BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Industri agro memiliki arti penting bagi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh beberapa fakta yang mendukung. Selama kurun waktu 1981 – 1995, industri agro telah memberikan sumbangan dalam bentuk ekspor sebesar 50% dari total ekspor
non migas, atau sebesar 30% dari total ekspor nasional (Departemen
Perindustrian, 2005). Kemudian, selama masa krisis moneter (1997-2001) meskipun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negatif, industri agro mampu bertahan untuk tetap melakukan produksi. Demikian pula tiga tahun pertama pasca krisis moneter, perkembangan ekspor beberapa industri agro mengalami pertumbuhan yang positif (BPS, 2005). Pengembangan sektor industri agro yang sedang dilakukan pemerintah salah satunya adalah industri pengolahan buah, sehingga industri pengolahan buah masuk ke dalam kelompok 10 klaster industri prioritas (Departemen Perindustrian, 2005). Salah satu alasan mengapa industri pengolahan buah masuk ke dalam prioritas pengembangan adalah potensi wilayah perkebunan di Indonesia yang cukup luas, dan produksi buahbuahan tropika yang dihasilkan juga cukup besar.
Pada tahun 2004 luas areal
perkebunan buah di Indonesia sebesar 707.119 ha, dan menghasilkan produksi sebesar 14.348.456 ton, sehingga nilai produktivitasnya adalah 20,29 ton/ha (Departemen Pertanian, 2005). Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup yang sehat menyebabkan konsumsi per kapita produk olahan buah di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini berpengaruh terhadap permintaan produk sari buah di Indonesia yang juga mengalami kenaikan setiap tahunnya sebesar 13,60%, sedangkan produksi sari buah di Indonesia hanya meningkat sebesar 5,62% per tahun.
Untuk memenuhi
permintaan sari buah di dalam negeri yang terus meningkat maka dilakukan impor 1
produk sari buah, yang terus naik sebesar 37,86% setiap tahunnya (Departemen Perindustrian, 2005).
Kondisi ini menyebabkan industri sari buah harus
meningkatkan jumlah produksinya agar dapat memenuhi gap permintaan yang ada. Tingginya tingkat permintaan produk sari buah di Indonesia, terjadi karena konsumsi per kapita sari buah di dalam negeri juga terus meningkat setiap tahun. Selain itu permintaan ekspor produk sari buah Indonesia di pasar luar negeri juga mengalami kenaikan. Hal ini menggerakkan industri sari buah di Indonesia untuk meningkatkan jumlah produksinya. Peningkatan produksi pada industri sari buah dalam rangka memenuhi permintaan pasar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor masukan (input factors), faktor produksi (production factors) dan faktor keluaran (output factors). Untuk meningkatkan produksi juga diperlukan berbagai sumber daya pendukung, yaitu ketersediaan bahan baku, penggunaaan sumber daya kapital, kebutuhan investasi yang jauh lebih besar, dan kemampuan sumber daya manusia yang profesional, termasuk didalamnya peran pemerintah beserta regulasi – regulasinya yang dibuat dalam bentuk kebijakan.
Oleh karena itu, peningkatan
produksi yang dilakukan industri sari buah, akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan investasi industri, yang akhirnya dapat membantu pemerintah untuk mengatasi permasalahan industri di Indonesia pasca krisis ekonomi. Pembangunan industri pengolahan buah yang kokoh memerlukan suatu perancangan kebijakan yang tepat. Sehingga untuk mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang dapat dilakukan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan industri, perlu disusun kebijakan industri pengolahan buah nasional yang terpadu berdasarkan kondisi industri pengolahan buah sekarang.
Berbagai program dan kebijakan
dilakukan oleh Departemen Perindustrian dengan tujuan untuk meningkatkan performansi industri di Indonesia. Pada industri sari buah, kebijakan yang dilakukan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, Departemen Perindustrian, yaitu meningkatkan produksi, tingkat permintaan pasar, tingkat penyerapan tenaga kerja industri, serta jumlah investasi industri sari buah. 2
Untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan metode yang tepat agar kebijakan yang nantinya diterapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa metode
pendekatan yang dapat digunakan dalam membuat suatu kebijakan adalah ekonometrik, input-output, optimasi, dan dinamika sistem. Masing–masing metode memiliki karakteristik, kegunaan, dan keterbatasan yang berbeda – beda. Model ekonometrik menggambarkan sistem secara linier mendekati kesetimbangan, dan dipusatkan pada variabel – variabel yang berada dalam batas disiplin ilmu ekonomi. Sistem dunia nyata yang sesuai dengan paradigma ini berkaitan dengan aliran barang, jasa, uang, dan harga dalam horison jangka waktu yang pendek. Teori ekonomi yang mendasari metode ekonometrik lebih bersifat statis dari pada dinamis. Metode selanjutnya yaitu analisis input-output yang digunakan untuk menganalisis perubahan marginal dalam sistem perekonomian dalam jangka pendek. Model ini memiliki sifat statis dan lebih terpusat pada aliran fisik dibanding aliran informasi sehingga tidak dapat menggambarkan dinamika pasar. Metode optimasi digunakan untuk menentukan keputusan optimal pada permasalahan yang memiliki sasaran, kendala, dan tindakan yang sudah diketahui secara jelas dan pasti.
Sedangkan
metode dinamika sistem digunakan untuk menyelesaikan masalah yang komplek dan dinamis, dengan horison jangka waktu yang panjang, dimana terdapat hubungan umpan balik didalamnya. Perkembangan industri pengelohan buah bergerak secara dinamis, sehingga untuk membuat suatu kebijakan diperlukan pendekatan secara menyeluruh terhadap sistem yang kompleks ini. Forrester (1961) menjelaskan bahwa metode dinamika sistem merupakan suatu metode permodelan yang penggunaanya erat berhubungan dengan tendensi dinamik suatu sistem yang kompleks. Oleh karena itu, metode yang tepat dalam membuat kebijakan industri pengolahan buah adalah menggunakan pendekatan dinamika sistem. Pendekatan ini menggunakan kekuatan informasi, pengalaman, dan penilaian yang dimiliki oleh manajemen tradisional dalam mengatasi keterbatasan dari pemikiran manusia.
3
Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi industri pengolahan buah sekarang dan berbagai informasi yang diperoleh dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Cakravastia (1997) melakukan pengembangan model kebijakan industri nasional dengan studi kasus industri kimia dan plastik dengan metodologi dinamika sistem. Kemudian Senoadji (1997), merancang model sistem industri beras nasional dalam rangka terwujudnya swasembada beras.
Sedangkan Widayani (1999)
merancang model pengembangan produksi buah-buahan di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan buah dengan kualitas yang baik. Penelitiannya lainnya oleh Mardawati (2004), yaitu mengembangkan model dinamika sistem sebagai perangkat analisis kebijakan industri oleokimia, sedangkan Ahmed (2006), melakukan studi mengenai pengaruh kontribusi total factor productivity (TFP) dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tenaga kerja pada sektor industri manufaktur. Berbasis pada perkembangan industri pengolahan buah dan penelitian - penelitian yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model analisis kebijakan industri pengolahan buah dalam rangka memenuhi permintaan pasar baik domestik maupun ekspor. Kebijakan industri yang dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu Kebijakan Pembangunan Industri Nasional (Depperin, 2005), Kebijakan Industri Minuman dan Tembakau 2005-2009 (Depperin, 2005), dan Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009 (Deptan, 2005).
I.2 Perumusan Masalah Penelitian ini merupakan suatu analisis perancangan kebijakan dengan menggunakan metodologi dinamika sistem. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu pengembangan kebijakan industri pengolahan buah dalam rangka meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan, baik domestik maupun ekspor.
Dari uraian diatas maka permasalahan yang ingin diselesaikan
dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah model dinamika sistem yang tepat untuk dapat digunakan sebagai suatu perangkat analisis kebijakan dalam pengembangan industri pengolahan buah nasional? 4
2. Bagaimana pengaruh skenario kebijakan bahan baku, kebijakan pasar domestik, kebijakan
ekspor,
dan
kebijakan
investasi
yang
diterapkan
terhadap
pengembangan produksi industri pengolahan buah di Indonesia? 3. Bagaimana rancangan kebijakan industri pengolahan buah nasional yang dapat mendorong pengembangan industri pengolahan buah Indonesia di masa depan.
I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk : 1. Mengembangkan model dinamika sistem sebagai suatu perangkat analisis strategi kebijakan industri pengolahan buah nasional. 2. Mempelajari pengaruh skenario kebijakan bahan baku, kebijakan pasar domestik, kebijakan ekspor, dan kebijakan investasi yang diterapkan terhadap keberhasilan pengembangan produksi industri pengolahan buah di Indonesia. 3. Menyusun kebijakan industri pengolahan buah nasional yang terpadu dengan mengetahui kondisi industri pengolahan buah sekarang ini sehingga diketahui prospek Indonesia dalam pengembangan industri pengolahan buah.
I.4 Batasan Permasalahan yang dikaji perlu dibatasi agar pembahasan dapat dilakukan dengan terarah, serta memerlukan beberapa asumsi. Batasan dan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Sistem yang diamati adalah sistem industri pengolahan buah nasional, dan produk yang diteliti adalah produk olahan buah yang masuk dalam kelompok KBLI 15139 yaitu sari buah. 2. Periode analisis model dibatasi dari tahun 2000-2020 3. Skenario kebijakan diterapkan pada tahun 2009
I.5 Posisi Penelitian dan State of The Art Posisi dan State of The Art penelitian ini diuraikan pada Gambar I.1 dan Tabel I.1
5
Industri Agro
Peningkatan Produksi
System Dynamics
Mardawati, 2004 Pengembangan model peningkatan nilai tambah pada industri oleokimia
Senoadji, 1997 Pengembangan model peningkatan produksi beras nasional
Forrester, 1991 The System Dynamic National Model
Deptan, 2006 Analisis peningkatan nilai tambah melalui pengembangan agroindustri ASRIM, 2006 Permasalahan industri sari buah di Indonesia Disperindag Agro, 2007 Kelembagaan dan Jaringan Kerja Pengembangan Klaster Buah di Jawa Barat
Widayani, 1999 Perancangan kebijakan pengembangan produksi buah-buahan di Indonesia
Cakravastia, 1997 Pengembangan model peningkatan pertumbuhan industri nasional Sterman, 2000, A Generic Commodity Market Model
Ahmed, E.M., 2006 Productivity growth input in Malaysia's manufacturing
Lyneis, J., M., 2000 System dynamics for market forecasting
Pengembangan model peningkatan produksi pada industri pengolahan buah untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor
Kebijakan
Depperin, 2005 Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Starling, 1988 Strategies for Policy Making
Depperin, 2005 Kebijakan Industri Minuman dan Tembakau Tahun 2005-2009
Thomas&Orden, 2004 Agricultural Policies in Indonesia
Deptan, 2005 Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 2005-2009
Gambar I.1 Skema State of The Art Penelitian
6
Tabel I.1 Posisi Penelitian Peneliti
Masalah
Tujuan Penelitian
Pendekatan
Sub sistem yang dikaji
Ukuran Performansi
Cakravastia 1997 Mengkaji faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri nasional
Senoadji 1997 Mengkaji faktor – faktor yang berkaitan dengan swasembada beras
Widayani 1999 Mengkaji bagaimana model pengembangan produksi buahbuahan di Indonesia
Mardawati 2004 Mengkaji bagaimana model peningkatan nilai tambah pada industri oleokimia
Mengembangkan model dinamika sistem sebagai perangkat analisis kebijakan industri nasional
Merancang model sistem industri beras nasional dengan menentukan cara pengalokasian pemanfaatan teknologi pertanian
Merancang model pengembangan produksi buah – buahan di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan buah yang berkualitas
Mengembang-kan model dinamika sistem sebagai perangkat analisis kebijakan industri oleokimia
Dinamika Sistem Sub sistem bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, produksi, rumah tangga, keuangan, pemerintah, perdagangan internasional Kapasitas aktual, tingkat produksi, tingkat permintaan
Dinamika Sistem Sub sistem populasi konsumsi, teknologi basis padi, produksi, pendapatan petani
Dinamika Sistem Sub sistem teknologi budidaya dan pasca panen, produksi, pendapatan
Dinamika Sistem Sub sistem produksi, tenaga kerja, barang kapital, bahan baku, investasi, pemerintah, nilai tambah, pendapatan
Tingkat produksi
Tingkat produksi, kualitas
Tingkat pendapatan, nilai tambah
Ahmed 2006 Mengkaji faktor – faktor yang mempangaruhi pertumbuhan produksi pada sektor industri manufaktur Mempelajari bagaimana pengaruh kontribusi total factor productivity (TFP) dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tenaga kerja pada sektor industri manufaktur di Malaysia Ekonometri _
Tingkat produksi
Thesis 2008 Mengkaji bagaimana model peningkatan produksi pada industri pengolahan buah di Indonesia Mengembangkan model dinamika sistem sebagai perangkat analisis kebijakan industri pengolahan buah untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor
Dinamika Sistem Sub sistem produksi dan barang kapital, permintaan domestik, permintaan ekspor, bahan baku, populasi, tenaga kerja, keuangan dan pemerintah
Tingkat produksi, tingkat permintaan, penyerapan tenaga kerja, tingkat investasi
7
Industri pengolahan buah di Indonesia memiliki tingkat produksi yang sangat rendah, sedangkan permintaan masyarakat terhadap produk olahan buah baik domestik maupun impor terus meningkat setiap tahun.
Untuk itu, diperlukan rancangan
kebijakan industri yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi industri pengolahan buah di Indonesia.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan peningkatan produksi telah dilakukan. Ahmed (2006), mempelajari bagaimana pengaruh kontribusi total factor productivity (TFP) dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tenaga kerja pada sektor industri manufaktur di Malaysia. Kemudian Senoadji (1997), mempelajari faktor – faktor yang berkaitan dengan swasembada beras, dengan mengkaji beberapa sub sistem yaitu sub sistem populasi konsumsi, teknologi basis padi, produksi, dan pendapatan petani. Ukuran performansi yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut adalah menaikkan tingkat produksi beras di Indonesia.
Penelitian lainnya oleh
Widayani (1999), yaitu merancang model pengembangan produksi buah-buahan di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan buah dengan kualitas yang baik. Sub sistem yang dikaji dalam penelitian tersebut adalah sub sistem teknologi budidaya dan pasca panen, produksi, dan pendapatan, sedangkan ukuran performansi yang ingin dicapai adalah meningkatkan produksi dan kualitas.
Selanjutnya Mardawati (2004), mengembangkan model peningkatan nilai tambah pada industri oleokimia sebagai industri hilir kelapa sawit, dimana sub sistem yang dikaji adalah sub sistem produksi, tenaga kerja, barang kapital, bahan baku, investasi, pemerintah, nilai tambah, dan pendapatan.
Ukuran performansi yang ingin dicapai
dalam penelitian tersebut adalah meningkatkan pendapatan dan nilai tambah. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan model kebijakan industri telah dilakukan oleh Cakravastia (1997), yang melakukan pengembangan model kebijakan industri nasional dengan studi kasus industri kimia dan plastik dengan metodologi dinamika sistem. Model yang dikembangkan mengacu pada model industri nasional Forrester (1991) yang terbukti memberikan perilaku yang responsif terhadap perubahan – perubahan kebijakan pada industri kimia dan plastik nasional. Sub sistem yang dikaji 8
dalam penelitian tersebut adalah sub sistem bahan baku, keuangan, barang kapital, tenaga kerja, produksi, rumah tangga, pemerintah, dan perdagangan internasional, sedangkan ukuran performansi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kapasitas aktual, tingkat produksi, dan tingkat permintaan.
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model peningkatan produksi pada industri pengolahan buah untuk memenuhi tingginya tingkat permintaan domestik dan ekspor di Indonesia. Sub sistem yang dikaji dalam penelitian ini adalah sub sistem produksi dan barang kapital, permintaan domestik, permintaan ekspor, bahan baku, populasi, tenaga kerja, keuangan dan pemerintah, sedangkan ukuran performansi yang ingin dicapai adalah meningkatkan tingkat produksi, tingkat permintaan, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan tingkat investasi. Posisi penelitian ini diformulasikan dengan membagi sub sistem permintaan menjadi sub sistem permintaan domestik dan permintaan ekspor. Permintaan dianggap penting karena merupakan penggerak utama untuk meningkatkan produksi pada industri pengolahan buah. Sedangkan ukuran performansi yang ditetapkan pada penelitian ini disesuaikan dengan visi, misi, serta arah kebijakan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau Departemen Perindustrian, yaitu meningkatkan tingkat produksi, tingkat permintaan, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan tingkat investasi.
I.6 Sistematika Penulisan Rencana penulisan ini seluruhnya terdiri dari enam bagian dengan pokok bahasan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut : Bab I
:
Pendahuluan Pada bagian pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, dan batasan masalah, sistematika penulisan dan posisi penelitian.
9
Bab II :
Studi Pustaka Meliputi uraian, teori dan konsep yang mendasari penelitian yaitu mengenai pembangunan industri pengolahan buah, kebijakan di sektor industri, kebijakan industri minuman di Indonesia, kebijakan di sektor pertanian, teori sistem dinamis dan metodologi dinamika sistem.
Bab III :
Metodologi Penelitian Meliputi langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian.
Bab IV :
Pengembangan Model Meliputi uraian tentang proses atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian.
Pengembangan model dasar meliputi uraian bagaimana
mengembangkan model terhadap sistem yang dikaji yang meliputi konseptualisasi model, formulasi dan parameterisasi model serta validasi model. Bab V
:
Analisis Perilaku Model Meliputi uraian tentang penggunaan model yang telah dibangun untuk memahami perilaku sistem, kemudian mengetahui pengaruh yang ditimbulkan.
Bab VI :
Perancangan Kebijakan Meliputi uraian tentang perancangan kebijakan yang akan dilakukan, meliputi jenis kebijakan, perangkat kebijakan yang digunakan, dan implikasi kebijakan tersebut.
Bab VII :
Kesimpulan dan Saran Meliputi pokok-pokok hasil penelitian serta saran-saran yang berkaitan dengan perbaikan sistem mapun model yang telah dibangun.
10