1
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini, pengenalan produk dengan daur hidup yang semakin pendek, dan meningkatnya harapan pelanggan telah memaksa perusahaan-perusahaan bisnis untuk menginvestasikan dan memusatkan perhatian pada rantai pasok mereka (Simch-Levi dkk., 2003).
Persaingan sekarang ini mulai mengarah pada persaingan antar kinerja rantai pasok perusahaan, yang merupakan faktor dominan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Perusahaan yang memiliki kinerja rantai pasok yang lebih baik akan makin besar kemungkinannya untuk memenangkan persaingan (Rinaldy dkk., 2006).
Perubahan kondisi tersebut membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pengelolaan perusahaan. Perusahaan yang sukses adalah yang mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri secara cermat dan fleksibel dengan manajemen rantai pasok. Melalui aktivitasaktivitas manajemen rantai pasok, perusahaan mempelajari bahwa mereka dapat memperbaiki profitability secara drastis dengan memfokuskan pada operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan rantai pasok. Selain itu perubahan kondisi tersebut juga mendorong perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja rantai pasok yang bertujuan untuk mengurangi biaya-biaya, memenuhi kepuasan pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan (Klapper, 1999).
Kinerja merupakan refleksi dari pencapaian kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan individu, kelompok atau organisasi, dan dapat diukur (Venkatraman dan Ramanujam, 1986). Pengukuran kinerja adalah sangat penting bagi manajemen rantai pasok yang sukses. Pengukuran kinerja yang tidak efektif tidak
2
akan pernah mengungkapkan penyesuaian apa yang diperlukan dalam rantai pasok. Peningkatan kinerja, kerjasama yang efektif dengan pemasok dan pelanggan untuk melancarkan rantai pasok adalah proses yang iteratif. Hal ini berarti bahwa bagaimana pengukuran kinerja dilakukan adalah sangat penting dan merupakan proses yang berkelanjutan (Dornier dkk., 1998).
Pada tahun 1996 sebanyak 69 perusahaan praktisi membentuk organisasi independen nirlaba bernama Supply Chain Council (SCC). Pada tahun 2008 anggotanya telah mencapai lebih dari 1000 perusahaan, yang mayoritas terdiri atas praktisi yang mewakili berbagai jenis perusahaan, termasuk manufaktur, distribusi dan pengecer. Yang sama pentingnya adalah para pemasok dan pengimplementasi teknologi, akademisi, dan organisasi pemerintah berpartisipasi dalam kegiatan SCC untuk mengembangkan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) (Supply Chain Council, 2008).
SCOR merupakan suatu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan sebuah kerangka yang menjelaskan mengenai rantai pasok secara
detail,
mendefinisikan
dan
mengkategorikan
proses-proses
serta
membangun metrik-metrik atau indikator-indikator pengukuran yang diperlukan dalam pengukuran kinerja rantai pasok (Rinaldy dkk., 2006). Sampai saat ini model SCOR adalah model yang paling komprehensif dan lengkap untuk mengevaluasi operasi rantai pasok (Sudaryanto dan Bahri, 2007).
Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencoba untuk mencakup rantai pasok keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses, oleh karena itu penelitian akan dilakukan di perusahaan manufaktur yang cukup besar yang mempunyai proses-proses standar dalam SCOR, yaitu plan, source, make, deliver dan return. Penelitian akan dilakukan dengan melakukan studi kasus di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI).
Ae-PT.DI merupakan unit usaha yang memproduksi komponen-komponen pesawat terbang baik untuk memenuhi kebutuhan internal PT.DI dalam hal ini
3
Direktorat Aircaraft Integration maupun untuk memenuhi permintaan pembelian komponen-komponen pesawat terbang yang akan diproduksi (dirakit) oleh industri pesawat terbang lain sebagai pelanggannya. Konfigurasi proses rantai pasok Ae-PT.DI adalah make-to-order untuk pesanan internal Direktorat Aircraft Integration maupun pesanan pelanggan dari luar PT.DI.
Selama ini Ae-PT.DI telah memiliki pengukuran kinerja sendiri, yaitu Quality Objective 2006 yang masih berlaku hingga sekarang. Pengukuran kinerja yang terdapat pada Quality Objective masih dititikberatkan pada pengukuran kinerja operasional sementara model SCOR menyediakan ukuran performansi yang terintegrasi dan menyeluruh yang melingkupi baik untuk ukuran finansial maupun operasional (Sudaryanto dan Bahri, 2007). Karena Ae-PT.DI sudah memiliki pengukuran kinerjanya sendiri maka SCOR sebagai model yang paling komprehensif untuk mengevaluasi operasi rantai pasok tidak dapat dengan mudah diterapkan. Oleh karena itu, dibuat pengembangan model pengukuran kinerja untuk Ae-PT.DI dengan memodifikasi SCOR, yaitu dengan melakukan penyesuaian dan penyederhanaan sesuai dengan kondisi di Ae-PT.DI serta penambahan indikator kinerja Ae-PT.DI ke dalam model pengukuran kinerja, agar model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif dalam melakukan pengukuran kinerjanya serta dapat dilakukan seimbang antara faktor finansial dan operasional.
I.2 Perumusan Masalah Sebagaimana dikemukakan di atas, agar dapat lebih implementatif dan komprehensif dalam melakukan pengukuran kinerja di Ae-PT.DI, maka akan dikembangkan model pengukuran kinerja dengan referensi model SCOR. Beranjak dari pokok permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang berlaku di AePT.DI? 2. Bagaimanakah model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR?
4
3. Apakah kelebihan dan kekurangan kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI? 4. Bagaimanakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh Ae-PT.DI untuk meningkatkan kinerja sistem rantai pasoknya?
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang berlaku di AePT.DI. 2. Mengembangkan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR. 3. Menganalisis kelebihan dan kekurangan kinerja sistem rantai pasok AePT.DI. 4. Menyarankan bagaimana perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh Ae-PT.DI untuk meningkatkan kinerja sistem rantai pasoknya. Manfaat dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian dan saran perbaikan kinerja yang disampaikan diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dalam mengimplementasikan model pengukuran kinerja dan perbaikan kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI dalam meningkatkan keunggulan kompetitifnya secara berkelanjutan untuk menghadapi persaingan dalam era perdagangan bebas.
I.4 Pembatasan Masalah Agar langkah pemecahan masalah serta analisis yang dilakukan lebih terarah, maka dilakukan pembatasan masalah yang dibahas. Adapun batasan masalah dalam penulisan tesis ini adalah sistem rantai pasok yang difokuskan pada sistem rantai pasok dari Direktorat Aerostructure PT.DI yang dimulai dari penerimaan pesanan pelanggan, perencanaan, pengadaan material dari pemasok, produksi, penyerahan produk jadi kepada pelanggan, serta perbaikan produk cacat yang diterima pelanggan. Penelitian dilakukan di Direktorat Aerostructure PT.DI karena produk pesawat terbang yang diproduksi Direktorat Aircraft Integration prosesnya sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama.
5
I.5 Posisi Penelitian Beberapa penelitian tentang pengukuran kinerja rantai pasok dalam waktu belakangan ini telah dilaporkan dalam literatur. Berikut ini akan dibandingkan beberapa penelitian tentang pengukuran kinerja rantai pasok tersebut dengan penelitian ini sebagaimana terlihat dalam tabel I.1 dan gambar I.1.
6
Tabel I.1. Posisi Penelitian Penelitian Brewer dan Speh (2000), Using The Balanced Scorecard to Measure Supply Chain Performance Gunasekaran dkk (2004), A Framework for Supply Chain Performance Measurement
Hirarki -
Aspek finansial dan non-finansial
strategis, taktis dan operasional
finansial dan non-finansial
-
finansial dan non-finansial
perspektif finansial, pelanggan, pegawai, proses internal, pengembangan
atribut, indikator kinerja tingkat 1
finansial dan non-finansial
reliability, responsiveness, flexibility, supply chain costs, supply chain asset management
-Mengevaluasi kinerja rantai pasok PT. Yuasa menggunakan SCOR versi 8.0 dengan membuat persentase dari pencapaian aktual indikator kinerja tingkat 1 terhadap target tertinggi untuk tiap metrik pengukuran
Xia dkk. (2007), AHP Based Supply Chain Performance Measurement System
atribut, indikator kinerja tingkat 1
finansial dan non-finansial
reliability, responsiveness, flexibility, cost, reconfigurability
Penelitian Dina Rahayu (2009), Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok dengan Studi Kasus di Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia
atribut, indikator kinerja tingkat 1, indikator kinerja tingkat 2
finansial dan non-finansial
reliability, responsiveness, agility, supply chain costs, supply chain asset management
-Menggunakan AHP untuk menetapkan bobot dari atribut reliability, responsiveness, flexibility, re-configurability, cost -Teknik logika Fuzzy dipakai untuk mengintegrasikan indikator kinerja kualitatif (re-configurability) dan kuantitatif ke dalam suatu sistem pengukuran kinerja yang menyatu -Mengembangkan model pegukuran kinerja sistem rantai pasok dengan basis SCOR 9.0 -Pengukuran kinerja dikembangkan sampai dengan indikator kinerja tingkat 2. -Dalam membuat model matematis diperkaya dengan pemberian bobot atribut dan indikator kinerja menggunakan AHP kemudian dilakukan normalisasi.
Agusnadi (2006), Pengembangan Sistem Penilaian Balanced Scorecard untuk Meningkatkan Kinerja Operasional di SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia Sudaryanto dan Rudiana Bahri (2007), Performance Evaluation of Supply Chain Using SCOR Model : The Case of PT. Yuasa, Indonesia
Faktor Penentu Kinerja perspektif proses bisnis, pelanggan, finansial, inovasi dan pembelajaran order planning, supply link, production, delivery link, customer service and satisfaction, supply chain and logistic costs
Output Penelitian -Rancangan sistem pengukuran kinerja rantai pasok dengan memodifikasi Balanced Scorecard -Mengembangkan suatu kerangka kerja untuk metrik pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan empat proses rantai pasok yang utama (Plan, Source, Make dan Deliver). Metrik ini diklasifikasikan sebagai strategis, taktis dan operasional -Tingkat pentingnya setiap indikator kinerja dalam setiap kelompok proses ditetapkan berdasarkan jawaban kuesioner . -Mengembangkan sistem Balanced Scorecard untuk mengkaji sejauh mana pelaksanaan operasional di tingkat unit usaha, menunjang ke arah pencapaian visi dan misi SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia
7
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok untuk Ae-PT.DI didasarkan pada model SCOR serta pemberian bobot untuk model matematis menurut tingkat kepentingannya yang dihitung dengan AHP, sebagaimana dipakai dalam penelitian Xia dkk (2007).
Dalam penelitian Xia dkk (2007) diketahui bahwa untuk strategi yang berbeda tingkat kepentingan dari atribut rantai pasok akan berbeda pula. Atribut rantai pasok dalam penelitian Xia adalah Reliability, Responsiveness, Flexibility, Reconfigurability, dan Cost. Xia menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot dari atribut rantai pasok. Karena ada atribut yang kualitatif (Re-configurability), Xia menggunakan teknik logika Fuzzy untuk mengintegrasikan indikator kinerja kuantitatif dan kualitatif menjadi suatu sistem pengukuran kinerja yang menyatu.
Model pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang akan dikembangkan adalah berdasarkan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) versi 9.0. SCOR mempunyai 5 atribut kinerja yaitu Reliability, Responsiveness, Agility, Supply Chain Costs dan Supply Chain Asset Management. Dalam membuat formulasi kinerja sistem rantai pasok melalui model matematis, SCOR tidak memberikan cara untuk melakukan perhitungan beberapa atribut dan indikator. Oleh karena itu digunakan bobot karena masing-masing atribut maupun indikator kinerja memiliki tingkat kepentingan yang berbeda bagi perusahaan. Pemberian bobot yang dihitung dengan AHP diadopsi dari penelitian Xia dkk (2007). Dalam SCOR semua atribut dan indikator kinerja adalah kuantitatif.
Untuk mengetahui keterkaitan penelitian ini yaitu tentang pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dengan penelitian-penelitian lainnya, dapat dilihat pada Gambar I.1.
8
Menghubungkan Balanced Scorecard dengan manajemen rantai pasok. Perspektif: • proses bisnis • pelanggan • finansial • inovasi dan pembelajaran
Brewer dan Speh (2000)
Gunasekaran dkk (2004)
Xia dkk. (2007)
Supply Chain Council (2007) SCOR 8.0
Supply Chain Council (2008) SCOR 9.0
Agusnadi (2006)
Mengembangkan metrik dengan tingkat kepentingan ditetapkan dari hasil kuesioner. Indikator kinerja: • order planning • supply link • production • delivery link • customer service and satisfaction • supply chain and logistic costs
Menggunakan AHP untuk menetapkan bobot yang berbeda dari atribut: • reliability • responsiveness • flexibility • re-configurability • cost
Sudaryanto dan Rudiana Bahri (2007)
Penelitian ini: Dina Rahayu (2009)
mempunyai keterkaitan
Mengembangkan Balanced Scorecard untuk pengukursn kinerja SBU Total Logistik. Perspektif: • finansiaL • pelanggan • pegawai • proses internal • pengembangan
Melakukan pengukuran kinerja rantai pasok PT. Yuasa, dengan SCOR 8.0. Tidak dilakukan pembobotan dan tidak ada model matematis. Atribut: • reliability • responsiveness • flexibility • costs • asset management
Pengembangan model pegukuran kinerja dengan basis SCOR 9.0. Memberikan bobot atribut atau indikator kinerja (dengan AHP) pada model matematis. Atribut: • reliability • responsiveness • agility • supply chain costs • supply chain asset management
historis penelitian
Gambar I.1 Diagram posisi penelitian
Pengembangan model SCOR yang akan dilakukan bertujuan agar model SCOR dapat lebih implementatif dalam melakukan pengukuran kinerja di Ae-PT.DI. Oleh karena itu, dalam pengembangan model ini dilakukan pula tinjauan terhadap pengukuran kinerja di Ae-PT.DI dengan memasukkan indikator kinerja yang digunakan Ae-PT.DI selama ini serta penyederhanaan dan penyesuaian indikator kinerja SCOR ke dalam pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok.
9
I.6 Sistematika Penulisan Uraian tentang keseluruhan proses penelitian disusun menurut sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, pembatasan masalah, posisi penelitian serta sistematika penulisan yang membahas kerangka penulisan tiap bab.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan secara ringkas teori-teori yang relevan serta acuan pengukuran kinerja menurut model SCOR yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dalam pemecahan masalah serta pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti.
BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA Bab ini berisi studi lapangan serta uraian tentang pengembangan model pengukuran kinerja yang dilakukan dengan referensi model SCOR.
BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data pengukuran kinerja serta analisis dari penerapan pengukuran kinerja dengan melakukan studi kasus pada Direktorat Aerostructure PT.DI.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran yang ditujukan kepada Direktorat Aerostructure PT.DI dalam implementasi pengukuran kinerjanya serta penelitian yang mungkin masih diperlukan.