BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di Indonesia terdapat banyak kota-kota yang memiliki nilai sejarah, salah satu kota yang memiliki nilai sejarah adalah Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan kota yang bersejarah yang masih tetap hidup, bahkan semakin hari semakin berkembang, baik dari segi kehidupan masyarakatnya maupun dari segi spasialnya. Pada awalnya Kota Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan bagi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berdiri sendiri sampai tanggal 17 Agustus 1945. Setelah negara Indonesia berdiri, Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan untuk menyatukan diri dengan negara yang baru berdiri pada waktu itu, tepatnya pada saat Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamasikan. Kota Yogyakarta sempat berganti status dari kota pusat pemerintahan kesultanan menjadi ibukota Republik Indonesia yang pada saat itu juga dijadikan sebagai pusat revolusi Indonesia. Kota Yogyakarta berubah status menjadi ibukota propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah perang berakhir, selain itu Kota Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pendidikan dan sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa (Adrisijanti, 2007). Banyak aspek-aspek yang menarik dari Kota Yogyakarta yang menjadikan banyak orang ingin mengetahui lebih mendalam dari Kota Yogyakarta. Hal tersebut pula yang menyebabkan banyak ahli yang ingin mengupas Kota Yogyakarta berdasarkan bidang keahlian masing-masing. Ada yang mengupas dari bidang sejarah, politik, arsitektur, aspek sosiologis, kehidupan, seni, dan masih banyak yang lain (Adrisijanti, 2007). Di Yogyakarta terdapat banyak sekali benda-benda peninggalan budaya pada masa lampau. Kondisi dari benda cagar budaya tersebut pada masa sekarang ada berbagai kondisi, ada yang masih selalu terawat dan ada pula yang tidak terawat, bahkan sudah mulai mengkhawatirkan kondisinya. Keberadaan dari benda cagar budaya tersebut ada yang sudah diketahui dan sudah terdaftar pada Dinas Kebudayaan kabupaten/ kota maupun Dinas Kebudayaan provinsi. Namun, ada pula
1
2
benda cagar budaya yang belum diketahui dan belum terdaftar. Pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai benda cagar budaya juga dapat mengkhawatirkan keberadaan dari benda cagar budaya tersebut (Setyastuti, 2008). Terkadang benda cagar budaya mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh terjadinya pembongkaran atau renovasi yang dilakukan oleh manusia, hal tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat akan benda cagar budaya. Letak dari benda cagar budaya yang tersebar diseluruh D.I. Yogyakarta dan tidak selalu benda cagar budaya tersebut dijadikan objek wisata, menjadikan masyarakat terkadang tidak mengetahui bahwa benda atau bangunan tersebut merupakan salah satu dari benda atau bangunan cagar budaya. Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan ataupun pemantauan terhadap benda cagar budaya tersebut agar kondisinya dapat tetap terjaga. Untuk melakukan pemantauan ataupun perawatan benda cagar budaya, perlu diketahui mana saja yang merupakan benda cagar budaya dan dimana saja letak dari benda cagar budaya tersebut. Maka dalam proyek ini dilakukan penyajian informasi dari benda cagar budaya di D.I. Yogyakarta, yang berisikan bagaimana kondisinya, dimana letaknya, apa fungsinya pada masa lampau dan pada masa sekarang. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui dimana saja letak dari benda cagar budaya tersebut, sehingga keberadaannya dapat diketahui oleh masyarakat luas dan kondisinya bisa tetap terjaga. Penyajian informasi dari benda cagar budaya ini dilakukan dengan menggunakan GIS Cloud, merupakan GIS berbasis web pertama yang didukung oleh cloud computing. GIS Cloud ini menyediakan fitur-fitur GIS desktop secara lengkap yang penggunaanya berbasis web, selain itu juga menyediakan visualisasi yang mudah digunakan dan efisien, untuk menyimpan data, pembuatan peta dan mengelola informasi geospasial yang digunakan, serta dapat melakukan
analisis
dan
eksplorasi
informasi
geografis
(http://www.giscloud.com/manual/). Penelitian menggunakan aplikasi GIS berbasis cloud atau internet sebelumnya pernah dilakukan, yaitu oleh Virizky (2012) dalam penelitiannya tentang penyusunan portal partisipatif penataan kawasan sungai perkotaan rawan banjir berbasis bidang tanah dengan teknologi ArcGIS online. Pada penelitian tersebut dilakukan penyusunan portal web mengenai kawasan sungai code, dengan web map (master
3
peta) yang dibuat menggunakan ArcGIS online, kemudian hasil pembuatan web map tersebut ditampilkan pada portal yang telah dibuat dengan bahasa pemrograman web menggunakan CSS, HTML, Javascript dan untuk menampilkan web map dari ArcGIS Online ke dalam portal web menggunakan menu configure pop-up yang terdapat pada konten ArcGIS Online. Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan tersebut dengan proyek ini adalah obyek proyek dan aplikasi yang digunakan serta hasil akhir yang berbeda. Pada proyek ini obyek proyek yang digunakan adalah benda-benda cagar budaya di D.I. Yogyakarta, dan untuk aplikasi yang digunakan adalah GIS Cloud. Hasil dari proyek ini adalah menyajikan peta persebaran benda cagar budaya di D.I.Yogyakarta di dalam aplikasi GIS Cloud, dan memungkinkan untuk semua orang dapat mengaksesnya dengan melalui browser http://www.giscloud.com ini.
I.2. Tujuan Proyek Proyek ini bertujuan untuk melakukan penyajian informasi benda cagar budaya di D.I. Yogyakarta dengan menggunakan GIS Cloud, serta untuk mengeksplorasi fungsionalitas dari GIS Cloud.
I.3. Manfaat Proyek Hasil yang diperoleh dari proyek ini diharapkan dapat digunakan atau memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat luas, dapat mengetahui mana saja yang merupakan benda cagar budaya serta letak-letak dari benda cagar budaya yang ada di D.I. Yogyakarta, sehingga apabila akan melakukan pembangunan atau renovasi tidak merusak dari benda cagar budaya tersebut. 2. Bagi kalangan akademisi, dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran tentang cagar budaya yang ada di D.I. Yogyakarta, serta untuk pembelajaran sejarah masa lampau. 3. Bagi pemerintah, dapat digunakan untuk menjaga dan memantau bendabenda cagar budaya yang ada, sehingga kelestarian dari benda cagar budaya
4
tersebut dapat tetap terjaga dan tidak rusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Serta pemerintah dapat mengetahui cagar budaya mana saja yang benar-benar terawat dan mana saja yang masih kurang perawatan.
I.4. Batasan Masalah Untuk mempermudah dalam hal pemahaman dan untuk membatasi masalah yang diangkat dalam proyek ini agar tidak melebar terlalu luas jika dilakukan proyek secara menyeluruh. Maka dari hal tersebut perlu dilakukan pembatasan masalah yaitu dalam proyek ini informasi yang dikumpulkan dari benda cagar budaya tersebut adalah informasi mengenai kondisi, fungsi pada masa lampau dan pada masa sekarang serta alamat atau letak dari benda cagar budaya tersebut.
I.5. Landasan Teori I.5.1. Benda Cagar Budaya Potensi sumberdaya budaya D.I. Yogyakarta sangat kaya dan beraneka warna, yang berdasakan jenisnya terdiri dari budaya material dan non material. Pencagarbudayaan adalah penetapan secara legal formal suatu benda sebagai cagar budaya/situs yang dilindungi kelestariannya. Pencagarbudayaan dilakukan untuk memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap status dan eksistensi benda cagar budaya dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia atau pembangunan (Setyastuti, 2008). Sesuai dengan Undang-undang RI No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah (BPCB, 2012): 1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, berumur sekurangkurangnya 50 tahun, dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 2. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Budaya yang ada di D.I. Yogyakarta sangatlah beragam dan keberagaman budaya tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor atau
5
aspek temporal. Hal tersebut menjadikan benda cagar budaya yang berada di D.I. Yogyakarta mengikuti budaya yang ada di masyarakat dari waktu ke waktu atau secara temporal. Berdasarkan faktor tersebut budaya yang ada di D.I. Yogyakarta dikelompokkan menjadi berikut (Setastuti, 2003): 1. Budaya dari masa sebelum ada pengaruh Hindu-Budha. Pada periode ini sering disebut dengan Masa Prasejarah. 2. Budaya dari masa berkembangnya pengaruh Hindu-Budha. Pada periode ini sering disebut dengan Masa Klasik. 3. Budaya yang menampilkan adanya pengaruh Islam. Pada periode ini sering disebut sebagai Masa Islam. 4. Budaya yang berasal dari masa penjajahan dan menunjukkan unsur budaya baik Belanda, Arab, Jepang maupun Cina. Pada periode ini sering disebut dengan Masa Kolonial. Semua hasil budaya tersebut di atas sebagai gambaran yang menunjukkan perkembangan dari satu peradaban ke peradaban berikutnya.
I.5.2. Sistem Informasi Geografis Kemajuan teknologi memungkinkan penyimpanan data dalam format dijital, melalui perangkat keras seperti komputer dan sejenisnya. Oleh karena kelebihan yang dimiliki sistem dijital tersebut, para ahli yang khususnya pada bidang geodesi dan geografi merumuskan konsep-konsep Sistem Informasi Geografis berbasis dijital. Sistem informasi geografis dijital sangat memberikan kemudahan untuk mencari dan menemukan informasi yang telah diproses dan sudah disimpan sebagai atribut dari suatu obyek tertentu pada permukaan bumi (Dulbahri, 1993). Informasiinformasi dan data-data baru yang sebelumnya belum ada, bisa diperoleh dengan menggunakan sistem analisis yang terdapat dalam sistem informasi geografis dijital.
I.5.2.1. Definisi
Sistem
Informasi
Geografis.
Sistem
Informasi
Geografis
(Geographic Information System) atau disingkat SIG (GIS) adalah suatu sistem yang dapat digunakan untuk memproses, memanipulasi, menampilkan data dan informasi dari suatu obyek yang berada di permukan bumi. Data-data spasial dapat dipetakan
6
dan dianalisis dengan menggunakan SIG beserta dengan informasi pada setiap atribut yang dimilikinya (data deskriptif). Data-data keruangan yang bersifat komplek dapat dilakukan operasi dengan menggunakan SIG (Prahasta, 2002). Definisi SIG di atas mencakup beberapa hal, yaitu : 1. Perangkat keras komputer 2. Perangkat lunak komputer 3. Data-data geografis 4. Sumberdaya manusia Burrough (1997) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis adalah alat-alat yang digunakan untuk mengoleksi, menyimpan, melakukan transformasi dan mengambil data dari permukaan bumi dengan tujuan tertentu. Sedangkan menurut Team Reppmit BAKOSURTANAL (1991) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis merupakan kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak komputer, data geografis serta personel yang saling terorganisir satu dan lainnya yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, menampilkan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan berbagai informasi dari obyek yang berada di permukaan bumi. Secara garis besar konsep Sistem Informasi Geografis adalah fungsi Sistem Informasi Geografis itu sendiri. Pranoto (1992) menerangkan bahwa fungsi Sistem Informasi Geografis ada 4 macam, yaitu: 1. Bank data terpadu, yaitu Data Base Management System yang digunakan untuk memadukan data spasial dan non-spasial. 2. Sistem Modeling dan Analisis, yaitu sebagai sarana untuk melakukan evaluasi potensi dari suatu wilayah dan perencanaan spasial. 3. Sistem Pengolahan Berorganisasi, yaitu pengelolaan data-data operasional dan administrasi dari lokasi suatu obyek yang terdapat di permukaan bumi. 4. Sistem Pemetaan Berkomentar, yaitu suatu sistem yang dapat menyajikan peta sesuai kebutuhan pengguna pada saat itu.
I.5.2.2. Subsistem Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut (Prahasta, 2002):
7
1. Data Input: untuk pengumpulan data, persiapan data atribut dan spasial serta untuk melakukan konversi dan transformasi data dari data asli menjadi data yang dapat digunakan dalam SIG. 2. Data output: merupakan sistem keluaran atau hasil dari suatu basis data yang telah dilakukan pemrosesan, hasil yang didapatkan bisa dalam bentuk softcopy atau hardcopy. 3. Data Management: merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengorganisasikan atau mengelola data, baik berupa data atribut maupun data spasial. 4. Data Manipulation & Analysis: merupakan sistem yang digunakan untuk melakukan manipulasi dan analisis pada data yang tersimpan agar dapat menghasilkan informasi yang diinginkan. Peta dijital yang dihasilkan oleh SIG memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan peta analog biasa, karena peta dijital selain dapat menampilkan informasi spasial yang menggambarkan bentuk dan lokasi dari suatu obyek pada permukaan bumi, juga dapat menampilkan informasi yang berisi keterangan atau deskripsi dari suatu obyek yang terdapat pada permukaan bumi.
I.5.2.3. Model Data Spasial Dalam SIG. Data spasial merupakan data yang paling penting dalam SIG. Data spasial dalam SIG terdapat 2 macam yaitu (Prahasta, 2002): 1. Data Vektor Model data vektor merupakan data yang berupa simbol-simbol atau yang biasa disebut dengan fitur, seperti fitur titik (point), fitur garis (line) dan fitur area (polygon). Penyimpanan data vektor ini di dalam komputer dalam bentuk koordinat kartesius (X,Y) (Prahasta, 2002). a. Fitur titik (point), data ini disimpan dalam komputer berupa sebuah koordinat (X,Y). b. Fitur garis (line), data ini disimpan dalam komputer berupa susunan dari data titik yang saling terkail satu dan yang lainnya (X1,Y1) (X2,Y2) (X3,Y3)…. (Xn,Yn).
8
c. Sedangkan fitur area (polygon), data ini disimpan dalam komputer dengan berupa susunan data garis yang saling terhubung dan membentuk kurva tertutup (X1,Y1) (X2,Y2) (X3,Y3)…. (X1,Y1). 2. Data Raster Model data raster yaitu model data yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial di dalam komputer dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid. Contoh data raster adalah citra satelit misalnya Spot, Landsat dan lain-lain. Pada model data ini, setiap pixel atau grid memilki nilai yang berbeda-beda pada setiap kondisi yang berbeda.
I.5.2.4. Sistem Informasi. Sistem informasi adalah sistem untuk pengumpulan, pengolahan, pengelolaan data menjadi satu kesatuan informasi yang saling terkait dan saling mendukung sehingga menghasilkan suatu informasi yang berharga. (Muhyuzir, 2001). Pengertian lain dari sistem informasi adalah suatu sistem kumpulan dari komponen- komponen manual dan komponen-komponen dijital yang saling terkait yang dibuat oleh manusia dan bertujuan untuk pengumpulan data, pemrosesan data dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pemakai (Sidharta, 2005). Menurut O’Brien (2005) sistem informasi
adalah suatu proses
pengumpulan, pemrosesan dan penyebaran informasi di dalam suatu bentuk organisasi yang berasal dari kombinasi orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan basis data yang saling terkait. Sistem informasi terdiri dari elemen-elemen penyusun yaitu (Magaline, 2007): 1. Orang, orang yang dimaksud adalah operator komputer, analis sistem, programmer, personil data entry dan manajer sistem informasi. 2. Prosedur, merupakan sekumpulan intruksi atau buku panduan. Ada 3 jenis prosedur yang diperlukan, yaitu instruksi untuk pengguna, instruksi untuk menyiapkan pemasukan data dan instruksi pengoperasian untuk karyawan pusat komputer. 3. Perangkat keras, perangkat keras yang dimaksud adalah komputer yang digunakan untuk penyiapan data, pengolahan data, penyimpanan data dan sebagai alat masukan/keluaran.
9
4. Perangkat lunak, perangkat lunak dapat dibagi dalam 3 jenis utama : a. Sistem perangkat lunak umum, seperti sistem pengoperasian dan sistem manajemen data yang memungkinkan pengoperasian sistem komputer. b. Aplikasi perangkat lunak umum, seperti model analisis dan keputusan. c. Aplikasi pernagkat lunak yang terdiri atas program yang secara spesifik dibuat untuk setiap aplikasi. 5. Basis data, merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dan yang lainnya. 6. Jaringan komputer, merupakan himpunan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang saling terhubung satu dan yang lainnya dan membentuk satu kesatuan. Informasi dan data dapat bergerak melalui kabelkabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar informasi dan data. 7. Komunikasi data, merupakan proses transmisi atau pemindahan data dari satu komputer ke komputer yang lainnya dalam bentuk dijital yang dikirimkan dengan menggunakan media tertentu. Komunikasi data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu sistem informasi karena sistem ini yang mengatur agar data-data yang ada dapat dikomunikasikan dari satu komputer ke komputer lainnya.
I.5.3. Web GIS Aplikasi GIS saat ini tumbuh dengan cepat yaitu tidak hanya secara jumlah aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman aplikasinya. Pada proses pengembangan aplikasi GIS kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis web yang dikenal dengan web GIS.
I.5.3.1. Pengertian Web GIS. Menurut Prahasta (2007), web GIS adalah suatu proses distribusi, publikasi, integrasi, komunikasi dan penyediaan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi-fungsi analisis dan query yang terkait dengan aplikasi GIS atau pemetaan digital dengan menggunakan jaringan internet. Sedangkan menurut Rabbasa dan Setiawan (2006), web GIS dirasakan sangat diperlukan untuk melakukan berbagai proyek, pengembangan dan perencanaan
10
wilayah, serta manajemen sumber daya alam. Hal tersebut dikarenakan pengguna masih kurang tercukupi dengan adanya penyebaran data spasial yang dilakukan dengan menggunakan media yang telah ada seperti media cetak (peta), CD-Rom, dan media penyimpanan lainnya. Dengan media tersebut pengguna harus datang dan melihat langsung data pada tempatnya. Mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai data dengan media yang telah ada masih terasa kurang.
1.5.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Web GIS. Penggunaan web GIS ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan GIS konvensional yaitu sebagai berikut (Peng, 2003): 1. Dapat digunakan oleh pengguna di seluruh dunia. 2. Pengguna tidak perlu meng-install softwere GIS dalam penggunaannya. 3. Aplikasi ini berbasiskan internet, sehingga dapat diakses oleh siapapun. 4. Satu data yang terpusat. 5. Pengaksesan lebih luas terhadap data GIS dan fungsi-fungsinya, yaitu dapat dihubungkan dengan data dari perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya, kemungkinan untuk mempublikasikan beberapa data GIS ke masyarakat umum. Akan tetapi penggunaan web GIS ini juga memiliki kelemahan antara lain (Peng, 2003): 1. Waktu pengaksesan, untuk melakukan akses tergantung pada komputer server, komputer clien, koneksi internet dan efisiensi data. Khususnya koneksi internet, dalam menggunakan web GIS ini harus terkoneksi pada internet, apabila tidak ada koneksi internet maka pengguna tidak dapat mengakses data-data dari web GIS ini. 2. Resolusi dan ukuran display, perlu adanya perbaikan terhadap support large atau dual monitor, high resolution setting, toolbar dan menu browser, layout yang efisien. 3. Variasi
dari
teknologi-teknologi
terbaru,
web
GIS
harus
dapat
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada agar tidak tertinggal.
11
1.5.3.3. Cara Kerja Web GIS. Cara kerja web GIS dapat dilihat pada Gambar I.1. berikut ini:
Gambar I.1. Arsitektur web GIS (Charter, 2004)
Gambar diatas menunjukan arsitektur minimum sebuah sistem web GIS, penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Client, merupakan aplikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan server sebagai penyedia data melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Aplikasi seperti ini bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dan lain-lain). Untuk menampilkan dan berinteraksi dengan data GIS, sebuah browser membutuhkan Plug-In atau Java Applet atau bahkan keduanya. 2. Web Server, digunakan untuk proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Selain itu dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan server side GIS Komponen. 3. Server side GIS Komponen berperan terhadap koneksi kepada database spasial seperti menterjemahkan query ke dalam SQL dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Server Side GIS Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada data. Selain komponen diatas terdapat hal lain yang juga sangat penting yaitu aspek fungsional yang terletak di sisi client atau di server. Aspek fungsional tersebut ditunjukkan pada Gambar I.2. sebagai berikut:
12
Gambar I.2. Thin dan Thick sistem pada sistem Client/Server (Charter, 2004)
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan-1 : Thin Client : merupakan pemrosesan data yang fokus pada sisi server. Hampir semua proses dan analisa data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil pemrosesan dikirimkan ke client dalam format HTML, yang didalamnya terdapat file gambar sehingga dapat dilihat dengan browser. Pada pendekatan ini interaksi pengguna terbatas dan tidak fleksibel. 2. Pendekatan-2 : Thick / Fat Client : merupakan pemrosesan data yang dilakukan disisi client, data dikirim dari server ke client dalam bentuk data vektor yang disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali dilakukan disisi client. Cara ini menjadikan user dapat berinteraksi lebih interaktif dan fleksibel.
I.5.4. GIS Cloud I.5.4.1. Pengertian Cloud Computing. Menurut Mell dan Grance (2011) Cloud Computing adalah suatu model yang menyediakan sumber daya komputasi atau teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) yang memungkinkan pelanggan atau pengguna dapat menyewa dan menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhannya (on-demand) yang berbasiskan internet. Cloud yang dimaksudkan disini adalah jaringan internet yang dapat digunakan oleh semua orang.
13
Perbedaan antara Cloud Computing dengan jaringan komputer adalah sebagai berikut (Anggeriana, 2011): 1. Pada komputer desktop biasa, perangkat lunak hanya dapat dijalankan pada komputer tersebut. Pembuatan, pengolahan dan penyimpanan semua dokumen dilakukan pada komputer tersebut. Sedangkan pada Cloud Computing, program perangkat lunak yang digunakan tidak berada pada komputer yang digunakan, melainkan tersimpan pada server-server yang dapat diakses melalui internet. 2. Dalam jaringan komputer, aplikasi atau dokumen tersimpan pada server perusahaan dan hanya dapat diakses melalui jaringan komputer perusahaan saja. Sedangkan Cloud Computing lebih besar dari jaringan komputer. Karena melibatkan lebih banyak perusahaan, server, dan jaringan.
I.5.4.2. Karakteristik dan Model Layanan Cloud Computing. Cloud Computing memiliki karakteristik utama, yaitu sebagai berikut (Afrianto, 2010): 1. On Demand Self Service Pada karakter ini, penggunaan dan pengelolaan layanan tanpa ada interaksi antara pengguna dan penyedia layanan. Misalnya dengan menggunakan sebuah portal web dan manajemen antarmuka. Pengadaan dan perlengkapan layanan serta sumberdaya yang terkait terjadi secara otomatis pada penyedia. 2. Broad network access Pada karakteristik ini pengaksesan layanan yang tersedia dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan internet, baik menggunakan thin client, thick client ataupun media lain seperti smartphone. 3. Resources Pooling Merupakan
karakteristik
yang
memberikan
layanan
dengan
menggunakan sumberdaya yang dikelompokkan pada satu atau berbagai lokasi data center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant. Mekanisme multi-tenant yaitu memungkinkan sejumlah sumberdaya untuk dapat digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user, sumberdaya tersebut dapat berbentuk fisik maupun virtual serta dapat
14
dialokasikan untuk kebutuhan pengguna sesuai dengan permintaan masingmasing. 4. Rapid elasticity Pada karakteristik ini memberikan kapasitas penyimpanan data yang tersedia dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya. 5. Measured services Penggunaan sumberdaya yang tersedia harus teratur dan teroptimasi, yang dapat dilakukan dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang digunakan (penyimpanan, memory, processor, lebar pita, aktivitas user, dan lainnya). Seperti yang terlihat pada Gambar I.3, yang menggambarkan beberapa model layanan yang dimiliki oleh Cloud Computing, yaitu sebagai berikut (Kouyoumjian, 2011): 1. Software as a Services (SaaS) Merupakan aplikasi yang dapat diakses dan digunakan oleh pengguna dengan menggunakan jaringan internet. Pengguna dapat menggunakan Software as a Services (SaaS) dengan cara berlangganan atau pembayaran setiap penggunaan sehingga tidak perlu melakukan investasi IT. Model ini memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan fitur aplikasi, karena bersifat multi-tenant, yaitu fitur-fitur yang tersedia biasanya bersifat umum atau dapat digunakan secara bersama-sama. 2. Platform as a Services (PaaS) Merupakan layanan yang berisikan modul-modul yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan pada sebuah aplikasi yang hanya dapat berjalan di atas platform tersebut. Platform as a Services (PaaS) juga memiliki
keterbatasan
yaitu
sumber
daya
memory,
penyimpanan,
pemrosesan yang tersedia tidak dapat dikontrol oleh pengguna.
15
3. Infrastructure as a Services (IaaS) Sebuah
layanan
yang
menyediakan
sumberdaya
pemrosesan,
penyimpanan, kapasitas jaringan dan sumber daya komputasi lainnya. Pada layanan ini konsumen dapat mengembangkan dan menjalankan aplikasi khusus.
Gambar I.3. Model layanan Cloud computing (Kouyoumjian, 2011)
I.5.4.3. Pengertian GIS Cloud. GIS Cloud merupakan GIS berbasis web pertama yang didukung oleh cloud computing. GIS Cloud ini menyediakan fitur-fitur GIS desktop secara lengkap yang penggunaanya berbasis web, selain itu juga menyediakan visualisasi yang mudah digunakan dan efisien, untuk menyimpan data, pembuatan peta dan mengelola informasi geospasial yang digunakan, serta dapat melakukan
analisis
dan
eksplorasi
informasi
geografis
(http://www.giscloud.com/manual/). Tujuan utama dari aplikasi GIS Cloud adalah sebagai berikut; untuk menyederhanakan pertukaran informasi geografis antara pengguna dan menyediakan cara yang mudah untuk menganalisis suatu informasi, yang terlepas dari lokasi penggunanya. Dengan menggunakan GIS Cloud para pengguna dapat mengakses secara penuh GIS desktop, yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan seperti analisis geospasial, kecerdasan spasial, pemetaan yang disesuaikan dan menerbitkan analisis geografis di web. Dengan GIS Cloud siapapun dapat membuat rentang yang sangat luas dari proyek dan analisis tentang GIS. Arsitektur dari GIS Cloud dapat dilihat pada Gambar I.4.
16
Gambar I.4. Arsitektur GIS Cloud (Kouyoumjian, 2011)
Penjelasan dari Gambar I.4. Arsitektur GIS Cloud di atas adalah sebagai berikut (Kouyoumjian, 2011): 1. Layanan GIS tersedia dalam internet, sehingga pengguna GIS dapat mengakses dan menggunakan peta citra, peta topografi dan basemaps yang tersedia serta layanan seperti routing dan geocoding. 2.
ArcGIS Server dapat digunakan di internet, salah satunya dengan menggunakan GIS Cloud sehingga organisasi atau pengguna pada umumnya dapat mempublikasikan dan menyebarkan dengan cepat aplikasi pemetaan GIS hanya dalam beberapa menit.
3.
Software GIS sebagai penyedia pelayanan yang terfokus, clien berbasis internet dan aplikasi yang mudah untuk memecahkan berbagai masalah yang kompleks dengan menggunakan data dan alat GIS. Namun tidak memerlukan keahlian GIS untuk menggunakannya.
4.
Layanan mobile GIS yang dapat digunakan dengan internet, sehingga para pengguna dapat mengakses kemampuan GIS dan data dengan menggunakan hampir semua perangkat mobile (smartphone).
I.5.4.4. Kelebihan GIS Cloud. Beberapa kelebihan menggunakan GIS Cloud untuk melakukan suatu proyek ataupun untuk melakukan analisis tentang GIS (http://www.giscloud.com/manual/), antara lain:
17
1. GIS Platform dan Integrasi GIS
Cloud
API,
merupakan
salah
satu
cara
untuk
dapat
mengintegrasikan dengan sistem lain atau mengembangkan fitur baru yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini memungkinkan bagi pengguna untuk dapat lebih berkembang, lebih interaktif dan dapat menyajikan aplikasi pemetaan web sendiri. 2. Efisiensi Biaya Bila dibandingkan dengan software GIS tradisional, GIS Cloud menyediakan bagi pengguna dengan layanan yang dapat digunakan dengan cara yang lebih sederhana dan lebih terjangkau. Sebelum GIS Cloud banyak tersedia, GIS merupakan hak istimewa dari perusahaan yang mampu melakukan investasi dari suatu hardware, biaya pemeliharaan yang tinggi dan lisensi perangkat lunak yang mahal. 3. Penyajian Web yang Mudah GIS tradisional memerlukan bagian-bagian yang terpisah dari suatu perangkat lunak untuk desktop dan operasi yang berbasis web, terkadang juga memerlukan alat dari pihak ketiga. Untuk melakukan pembuatan web, menerbitkan atau membuat aplikasi web dengan lebih mudah dalam GIS, GIS Cloud telah dirancang sebagai semua solusi web tersebut. Untuk membuat, mengedit, menganalisa dan mempublikasikan data cukup hanya dengan satu layanan saja. 4. Peningkatan Kolaborasi GIS Perusahaan yang memiliki sejumlah besar karyawan di kantor, di cabang-cabang terpencil atau off-site, untuk menemukan kolaborasi dengan menggunakan GIS tradisional cukup sulit. Dengan GIS cloud ini akan lebih mudah dalam melakukan kolaborasi dalam mengumpulkan data. Dalam penggunaan GIS Cluod ini sebelumnya harus melakukan pendaftaran atau sign-in terlebih dahulu. Selanjutnya setelah melakukan pendaftaran dapat membuat peta sesuai tujuan. Pembuatan peta dengan menggunakan GIS Cloud hampir sama dengan menggunakan ArcGIS atau QGIS yang membedakan adalah pada GIS Cloud ini pembuatan peta harus dilakukan dengan terkoneksi pada internet.
18
I.5.5. Kartografi dan Simbolisasi I.5.5.1. Pengertian Kartografi dan Peta. Kartografi merupakan suatu seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup pelajaran geodesi, fotogrametri, kompilasi dan reproduksi peta (Prihandito, 1989). Pengertian lain dari kartografi adalah suatu seni, ilmu dan teknik dalam pembuatan peta (Riyadi, 1994). Peta secara umum adalah penyajian kenampakan permukaan bumi serta obyek-obyek yang terdapat di dalamnya yang digambarkan dalam bentuk grafis pada suatu bidang datar (Prihandito, 1989). Pengertian peta dalam ilmu geodesi adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar dalam simbolsimbol, pada skala dan sistem proyeksi tertentu (Riyadi, 1994). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu (Riyadi, 1994): 1. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari susunan foto udara yang telah terrektifikasi, yang ditampilkan dengan menambahkan garis kontur, nama dan legenda untuk memperjelas. 2. Peta garis adalah peta yang menyajikan obyek-obyek dari permukaan bumi yang berupa obyek alami ataupan obyek buatan manusia yang digambarkan dalam bentuk simbol titik, garis dan area. 3. Peta dijital adalah peta yang pengolahan, analisis dan penyajian datanya menggunakan komputer serta hasil yang didapatkan disimpan di dalam komputer. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan, peta juga dapat ditampilkan secara interaktif yaitu peta yang dapat diatur besar kecilnya, luas wilayah cakupan peta atau skalanya dan peta interaktif ini untuk ditampilkan di web atau dapat diakses melalui internet. Dapat dilakukan penandaan lokasi pada peta tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan analisis spasial terhadap peta tersebut anatara lain mencari suatu lokasi tertentu, menghitung jarak dari satu lokasi ke lokasi lainnya, menhitung luas suatu area, mencari informasi dari suatu lokasi tertentu dan lain sebagainya.
19
I.5.5.2. Simbolisasi Peta. Dalam melakukan desain kartografi pada sebuah peta sangat diperlukan keselarasan atau kesesuaian dari simbol-simbol yang akan digunakan. Karena penggunaan simbol sangat berpengaruh dalam melakukan komunikasi antara kartografer sebagai pengirim pesan atau tanda dan penerima sebagai penerima pesan atau tanda tersebut, dengan adanya simbol yang sesuai akan menjadikan komunikasi dapat berjalan dengan lancar serta pesan dapat disampaikan, dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan. Berdasarkan ciri-cirinya simbol kartografi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Riyadi, 1994): 1. Simbol titik, digunakan untuk menunjukkan lokasi atau posisi dan identitas dari unsur yang diwakilinya. Simbol titik dapat berbentuk titik, segitiga, kotak atau lingkaran . Contoh dari simbol titik dapat dilihat pada Gambar I.5. = Ibu Kota Negara = Ibu Kota Provinsi = Ibu Kota Kabupaten/Kota = Kecamatan / Kota Lain = Pelabuhan = Bandar Udara = Gunung Api Tidak Aktif = Gunung Api Aktif Gambar I.5. Contoh simbol titik
2. Simbol area atau luasan, digunakan untuk menampilkan unsur-unsur yang berbentuk luasan atau polygon. Contoh simbol area adalah hutan, sawah, rawa. Contoh dari simbol area dapat dilihat pada Gambar I.6. = Danau = Rawa = Sawah = Formasi Batuan Kapur Gambar I.6. Contoh simbol area
20
3. Simbol garis, digunakan untuk menunjukkan unsur yang diwakilinya berbentuk garis. Contoh untuk penggunaan simbol garis antara lain jalan, sungai, rel kereta api, batas daerah dan lain sebagainya. Contoh dari simbol garis dapat dilihat pada Gambar I.7. = Sungai = Jalan Raya = Jalan Lain Desa = Batas Negara = Batas Propinsi = Batas Daerah Gambar I.7. Contoh simbol garis
Berdasarkan dari bentuknya simbol kartografi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, sebagai berikut (Riyadi, 1994): 1. Simbol piktorial, merupakan simbol yang mempunyai bentuk yang sama dengan obyek aslinya, yang sudah disederhanakan. Contoh dari simbol piktorial dapat dilihat pada Gambar I.8. = Bandar Udara = Pelabuhan Gambar I.8. Contoh simbol piktorial
2. Simbol angka atau huruf, yaitu simbol dalam bentuk susunan huruf atau angka, biasanya diambil dari huruf depan suatu obyek yang diwakilinya. Contoh dari simbol angka dan huruf dapat dilihat pada Gambar I.9.
B = kantor kabupaten T = kantor telepon Gambar I.9. Contoh simbol huruf
3. Simbol geometrik atau abstrak, merupakan simbol dengan bentuk teratur, dan tidak mempunyai ciri-ciri khusus dan arti tertentu dengan bentuk
21
tersebut, seperti lingkaran, persegi, segitiga dan lain sebagainya. Contoh dari simbol geometrik dapat dilihat pada Gambar I.10. = Ibu Kota Negara = Ibu Kota Propinsi = Ibu Kota Kabupaten = Kota-kota Lainnya = Gunung Api Aktif Gambar I.10. Contoh simbol geometrik