BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lapangan Minas merupakan lapangan yang cukup tua dan merupakan salah satu lapangan minyak yang paling banyak memberikan kontribusi dalam sejarah produksi minyak di Indonesia. Lebih kurang 2000 sumur sudah dibor di lapangan Minas dan perlu dilakukan peningkatan produksi dengan secondary recovery atau tertiary recovery seperti water flooding dan metode Enhance Oil Recovery (EOR). Dalam merencanakan secondary recovery dan EOR perlu didahului dengan menentukan konektifitas batupasir. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan konektifitas batupasir adalah studi stratigrafi sikuen. Studi stratigrafi sikuen akan menunjukkan persebaran batupasir dan kemenerusan batupasir. Studi stratigrafi sikuen diawali dengan mengenali fasies sedimentasi, lingkungan pengendapan, dan korelasi kronostratigrafi. Korelasi kronostratigrafi akan menunjukkan seri pengandapan dan persebaran batupasir di bawah permukaan, yang kemudian dipakai sebagai acuan dalam penentuan konektifitas batupasir. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian akan berfokus pada masalah konektifitas batupasir untuk membantu proses recovery dalam hal penentuan unit alir reservoar. Adapun penelitian berfokus pada interval batupasir B karena batupasir B dianggap sebagai interval batupasir yang berpotensi sebagai reservoar (Willis dan Fitris, 2012). 1.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Lapangan Minas bagian selatan, Cekungan Sumatera Tengah. Lapangan Minas secara administrasi terletak di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, (Gambar 1.2). Lapangan Minas berada kurang lebih 26 km di Timur
1
2
laut kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Daerah penelitian yang ditunjukkan oleh Gambar 1.1 selanjutnya dinamakan dengan daerah “Golan”.
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian berada di daerah “Golan”.
I.3 Perumusan Masalah Penelitian sebelumnya pada interval batupasir B yang dilakukan oleh Willis dan Fitris (2012) menunjukkan geometri shingled clinoform (Gambar 1.2). Adanya geometri shingled clinoform pada interval batupasir B menimbulkan pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana perkembangan pengendapan yang berlangsung pada saat itu (proses), seperti apa perubahan lingkungan pengendapan dan bagaimana konektifitas batupasir pada saat pengendapan. Pertanyaan di atas akan terjawab
3
dengan melakukan analisa fasies pada batuan inti dan korelasi antar sumur dengan metode kronostratigrafi. Sebelum melakukan korelasi antar sumur perlu dilakukan analisa geometri dengan data seismik pada interval reservoar B sehingga berguna sebagai referensi dalam korelasi antar sumur. Sebelum melakukan korelasi antar sumur dilakukan analisa konektifitas batupasir dengan mengidentifikasi nilai porositas dan volume lempung pada setiap fasies batupasir terlebih dahulu untuk penentuan fasies yang memiliki potensial sebagai reservoar. Selanjutnya kemenerusan setiap fasies yang berpotensi sebagai reservoar dijabarkan dengan lengkap.
Gambar 1.2 Korelasi yang dilakukan oleh Willis dan Fitris (2012) pada interval reservoar B menunjukkan bentukan prograding.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah melakukan studi sikuen stratigrafi pada interval reservoar batupasir B. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui fasies sedimentasi dan lingkungan pengendapan
2.
Mendapatkan gambaran bawah permukaan berupa persebaran reservoar
3.
Mengetahui konektifitas batupasir B
4
I.5 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada analisa fasies sedimentasi, analisa kemenerusan horison seismik, geometri reservoar, korelasi antar sumur dengan kronostratigrafi, zonasi reservoar potensial dengan data porositas, volume lempung, dan analisa konektifitas batupasir. I.6 Manfaat Penelitian Penyusun mengharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mendasar kepada para pembaca tentang peranan geologi di dalam dunia perminyakan terkait dengan studi sikuen stratigrafi untuk keperluan peningkatan produksi. Selain itu penelitian ini dapat menjadi tambahan acuan bagi mahasiswa yang membahas topik yang terkait dengan penelitian ini. Bagi pihak luar (perusahaan), penyusun mengharapkan penelitian ini dapat membantu dalam memecahkan masalah konektifitas unit alir reservoar. Penelitian ini bisa digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk keperluan secondary recovery dan tertiary recovery serta sebagai bahan tambahan untuk studi lebih lanjut sehingga lapangan Minas tetap memberikan kontribusi yang baik bagi kebutuhan minyak Indonesia. I.7 Peneliti Terdahulu Dalam pengembangannya lapangan Minas telah diteliti oleh beberapa ahli geologi. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Reed et al (1998) dalam Anonim, (2005), Toha et al (2001), dan yang terbaru adalah Willis dan Fitris (2012). Ketiga peneliti di atas menggunakan pendekatan sikuen stratigrafi untuk melakukan pembagian zona reservoar (reservoar compartmentalization) di lapangan Minas. Terdapat kesamaan konsep korelasi stratigrafi yang digunakan yaitu abrupt coarsening berperan sebagai Lowstand Erosion sedangkan abrupt fining berperan sebagai Flooding Surface.
5
-
Reed et al (1998) Interpretasi Reed et al (1998) dalam Anonim,(2005) membagi interval
reservoar lapangan Minas menjadi beberapa interval yaitu S, D, B2, B1, A2, dan A1. Reed et al (1998) dalam Anonim, (2005) menyebutkan bahwa interval reservoar B2 terendapkan pada lingkungan tide influenced delta. B1, A2, dan A1 terendapkan pada saat backsteeping (transgresi). -
Toha et al (2001) Toha et al, 2001 menyatakan bahwa lapangan Minas merupakan empat buah
delta fan yang saling menindih dan diikuti dengan transgressive estuarine fills.
Gambar 1.3 Zonasi reservoar oleh Reed et al (1998) dan Toha et al (2001) dalam Anonim (2005).
Dari interpretasi yang dilakukan oleh Reed et al (1998) dan Toha et al (2001), dihasilkan interpretasi bahwa terdapat interval reservoar di lapangan Minas yaitu interval reservoar S, D, B2, B1, A2, dan A1. Dan di atas interval reservoar A1 juga terdapat interval reservoar X yang belakangan juga dianggap sebagai interval reservoar yang cukup produktif (Gambar 1.4).
6
-
Willis dan Fitris (2012) Di dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh Willis dan Fitris (2012),
interval reservoar produktif di Minas dibagi menjadi interval reservoar S, D, B, A2, dan A1(berurut dari yang paling tua ke yang muda) (Gambar 1.4). Willis dan Fitris (2012) berpendapat bahwa interval reservoar batupasir B, A2, dan A1 merupakan produk dari sedimentasi pada saat muka air laut turun. Sehingga menghasilkan sedimentasi yang maju ke arah laut (prograde) dan terendapkan di lingkungan delta. Willis dan Fitris (2012) juga menjelaskan bahwa interval reservoar B terendapkan pada lingkungan fluvial dominated delta namun tetap dipengaruhi oleh aktifitas arus pasang surut. Gambar 1.5 memperlihatkan pembagian interval reservoar pada lapangan Minas oleh Willis dan Fitris (2012). Interval batupasir B memperlihatkan pola transgresif yang terdiri dari beberapa pola mengkasar ke atas. Hal ini mengindikasikan naiknya muka air laut secara bertahap dan diikuti oleh adanya suplai sedimen yang melimpah. Hal ini mengakibatkan pengaruh pasang surut yang cukup berpengaruh pada saat naiknya muka air laut secara bertahap. Sehingga endapan yang terlihat akan menunjukkan beberapa ciri khas struktur sedimen yang dipengaruhi oleh adanya arus pasang surut seperti lentikular, flasher dan lainnya. Dari gambar ini juga dapat dilihat bahwa interval reservoar B merupakan interval reservoar yang memiliki ruang akomodasi yang paling besar sehingga Willis dan Fitris (2012) menyimpulkan bahwa interval batupasir B berpotensial sebagai reservoar yang baik. I.8 Keaslian Penelitian Penelitian terbaru yang dilakukan olah Willis dan Fitris (2012) sangat mempengaruhi semua proses pengembangan, produksi, dan optimalisasi di lapangan Minas. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dan lebih detail. Sehingga penulis memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan penelitian detail di interval reservoar B, lapangan Minas bagian selatan.
7
Setelah meninjau beberapa penelitian sebelumnya penulis menyimpulkan beberapa hal diantaranya : 1. Terdapat perbedaan terminologi yang digunakan dalam membagi sikuen pengendapan pada interval reservoar B. Toha et al ( 2001) membagi interval reservoar B menjadi sub interval B2 dan B1 yang dibatasi oleh parasequence boundary sedangkan dalam Willis dan Fitris (2012) tidak membagi interval reservoar B ke dalam dua bagian namun hanya dibatasi oleh Flooding Surface A sebagai batas atas dan Flooding Surface D sebagai batas bawah dan berperan sebagai batas dari suatu siklus transgresif – regresif. (Gambar 1.5). 2. Penulis menggunakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai referensi dalam menentukan batas sikuen dan hipotesa. Dari ketiga penelitian sebelumnya, belum membahas bagaimana ciri khas dari setiap interval reservoar tersebut. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai ciri dari interval reservoar B meliputi fasies analisis, korelasi antar sumur, dan studi sikuen stratigrafi untuk melihat konektifitas reservoar pada saat pengendapan.
Gambar 1.4 Perbandingan interpretasi yang dilakukan oleh Toha dan Raharja,2002 (kiri) dengan Willis dan Fitris, 2012 dalam CPI, 2012 (kanan).
8
Gambar 1.5 Siklus transgresif – regresif sebagai batas zona reservoar oleh Willis dan Fitris, 2012 dalam CPI, 2012.