1
BAB. I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang
Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan. Sementara itu dalam rangka menunjang pembangunan di pulau Sumatera, terutama dalam rangka pemerataan pembangunan yang kaitmengkait dengan penyebaran penduduk, dengan terbukanya lapangan kerja baru yang sekaligus mempunyai dampak pula pada meningkatnya manfaat potensi sumber daya alam pulau Sumatera, baik yang dibutuhkan pasar international maupun untuk kebutuhan rakyat sendiri, yang selama ini diimpor dari luar negri, amat sangat diperlukan dibangunnya jaringan kereta api sebagai salah satu prasarana darat yang murah, aman dan handal. Pembangunan sistem kereta api baru antara Rantauprapat – Dumai adalah rangka pengembangan/pembangunan jaringan jalan kereta api Sumatera Utara dengan Riau, sebagai bagian dari Trans Sumatera Railway. Untuk wilayah Sumatera Utara penyusunan rencana pengembangan sistem perkereta–apian diintegrasikan dengan sistem jaringan yang telah ada dan rencana pengembangannya, seperti menyambungkan sistem perkeretaapian di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan di propinsi Riau dimasa mendatang, dimana pembangunan jalur kereta api tersebut dimulai dari daerah Rantauprapat. Pentingnya alat angkut kereta api di daerah Sumatera Utara yang akan berlanjut ke daerah Riau telah dirasakan urgensinya oleh masyarakat di daerah tersebut, melihat angkutan jalan raya yang terus meningkat sehingga menimbulkan masalah antara lain kemacetan lalu lintas, kecelakaan dan polusi udara. Dengan adanya rencana pembangunan jaringan jalan rel Sumatera ini maka ada perubahan dalam proses pemilihan moda. Pemilihan moda merupakan tahapan penting di dalam perencanaan transportasi. Ini karena peran kunci dari angkutan umum dalam berbagai kebijakan transportasi. Tidak seorangpun dapat
2 menyangkal bahwa moda angkutan umum menggunakan ruang jalan yang jauh lebih efisien daripada angkutan pribadi, selain itu untuk jenis-jenis moda tertentu seperti kereta api, kapal laut, angkutan sungai, pesawat udara tidak memerlukan jalan raya untuk bergerak sehingga tidak ikut memberikan konstribusi kemacetan pada jalan raya. Pada suatu pergerakan antar kota, faktor pemilihan moda memegang peranan yang cukup penting. Seseorang yang akan bergerak dari satu kota kekota yang lain tentu akan mempertimbangkan banyak hal yaitu apakah pergerakan yang dilakukannya menggunakan angkutan umum saja . Selanjutnya dalam hal menggunakan angkutan umum, banyak pilihan moda transportasi yang dapat digunakan. Semua hal tersebut terkait erat dengan berbagai karakteristik baik moda, jenis perjalanan maupun karakteristik baik moda, jenis perjalanan maupun karakteristik dari pelaku perjalanan itu sendiri. Dalam hal pergerkan antar kota tersebut akanlah sangat efisien, terutama bagi perencana transportasi, jika pergerakan tersebut dilakukan dengan menggunakan angkutan umum misalnya kereta api. Dalam kasus ini moda kereta api lebih efisien dan lebih banyak dalam hal kuantitas untuk memindahkan penumpang dan orang dibandingkan dengan moda transportasi jalan raya. Namun demikian, moda transportasi jalan raya (misalnya bus) memiliki beberapa kelebihan, yaitu mobilitasnya tinggi dan dapat bergerak kapan saja. Oleh karena itu, model pemilihan moda ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui probabilitas pemilihan moda pada suatu pergerakan antar kota dengan menggunakan angkutan umum terutama antara moda yang berbasis jalan rel (kereta api) dan moda yang berbasis jalan raya (bus) terutama dikaitkan dengan kondisi dari pelaku perjalanan (pengguna) itu sendiri. I.2
Deskripsi Wilayah Studi
Jaringan jalur kereta api yang menghubungkan Rantauprapat dengan Dumai terdiri dari dua rute, yaitu rute pertama dari Dumai ke Duri kemudian dari Duri ke Rantauprapat. Kota Dumai merupakan salah satu kota industri di propinsi Riau, sektor industri yang sangat berkembang adalah industri minyak kelapa, metal,
3 mesin dan industri kimia, kota Dumai memiliki pelabuhan laut (pelabuhan dunia) dan bandar udara (Pinang Kampai airport). Selain dari keuntungan di sektor industri dan sektor transportasi, yang menjadikan kota Dumai menjadi suatu alternatif lokasi awal pembangunan lintasan jalur kereta api yang akan direncanakan yang menghubungkan dengan lintasan Sumatera Utara yaitu Rantauprapat. Selain itu kota Dumai merupakan posisi strategis yang neyebabkan kota ini menjadi simpul kegiatan transportasi yang penting, baik yang berskala lokal maupun internasional. Untuk transportasi laut, kota Dumai berfungsi sebagai pelabuhan utama sekunder dengan pelabuhan Yos Sudarso dan untuk transportasi udara, kota Dumai berfungsi sebagai pusat penyebaran sekunder dengan bandara Pinang Kampai. Semua pelabuhan transportasi ini bergerak mengangkut penumpang dan penumpang. Kota Duri yang dilewati oleh jaringan jalur kereta api tersebut merupakan pusat kegiatan lokal. Dimana terdapat suatu kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa serta pusat kegitan minyak dan gas bumi. Kota Rantauprapat adalah pusat pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Labuhan Batu, terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan dengan luas wilayah 167,79 km2. Angka kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Rantau Selatan dengan angka 602 jiwa/km2 dan Rantau Utara dengan angka 572 jiwa/km2. Dimana untuk jaringan jalan kereta api Sumatera Utara jalur Rantauprapat – Kisaran – Tebing Tinggi – Medan, kota Rantauprapat merupakan rute akhir jalur kereta api penumpang. Panjang jalur rencana untuk ruas Duri – Dumai memiliki panjang trase ± 52 km, memotong tiga kabupaten kota yaitu kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan kota Duri, sedangkan untuk ruas Duri – Rantauprapat memiliki panjang Trase ± 194 km, memotong tiga kabupaten kota di wilayah propinsi Riau yaitu Kota Duri, Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir dan satu Kabupaten kota di wilayah propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Labuhan Batu dengan nama kotanya Rantauprapat, berikut ini adalah gambaran wilayah studi yang ditunjukan pada gambar I.1
4
R. Prapat
Prop. Kota Pinang Bagan Batu SUMUT Ujung Tanjung
Dumai
Duri
Prop. RIAU Keterangan: Jalan yang sudah ada sekarang Jalan kereta api yang sudah ada sekarang Rencana jaringan kereta api i
Batas Propinsi Sumber: PT. Kereta Api Indonesia
Gambar I.1 Wilayah sutdi Dalam mendukung rencana pembangunan jaringan jalan kereta api lintas Dumai – Duri – Rantauprapat tersebut dapat dilihat kondisi eksisiting arus lalulintas penumpang yang melalui kawasan tersebut. Penentuan terhadap demand eksisiting penumpang pada studi ini didasarkan pada skenario pengembangan yang dicanangkan. Dalam hal ini sumber yang digunakan adalah data hasil survey dan analisis ATTN (Asal – Tujuan Transportasi Nasioanl)
5 tahun dasar 2001. Pada kajian ini demand eksisting dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Demand Internal, yaitu pergerakan di dalam wilayah studi yaitu Dumai – Rantauprapat. Ekstrasi dilakukan dengan meninjau pergerakan antar Kabupaten – Kota dalam wilayah studi, yang mencakup: Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis,
Kota
Pekanbaru dan Kota Dumai. Dalam hal ini moda transportasi yang melanyani pergerkan tersebut diasumsikan hanya meliputi: moda angkutan darat (Jalan dan Rel). 2. Demand Eksternal, yaitu pergerakan penumpang yang melibatkan wilayah-wilayah eksternal, namun sebagian proses perjalanannya potensial menggunakan prasarana ruas jalan kereta api Duri – Rantauprapat. Selanjutnya, memperhatikan kondisi jaringan jalan kereta api di Pulau Sumatra, yang pada saat ini masih terbagi menjadi tiga kelompok area lanyanan (Aceh – Sumatera Utara bagian timur, Sumatera Barat dan Lampung – Sumatera Selatan), maka skenario demand ini baru diperhitungkan,
bila
seluruh
kelompok
lanyanan
tersebut
telah
terhubungkan. Dalam hal ini moda transportasi yang melanyani pergerakan tersebut diasumsikan meliputi: Moda Angkutan Darat (Jalan dan Rel), Laut dan Udara. Berdasarkan
data
Badan
Pusat
Statistik
Jakarta
mengenai
laju
pertumbuhan PDRB Propinsi Riau diperkirakan tahun 2005 berkisar pada 6,52 % pertahun. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan perjalanan penumpang untuk zona internal pada ketiga moda angkutan tersebut secara gabungan, di estimasikan sebesar 6,5 % pertahun, dan zona eksternal laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,8 %. Demand angkutan penumpang untuk zona internal dan eksternal pada tahun 2010 s/d 2050 dapat dilihat pada tabel I.1 berikut:
6 Tabel I. 1 Demand Angkutan Penumpang/Tahun Untuk Zona Internal Dan Eksternal Tahun 2010 s/d 2050
Sumber: Hasil survey ATTN (Asal-Tujuan Transportasi Nasional) Thn 2001
I.3
Permasalahan
Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di wilayah Sumatera ditambah dengan tingkat urbanisasi yang cukup besar mengakibatkan jumlah penduduk diperkotaan semakin hari semakin padat, seperti halnya di kota Dumai dan Rantauprapat. Dengan
kondisi ini terjadi perubahan dinamika masyarakat yang demikian
besarnya . Di sisi lain terjadi peningkatan taraf hidup dan sosio ekonomi masyarakat yang pada akhirnya berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pergerakan. Dalam kondisi ini sering terjadi orang tinggal di suatu kota namun bekerja di kota-kota lainnya atau bergerak dari suatu kota ke kota lainnya untuk suatu keperluan tertentu atau untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi berhasil meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas pergerakan pada akhirnya merupakan faktor pendukung terjadinya hal tersebut.
7 Apabila kita meninjau pergerakan penumpang antara Rantauparapat-Dumai, maka akan didapatkan hanya satu moda angkutan umum yang melanyani pergerakan penumpang yang ada di kedua kota tersebut yaitu moda bus saja. Angkutan ini pun menjadi pilihan banyak orang karena harganya yang terjangkau. Tetapi jaringan jalan yang menghubungkan kedua kota tersebut hanya dilanyani dengan satu ruas jalan saja, hal ini mengakibatkan beban lalulintas yang ada dilintas ini luar biasa berat, karena semua unit pemakai jalan darat dari semua daerah benarbenar menggunakan hanya jalan ini. Unit pemakai jalan raya yang paling berpengaruh antara lain, bus, truk penumpang, dan mobil pribadi. Permasalahan yang ada bahwa arus lalulintas angkutan darat dari dan menuju antara kedua kota tersebut besar jumlahnya, dan jaringan jalan yang ada, terutama pada ruas jalan raya kota Rantauprapat-Dumai tidak memadai untuk memenuhi tuntutan pergerakan yang ada, untuk saat ini moda bus mendominasi peran angkutan penumpang koridor Rantauprapat-Dumai. Penyediaan sarana angkutan umum merupakan faktor pendukung utama pergerakan antar kota tersebut baik untuk captive travellers yaitu orang-orang yang di dalam melakukan perjalanannya tidak memiliki pilihan lain kecuali menggunakan angkutan umum maupun untuk choice travellers atau para pelaku perjalanan yang dalam melakukan perjalanannya dapat memilih antara menggunakan angkutan umum ataupun angkutan pribadi yang dimilikinya. Bagi captive travellers perjalanan dengan menggunakan angkutan umum merupakan pilihan satu-satunya, namun demikian di dalam memilih jenis moda perjalanan inipun seorang captive travellers akan mempertimbangkan berbagai hal yang berkaitan dengan moda yang digunakannya maupun jenis perjalanan yang dilakukannya. Sedangkan bagi choice travellers pemilihan moda angkutan umum pada akhirnya harus memberikan banyak manfaat jika dibandingkan bila menggunakan kendaraan pribadi yang dimilikinya. Namun demikian pada negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, kecenderungan captive travellers jauh lebih banyak dibandingkan dengan choice travellers. Dengan demikian maka penggunaan angkutan umum masih merupakan pilihan utama.
8 Dalam hal pemilihan moda angkutan umum sendiri sangat berkait erat dengan kondisi, karakteristik dan keandalan dari moda yang bersangkutan. Pada perjalanan antar kota, 2 (dua) jenis moda angkutan umum yang memiliki pangsa pasar terbesar serta memiliki tingkat keandalan dan karakteristik yang khas adalah moda yang berbasis jalan rel khususnya kereta api dan moda yang berbasis jalan raya khususnya bus. Perbaikan dan peningkatan pelanyannan pada masing-masing jenis moda tersebut akan dapat diketahui dengan mempelajari perilaku pengguna yang mempengaruhi probabilitas pemilihan moda yang bersangkutan. Dengan demikian akan diperoleh keuntungan baik untuk masing-masing moda maupun bagi pengguna itu sendiri. I.4
Tujuan Studi
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda angkutan penumpang apabila diusulkan alternatif moda yang baru yaitu kereta api pada Ruas Rantau Prapat – Dumai. 2. Merancang kuisioner yang akan digunakan dalam survei wawancara dengan metode stated preference. 3. Memodelkan pemilihan moda angkutan penumpang pada Ruas Rantau Prapat – Dumai berdasarkan hasil analisa regresi dan logit biner yang menyatakan probabilitas individu dalam memilih salah satu dari kedua moda yang diteliti. 4. Menguji sensitivitas respons model terhadap perubahan tarif angkutan, waktu perjalanan, keamanan penumpang, tingkat pelanyanan, jadwal keberangkatan dan lokasi terminal/stasion. 5. Mengaplikasi model terhadap kasus dibangunnya jalur rel dan perbaikan Jalan Lintas Timur Sumatera Ruas Rantau Prapat – Dumai. Dengan studi ini diharapkan akan diperoleh dampak faktor-faktor tersebut terhadap pemilihan moda, sehingga kepada pihak pengelola dapat disarankan langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan pelanyanan.
9 I.5
Ruang Lingkup Pembahasan
Studi mengenai pemilihan moda transportasi dengan menggunakan moda angkutan umum merupakan pekerjaan yang membutuhkan cukup banyak waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena keterbatasan dana, waktu dan kemampuan untuk mendapatkan data dan selanjutnya mengolah data tersebut, maka studi ini dilakukan dengan beberapa batasan sebagai berikut: 1.
Rute pergerakan antar kota diamati untuk masing-masing moda adalah rute pergerkan antara Rantaprapat - Dumai.
2.
Pemilihan moda yang diamati dilakukan secara umum antara pelaku perjalanan pengguna moda kereta api terhadap pelaku perjalanan pengguna bus, rute Rantauprapat - Dumai.
3.
Teori pemilihan moda didasarkan pada pendekatan perilaku individu yaitu teori pemilihan diskrit (Discrete Choice Models).
4.
Model yang diterapkan adalah Model Logit Binomial.
5.
Data
untuk
model
pemilihan
moda
diperoleh
dengan
menggunakan Teknik Stated Preference dan Skala Rating. 6.
Estimasi parameter model menggunakan analisa Multiple Linier Regression dengan prinsip Least square.