BAB I PENDAHULUAN I.1 Otitis
Media
Latar Belakang
Supuratif
Kronik
(OMSK)
merupakan
infeksi telinga tengah kronis berdurasi lebih dari tiga bulan
yang
diawali
oleh
episode
otitis
media
akut,
ditandai dengan adanya cairan yang keluar dari telinga tengah
(otorrhea)
timbul
dari
baik
perforasi
terus membran
menerus
maupun
timpani,
hilang
yang
dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, maupun fungi (Iskandar & Soepardi, 1997; Roosadi, 2008; Shrestha et al., 2011; WHO; 2004). OMSK bisa terjadi pada semua usia namun lebih sering pada anak – anak di negara berkembang dan dapat
menyebabkan
sensorineural perkembangan Pada
tahun
tuli
yang anak
berujung
tersebut
2004,
konduksi
tercatat
bahkan
pada
(Shrestha sekitar
tuli
terganggunya et
65
al., –
330
2011). juta
penduduk dunia menderita OMSK dengan otorrhea, dimana 60% dari penderita tersebut (39 – 200 juta) mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Pada tahun 1990 tercatat 28.000 orang di seluruh dunia meninggal karena komplikasi
dari
OMSK
(WHO,
2004).
Hasil
WHO
Multi
Center Study tahun 1998 menyebutkan prevalensi ketulian 1
di
Indonesia
Kesehatan
adalah
Indera
4,6%.
Penglihatan
Sedangkan dan
hasil
Pendengaran
Survei tahun
1994-1996 yang dilaksanakan di 7 provinsi di Indonesia menyatakan penyebab terbanyak morbiditas telinga tengah adalah OMSK, terutama OMSK tipe jinak (3%) (Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
879/Menkes/SK/XI/2006). OMSK dapat disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
Bakteri
aerob
penyebab
Pseudomonas
aeruginosa,
Staphylococcus
aureus,
OMSK
antara
Proteus
Staphylococcus
lain
:
mirabilis, epidermidis,
Klebsiella sp., dan Escherichia coli. Sedangkan bakteri anaerob yang sering dijumpai antara lain : Bacteroides, Peptostreptococcus,
dan
Proprionibacterium
(Nursiah,
2003; WHO, 2004; Shreshta et al., 2011). Pseudomonas aeruginosa dan Staphyloccous aureus adalah dua bakteri yang paling sering diisolasi dari pasien–pasien OMSK (Obi et al. 1995; Lee K., 2003; Lalwani, 2004; Shrestha et al., 2011) dan paling berpotensi membentuk biofilm (Cramton et al., 1999; Spoering & Lewis, 2001; Lee et al., 2009; Hochstim et al., 2010). Biofilm adalah sekelompok bakteri yang terbungkus dalam
matriks
polisakarida
ekstraselular.
Biofilm
2
bakterial
terlibat
dalam
sejumlah
penyakit
seperti
otitis media, cystic fibrosis, dan masih banyak lagi. Biofilm
yang
mekanisme
telah
pertahanan
terbentuk yang
memiliki
membuatnya
berbagai
sulit
untuk
dipelajari dan dicari pengobatannya (Hochstim et al., 2010). Di negara berkembang, pengobatan OMSK memakan biaya
yang
cukup
tinggi
dan
sebagian
pengeluaran
berasal dari pasien, dan pada akhirnya aspek sosioekonomi pasien akan terganggu (Afolabi et al., 2013; Adoga et al., 2010). Vancomycin pertama kali ditemukan pada tahun 1950an,
namun
pada
saat
itu
vancomycin
belum
digunakan
secara luas dikarenakan methycillin dan penicillin lain masih
menjadi
obat
lini
pertama
dalam
pengobatan
infeksi stafilokokal. Pada tahun 1970-an muncul MRSA (Methycillin-resistant Staphylococcus aureus) sehingga vancomycin mulai digunakan secara luas, dan pada tahun 2002
ditemukan
VRSA
(Vancomycin-resistant
Staphylococcus aureus) di Amerika Serikat (AS) sebanyak 5 kasus (Moellering Jr., 2006). Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang menentukan keberhasilan penderita,
pengobatan bakteri
dan
dengan
antibiotik,
antibiotik.
yaitu
Antibiotik
3
dibutuhkan untuk eradikasi bakteri yang berinteraksi dengan
penderita.
Pemilihan
antibiotik
juga
harus
disesuaikan dengan evidence-based yang disertai hasil uji kepekaan pemeriksaan mikrobiologi (Nursiah, 2003). Pengetahuan mengenai pembentukan biofilm oleh S. aureus dan
implikasinya
dalam
pengobatan
menggunakan
vancomycin diharapkan dapat membantu penanganan infeksi kronis, khususnya otitis media supuratif kronis.
I.2 Perumusan Masalah Kemajuan belum
teknologi
diimbangi
antibiotik,
kedokteran
dengan
sementara
sampai
kemajuan
strain
bakteri
saat
ini
pengembangan yang
resisten
terhadap antibiotik saat ini semakin bertambah. Bahkan telah
ditemukan
vancomycin,
strain
padahal
S.
aureus
vancomycin
yang
terbilang
resisten antibiotik
generasi baru. Hal ini tentu menyulitkan penyembuhan OMSK
sebagai
salah
satu
penyakit
infeksi
yang
disebabkan oleh S. aureus, ditambah dengan kemampuan bakteri ini dalam membentuk biofilm yang membutuhkan pengobatan dibutuhkan
lebih
komprehensif.
pengetahuan
yang
lebih
Oleh
karena
mendalam
itu
mengenai
4
kepekaan isolat klinik S. aureus penyebab OMSK yang mampu membentuk biofilm terhadap antibiotik vancomycin.
I.3 Tujuan Penelitian Tujuan
dari
penelitian
kepekaan
S.
aureus
terhadap
antibiotik
yang
ini
mampu
vancomycin
adalah
mengetahui
membentuk secara
biofilm
in
vitro,
khususnya Minimum Biofilm Reduction Concentration 50 (MBRC50) vancomycin terhadap biofilm bakteri S. aureus.
I.4 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang meneliti tentang kepekaan
biofilm
bakteri
terhadap
vancomycin.
S.
aureus
penyebab
Penelitian-penelitian
OMSK
tersebut
antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Jang et al. (2004) dengan
judul
Suppurative
“Topical Otitis
Vancomycin
Media
with
for
Chronic
Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus Otorrhoea”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi efikasi pengobatan vancomycin topikal pada pasien dengan
5
otorrhea MRSA. Sebanyak 55 pasien diikutsertakan dalam studi ini, 35 pasien mendapatkan pengobatan tetes telinga Vancomycin dengan dosis 25 mg/ml, dengan frekuensi 3 kali sehari sebanyak 2 tetes selama 10 hari. Sedangkan sebagai grup kontrol, sebanyak 20 pasien diobati dengan gentamicin 0,3%. Data dianalisis menggunakan Mann-Whitney U Test untuk membandingkan efikasi kedua obat tersebut. Hasil
yang
didapat
yaitu
pada
grup
vancomycin,
otorrhea menjadi berkurang pada 33 pasien (94%); sedangkan
pada
grup
gentamicin
hanya
4
pasien
(20%). Hal ini secara statistik adalah signifikan (p < 0.03). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2006) dengan
judul
Staphylococcus University Tujuan
“Increased aureus
Hospital
penelitian
Vancomycin
Clinical during
ini
a
adalah
MICs
Isolates 5-Year
for
from
a
Period”.
menentukan
Kadar
Hambat Minimum (KHM) S. aureus yang diambil dari isolat klinik selama kurun waktu 5 tahun terhadap vancomycin. KHM ditentukan menggunakan referensi Clinical
Laboratory
Standards
Institute
(CLSI)
untuk metode broth microdilution. Sebanyak 6003 isolat
S.
aureus
dianalisis.
Hasil
penelitian
6
menunjukkan
tidak
ada
isolat
yang
vancomycin-
resistant. Satu isolat MRSA memiliki KHM 8 μg/ml dan dipastikan sebagai vancomycin-intermediate S. aureus.
Dari
perubahan
6002
KHM
isolat
vancomycin
lainnya,
dari
<0,5
terlihat
hingga
1.0
μg/ml selama periode 5 tahun. Persentase isolat S. aureus dengan KHM vancomycin 1 μg/ml di tahun 2004 secara
signifikan
lebih
tinggi
70.4%
dibanding
tahun
2000
(p<0.01).
Perubahan
KHM
yaitu
sebanyak
sebanyak
vancomycin
ini
19.9% lebih
terlihat pada methicillin-susceptible S. aureus. Kesimpulan
penelitian
adalah
terlihat
kecenderungan penurunan suseptibilitas S. aureus terhadap vancomycin. 3. Penelitian yang dilakukan oleh LaPlante dan Mermel (2009)
dengan
Telavancin
judul
and
“In
vitro
Vancomycin
Activities
against
of
Biofilm-
Producing Staphylococcus aureus, S. epidermidis, dan
Enterococcus
penelitian
ini
telavancin
dan
faecalis adalah
Strains”.
mengetahui
vancomycin
Tujuan aktivitas
terhadap
strain
Staphylococcus dan Enterococcus yang memproduksi biofilm. Medium untuk menumbuhkan biofilm adalah Tryptic Soy Broth (TSB) ditambah 1% glukosa dan 2%
7
NaCl. Semua percobaan digandakan sebanyak 4 kali, lalu kultur ini diinkubasi pada suhu 35°C. KHM dan Konsentrasi
Bunuh
menggunakan
standar
Biofilm
Minimal
(KBM)
CLSI.
Penentuan
Inhibitory
Concentration
ditentukan Minimum
(MBIC)
dan
Minimum Biofilm Eradication Concentration (MBEC) menggunakan CBPD (Calgary Biofilm Pin Lid Device) yang dimodifikasi. Hasil yang didapatkan adalah pada konsentrasi yang bisa dicapai secara klinis, telavancin
aktif
terhadap
biofilm
dengan
MBEC
sebesar 0.125 - 2 μg/ml dan menghambat pembentukan biofilm
pada
konsentrasi
isolat.
Vancomycin
buruk
dengan
dibawah
memberikan
MBEC
hasil
>512
KHM
setiap
yang
μg/ml
lebih
terhadap
Staphylococcus aureus dan Enterococcus faecalis. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Pinar et al. (2008) dengan judul “Demonstration of Bacterial Biofilm in
Chronic
mendeteksi otitis
Otitis
adanya
media
Media”.
biofilm
kronik
yang
dengan
Penelitian
ini
terbentuk
pada
menggunakan
metode
kualitatif CRA. Dari 16 spesimen yang digunakan, 9 (56.2%)
diantaranya
merupakan
biofilm
positif,
dengan 2 dari 9 (22.2%) adalah bakteri S. aureus,
8
sedangkan
7
(77.8%)
sisanya
adalah
bakteri
P.
aeruginosa. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Lee et al. (2009) dengan
judul
Chronic
“Biofilm
Suppurative
penelitian biofilm
ini
oleh
supuratif
Presence
Otitis
adalah
Humans
with
Media”.
Tujuan
dari
mengetahui
bakteri
kronis.
in
penyebab
Penelitian
pembentukan
otitis
ini
media
menggunakan
scanning electron microscopy dan confocal laser scanning microscopy untuk mengidentifikasi biofilm yang adanya
terbentuk. biofilm
Hasil
pada
penelitian
60%
kelompok
menunjukkan OMSK
dan
10%
Atshan
et
al.
kelompok kontrol. 6. Penelitian (2013)
yang
dengan
dilakukan judul
oleh
“Genotypically
Different
Clones of Staphylococcus aureus Are Diverse in the Antimicrobial Susceptibility Patterns and Biofilm Formations”.
Tujuan
penelitian
mengevaluasi
suseptibilitas
aureus
berbeda
yang
antibiotik,
dan
biofilmnya
terhadap
genotip
lebih
ini
isolat
klinik
terhadap
lanjut aktivitas
adalah S.
berbagai
menilai
efek
vancomycin,
daptomycin, linezolid, dan tigecycline secara in vitro. Selain itu, MBRC (Minimum Biofilm Reduction
9
Concentration) juga ditentukan. Isolat klinis MRSA dan MSSA sebanyak 60 buah dites kepekaannya dalam bentuk planktonik. Lalu produksi biofilm dilihat dalam
microplate,
kemudian
terhadap
biofilm
dilihat
Scanning
Microscopy
aktivitas
dengan
(CLSM).
antibiotik
Confocal
Hasil
yang
Laser
didapat
adalah tipe spa, MLST, dan SCCmec bervariasi dalam kepekaannya,
sementara
pada
biofilm
ditemukan
bahwa daptomycin adalah yang paling efektif. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Rose dan Poppens (2009) dengan judul “Impact of Biofilm on the In vitro
Activity
Combination
of
with
Vancomyin
Alone
Tigecycline
and
and
in
Rifampicin
Against Staphylococcus aureus”. Tujuan penelitian ini
adalah
vancomycin
mengetahui baik
kepekaan
secara
dan
aktivitas
tunggal
maupun
dikombinasikan dengan rifampicin dan tigecycline terhadap lemah
isolat
MRSA
yang
memproduksi
dan
kuat.
Sebanyak
bakteremia
dites
kepekaannya
planktonik
dan
dilution. Hambat
biofilm
Dengan
Minimum
50
40
dalam
MRSa bentuk
menggunakan
adanya dan
isolat
90
biofilm,
biofilm dari sel
microbroth Konsentrasi
vancomycin
mengalami
peningkatan sebesar 4 dan 8 kali lipat. Namun,
10
kombinasi vancomycin + rifampicin + tigecycline bersifat
bakterisida
terhadap
sel
planktonik
maupun biofilm.
I.5 Manfaat Penelitian Manfaat
penelitian
ini
adalah
memberikan
suatu
informasi mengenai pembentukan biofilm pada bakteri S. aureus dan MBRC50 vancomycin terhadap biofilm S. aureus sehingga bisa dijadikan dasar dalam pengobatan OMSK. Penelitian
ini
juga
diharapkan
dapat
menjadi
sumber
pustaka untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
11