1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu agenda dari Badan Pertanahan Republik Indonesia (BPN RI) yaitu membangun Sistem Informasi dan Manaj...
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu agenda dari Badan Pertanahan Republik Indonesia (BPN RI) yaitu membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) dan Sistem Pengamanan Dokumen Pertanahan di seluruh Indonesia (Winoto, 2010). Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pengelolaan informasi pertanahan, sehingga diharapkan meningkatkan layanan informasi pertanahan kepada masyarakat. Strategi yang dilakukan untuk memenuhi agenda tersebut, dua diantaranya yaitu menyiapkan otomasi sistem pelayanan dan administrasi pengelolaan pertanahan terpadu dan menyediakan informasi pertanahan yang akurat untuk kepentingan internal dan eksternal berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dewasa ini, layanan pertanahan berbasis TIK yang dimiliki BPN RI yaitu Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP). Kegiatan KKP adalah kegiatan layanan pertanahan menggunakan komputer, mulai dari pengumpulan data informasi sampai dengan produk hasil akhir berupa surat keputusan ataupun sertipikat hak atas tanah. Layanan ini merupakan suatu wujud implementasi dari strategi BPN-RI dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan masyarakat di bidang pertanahan. Basis data yang dibangun melalui kegiatan KKP oleh Pusat Data Informasi (PUSDATIN) BPN RI berada dalam jaringan internet sehingga layanan informasi pertanahan dapat diakes secara online di setiap kantor BPN RI. Namun, untuk mengaksesnya hanya dapat dilakukan oleh pegawai Kantor Badan Pertanahan yang memiliki hak akses. Karena basis data dibangun hanya untuk kepentingan Kantor Badan Pertanahan, maka untuk mengaksesnya pun terbatas dalam hal penggunaan bahasa pemrograman berbasis web. Salah satu teknologi yang dapat menjadi jawaban atas isu interoperabilitas berbagai bahasa pemrograman berbasis web yaitu Web Services. Web Services adalah salah satu teknologi berbasis web yang dikembangkan dengan harapan dapat menyediakan services akses basis data untuk berbagai
1
2
keperluan. Salah satu keunggulan Web Services yaitu meiliki karakter multiplatform yang dapat digunakan dalam lingkungan sistem operasi yang berbeda. Karena layer presentasi dengan layer data dipisahkan sehingga meningkatkan keamanan pada basis data yang diaskesnya. BPN RI dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak terlepas dari peran kerja Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Peran PPAT dapat dilihat dari fungsinya yaitu membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta (akta pemindahan hak atas tanah, pembebasan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku) yang dijadikan dasar pendaftaran tanah karena ada perubahan data tanah. PPAT juga diminta oleh masyarakat untuk membantu dalam proses pendaftaran tanah. Maka dari itu, PPAT dituntut untuk akurat dalam memberikan informasi pertanahan. Informasi pertanahan yang dimaksud yaitu data fisik dan data yuridis yang digunakan sebagai acuan dalam membuat akta-akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Selama ini, di dalam hubungan kerjasama antara BPN RI dengan PPAT belum terlaksananya otomasi sistem pelayanan dan administrasi pengelolaan pertanahan terpadu. Padahal secara tidak langsung efeknya juga berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat. Maka dari itu, dalam kegiatan ini penulis mencoba untuk membuat
prototype
aplikasi
layanan
informasi
pertanahan
untuk
PPAT
menggunakan Web Services. Proyek aplikatif pembuatan prototype aplikasi layanan informasi pertanahan dirancang dan dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas hubungan kerjasama BPN RI dengan PPAT. Selain itu, dengan adanya prototype ini dapat merealisasikan asas pendaftaran tanah di Indonesia, yaitu asas terbuka.
I.2. Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan pembuatan prototype aplikasi layanan informasi pertanahan untuk PPAT menggunakan Web Services adalah sebagai berikut : 1.
Prototype aplikasi layanan informasi pertanahan mencakup
3
a.
Pencarian data sertipikat berdasarkan NIB yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan akta tanah oleh PPAT meliputi data NIB, Nomor Hak, Jenis Hak, Pemilik Bidang, Dusun, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, Penggunaan Bidang dan Luas Bidang.
b.
Pencarian data sertipikat berdasarkan Nomor Hak yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan akta tanah oleh PPAT meliputi data NIB,
Nomor
Hak,
Jenis
Hak,
Pemilik
Bidang,
Dusun,
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, Penggunaan Bidang dan Luas Bidang. 2.
Pembuatan peta pertanahan interaktif berbasis web menggunakan peta pendaftaran tanah digital, peta online Open Street Maps, peta online Google Maps dan peta online berupa Citra Bing Maps sebagai peta latar. Peta tersebut dibuat dengan mengacu ketentuan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peta tersebut menampilkan lokasi relatif dan data atribut dari bidang tanah.
I.3. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuat suatu prototype aplikasi layanan informasi pertanahan PPAT dengan memanfaatkan teknologi Web Services.
I.4. Manfaat Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1.
Memudahkan pekerjaan PPAT dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang berkaitan dengan pertanahan dengan sarana berupa layanan informasi pertanahan berbasis Web Services.
2.
Mendukung
konsep
interoperabilitas
sehingga
memungkinkan
terwujudnya penggunaan data bersama yang berkaitan dengan data pertanahan
antar
berkempentingan.
instansi
pemerintah
dan
pihak
lain
yang
4
I.5. Landasan Teori I.5.1. Strategi Nasional Pengembangan E-Government Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government di Indonesia diatur pemerintah dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003. Strategi Nasional Pengembangan
e-government
merupakan
upaya
untuk
mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien (Endeshaw, 2007). Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Adanya
kebijakan
pengemabangan
e-government
tentu
saja
dapat
mempermudah pelayanan publik karena dapat diakses dengan mudah dan murah oleh seluruh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan dari pengembangan egovernment yaitu: 1.
Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
2.
Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk menigkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
3.
Pembentukan mekanisme dan saluruan komunikasi dengan lembagalembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
4.
Pembentukan sistem menajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
I.5.2. Informasi dan Transaksi Eletronik Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Pemanfaatan Informasi dan Transaksi Elektronik
5
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi (Endeshaw, 2007). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk: 1.
Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.
2.
Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
4.
Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informas seoptimal mungkin dan bertanggung jawab.
5.
Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.
I.5.3. Pendaftaran Tanah Kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. Peraturan ini pada dasarnya merupakan penjabaran dari UUPA pasal 19 mengenai pendaftaran tanah sebagaimana kutipan pasal berikut “…untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Indonesia…”. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi: Pengumpulan, Pengolahan, Pembukuan, Penyajian dan Pemeliharaan atas data Fisik dan Yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
6
Adapun yang dimaksud dengan data fisik dan data yuridis pada definisi di atas yaitu: 1.
Data Fisik Data fisik berkaitan dengan keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.
2. Data Yuridis Data yuridis berkaitan dengan keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan sarusun yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 pasal 2 pendaftaran tanah memiliki empat azas yaitu: sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Asas terbuka menjadi dasar dalam proyek ini karena memberi landasan legal bagi pembuatan aplikasi layanan informasi pertanahan berbasis internet untuk PPAT. Lebih jelas lagi, dalam peraturan yang sama disebutkan bahwa asas terbuka maksudnya adalah bahwa masyarakat luas dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Pada pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan fungsi informasi maka data fisik dan data yuridis bidang tanah yang sudah didaftar terbuka untuk umum. Data yang terbuka ini disebut daftar umum (Harsono, 2005). Menurut pasal 34 menyebutkan bahwa daftar umum meliputi peta pendaftaran tanah, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah.
I.5.4. Sistem Informasi Pertanahan Sistem Informasi Pertanahan merupakan bagian dari sistem informasi spasial yang berkaitan dengan peta biang-bidang tanah. Hubungan antara Sistem Informasi Pertanahan dengan dengan Sistem Informasi yang lain dapat diilustrasikan pada Gambar I.1.
7
Gambar I.1. Taksonomi Sistem Informasi (Dale, 1999)
Sistem Informasi Pertanahan merupakan alat untuk hukum, administratif dan pengambilan keputusan ekonomi serta untuk perencanaan dan pembangunan yang terdiri dari basis data yang berisi data spasial yang mereferensikan data tanah terkait pada suatu area tertentu, prosedur dan teknik untuk pengumpulan secara sistematis, pembaharuan, proses dan distribusi data.
I.5.5. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Pasal 1 menyebutkan PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Adapun yang dimaksud akta otentik pada penjabaran pasal di atas yaitu jika dikemudian hari terdapat masalah yang menyangkut masalah dengan akta PPAT tersebut, maka Pengadilan tidak perlu lagi untuk memeriksa kebenaran isi dari akta tanah tersebut, tanggal ditandatanganinya dan keabsahan tanda tangan pihak-pihak yang bersangkutan, dengan catatan tidak dapat dibuktikan adanya pemalsuan, penipuan maupun kemungkinan lain akta tanah tersebut dinyatakan batal atau harus dinyatakan batal (Parlindungan, 1999).
8
Fungsi PPAT adalah menjamin kebenaran materiil dan kebenaran formil dalam setiap akta peralihan hak tanah dan bangunan serta berperan juga untuk memeriksa kewajibankewajiban para pihak yang harus dipenuhi berkaitan dengan peralihan hak tersebut. Selain itu PPAT juga berfungsi membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta yang dijadikan dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. Kewenangan PPAT sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang mengatur tentang Hak Tanggungan dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Hak, yakni sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tanggung jawab PPAT terhadap akta otentik yang mengandung keterangan palsu adalah bahwa notaris tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum sebab PPAT hanya mencatat atau menuangkan suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak/penghadap ke dalam akta. PPAT tidak diwajibkan untuk menyelidiki kebenaran isi materiil dari akta otentik tersebut dan akta otentik tersebut menjadi bukti bahwa telah terjadi suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak/penghadap (Isnania, 2011). Tugas Pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang dijadikan dasar sebagai pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum tersebut. Perbuatan hukum mengenai hak atas tanah yang dapat dilakukan oleh PPAT tersebut antara lain: 1. Jual Beli 2. Tukar menukar 3. Hibah 4. Pemasukan ke dalam perusahaan 5. Pembagian hak bersama
9
6. Pemberian HGB/HP atas tanah HM 7. Pemberian hak tanggungan 8. Pemberian kuasa membebankan hak tanggungan
I.5.5.1. Akta Tanah. Akta tanah yaitu akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dibuat oleh PPAT sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Di dalam akta tanah berisi tentang berita acara telah terjadi perbuatan hukum mengenai tanah tersebut. Misalnya saja, perbuatan hukum yang dimaksud yaitu jual beli, maka akta tanah yang dibuat berisi berita acara tentang transaksi jual beli antara pihak penjual dan pembeli. Di dalam akta tanah juga diterangkan tentang informasi yang ada pada bidang tanah sebagai obyek dari akta. Informasi yang dimaksud yaitu 1. Nomor Hak 2. Jenis Hak 3. Nomor Surat Ukur 4. Tanggal Surat Ukur 5. Luas 6. Nama Pemilik 7. Nomor Identifikasi Bidang 8. Propinsi 9. Kabupaten 10. Kecamatan 11. Kelurahan/Desa 12. Dusun 13. Penggunaan Atas Tanah
I.5.5.2. Alur Kerja PPAT. PPAT dapat membuat akta tanah setelah perbuatan hukum yang menyebabkan tanah mengalami perubahan hak terjadi. Misalnya saya, akta tanah dibuat dalam rangka jual beli tanah. Tanah tersebut dapat dibuat akta tanah setelah tanah yang dijual dibayar lunas oleh pembeli. Namun, sebelum
10
transaksi jual beli itu dilakukan, PPAT wajib memberikan penjelasan mengenai prosedur dan syarat-syarat yang perlu dilengkapi baik oleh penjual maupun pembeli. Umumnya, langkah pertama dilakukan PPAT sebelum transaksi dilakukan adalah melakukan pemeriksaan sertipikat hak atas tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Untuk pemeriksaan tersebut, PPAT akan meminta asli sertipikat hak atas tanah dan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) PBB dari Penjual. Adapun pemeriksaan sertipikat hak atas tanah diperlukan untuk memastikan kesesuaian data fisik dan yuridis, yaitu antara sertipikat tanah dengan Buku Tanah di Kantor Pertanahan. Pemeriksaan sertipikat hak atas tanah juga dilakukan PPAT untuk memastikan bahwa tanah tersebut tidak sedang terlibat sengketa hukum, tidak sedang dijaminkan, atau tidak sedang berada dalam penyitaan pihak berwenang. Selain itu, pemeriksaan STTS PBB dilakukan PPAT untuk memastikan bahwa tanah tersebut tidak menunggak pembayaran PBB. Setelah pihak-pihak yang berkepentingan menyerahkan sertifpikat tanah, bukti setor pajak dan dokumen identitas para pihak serta membayar komponen biaya transaksi, maka kedua belah pihak menghadap ke PPAT untuk menandatangani akta tanah. Penandatanganan tersebut wajib dilakukan di hadapan PPAT dan biasanya disaksikan oleh dua orang saksi yang juga turut menandatangani akta tanah. Umumnya kedua orang saksi tersebut berasal dari kantor PPAT yang bersangkutan. Proses selanjutnya yaitu balik nama. Setelah penandatanganan akta tanah dilakukan langkah berikutnya adalah melakukan balik nama sertipikat dari nama penjual menjadi nama pembeli atau dari pihak pemberi hak tanah ke penerima hak tanah sesuai dengan perbuatan hukum yang dilakukan. Proses balik nama dilakukan di Kantor Pertanahan oleh PPAT. Proses balik nama ini bisa berlangsung kurang lebih satu sampai tiga bulan.
I.5.6. Layanan Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) Komputerisasi terhadap pelayanan di bidang pertanahan dilakukan oleh BPN RI sudah sejak tahun 1997. Pada awalnya kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman Pemerintah Spanyol ini dikenal dengan Land Office Computerization (LOC) atau Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), dengan tujuan untuk menciptakan tertib administrasi pertanahan, meningkatkan dan mempercepat pelayanan di bidang
11
pertanahan, meningkatkan kualitas informasi pertanahan BPN RI, mempermudah pemeliharaan data pertanahan, menghemat space/storage untuk penyimpanan datadata pertanahan dalam bentuk digital (paperless), meningkatkan kemampuan SDM pegawai BPN RI di bidang teknologi informatika/komputer, melakukan standarisasi data dan sistem informasi dalam rangka mempermudah pertukaran informasi pertanahan serta menciptakan suatu sistem informasi pertanahan yang handal (Winoto, 2010). Perombakan terhadap layanan komputerisasi kantor pertanahan terus dilakukan oleh BPN RI dengan tujuan untuk membuat layanan ini menjadi lebih power full. Hingga sampai pada tahun 2010 dilakukan perombakan besar-besaran terutama pada komponen sistem, aplikasi dan basis data, diadopsinya Land Administration Domain Model sebagai struktur inti basis data, penggunaan arsitektur aplikasi N-Tier, antarmuka pengguna berbasis web, basis data terpusat di Kantor Pusat BPN RI, perawatan dan pemeliharaan aplikasi dilakukan secara mandiri serta menggunakan basis data tunggal untuk data tekstual dan spasial. Apabila KKP dapat terealisasi di setiap kantor pertanahan di Indonesia, maka telah terjadi transformasi layanan publik bidang pertanahan di Kantor Pertanahan, tidak ada lagi pelayanan permohonan sertipikat hak atas tanah secara manual, proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat di-monitoring melalui komputer, proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dilakukan secara tertib dan berurutan (first in first out), terbentuknya basis data pertanahan yang selalu up to date dan dapat digunakan dalam kegiatan pelayanan informasi pertanahan. Selain itu, dibangun pula basis data pertanahan melalui kegiatan konversi atau digitalisasi data pertanahan, baik data tekstual (Buku Tanah) maupun data spasial (Surat Ukur dan Peta Pendaftaran Tanah).
I.5.7. Prototype (Purwarupa) Metode yang digunakan dalam pembuatn proyek ini yaitu metode pengembangan sistem prototype yaitu kegiatan untuk menciptakan purwarupa dari suatu
aplikasi
perangkat
lunak.
Purwarupa
software
bukan
merupakan
aplikasi/software lengkap yang akan dikembangkan, namun sebuah aplikasi/software yang belum lengkap seutuhnya sehingga memberikan kesempatan kepada pengguna
12
aplikasi/software
untuk
mengevaluasi
usulan
desain
pengembang
sebelum
aplikasi/software diimplementasikan . Metode ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu rancangan software mendapat evaluasi lebih awal pada saat tahap pengembangan
berjalan,
pengguna
dan
pengembang
dapat
bersama-sama
membandingkan apakah software yang dibuat telah sesuai dengan spesifikasi software yang akan dikembangkan, sehingga software yang dihasilkan nanti dapat terhindar dari inkonsistensi antara rancangan dengan implementasi. Secara garis besar model purwarupa (prototype) memiliki empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Identifiksi kebutuhan awal Mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan dasar termasuk input dan output informasi yang diinginkan. Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu dengan melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas dan fungsi PPAT dan dilakukan analisis melalui kuisioner.
2.
Inisialisasi purwarupa (prototype) Mengembangkan purwarupa awal yang hanya mencakup antarmuka pengguna (user interface).
3.
Pengujian purwarupa (prototype) Memberikan purwarupa kepada pengguna termasuk pengguna akhir untuk dilakukan pengujian dan menerima evaluasi mengenai kekurangan dan kelebihan dari purwarupa sehingga nantinya dapat dilakukan perubahan pada purwarupa.
4.
Revisi dan pengembangan purwarupa (prototype) Melakukan perbaikan dan pengembangan purwarupa berdasarkan evaluasi dari pengguna pada saat pengujian.
I.5.7.1. Konsep Dasar Internet. Internet atau interconnection-networking adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Pemakai komputer tidak dibatasi
13
hanya pada pengguna perseorangan saja, tetapi juga melibatkan suatu organisasi pengguna yang melibatkan lebih dari satu komputer, misalnya saja dalam suatu jaringan lokal dalam satu gedung. Jaringan ini disebut dengan Local Area Network (LAN). Selain itu jaringan yang lebih luas dan melibatkan lebih dari satu organisasi pengguna, misalnya saja jaringan yang menghubungkan antar gedung disebut dengan intranets. Komunikasi yang menghubungkan antar intranet disebut dengan extranets. Keseluruhan komponen tersebut saling berinteraksi dalam sebuah jaringan global di seluruh dunia, hal inilah yang disebut dengan internet (O'Brien, 1998). Dalam internet dikenal adanya protokol-protokol standar dalam penggunaan internet. Protokol standar komunikasi yang dikenal di internet salah satunya yaitu Transmission Control Protocol Internet Protocol (TCP/IP). TCP/IP adalah sekumpulan protokol yang terdapat di dalam jaringan komputer yang digunakan untuk berkomunikasi atau bertukar data antar komputer. Pada dasarnya TCP/IP terbagi menjadi dua bagian yaitu TCP dan IP. TCP bertanggungjawab menyampaikan data dari satu komputer ke komputer lain yang dituju dengan tepat. IP bertugas mengelola paket data yang dikirim dan diterima oleh komputer. IP tidak bertanggungjawab jika data tersebut tidak sampai dengan utuh, namun IP akan mengirimkan pesan kesalahan melalui Internet Control Message Protokol (ICMP) dan kemudian kembali ke sumber data. Adanya protokol komunikasi standar TCP/IP, internet mampu menghubungkan banyak komputer yang berbeda jenis mesin maupun sistem operasi agar dapat berinteraksi satu sama lain. World Wide Web (www) merupakan kumpulan dokumen audio visual (dokumen elekronik) yang saling berhubungan sebagai suatu jaringan, salah satunya internet
melalui
hypertext.
Hypertext
adalah
sistem
pengkodean
yang
menghubungkan suatu informasi dengan informasi yang lain.
I.5.7.2. Hubungan client dan server. Client adalah komputer yang digunakan untuk mengakses semua data yang telah disajikan oleh server. Server adalah komputer yang menyediakan layanan untuk client dan menanggapi permintaan dari client. Server biasanya didukung oleh hardware penyimpanan data. Pada sistem client dan server, client melakukan permintaan dan server akan menyediakan layanan. Diantara client dan server terdapat penghubung yang disebut browser.
14
Browser adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk mengirim permintaan client kepada server, menerima data dari server dan menyajikan data di internet. Suatu informasi disediakan oleh suatu web server dalam format HTML, PHP dan sebagainya. Hubungan alur kerja antara client dan server disajikan pada Gambar I.2.
Gambar I.2. Alur Kerja Server dan Client (Charish, 2008)
Web server dan client berkomunikasi melalui protokol yang disebut Hypertext Transefer Protokol (HTTP). Pada saat menuliskan alamat pada browser maka data akan dilewatkan oleh suatu protokol HTTP melewati port 80 pada server. Alamat ini adalah Universal Resource Locator (URL) dari suatu situs yang mempunyai alamat yang unik di Internet. Kemudian web browser akan mengirimkan TCP/IP. Web browser di sisi client menampilkan informasi di layar dengan menginterpretasikan bahasa pengkodean Hypertext Mark Up Language (HTML).
I.5.7.3. Hypertext Markup Language (HTML). Hypertext Markup Language (HTML) adalah suatu format data yang digunakan untuk membuat dokumen hypertext yang dapat dieksekusi dari suatu platform komputer ke platform komputer lainnya tanpa perlu melakukan suatu perubahan apapun dengan suatu alat tertentu. HTML pada dasarnya merupakan dokumen dengan format ASCII, sehingga dapat dibuat dengan sembarang software teks editor naskah. (Junaedi, 2005) menerangkan bahwa dalam dokumen HTML, elemen dibagi menjadi dua kategori utama
15
1.
Elemen-elemen head Elemen head atau sering ditulis “” memberikan informasi tentang dokumen tersebut, seperti judul dokumen, script-script yang digunakan dan lain-lain.
2.
Elemen-elemen body Elemen body menentukan bagaiaman isi suatu dokumen ditampilkan oleh browser, seperti: font, paragraph, daftar, tabel dan lain-lain.
Struktur utama dalam HTML dapat dituliskan pada script berikut.
I.5.7.4. Cascading Style Sheet (CSS). Cascading Style Sheet (CSS) adalah sebuah cara untuk memisahkan isi dengan layout dalam halaman-halaman web yang dibuat. CSS memperkenalkan template berupa style untuk membuat dan mempermudah penulisan dari halaman-halaman yang menggunakan CSS dapat dibaca secara bolak-balik dan isinya dapat dilihat oleh pengguna dari manapun. Melalui CSS, sebuah halaman web akan lebih mudah dilakukan setting keseluruhan tampilan web hanya dengan menggantikan atribut-atribut atau perintah dari style CSS dengan atribut yang diinginkan tanpa harus mengubah satu persatu atribut tiap elemen yang ada pada halaman web yang dibuat (Junaedi, 2005). Kemampuan CSS yaitu membuat halaman web menjadi tampak sama pada resolusi layar dari pengguna yang berbeda-beda tanpa memerlukan tabel. Selain itu, dengan adanya CSS penulisan style pada web menjadi lebih efisien karena tidak perlu ditulis berulang pada tag-tag tertentu seperti halnya pemformatan pada HTML klasik (Sugiri & Kurniawan, 2007). Untuk menuliskan CSS pada HTML terdapat empat metode yaitu inline style, internal style, import style dan external style. Namun, pada pembuatan proyek ini hanya menggunakan dua jenis metode penulisan style yaitu internal style dan external style.
16
Pada teknik internel style, CSS diletakkan pada tengah tag antara tag dan . Style ini diatur sedemikian rupa untuk digunakan pada suatu tempat maupun untuk keseluruhan situs seperti pada contoh berikut. Belajar CSS <style type="text/css"> .blog{font-family: verdana, arial, tahoma, sens-serif; font-size: 24px; color: white; background-color: blue;}
Penerapan Intenal Style
Dengan
menggunakan
metode
external
style,
CSS
dapat
dipanggil
menggunakan perintah link relí yang berfungsi untuk menghubungkan ke dalam sebuah style CSS eksternal dengan nama yang telah ditentukan terlebih dahulu. File eksternal CSS disimpan dalam sebuha file dengan format (.css) seperti pada contoh berikut.
I.5.7.5. PHP Hypertext Preprocessor (PHP). PHP Hypertext Preprocessor (PHP) adalah salah satu bahasa berbentuk script yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasil dari prosesnya nanti dikirim ke client. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web yang dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, melalui PHP kita bisa menampilkan isi basis data ke halaman web. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan script-script seperti Active Server Page (ASP), Cloud Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa dipakai secara command line. Artinya, script PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser. Script PHP berkedudukan sebagai tag dalam bahasa HTML. Kode PHP selalu diawali dengan . Pasangan kode inilah yang berfungsi sebagai tag kode PHP. Berdasarkan tag inilah, pihak server dapat memahami kode PHP dan kemudian memprosesnya (Kadir, 2008). Adapun kode berikut ini adalah contoh PHP yang berada di dalam kode HTML.
17
Latihan Pertama Selamat belajar PHP
Salah satu kelebihan dari PHP adalah mampu berkomunikasi dengan berbagai basis data yang terkenal. Dengan demikian, menampilkan data yang bersifat dinamis yang diambil dari basis data, merupakan hal yang mudah untuk diimpelementasikan. Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa PHP sangat cocok untuk membangun halaman-halaman web dinamis.
I.5.7.6. JavaScript. JavaScript adalah salah satu bahasa pemrograman yang dirancang untuk membuat halaman web menjadi lebih interaktif dan menarik tampilannya. Caranya yaitu menyisipkannya secara langsung dalam HTML atau disebut dengan inline code. Untuk menuliskan JavaScript dengan metode inline code yang harus dilakukan yaitu dengan menambahkan tag <script type=”text/javascript”> dan diakhiri dengan tag seperti contoh berikut. <script type="text/javascript"> function sayHi(){ alert(“Hi!”); }
Selain itu JavaScript juga dapat disisipkan menjadi file terpisah dari HTML (external files) dengan format (.js) yang kemudian dipanggil dengan menggunakan script tertentu pada HTML. Berikut ini contoh penulisan JavaScript dengan metode external files. function peta_awal() { var base = new L.Google('HYBRID'); var map = new L.map('map', {layers:base} ).setView([ -7.897997,110.342339],18); }
18
I.5.7.7. Structured Query Language (SQL). Dalam implementasi penyusunan basis data relasional pada umumnya digunakan bahasa standar yang dikenal dengan sebutan Structured Query Language (SQL). SQL merupakan bahasa implementasi dari basis data relasional hasil penelitian IBM (Waljiyanto, 2003). Hampir semua ORDBMS menggunakan SQL sebagai bahasa standar, tidak terkecuali PostgreSQL. Melalui bahasa standar SQL memungkinkan kita untuk: 1.
Memasukkan data
2.
Mengelola data
3.
Mengambil data
Informasi/data pada PostgreSQL disimpan dalam tabel-tabel. Sebuah tabel mempunya tiga karakteristik, yaitu: 1.
Nama tabel
2.
Kolom (field)
3.
Baris (Row)
Kata-kata kunci yang digunakan dalam sebuah perintah SQL adalah select, from dan where, contoh: SELECT nama FROM bidang_wgs WHERE nib=’0121234100012’;
Bagian select menunjukkan kolom-kolom apa saja yang akan ditampilkan, from menunjukkan nama-nama tabel dari kolom yang digunakan dalam query berasal dan where memuat kondisi/syarat yang memungkinkan data yang ditampilkan sesuai dengan kebutuhan (Waljiyanto, 2003).
I.5.7.8. PostgreSQL dan PostGIS. PostgreSQL adalah salah satu sistem perangkat lunak aplikasi basis data (DBMS) yang bersifat objek relasional (ORDBMS) dan masih memiliki fitur-fitur DBMS tradisional. Namun, tentu saja dengan perbaikan kerja dan fungsionalnya yang berbeda sehingga dapat dihasilkan ORDBMS yang dapat memenuhi kebutuhan aplikasi basis data pada generasi saat ini (Eddy, 2012). PostgreSQL merupakan suatu sistem perangkat lunak yang bersifat free dan open source. Sebagian source code sistem perangkat lunak DBMS ini dikembangkan oleh anggota-anggota komunitas pengembang yang tersebar di seluruh dunia.
19
Kebanyakan dari mereka adalah volunteer yang secara suka rela ikut ambil bagian dalam pengembangan sistem perangkat lunak DBMS ini tanpa dibayar. Para volunteer menyebut pekerjaan mereka dengan nama “proyek komunitas” yang berdiri independen dan sama sekali tidak dikendalikan oleh perusahaan tertentu. PostGIS adalah salah satu program, tool, add on, spatial basis data extender, spatial basis data engine, atau extension yang dapat menambah dukungan dalam pendefinisian dan pengelolaan (fungsional) unsur-unsur spasial bagi DBMS objek relasional PostgreSQL. Singkatnya, PostGIS menambahkan tipe-tipe kumpulan SQL (query), operator dan fungsi-fungsi analisis yang kemudian menyebabkan DBMS PostgreSQL menjadi memiliki kemampuan spatially enabled (Eddy, 2012). Ada dua cara standar untuk mengekspresikan format objek spasial, yaitu format Well-Known Text (WKT) dan Well-Known Binary (WKB). Input data pada basis data biasanya menggunakan format WKT seperti di atas. Namun, data spasial disimpan pada basis data dengan format heksadesimal dan user memanipulasi input/output. Contoh query insert (input) dalam format text: INSERT INTO SPATIALTABLE (THE_GEOM, THE_NAME) VALUES ( GeomFromText(‘POINT(-126.4 45.32)’,312), ‘A Place Name’);
Contoh query select (output) dalam format GeoJson: SELECT ST_Asgeojson (geom) as polygon FROM bidang_wgs WHERE nib=’11234568300032’;
I.5.8. GeoServer GeoServer ditulis dalam bahasa Java yang memungkinkan pengguna untuk berbagi dan mengedit data geospasial. Dirancang untuk interoperabilitas dan menampilkan data dari berbagai jenis sumber data spasial yang menggunakan standar terbuka (Lacovella, 2010). GeoServer
merupakan
referensi
dari
implementasi
Open
Geospasial
Consortium (OGC), Web Feature Services (WFS), Web Coverage Services (WFS) dan Web Map Services (WMS). Konversi format file dan basis data ke dalam layanan internet sederhana membuat pengembangan apliaski web menjadi lebih sederhana. Pengembangan web tidak perlu lagi untuk menentukan format atau proyeksi dari sumber data karena layanan abstrak menghilangkan kompleksitas dari data sumber (Lacovella, 2010).
20
Layanan abstraksi dibangun dari beberapa konsep dasar dari semua data sumber dan service dalam GeoServer yang terdiri dari: 1.
Workspace adalah tag, logical folder, yang mengelompokkan beberapa jenis fitur. Workspace dalam GeoServer berdampak pada bagaimana penamaan layer WMS/WFS dan XML dari GML didistribusikan oleh GeoServer.
2.
Stores. Setiap data sumber, apakah itu sebuah direktori shape file ataupun instance basis data, dianggap sebagai sebuah stores. Direktori file dikonfigurasi sebagai sebuah path. Basis data dikonfigurasi sebagai informasi yang saling terhubung. Stores yang digunakan pada proyek ini menggunakan stores PostGis, sehingga seluruh data spasial dan data atribut tersimpan dalam basis data PostgreSQL.
3.
Layer. Setiap shape file ataupun tabel basis data spasial akan dianggap sebagai sebuah layer pada GeoServer. Bagian ini merupakan bagian utama untuk menampilkan data spasial, informasi penting yang harus diberikan adalah layer diisi dengan nama tabel yang akan di-publish, judul layer, Spatial Reference System (SRS) yang didukung oleh GeoServer dalam bentuk ESPG, pada proyek ini SRS diisi dengan EPSG:4326 yang merupakan sistem referensi geografis menggunakan elipsoid WGS 84.
4.
Layer Group. Beberapa layer dapat disatukan ke dalam group yang kemudian direferensikan menjadi sebuah nama. Base map atau output kartografi lainya yang terdiri dari beberapa layer dapat didefinisikan menjadi layer group.
5.
Styles. Styles akan digunakan pada sebuah layer untuk membuat kartografi pada output yang dapat berupa image ataupun file KML atau beberapa format lainya seperti SVG yang akan digunakan menampilkan data untuk end users.
I.5.8.1. Web Map Services (WMS). Web Map Services menurut Open Geospatial Consortium (OGC) adalah sebuah spesifikasi protokol yang digunakan untuk melakukan transfer data spasial dari server ke aplikasi client (Mitchell, 2005).
21
Hasil dari layanan WMS yaitu berupa file raster seperti GIF, JPG, PNG, Tiff dan lain-lain yang merupakan hasil transformasi dari data spasial. WMS memberikan akses pada client untuk memperoleh informasi data spasial melalui file raster tanpa menyimpan salinan dari dataset. WMS dapat direquest melalui HTTP tertentu sehingga menghasilkan dataset berupa file raster pada perangkat lunas GIS. WMS memiliki tiga operasi standar yaitu 1.
GetCapabilities Digunakan untuk request informasi metadata yang merupakan konten deskripsi dari WMS dan paramaternya sehingga informasi tersebut dapat dibaca oleh mesin dan terbaca oleh manusia.
2.
GetMap Digunakan untuk request peta berupa file raster dan parameter dimensi yang dimiliki oleh data spasial tersebut.
3.
GetFeautureInfo Digunakan untuk request tentang fitur tertentu yang ditunjukkan pada peta.
I.5.8.2. Web Feature Services (WFS). Web Feature Services menurut Open Geospatial Consortium adalah sebuah web fitur layanan antar muka standar yang digunakan untuk menampilkan fitur geografis di seluruh web menggunakan platform yang independen (Lacovella, 2010). Fitur geografis yang ditampilkan melalui WFS dapat berupa source code di belakang peta. Berbeda dengan WMS yang dapat menyajikan data raster, melalui WFS pengguna dalam hal ini client dapat melakukan editing dan juga analisis spasial. Beberapa format output yang dapat dihasilkan melalui WFS yaitu Shapefile, CSV, GeoJSon dan lain-lain yang di-request melalui HTTP tertentu. Berikut ini adalah beberapa operasi dari WFS. 1.
GetCapabilities yaitu salah satu cara WFS dalam menampilkan fitur dari data spasial. Secara spesifik menunjukkan type feature yang dapat dilayani dan operasi yang mendukung dari tiap macam type feature.
2.
Describe FeatureType yaitu WFS harus dapat menggambarkan struktur dari beberapa feature yang dapat dilayani berdasarkan request.
22
3.
GetFeature yaitu WFS harus dapat melayani request untuk mendapatkan feature yang di-request oleh client WFS.
I.5.9. Web Services Menurut
W3Consortium
sebagaimana
dapat
dilihat
dalam
situs
http://www.w3.org, dijelaskan bahwa Web Services adalah sebuah sistem perangkat lunak yang dibuat untuk mendukung interoperabilitas anatara mesin dengan mesin lainya yang dapat berinteraksi melalui jaringan. Seperti yang telah disebutkan dalam definisi Web Services di atas bahwa kelebihan dari Web Services yaitu kemampuan interoperabilitasnya yakni kemampuan untuk bekerjasama dan berinteraksi antar komponen sistem dalam menjalankan fungsi tanpa dipenagrauhi perbedaan sistem operasi, bahasa pemrograman aplikasi dan basis data. Selain itu Web Services bersifat self describing, artinya jika dikembangkan dan digunakan maka harus memiliki antarmuka umum untuk mengaksesnya. Web Services memliki dokumentasi yang dapat dibaca langsung oleh manusia, dokumentasi tersebut biasanya berbentuk Extensible Markup Language (XML). Keberadaan Web Services mampu menghadirkan paradigma arsitektur baru dalam dunia aplikasi web. Pada dasarnya Web Services menerapkan layanan yang ada ke aplikasi lain ataupun Web Services lain melalui standar jaringan industri dengan interface dan protokol aplikasi. Kondisi ini memungkinkan suatu aplikasi dapat menggunakan layanan Web Services cukup dengan melakukan request melalui jaringan.
I.5.9.1. Komponen Web Services. Berikut ini adalah beberapa komponen yang dimiliki oleh Web Services. 1.
Service Provider (penyedia layanan) yang menyediakan service pada service broker.
2.
Service Requester (peminta layanan) yang meminta layanan pada service broker dimana harus mencari service provider yang sesuai dan mengikat Web Services langsung dari service provider.
23
3.
Services Broker (perantara layanan) merupakan komponen yang mengatur permintaan dan penyedia service antara service provider dan service requester.
Service Requester dapat mengambil informasi dari Service Provider melalui mekanisme discovery. Salah satu mekanisme discovery yang tersedia dan yang paling sering digunakan adalah Universal Description Discovery and Integration (UDDI). Pada saat sebuah Web Services diimplementasikan, Web Services harus menentukan tiap-tiap layer mengenai protokol jaringan, transport, format paket yang akan didukung. Hal ini akan sangat memudahkan pengguna dalam menggunakan Web Services. Deskripsi Web Services yang standard an diakui adalah Web Services Description Language (WSDL). Simple Objects Acces Protocol (SOAP) merupakan suatu format standar dokumen berbentuk XML yang digunakan untuk melakukan proses request dan response antara Service Requester dan Service Provider. Untuk mengetahui hubungan antar komponen Web Services dapat dilihat pada Gambar I.3.
Gambar I.3. Skema Transaksi Komponen Web Services (Sumber: www.w3c.org/TR/ws-arch)
I.5.9.2. Kemanan Web Services. Hal yang paling penting dari pengembangan sistem informasi berbasis internet adalah keamanan. Arsitektur Web Services mampu
24
menjawab adanya isu keamanan yakni adanya Busines Layer yang mengisolasi Data Access Layer terhadap Data Layer sehingga tidak bisa mengubah data secara langsung. Busines Layer sendiri terdiri dari dua bagian yaitu Bussiness Logic yang bertugas mendefinisikan bagaimana sebuah program bekerja, data apa saja yang diperlukan dan ke mana aliran datanya. Selain itu, ada juga Bussines Facade, merupakan antarmuka sederhana yang memetakan fungsi yang disediakan pada Bussiness Logic. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema Gambar I.4.
Gambar I.4. Arsitektur Layer-layer Web Services (Charish, 2008)
I.5.9.3. Protokol Web Services SOAP dan Library NuSOAP. Simple Objects Acces Protocol (SOAP) merupakan suatu format standar dokumen berbentuk XML yang digunakan untuk melakukan proses request dan response antara Web Service dengan aplikasi yang memanggilnya. Karena menggunakan protokol dasar XML, maka memungkinkan adanya mekanisme standar yang bisa diproses dengan berbagai macam platform. Dokumen SOAP yang digunakan untuk melakukan request disebut dengan SOAP request sedangkan dokumen SOAP yang diperoleh dari Web Service
25
disebut dengan SOAP response (Miharjaya, 2012). Proses Request dan Response menggunakan NuSoap dapat diilustrasikan pada Gambar I.5.
Gambar I.5. Proses Request dan Response menggunakan NuSoap (Miharjaya, 2012)
NuSOAP adalah sebuah kumpulan class PHP yang memungkinkan user untuk mengirim dan menerima pesan SOAP melalui protokol HTTP. Salah satu keuntungan dari NuSOAP adalah bahwa NuSOAP bukan merupakan PHP extension, sehingga penggunanya tidak membutuhkan registrasi khusus ke sistem operasi maupun web server. NuSOAP ditulis dalam kode PHP murni sehingga semua developer web dapat mengunakan tool ini tanpa tergantung pada jenis web server yang digunakan. NuSOAP merupakan toolkit Web Service berbasis komponen. NuSOAP memiliki sebuah class dasar yang menyediakan method seperti serialisasi variabel dan pemaketan SOAP-Envelope. Interaksi Web Service dilakukan dengan class client yang disebut dengan class soap client dan class server yang disebut dengan class soap server. Kumpulan class ini mengizinkan user untuk melakukan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan SOAP dengan bantuan beberapa class pendukung lainnya untuk melengkapi proses tersebut. Contoh script NuSoap pada sisi server configureWSDL('hellowsdl', 'urn:hellowsdl'); //Register the method to expose $server->register('hello', //method name
26
array('name' => 'xsd:string'), array('return' => 'xsd:string'), 'urn:hellowsdl', 'urn:hellowsdl#hello', 'rpc', 'encoded', 'Says hello to the caller'
); //Define the method as a PHP function function hello($name) { return 'Hello, ' . $name; } //Use the request to (try to) invoke the service $HTTP_RAW_POST_DATA = isset($HTTP_RAW_POST_DATA) ? $HTTP_RAW_POST_DATA : ''; $server->service($HTTP_RAW_POST_DATA); ?>
Contoh script NuSoap pada sisi client __call('hello', array('name' => 'Scott')); print_r($result); ?>
I.5.10. Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Hal ini disebabkan karena UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan pengembang suatu sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain (Munawar, 2005). UML yang terdiri dari serangkaian diagram memungkinkan bagi sistem analisis untuk membuat cetak biru sistem yang komprehensif kepada client, programer dan tiap orang yang terlibat dalam proses pengembangan tersebut. Sangat penting untuk bisa mengeluarkan semua diagram tersebut karena setiap diagram bisa mewakili stakeholder yang berada pada sistem tersebut. Semakin kompleks suatu sistem semakin banyak diagram visual UML yang digunakan. Sebaliknya untuk kasus yang sederhana maka tidak perlu melibatkan semua diagram UML. Untuk
27
pembutan proyek ini digunakan dua buah diagram visual yaitu Diagram Use Case dan Diagram Activity.
I.5.10.1. Diagram Use Case. Diagram use case adalah deskripsi fungsi dari sebuah sistem dari perspektif pengguna. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipikal interaksi antara user sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai. Diagram use case menunjukkan 3 aspek dari sistem yaitu actor, use case dan system. Actor mewakili peran orang, sistem yang lain atau alat ketika berkomunikasi dengan use case. Hubungan antara actor dan use case disajikan pada Gambar I.6.
Gambar I.6. Diagram Use Case pada Perancangan UML
I.5.10.2.
Diagram
Activity.
Diagram
Activity
adalah
teknik
untuk
mendeskripsikan logika prosedural, proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus. Diagram Activity mempunyai peran seperti halnya flowchart, akan tetapi perbedaannya dengan flowchart adalah diagram activity bisa mendukung prilaku paralel sedangkan flowchart tidak bisa. Untuk membuat diagram activity dapat digunakan beberapa symbol yang dikenal dalam UML. Pada Tabel I.1. disajikan beberapa simbol diagram activity yang digunakan pada pembuatan proyek aplikasi layanan informasi pertanahan.
28
Tabel I.1. Simbol-simbol yang sering digunakan pada Diagram Activity (Munawar, 2005) No 1.
Simbol
Keterangan Titik Awal
2.
Titik Akhir
3.
Activity
4.
Pilihan untuk pengambilan keputusan
5
Fork, digunakan utnuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan secara paralel atau untuk menggabungkan dua kegiatan paralel menjadi satu
I.5.11. Angka Penting Angka penting adalah bilangan yang diperoleh melalui pengukuran yang terdiri dari angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditaksir, misalnya saja pada pengukuran luas bidang menggunakan pita ukur. Bidang pada umumnya berbentuk persegi panjang, sehingga untuk menghitung luasnya diperlukan besaran panjang. Panjang dari bidang dapat diukur dengan menggunakan pita ukur yang memiliki bacaan terkecil yaitu 1 mm. Satuan standar internasional untuk besaran panjang yaitu meter, sehingga setiap besaran panjang yang diukur menggunakan pita ukur memiliki minimal empat angka penting. Semakin banyak angka penting semakin teliti alat ukur yang digunakan. Luas dari bidang dihitung dengan mengkalikan besaran panjang dan lebar. Hasil akhir dari perkalian harus memiliki jumlah angka penting paling sedikit yang digunakan dalam perkalian tersebut. Misalnya besaran panjang yaitu 12,234 m dikalikan dengan besaran lebar yaitu 7,979 m berarti hasil kalinya nanti memiliki empat angka penting karena besaran lebar memiliki angka penting paling sedikit yaitu empat.
29
I.5.12. Metode Kuisioner Metode kuisioner adalah salah satu metode observasi yang dilakukan untuk melengkapi suatu penelitian ilmiah (Hadi, 2004). Metode kuisioner mendasarkan diri pada laporan diri sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Model kuisioner yang paling tepat untuk mendapatkan tanggapan dan umpan balik yang komprehensif dari responden adalah gabungan tipe pilihan dan isian. Penggunaan tipe pilihan dimaksudkan untuk memfokuskan responden, sedangkan tipe isian berguna untuk memberi opini atau bobot dari setiap item kuisioner yang diajukan.