kebijakan penyediaan tenaga membutuhkan sistem distribusi kerja terampil berimplikasi pada nasional yang mendukung perlunya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas dan daya saing Kebijaka penyediaan bahan baku substitusi impor berimplikasi bahwa perlu adanya kerja sama antara pemerintah, prinsipal dan lembaga pendidikan untuk memperkuat struktur industri dalam hal ketersediaan bahan baku
Gambar I.1. Skema state of the art penelitian I-9
I.7
Sistematika Penulisan
Laporan Tesis ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bab pertama berisi mengenai gambaran umum mengenai keseluruhan isi laporan penelitian yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Asumsi, Posisi Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kedua berisi mengenai teori dasar yang digunakan dalam pengembangan model dan perancangan kebijakan. Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini meliputi : Kebijakan, Teori Ekonomi Makro, Sistem, Model dan Simulasi, Sistem Dinamik serta Tools Powersim.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ketiga berisi mengenai uraian metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. Metodologi penelitian menggambarkan alur pemikiran atau diagram alir yang dilakukan peneliti dalam menganalisis permasalahan sampai dengan solusi dari permasalahan yang dibahas.
BAB IV
: PENGEMBANGAN MODEL
Pada bab keempat berisi mengenai uraian pengembangan model sistem dinamik yang digunakan dalam membahas permasalahan. Uraian model meliputi model kualitatif dan model kuantitatif, dimulai dari deskripsi umum sistem tinjauan dan konseptualisasi sistem, representasi permasalahan ke dalam berbagai bentuk influence diagram hingga formulasi model ke dalam persamaan matematik dan konstruksi struktur model kebijakan. Selain itu, bab ini juga berisi mengenai validasi model untuk menguji kesahihan model yang telah dikembangkan.
I-10
BAB V
: PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL
Pada bab kelima berisi mengenai perilaku setiap skenario kebijakan yang mungkin
dilakukan
oleh
Departemen
Perindustrian
pada
model
yang
dikembangkan. Dimana skenario yang diterapkan merupakan perancangan kebijakan yang dianggap dapat memperbaiki kinerja sistem yang dimodelkan. Setiap alternatif kebijakan akan disimulasikan kemudian dipilih kebijakan yang hasilnya mendekati tujuan penelitian. Kemudian dilakukan analisis perilaku model yang dihasilkan dengan berbagai kriteria. Dimana dijelaskan mengenai pengembangan skenario dan pembahasan perilaku model hasil dari penerapan skenario.
BAB VI
: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab keenam berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.
I-11