BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau
abnormal
kesehatan.
dalam
Data
tubuh
sehingga
dapat
mengganggu
Health
and
Nutrition
National
Examination Survey (NHANES) tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa rata-rata 68 % penduduk Amerika Serikat dewasa mengalami overweight atau obesitas, 73 % laki-laki dan 64 % perempuan (Go et al., 2013). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, 35% orang di dunia usia ≥20 tahun keatas mengalami overweight (BMI ≥ 25 kg/m2), 34% lakilaki
dan
35%
perempuan.
Prevalensi
obesitas
dunia
meningkat dua kali dari tahun 1980 dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2008, 10% laki-laki dan 14% wanita di dunia
mengalami
tahun
1980
obesitas(BMI
sekitar
5%
≥30
laki-laki
kg/m2),
sedangkan
dan
perempuan
8%
mengalami obesitas. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, di Indonesia prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥15 tahun adalah 19,1%, dengan prevalensi laki- laki 13,9 % dan perempuan 23,8 %(Departemen kesehatan (Depkes) 2007). Pada
orang
obesitas,
konsentrasi
asam
lemak
bebas,
1
2
trigliserida, kolesterol LDL dan apolipoprotein-B lebih tinggi
dibandingkan
dilakukan
Zelzer
orang
pada
non-obes.
tahun
2011
Penelitian tentang
yang
hubungan
obesitas dengan dislipidemia menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan
tiga
abnormalitas
lipid
yaitu
peningkatan serum trigliserida, peningkatan small lowdensity lipoprotein high-density
particles (sdLDL) dan penurunan
lipoprotein
(HDL).
Peningkatan
trigliserida ≥150 mg/dl ditambah dengan kolesterol HDL yang rendah <40 mg/dl didefinisikan sebagai atherogenic dyslipidemia (National cholesterol education programadult treatment panel (NCEP-ATP) III, 2001). Salah dengan
satu
cara
mengukur
untuk
indeks
mengukur
massa
obesitas
tubuh(IMT)
yaitu
adalah berat
badan(kilogram) dibagi tinggi badan(meter) kuadrat. IMT lebih dari 25 dinyatakan sebagai kelebihan berat badan, IMT 25-27 dinyatakan sebagai overweight dan IMT lebih dari
27
dinyatakan
Obesitas Peningkatan
sering massa
sebagai disertai adiposit
obesitas(Depkes, dengan dan
2007).
hiperlipidemia.
diikuti
penurunan
sensitifitas insulin berhubungan dengan obesitas yang mempunyai banyak efek pada metabolisme lipid(Fauci et
3
al.,
2008).
Kurang
lebih
38
%
orang
dengan
IMT
27
adalah penderita hiperkolesterolemia(Hardani, 2012). Manajemen utama yang dilakukan untuk orang obesitas adalah
penurunan
mempunyai
efek
berat
yang
badan.
Penurunan
menguntungkan
berat
terhadap
badan
komorbid
obesitas, bahkan penurunan berat badan sebesar 5-10 % dari berat awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan yang signifikan. Bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa penurunan
berat
badan
pada
individu
obese
dan
overweight mengurangi faktor resiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, menurunkan tekanan darah pada individu normotensi dan hipertensi, mengurangi serum trigliserida, meningkatkan kolesterol HDL dan secara umum dapat menurunkan kolesterol total serta kolesterol LDL (Sugondo, 2009). Berdasarkan
guideline
American
Heart
Association(AHA) tahun 2013 terapi dislipidemia yang disarankan adalah golongan statin. Statin adalah terapi lini pertama untuk menurunkan kadar kolesterol LDL pada pasien yang memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terjadinya
atherosclerotic
cardiovascular
disease
(ASCVD). Statin menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja enzim 3-hydroxy 3 methyl glutaryl coenzyme A (HMG CoA) reduktase pada sintesis kolesterol
4
di hati. Simvastatin cenderung menurunkan trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL (Lullman et al., 2005). Salah satu golongan statin yang sering digunakan untuk terapi
dislipidemia
simvastatin rendah, sedang
10
dosis yang
mg 20
untuk
mg
dapat
adalah
simvastatin.
terapi
untuk
statin
intensitas
statin
intensitas
terapi
menurunkan
LDL
Dosis
kira-kira
30%-50%.
Dosis 80 mg dapat menimbulkan efek berbahaya (Go et al., 2013). Obat ini dinyatakan aman dan memiliki efek samping yang rendah pada dosis yang tepat, namun pada pasien tertentu dapat terjadi efek samping yang serius yaitu rhabdomiolisis (Lullman et al., 2005), penyakit mata
(miopati)
penggunaan
obat
dan ini
gagal perlu
ginjal
akut,
sehingga
pengawasan(Grundi,
2005).
Dengan demikian sehingga perlu dicari obat baru untuk terapi dislipidemia yang juga dapat mengurangi resiko peningkatan berat badan dengan efek samping yang lebih sedikit. Masyarakat
Indonesia
sering
menggunakan
obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah meniran (Phyllanthus niruri). Phyllanthus niruri adalah famili Euphorbiaceae.
Pyllanthus
para
karena
peneliti
niruri
memiliki
efek
menarik
perhatian
melindungi
hepar
5
(hepatoprotective), sehingga di China digunakan untuk pengobatan hepatitis B dan penyakit hati. Senyawa yang terdapat
di
terpenoid,
meniran
lignan,
adalah
flavonoid,
polyphenol,
tannin,
alkaloid,
coumarin
dan
saponin. Flavonoid, terutama quercetin memiliki efek memperbaiki dislipidemia dengan menstimulasi lipolisis, meningkatkan
beta
oksidasi
dari
lipid,
dan
dapat
memperkecil lesi aterosklerosis yang ada pada pembuluh darah (Salvamani et al., 2013).Ekstrak dari tanaman ini terbukti
mempunyai efek terapetik pada berbagai studi
klinis. Berdasarkan penelitian, diketahui senyawa pada ekstrak Phyllanthus niruri bermanfaat untuk melindungi hepar,
mempunyai
lowering
aktivitas
activity),
(Paithankar
et
Phyllanthus
niruri
menurunkan
antidiabetes
al.,
2011). yang
dan
Senyawa
dapat
lipid
(lipid
anti
jamur
pada
ekstrak
menurunkan
kadar
trigliserida dalam darah adalah rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002;
Pulok,
penelitian
2001;
Khatun
Sudhahar
pada
tahun
et
al.,
2011
2006).
Menurut
menunjukkan
bahwa
Phyllantus niruri juga mengandung sterol yang diketahui dapat menurunkan kolesterol dalam plasma darah, sterol ini diyakini menggangu esterifikasi kolesterol. Senyawa lain dari ekstrak meniran yang dapat menurunkan kadar
6
kolesterol dan lipid adalah tanin, saponin, alkaloid (Samali
et
al.,
2012;
Reddy
et
al.,
2009).
Dari
beberapa bukti penelitian yang telah ada, Profil Badan Penelitian
dan
penelitian
untuk
meniran
Pengembangan mengetahui
sehingga
dapat
Kesehatan
melakukan
karakteristik
digunakan
untuk
tanaman melakukan
budidaya meniran. Latar meneliti ekstrak
belakang lebih
tersebut
lanjut
Phyllanthus
mendorong
tentang
niruri
penulis
pengaruh
terhadap
berat
untuk
pemberian badan
dan
tebal lemak subkutan.
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
uraian
dalam
latar
belakang
masalah
diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah
pemberian ekstrak Phyllanthus niruri dapat
menurunkan resiko peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan tikus Rattus novergicus? 2. Apakah Phyllanthus niruri lebih menurunkan resiko peningkatan berat badan berat badan dan tebal lemak subkutan
tikus
Rattus
dengan simvastatin?
novergicus
dibandingkan
7
I.3 Keaslian Penelitian Penelitian
mengenai
pengaruh
pemberian
ekstrak
Phyllanthus niruri terhadap berat badan dan tebal lemak subkutan belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Kahono, J, K pada tahun 2010 yang melihat pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap kadar
trigliserida
darah
kadar
tikus
putih
(rattus
novergicus). Hasil dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak
Phyllantus
trigliserida
darah
niruri tikus
dapat
menurunkan
putih,
namun
kadar
penelitian
tersebut hanya melihat kadar trigliserida saja, tidak melihat berat badan dan tebal lemak subkutan. Begitu juga dengan penelitian oleh Ari Revianto tahun 2010 yang
melihat
pengaruh
ekstrak
Phyllantus
niruri
terhadap kadar HDL dan LDL darah tikus Putih”. Hasilnya adalah
ekstrak
menghambat
Phyllantus
peningkatan
niruri
LDL
dan
berpengaruh tidak
dalam
berpengaruh
terhadap kadar HDL darah tikus putih.
I.4 Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif obat
baru
untuk
treatment
dislipidemia
yang
juga
8
dapat
menurunkan
berat
badan
dan
tebal
lemak
subkutan . 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui pengaruh pemberian Phyllanthus niruri dalam menurunkan resiko peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan tikus putih. b. Mengetahui apakah pemberian ekstrak Phyllanthus niruri lebih menurunkan resiko peningkatan berat badan
dan
tebal
lemak
subkutan
dibandingkan
dengan simvastatin.
I.5 Manfaat Penelitian Memberikan informasi dan landasan bagi penelitian selanjutnya, terutama uji pre klinik dan klinik, serta dapat sama
menjadi dengan
obat
alternatif
simvastatin
yang
tetapi
memiliki
efek
samping
manfaat lebih
rendah dan harga lebih murah. Memberikan dasar ilmiah tentang peran dan manfaat Phyllanthus niruri sebagai tanaman yang mempuyai efek untuk menurunkan berat dan menurunkan akumulasi lemak subkutan.
10
dan sebagian kecil trigliserida dipakai untuk membentuk semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel yang lain. Lipoproptein merupakan partikel kecil (lebih kecil dari kilomikron tetapi komposisinya secara kualitatif sama)
yang
fosfolipid
mengandung dan
trigliserida,
kolesterol,
Lipoprotein
menyediakan
protein.
kendaraan untuk mengangkut komplek lipid dalam darah sebagai komplek yang larut dalam air dan memberikan lipid ke sel-sel di seluruh tubuh. Ada 4 tipe utama lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan
densitasnya
dan
diukur
dengan
ultrasentrifugasi :(1) Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein)
disingkat VLDL
yang mengandung konsentrasi trigiserida yang tinggi dan konsentrasi kolesterol serta fosfolipid yang sedang. (2)
Lipoprotein
berdensitas
sedang
(intermediate-
density lipoprotein) disingkat IDL berasal dari VLDL yang sebagian besar trigliseridanya sudah dikeluarkan, sehingga
konsentrasi
meningkat. density
(3)
Lipoprotein
lipoprotein)
lipoprotein
kolesterol
berdensitas
dan
berdensitas
disingkat sedang
LDL yang
fosfolipid rendah
berasal
(low dari
mengeluarkan
hampir semua trigliseridanya, menyebabkan konsentrasi
11
kolesterol menjadi tinggi
sangat
cukup (high
mengandung
tinggi
dan
konsentrasi
tinggi.
(4)
density
lipoprotein)
protein
Lipoprotein
berkonsentrasi
fosfolipid berdensitas
disingkat tinggi,
HDL
dengan
konsentrasi kolesterol dan fosfolipid yang jauh lebih kecil
(Kronenberg et al., 2008)
II.1.2 Metabolisme lipoprotein Metabolisme jalur
yaitu
metabolisme transport.
lipoprotein jalur
endogen Kedua
dapat
metabolisme dan
jalur
jalur pertama
dibagi
atas
eksogen,
reverse
tiga jalur
cholesterol
berhubungan
dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserid sedang jalur reverse
cholesterol
transport
metabolisme kolestrol HDL.
khusus
mengenai
12
1. Jalur Metabolisme Eksogen
Gambar 1. Metabolisme lipoprotein eksogen dan endogen (Fauci et al., 2008) Makanan trigliserid diperoleh kolesterol
berlemak dan
dari yang
yang
kita
kolesterol. makanan berasal
,
makan
Selain
dalam dari
terdiri
atas
kolesterol
yang
usus
hati
juga
yang
terdapat
diekskresi
bersama asam empedu ke usus halus. Kedua lemak tersebut adalah lemak eksogen. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol.
13
Selama pencernaan, sebagian besar trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak. Kemudian ketika melewati
epitel
usus,
monogliserida
dan
asam
lemak
disintesis kembali menjadi trigliserida baru yang masuk ke dalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang disebut kilomikron, mikron.
yang
Kira-kira
berdiameter 1
jam
antara
setelah
0,08
makan
dan
makanan
0,6 yang
mengandung sejumlah besar lemak, konsentrasi kilomikron dalam plasma akan meningkat 1 sampai 2 persen dari total plasma, dan karena ukuran kilomikron besar maka plasma akan terlihat keruh dan kadang-kadang kuning. Akan tetapi, kilomikron mempunyai waktu paruh kurang dari 1 jam, sehingga plasma menjadi jernih lagi dalam waktu beberapa jam. Pada keadaan setelah penyerapan, setelah semua kilomikron dikeluarkan dari darah maka lebih dari 95 % seluruh lipid dalam plasma berada dalam bentuk lipoprotein (Guyton & Hall, 2007). 2. Jalur metabolisme endogen Trigliserid dan kolesterol disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein
yang
terkandung
dalam
VLDL
adalah
apolipoprotein(apo) B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di
VLDL
akan
mengalami
hidrolisis
oleh
enzim
lipoprotein lipase(LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL
14
yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL dan LDL akan mengangkut kolesterol
ester
kembali
ke
hati.
LDL
adalah
lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol yang ada di LDL akan dibawa ke hati dan jarigan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal,
testis
dan
ovarium
yang
mempunyai
reseptor
untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan
mengalami
oksidasi
dan
ditangkap
oleh
reseptor
scavenger-A(SR-A) di makrofag dan akan mejadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi terkandung
tergantung di
LDL.
dari
kadar
Beberapa
kolesterol
keadaan
yang
mempengaruhi
tingkat oksidasi seperti : 1. Meningkatnya jumlah LDL kecil
padat
metabolik
(small
dan
dense
diabetes
LDL)
melitus.
seperti 2.
pada
Kadar
sindrom
kolesterol
HDL, makin tinggi kadar kolesterol HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.
15
3. Jalur reverse cholesterol transport
Gambar 2. Metabolisme lipoprotein reverse cholesterol transport (Fauci et al., 2008) HDL
dilepaskan
kolesterol disebut
yang
HDL
sebagai
mengandung
nascent.
HDL
partikel apo
A,B,C
nascent
kecil
miskin
dan
;
berasal
E
dari
dan usus
halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apo A1. HDL nascent
akan mendekati makrofag untuk
mengambil kolesterol yang disimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran
sel
makrofag
oleh
suatu
transporter
yang
16
disebut
adenosine
triphosphate-binding
cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-1. Setelah mengambil kolesterol bebas dari makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT).
Selanjutnya
sebagian
kolesterol
yang
dibawa
oleh HDL akan mengambil 2 jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 (SR-B1). Jalur kedua dalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan
bantuan
cholesterol
ester
transfer
protein
(CETP). Fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam, 2009).
II.1.3 Sel Lemak dan Jaringan Lemak Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan energi terbesar adalah
bagi
mamalia.
menyimpan
Tugas
energi
utama
dalam
jaringan
bentuk
lemak
trigliserida
melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respon terhadap
kelebihan
energi
dan
memobilisasi
energi
melalui
lipolisis sebagai respon terhadap kekurangan
energi. Akumulasi lemak ditentukan oleh keseimbangan
17
dari
proses
lipolisis(pemecahan
lemak)
dan
lipogenesis(sintesis lemak), selain itu juga ditentukan oleh
faktor
gender.
peningkatan
resiko
Faktor penyakit
yang
berhubungan
adalah
dengan
kelebihan
lemak
viscera dan bukan lemak subkutan pada tubuh (Sugondo, 2009).
II.1.4 Obesitas Obesitas pengaturan
merupakan
nafsu
dikendalikan
makan
oleh
suatu dan
beberapa
kelainan
metabolisme fakor
kompleks
energi
biologik
yang
spesifik.
Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor genetik. Obesitas secara fisiologis didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa karena tidak seimbangnya asupan
energi
keseimbangan disebabkan karena sekunder)
dengan
pemakaian
pengaturan karena
faktor
nutrisional(90%) akibat
adanya
energi
energi. tersebut
eksogen(obesitas maupun kelainan
Gangguan dapat primer)
endogen(obesitas hormonal
atau
genetik(10%). Jaringan adiposa dan kadar leptin dalam darah akan meningkat apabila asupan energi lebih dari yang dibutuhkan. Leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi neuro peptide
18
Y(NPY) sehingga nafsu makan turun. Sebaliknya apabila kebutuhan energi lebih besar dari pada asupan energi maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada
anorexigenic
meningkatkan
center
produksi
NPY
di
hipotalamus
sehingga
nafsu
agar makan
meningkat. Pada sebagian besar orang obesitas mengalami resistensi leptin, sehingga kadar leptin yang tinggi tidak
dapat
menurunkan
nafsu
makan(Hidajat
et
al.,
2006). Pengukuran akumulasi lemak dapat dilakukan dengan pengukuran lipatan
indeks
kulit
dan
massa
tubuh,
pengukuran
pengukuran
lingkar
tubuh
ketebalan terutama
rasio pinggang-pinggul. Tabel 1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO Klasifikasi IMT (kg/m²) Berat badan kurang < 18,5 Kisaran Normal 18,5-24,9 Berat Badan Lebih >25 Pra-Obese 25,0-29,9 Obes tingkat I 30,0-34,9 Obes Tingkat II 35,0-39,9 Obese Tingkat III >40
Obesitas sentral Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan
lemak
abdominal
intra terdiri
abdominal. dari
Jaringan lemak
lemak
intra
visceral
atau
19
intraperitoneal yang tertama terdiri dari lemak omental dan mesenterial serta massa lemak retroperitoneal. Pada laki-laki,
massa
sebagian
kecil
subkutan
daerah
retroperitoneal
dari
lemak
abdomen
hanya
intra
sebagai
merupakan
abdominal. komponen
Lemak
obesitas
sentral mempunyai korelasi yang kuat dengan resistensi insulin seperti lemak viscera(Sugondo, 2009). Obesitas cara.
Cara
sentral
yang
dapat
paling
dinilai
dengan
beberapa
adalah
dengan
computed
baik
tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI), tetapi kedua cara ini jarang digunakan karena mahal. Pengukuran perut
lingkar
dengan
dapat
lingkar
digunakan
berhubungan gangguan
perut
atau
pinggul
sebagai
dengan
Pada
(WHR,
antara Waist-Hip
alternatif
besarnya
kesehatan.
rasio
resiko
klinis untuk
penelitian
lingkar Rasio) karena
terjadinya di
Belanda
didapatkan bahwa lingkar perut > 102 cm pada laki-laki dan >88 pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan substansial resiko obesitas dan komplikasi metabolik. Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki : 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan(Sugondo, 2009). Pengobatan obesitas
adalah
yang
dilakukan
pengaturan
untuk
berat
orang
badan.
dengan
Pengaturan
20
berat badan merupakan dasar tidak hanya bagi obesitas tetapi juga sindrom metabolik. Target penurunan berat badan adalah 5-10% dala tempo 6-12 bulan, dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori 500 – 1000 kalori per hari
ditunjang
dengan
aktifitas
fisik
yang
sesuai.
Aktifitas fisik yang disarankan adalah selama 30 menit atau
lebih
setiap
hari.
Pemakaian
obat-obatan
dapat
berguna sehingga dipertimbangkan pada beberapa pasien. Dua obat yang dapat digunakan dalam menurunkan berat badan adalah sibutramin dan orsilat. Sibutramin cara kerjanya di sentral memberikan efek mengurangi asupan energi
melalui
efek
mempercepat
rasa
kenyang
dan
mempertahankan pengeluaran energi setelah berat badan turun.
Terapi
pasien
yang
pembedahan beresiko
dapat serius
dipertimbangkan akibat
pada
obesitasnya
(Sugondo, 2009).
II.1.5 Atherogenic Dyslipidemia Dyslpidemia ditandai dengan 3 abnormalitas lipid : peningkatan
trigliserida,
penurunan
kolesterol
merupakan
faktor
sehingga
trias
pengobatan
HDL(trias
resiko
lipid
partikel
dslipidemia
lipid).
penyakit
tersebut
LDL
Trias
jantung
merupakan
(NCEP-ATP
kecil
lipid
koroner,
target
III,
dan
dari
2001).
21
Klasifikasi
dislipidemia
dapat
dibagi
berdasarkan
penyebabnya.
Dislipidemia
primer
adalah
dislipidemia
yang tidak diketahui sebabnya, dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang disebabkan penderita mempunyai penyakit
dasar
seperti
sindrom
nefrotik,
diabetes
melitus, hipotiroidism. Selain itu dislipidemia dapat dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti hiperkolesterolemi,
hipertrigliseridemi,
isolated
low
HDL, dan dislipidemi campuran. Dislipidemia campuran adalah bentuk yang paling sering ditemukan. Klasifikasi berdasarkan profil lipid yang menonjol akan mempermudah dalam pemilihan obat.
II.1.6 Simvastatin Simvastatin adalah agen penurun kadar kolesterol yang
derivatnya
didapat
secara
sintesis
dari
produk
fermentasi Aspergillus terreus. Simvastatin menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja enzim 3-hydroxy
3
reduktase
pada
reduktase
methyl
glutaryl
sintesis
bertanggung
coenzyme
kolesterol jawab
untuk
di
A
(HMG
hati.
merubah
CoA)
HMG-CoA HMG-CoA
menjadi asam mevalonat(Lullman et al., 2005). Inhibisi kerja HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan peningkatan reseptor LDL di membran sel
22
hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak
LDL
yang
hilang
dalam
plasma
(Probosari,
Hertanto & Puruhita, 2011). Dosis
20
mg
dan
40
mg
untuk
terapi
statin
intensitas sedang yang dapat menurunkan LDL kira-kira 30%-50%. Dosis 80 mg dapat menimbulkan efek berbahaya (Go et al., 2013).
II.1.7 Meniran (Phyllanthus Niruri)
Gambar 3. Tanaman Phyllanthus niruri Meniran
(Phyllanthus
niruri)
adalah
salah
satu
bahan obat-obatan tradisional. Sistematika berikut:
tumbuhan
meniran
adalah
sebagai
23
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Phyllanthus
Spesies
: Phyllanthus niruri Linn
Meniran (Phyllanthus niruri) tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, seperti di sepanjang saluran air,
semak-semak,
dan
tanah
diantara
rerumputan.
Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter(m) dari permukaan laut. Meniran merupakan terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 centimeter(cm), bercabang–cabang. Batang berwarna hijau
pucat,
daun
tunggal,
letak
berseling.
Helaian
daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 milimeter(mm), berwarna hijau. Dalam satu tanaman ada bunga betina dan bunga jantan.
Bunga
sedangkan
bunga
jantan betina
keluar keluar
di di
bawah
ketiak
daun,
atas
ketiak
daun.
Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 22,5
mm.
Bijinya
kecil,
keras,
berbentuk
ginjal,
berwarna coklat (Hutapea & Syamsyuhidayat, 1991).
24
Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba meniran (Phyllantus niruri). Beberapa golongan zat
utama
yang
terkandung
adalah
lignan,
tanin,
polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Flavonoid, terutama quercetin memiliki efek memperbaiki dislipidemia dengan menstimulasi lipolisis, meningkatkan beta oksidasi dari lipid, dan dapat memperkecil lesi aterosklerosis yang ada
pada
pembuluh
2013).Senyawa
pada
darah
ekstrak
(Salvamani Phyllanthus
et niruri
al., yang
dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah adalah rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006).
Menurut
penelitian
mengandung
sterol
kolesterol
dalam
menggangu
yang plasma
esterifikasi
Phyllantus
diketahui darah,
dapat
sterol
kolesterol
niruri
menurunkan
ini
(Khatun
juga
diyakini et
al.,
2011). Senyawa lain dari ekstrak meniran yang dapat menurunkan
kadar
kolesterol
dan
lipid
adalah
tanin,
saponin, alkaloid (Samali et al., 2012; Reddy et al., 2009).
25
II.1.8 Rattus novergicus Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (rattus novergicus) galur Wistar jantan. Penggunaan
tikus
putih
tersebut
karena
kelengkapan
organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan bio-kimianya cukup dekat dengan manusia (Schaerfer et al. dalam Hartoyo et al., 2008). Menurut Ganong (2002) kolestrol darah
dipengaruhi
oleh
estrogen,
sehingga
pada
penelitian ini digunakan tikus jantan karena memiliki estrogen yang lebih sedikit.
II.2 Landasan Teori Obesitas
secara
fisiologis
didefinisikan
sebagai
suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan
seimbangnya Obesitas
asupan sering
Dislipidemia ditandai
di
energi
karena
pemakaian
dengan
kelainan
penurunan
adiposa
dengan
disertai
adalah
dengan
jaringan
energi.
dislipidemia.
metabolisme
maupun
tidak
lipid
peningkatan
yang
fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah (HDL)
penurunan dengan
kolesterol
kadar
high-density
<40mg/dl,
peningkatan
lipoprotein kolesterol
total dengan kadar ≥240mg/dl, peningkatan kolesterol low-density lipoprotein (LDL)
dengan kadar ≥160mg/dl,
26
dan peningkatan trigliserida dengan kadar ≥200mg/dl.2 Simvastatin
cenderung
menurunkan
trigliserida
dan
meningkatkan kolesterol HDL. Menurut
Chandra
R
(2000)
meniran
mempunyai
aktivitas menurunkan lipid (Lipid lowering activity). Berdasarkan penelitian, diketahui senyawa pada ekstrak Phyllanthus
niruri
yang
dapat
menurunkan
kadar
trigliserida dalam darah adalah rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al., 2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006). Phyllantus niruri
juga
mengandung
sterol
yang
diketahui
dapat
menurunkan kolesterol dalam plasma darah, sterol ini diyakini Billah meniran
menggangu &
Quader,
yang
dapat
esterifikasi 2009)
kolesterol
Senyawa
menurunkan
lain
kadar
dari
(Khatun, ekstrak
kolesterol
dan
lipid adalah tanin, saponin, alkaloid (Samali et al., 2012; Reddy et al., 2009).
27
II.3 Kerangka Teori
II.4 Kerangka Konsep Variabel Bebas : - Kelompok tanpa perlakuan - Kelompok dengan induksi tinggi lemak - Kelompok dengan terapi standar (simvastatin) - Kelompok dengan terapi ekstrak meniran dosis 50 mg/200g BB - Kelompok dengan terapi ekstrak meniran dosis 100mg/200gBB
Variabel Terikat : - Berat badan Tikus galur Wista r
- Tebal subkutan
Variabel Terkendali : Usia , berat badan, jenis kelamin, pencahayaan matahari
lemak
28
II.5 Hipotesis 1.
Pemberian
ekstrak
Phyllanthus
niruri
dapat
menurunkan resiko peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan Rattus novergicus. 2.
Phyllanthus
niruri
lebih
menurunkan
resiko
peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan Rattus novergicus dibandingkan dengan simvastatin.
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Rancangan penelitian III.1.1 Variabel dan Definisi Operasional III.1.1.1 Variabel 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kelompok pakan
standar,
kelompok
pakan
tinggi
lemak,
kelompok yang diterapi simvastatin dan pemberian ekstrak
phyllanthus
niruri
dosis
50
mg/200
gram
BB/hari dan 100 mg/200 gram BB/hari. 2. Variabel terikatnya adalah perubahan berat badan dan tebal lemak subkutan. 3. Variabel terkendali : a.
Variabel
subjek
penelitian
:
galur,
jenis
kelamin, umur dan berat badan yang rata – rata sama. b. Variabel perawatan : jenis, kualitas makanan dan minuman tiap subjek sama. c. Variabel bahan coba : ekstrak Phyllanthus niruri dibuat dari sumber bahan, metode pembuatan dan cara pemberian yang sama. III.1.1.2 Definisi operasional a.
Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) yang digunakan adalah ekstrak yang berasal dari hasil
30
ekstraksi
tanaman
Laboratorium
meniran
Farmakologi
menggunakan
timbangan
dengan FK
etanol
UGM.
digital
70%
Alat
dengan
di
ukur satuan
miligram. Dosis yang digunakan adalah 50 mg/ 200 gram BB/hari dan 100 mg/200 gram BB/hari. b.
Simvastatin HMG-KoA dalam
adalah
reduktase bentuk
obat yang
cairan
antihiperlipidemia diberikan
menggunakan
ke
tikus
sonde
kelas putih
lambung
dengan dosis 0.8 mg/200 gram BB. c.
Pengukuran
berat
badan
adalah
pengukuran
yang
dilakukan untuk mengukur berat badan badan tikus dengan
menggunakan
mettler
toledo.
timbangan Pengukuran
digital
bermerek
dilakukan
dengan
meletakkan tikus di di suatu wadah yang cukup besar hingga
tikus
diukur,
cukup,
wadah
tikus
sebelum harus
berat
badan
diletakkan
tikus
terlebih
dahulu kemudian ditekan tombolnya hingga angka di timbangan
0.
Letakkan
tikus
di
wadah,
kemudian
pembacaan dilakukan ketika tikus diam dan angka di timbangan berhenti. d.
Pengukuran tebal lemak subkutan. Pengukuran tebal lemak
subkutan
dilakukan
dengan
mengukur
secara
mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya dengan dua angka dibelakang koma dan satuan milimeter.
31
III.1.2 Sampel Sampel
meniran
(Phyllantus
niruri
L.)
yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari merapi farma, Kamdanen, Yogyakarta. Sampel Phyllanthus niruri yang
diperoleh
Biologi
Farmasi
pemeriksaan
selanjutnya
dideterminasi
Fakultas
determinasi
Farmasi
di
UGM.
menunjukkan
bahwa
Bagian Hasil sampel
tersebut adalah Phyllanthus niruri (lampiran 9). Phyllanthus niruri dibuat ekstrak dengan pelarut etanol di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM. Bagian tanaman Phyllanthus niruri yang digunakan adalah bagian daunnya saja. Hasil ekstrak etanol dari Phyllanthus niruri ini berupa cairan kental berwarna hijau.
III.1.3 Subjek Penelitian ini dilakukan pada tikus putih (Rattus novergicus)
jantan,
galur
Wistar,
sehat
dan
aktivitasnya normal. Umur kurang lebih 1,5 bulan dengan berat
badan
150-220
gr,
sebanyak
35
ekor.
Subjek
penelitian diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Unit IV.
32
Besar subjek tiap kelompok dihitung dengan rumus Frederer, dimana t merupakan jumlah ulangan untuk tiap perlakuan (dalam penelitian ini ada 4 perlakuan) dan n adalah
jumlah
perlakuan.
Rumus
yang
digunakan
yaitu
(Murti 2006) yaitu (n-1) (t-1) > 15 Sehingga dalam percobaan ini jumlah subjek minimal yang dibutuhkan per kelompok adalah sebagai berikut : (n-1) (4-1) > 15
; t = 4
(n-1) (3) > 15 3n – 3 > 15 3n > 18 n > 6 ; (n=6) Dari
perhitungan
di
atas
jumlah
tikus
yang
digunakan minimal 6 ekor per kelompok. Sehingga dalam penelitian ini jumlah tkus yang digunakan oleh penulis adalah 35 ekor (7 ekor tikus putih per kelompok).
III.1.4 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis quasi eksperimental dengan rancangan pretest and post test control design untuk membandingkan perbedaan berat badan
di
simvastatin
tikus dan
galur
Wistar
Phyllanthus
dengan
niruri.
pemberian
Rancangan
untuk
33
membandingkan tebal lemak subkutan tikus galur Wistar digunakan post test control design.
III.1.5 Alat a. Kandang tikus b. Spuit injeksi c. Timbangan tikus d. Sonde lambung e. Gelas ukur f. Alat bedah g. Mikroskop cahaya h. Kaca preparat i. Tabung hematokrit j. Pot penyimpanan organ k. Tabung eppendorf
III.1.6 Bahan a. Ekstrak meniran (Phyllanthus niruri) b. Pakan standart AD II c. Pakan tinggi lemak modifikasi AD II d. Simvastatin e. Etanol 70 % f. Formalin 10 % g. Hematoxyllin eosin
34
h. Ketamin
III.1.7 Cara Penentuan Dosis a. Dosis meniran Pada penelitian Khanna et al., (2002), diungkapkan bahwa meniran dapat menurunkan kadar LDL dan VLDL darah tikus dengan dosis 250 mg/kg BB. Pada penelitian Chasbi et al. (2005) ditemukan bahwa tidak ada penurunan kadar trigliserida dengan dosis di bawah 10 mg/200 gram BB. Dosis 250mg/kg BB sama dengan 50 mg/ 200 grBB, sehingga dalam penelitian ini kami menggunakan 2 dosis, yaitu 50 mg/200 gram BB dan 100 mg/200 gram BB. b. Dosis Simvastatin Dosis
simvastatin
yang
digunakan
pada
manusia
adalah 40 mg/ hari. Dari dosis tersebut, dikonversikan menjadi dosis tikus dengan rumus sebagai berikut : Dosis simvastatin tikus = 0,018 x 40 mg/200grBB/hari = 0,72 mg/200 grBB/hari ≈ Angka
0,018
adalah
faktor
0,8 mg/200 gr BB/hari konversi
berat
badan
manusia normal ke berat badan tikus putih(lampiran 1).
35
III.1.8 Batasan Penelitian Penelitian
ini
hanya
fokus
kepada
pengaruh
terhadap berat badan dan tebal lemak subkutan sehingga tidak membahas tentang profil lipid dari masing-masing tikus.
Tikus
dislipidemia kadar
sebelum yang
kolesterol
diberi
terapi
sudah
dibuktikan
dengan
adanya
total,
LDL,
dan
mengalami kenaikan
trigliserida
serta
penurunan kadar HDL pada tikus yang diinduksi dengan pakan tinggi lemak. Penelitian ini tidak melihat efek yang ditimbulkan tanaman meniran.
III.1.9 Jalannya Penelitian a. Pengurusan Ethical Clearance Penelitian ini bersarang pada penelitian berjudul “Manfaat Phyllanthus niruri terhadap Profil Lipid dan Kejadian Aterosklerosis pada Tikus Rattus Norvegicus Dislipidemia” yang telah mendapatkan izin persetujuan Komisi Etik FK UGM (nomor surat: KE/FK/434/EC)(lampiran 7 dan 8). b. Pembuatan sertifikat pengenalan tanaman Sertifikat Bagian
Biologi
pengenalan Farmasi
tanaman
Fakutas
didapatkan
Farmasi
UGM.
dari Sampel
untuk pengenalan tanaman di dapatkan dari Merapi Farma.
36
c. Pembuatan ekstrak etanol meniran Pembuatan ekstrak etanol bahan uji di lakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM dengan menggunakan teknik maserasi. Meniran didapatkan dari merapi farma dalam bentuk simplisia, dan bagian tanaman yang digunakan untuk di ekstraksi adalah bagian daun. Simplisia dalam keadaan kering dimana kadar air harus kurang dari 10% untuk menghindari tumbuhnya bakteri dan kapang. Setelah kering, bahan tersebut dibuat serbuk sampai
halus
dan
hingga
didapatkan
kemudian serbuk
disaring
yang
dengan
homogen.
saringan
Serbuk
yang
homogen ini akan dilakukan ekstraksi secara maserasi. Maserasi dilakukan dengan cara merendam dan mengaduk serbuk dalam cairan penyari dengan perbandigan 1 bagian simplisia dengan 9 bagian cairan penyari selama kurang lebih 5 hari. Ini akan membuat zat aktif dari dalam rongga
sel
akan
larut
akibat
adanya
perbedaan
konsentrasi. Kemudian zat aktif akan keluar dari sel. Larutan yang terbentuk disaring kembali dan ampasnya ditambah
dengan
cairan
penyari
sampai
air
yang
dihasilkan tidak berwarna lagi. Cairan yang dihasilkan akan
dipekatkan
dengan
evaporator
habis. d. Penyediaan dan adaptasi hewan coba
hingga
etanolnya
37
Hewan percobaan adalah 35 ekor tikus putih galur Wistar yang diperoleh dari LPPT UGM Unit IV
dengan
kriteria
dibagi
kedalam
inklusi 5
yang
kelompok.
sudah
Tikus
terpenuhi.
ditempatkan
Tikus dalam
kandang
yang berkuran panjang x lebar x tinggi = 40 cm x 30 cm x 20 cm. Satu kandang tikus diisi dengan 7 ekor tikus. Tikus pada masing-masing kelompok dilakukan adaptasi selama 8 hari sebelum diukur berat badannya. Selama masa adaptasi, tikus diberikan pakan AD II secara ad libitum dan akuades, dengan pencahayaan selama 12 jam. Suhu
ruangan
berkisar
25oC,
antara
dan
kelembaban
berkisar 67-81%. e. Prosedur pengambilan sampel darah Sampel
darah
keberhasilan
diambil
induksi
pakan
untuk
melihat
tinggi
lemak.
adanya Sebelum
diambil darahnya, tikus dipuasakan selama 12 jam dan dibius dengan ketamin 0,2 mg/ml yang diberikan sebanyak 0,3
ml
per
biasanya
tikus
15
kemudian
menit
ditunggu
setelah
sampai
pemberian
berefek, ketamin.
Pengambilan darah sesuai dengan standar Guacuc Standard Procedure (2006). Jari telunjuk diletakkan pada wajah untuk menarik kelopak mata dan jari lainnya diletakkan di rahang bawah, kemudian masukkan pipa kapiler dengan sudut
45o
secara
pelan-pelan
ke
medial
canthus
dan
38
diputar
untuk
memecah
konjunctiva
bulbar
hingga
mencapai tulang orbita dan sinus orbita pecah. Darah diambil
sebanyak
orbitalis
media.
3-5
mililiter(ml)
Sampel
darah
melalui
dimasukkan
plexus
ke
dalam
tabung eppendorf untuk kemudian diperiksa kadar profil lipid di LPPT unit I. f. Induksi dislipidemia Induksi dislipidemia dilakukan dengan memberikan pakan AD II yang ditambah lemak babi 10% pada kelompok tikus II, III, IV, dan V. Induksi dislipidemia ini ditujukan untuk meningkatkan profil lipid kolesterol total, trigliserida, LDL, dan menurunkan HDL. g. Pemeriksaan histopathologis tebal lemak subkutan Pada akhir percobaan, semua tikus akan dikorbankan dan akan diambil kulit dari bagian paha dan perut. Pengambilan terambil.
kulit Kulit
dilakukan yang
sampai
diambil
bagian
akan
otot
difiksasi
ikut dalam
formalin 10 % selama 24 jam. Potongan kulit akan dicat dengan pengecatan HE (Hematoxylin Eosin). Kulit akan dipotong
secara
melintang,
kemudian
difiksasi
lagi
dalam larutan formalin 10 % selama 24 jam. Tahap awal meliputi dehidrasi, kliring, dan embedding. Preparat akan
dimasukkan
ke
dalam
larutan
alkohol
secara
bertingkat berturut-turut 80 % satu kali, alkohol 95 %
39
dan 100 % dua
kali kemudian preparat dimasukkan ke
dalam silol dua kali dan cairan parafin sebanyak tiga kali. Pada setiap larutan preparat direndam selama 60 menit. Tahap kedua adalah pemotongan jaringan. Preparat yang
tebal
akan
dicetak
dengan
parafin
blok,
didinginkan kemudian preparat yang telah dicetak ini dipotong dengan ketebalan sekitar 4-5 mikron. Preparat ditempatkan pada gelas objek yang telah diolesi Mayers egg albumin. Preparat dibiarkan selama kurang lebih 24 jam. Selanjutnya dilakukan pengecatan, dimana jaringan akan dimasukkan dalam larutan silol sebanyak dua kali, masing-masing
2
menit,
kemudian
dipindahkan
dalam
larutan alkohol absolut dan alkohol 95% masing-masing dua
kali
dalam
1
menit
tiap
larutan.
Jaringan
dimasukkan ke dalam larutan HE selama 6 menit kemudian dicuci dengan mencelupkan ke dalam air sebanyak empat kali, kemudian dipindahkan ke air mengalir selama 5 menit. alkohol
Jaringan selama
berturut-turut masing-masing
dimasukkan 25
detik
dengan dua
larutan.
Jaringan
sebanyak
tiga
kali akan
kali
ke ke
dalam dalam
konsentrasi dalam
1
larutan
95
%
eosin alkohol
dan
100
menit
pada
ke
larutan
dipindahkan
masing-masing
larutan
2
menit,
%
setiap silol
kemudian
40
dibersihkan gelas
dengan
penutup.
balsem
Preparat
Kanada
dan
kemudian
ditutup
dibiarkan
dengan hingga
bening pada suhu kamar. Selanjutnya preparat diperiksa dengan mikroskop. Perbesaran
yang
lemak subkutan adalah didapatkan
gambaran,
digunakan
untuk
melihat
tebal
4x (lensa objektif). Setelah kemudian
di
diukur
tebal
lemak
subkutannya dari lapisan kulit yang paling bawah sampai lapisan otot dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan satuan
milimeter.
menghindari
bias,
Pengukuran
dilakukan
pengukuran
yang
3
kali
dilakukan
untuk adalah
dengan mengukur jarak yang paling kecil, menengah dan jarak paling besar kemudian dihitung rata-ratanya.
III.1.10 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam rentang waktu 5 bulan periode
antara
bulan
Maret-Juli
2014.
Pemeliharaan
hewan, pemberian perlakuan dan kontrol dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) unit
IV.
dilaksanakan
Pembuatan di
ekstrak
Laboratorium
Kedokteran
UGM.
Pemeriksaan
kolesterol
HDL,
trigliserida
dilaksanakan
di
LPPT
Unit
I
Phyllanthus Farmakologi
kadar dan UGM.
niruri Fakultas
kolesterol
LDL,
kolesterol
total
Pemeriksaan
tebal
41
lemak subkutan dilaksanakan di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UGM.
III.2 Langkah Penelitian Tabel 2. Langkah – langkah penelitian HAR I ke1-8 9 10 1043
44 45 4672
73 74 75135
136 137 138
K1
K2
K3
K4
K5
Adaptasi tikus di kandang, diberi makanan standar AD II Puasa Pengukuran berat badan, pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar profil lipid I Diberi Diberi makanan AD 2 dengan modifikasi makanan tinggi lemak tinggi kolesterol standar AD 2 Puasa Pengukuran berat badan, pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar profil lipid II Diberi Diberi makanan AD 2 dengan modifikasi makanan tinggi lemak tinggi kolesterol standar (AD 2) Puasa Pengukuran berat badan,pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar profil lipid III (pre test) Diberi Diberi Diberi Diberi Diberi makanan makana makanan makanan makanan standar n modifikasi modifikasi( modifikasi (AD II) modifi (AD II)+ AD II)+ (AD II)+ kasi simvastati Phyllanthus Phyllanthu (AD n 0.8 niruri 50 s niruri II) mg/200 mg/200 gram 100 mg/200 gram BB/hari gram BB/hari BB/hari Puasa Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar profil lipid IV(post test) Dikorbankan, lalu diperiksa histopatologis tebal lemak subkutan
42
III.3 Analisis Hasil Data ditampilkan dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi.
Data
diuji
terlebih
dahulu
normalitasnya
menggunakan tes Saphiro-Wilk. Data dengan distribusi normal, dilakukan uji lanjutan menggunakan ANOVA satu jalur
dengan
yang
menunjukkan
dengan
uji
tingkat
signifikansi
signifikansi
menggunakan
Tukey
sebesar
(p<0,05) HSD.
Data
95%.
Data
dilanjutkan yang
tidak
terdistribusi normal, dilakukan transformasi terlebih dahulu. Data yang tetap tidak normal, dilanjutkan uji non-parametrik
Kruskal-Wallis.
Analisis
menggunakan program statistik komputer.
data
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian IV.1.1 Rata-rata berat badan saat adaptasi Tabel 3. Rata-rata berat badan setelah adaptasi (Baseline) Kelompok
Berat badan
1
115,90 ± 10,17
2
155,66 ± 17,49
3
141,34 ± 22,97
4
141,40 ± 17,99
5
146,74 ± 11,12
P
0,016
Keterangan : Pada masa adaptasi, semua kelompok tikus mendapat pakan yang sama yaitu AD II, dan belum ada perlakuan khusus.
Hasil rerata untuk berat badan terdistribusi normal (p>0,05),
sehingga
dilanjutkan
dengan
ANOVA(lampiran
2). Hasil tes ANOVA menunjukkan ada perbedaan berat badan
yang
signifikan
sebelum
dilakukan
induksi(p<0,05), kemudian dilanjutkan dengan post hoc test untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil post hoc test menunjukkan bahwa kelompok 2 memiliki berat badan baseline yang paling besar dan berbeda secara signifikan dengan kelompok 1(p=0,009)(lampiran 3).
44
IV.1.2 Berat badan sebelum dan sesudah terapi Data
berat
badan
setelah
induksi
ditetapkan
sebagai data pre test dan data berat badan setelah terapi ditetapkan sebagai data post test. Tabel 4. Perbandingan berat badan sebelum dan setelah terapi Kel.
Pre testi(A)
Post test (B)
B-A
P
1
248,44 ± 13,27
274,72 ± 16,01
26,28
0,000
2
282,78 ± 24,81
316,16 ± 33,16
33,38
0,002
3
306,08 ± 46,34
343,40 ± 62,43
37,32
0,011
4
311,44 ± 47,03
352,58 ± 60,84
41,14
0,005
5
310,52 ± 36,62
317,60 ± 46,60
7,08
0,685
P
0,054
0,124
0,110
Keterangan : Kelompok 1 = Kelompok yang diberi pakan AD II Kelompok 2 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II Kelompok 3 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi simvastatin 0,8 mg/200grBB/hari Kelompok 4 = kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 50 mg/200grBB/hari Kelompok 5 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 100 mg/200grBB/hari
Perbedaan rerata berat badan tikus pre test dan perbedaan
rerata
berat
badan
post
test
menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05)(lampiran 4). Kelompok 1, 2, 3 dan 4 mengalami peningkatan berat badan yang signifikan dari sebelum induksi dibandingkan dengan setelah terapi (p<0,05). Kelompok 5 mengalami
45
peningkatan (p>0,05). memiliki
setelah
terapi
Peningkatan resiko
berat
yang
lebih
namun
tidak
badan
yang
kecil
signifikan
paling
untuk
kecil
mengalami
dislipidemia yang disertai obesitas.
IV.1.4 Pengukuran tebal lemak subkutan mikroskopis Setelah dikorbankan lemak
dilakukan dan
diambil
subkutannya
mikroskop.
Untuk
pemberian kulitnya
secara
hasil
terapi,
untuk
mikroskopis
perbandingan
diukur
tikus tebal
menggunakan
rata–rata
tebal
lemak subkutan dapat dilihat di tabel berikut : Tabel 5. Tebal lemak subkutan Kelompok
Tebal lemak subkutan
1
0,864101 ± 0,0301
2
0,877838 ± 0,0247
3
0,888334 ± 0,0318
4
0,899497 ± 0,0393
5
0,883997 ± 0,0298
P
0,504
Keterangan : Kelompok 1 = Kelompok yang diberi pakan AD II Kelompok 2 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II Kelompok 3 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi simvastatin 0,8 mg/200grBB/hari Kelompok 4 = kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 50 mg/200grBB/hari Kelompok 5 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 100 mg/200grBB/hari
46
Rata-rata tebal lemak subkutan paling tinggi adalah kelompok 4 dan rata-rata tebal lemak subkutan paling rendah adalah kelompok 1 namun hasil ANOVA menunjukkan tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan
(p>0,05)(lampiran 5).
K1
K2
antar
kelompok
47
K3
K4
K5 Gambar 4. Gambaran mikroskopis tebal lemak.
48
IV.2 Pembahasan Hasil pengukuran rerata berat badan dan tebal lemak subkutan ANOVA
kelima
untuk
kelompok
melihat
dianalisis
menggunakan
perbandingan
antar
uji
kelompok.
Pemberian pakan AD II ditambah dengan lemak babi 10 % dapat sesuai
meningkatkan dengan
berat
badan
penelitian
tikus,
Buettner
et
hal
tersebut
al.,
(2006).
Peningkatan berat badan ini disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan kolesterol pada minyak babi. Lemak
babi
yang
diberikan
ad
libitum
pada
Rattus
novergicus akan disintesis di usus menjadi trigliserida dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et al., 2002). Di dalam plasma, kilomikron yang tidak diabsorbsi dipertahankan
sebagai
partikel
yang
terpisah.
Kilomikron tersebut cepat disimpan di jaringan adiposa, sisanya di hati dan di otot. Lipoporotein lipase yang berada
di
diatas
bertanggungjawab
dalam
permukaan
endotel
pengambilan
kapiler
kilomikron
ke
jaringan ekstrahepatik. Kelebihan lemak akan umumnya akan disimpan di jaringan adiposa di bawah kulit atau di rongga perut. Setiap jumlah lemak dan karbohidrat makanan yang tidak langsung digunakan akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Jaringan
49
adiposa memiliki kapasitas menyimpan lemak yang hampir tidak
terbatas.
Penyimpanan
kelebihan
lemak
dapat
terjadi diseluruh tubuh, namun cenderung menumpuk pada tempat yang tidak banyak mengganggu mobilitas yaitu di perut, panggul, paha maupun pantat(Baron, 1994).
VI.2.1 Berat Badan Pada kelompok yang diberi Phyllanthus niruri dosis 100 mg/200 grBB mengalami peningkatan berat badan yang paling kecil. Menurut Khatun et al., (2011) Phyllanthus species
mengandung
sterol.
Sterol
diketahui
dapat
menggangu esterifikasi kolesterol, sterol ini biasanya berikatan dengan sel mukosa intestinal dan menggangu aliran
kolesterol
lipoprotein
ke
ester
pembuluh
melalui
interaksi
darah(Pamela
et
al.,
dengan 1994).
Salah satu jenis flavonoid pada meniran, yaitu rutin dapat
menurunkan
aktivitas
HMG-CoA
reductase
hepar
sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar. Rutin juga meningkatkan
ekskresi
fecal
sterol
sehingga
terjadi
penurunan absorbsi lemak (Odbayar et al., 2006 ; Park et al., 2002) Selain flavonoid, bisa juga diakibatkan oleh tanin, yang mengakibatkan peningkatan pengeluaran asam empedu dan menghambat absorbsi kolesterol (Tebib et
al.,
1994).
Tanin
dapat
mengikat
asam
empedu,
50
kemudian
menyebabkan
kemudian
mengakibatkan
lumen
usus.
terpene
Lupeol
pada
gangguan
pada
presipitasi
yang
ekstrak
micelles,
yang
kolesterol
pada
merupakan
salah
meniran,
dapat
satu
jenis
menghambat
penyerapan kolesterol pada usus (Sudhahar et al., 2008) Cara kerjanya dengan menghambat absorbsi kolesterol dan menurunkan konsentrasi kolesterol di hepar dan darah. Penurunan
kadar
kolesterol
stimulasi
terhadap
reseptor
di
hati
menyebabkan
(up
regulation)
LDL
sehingga kadarnya meningkat di permukaan hati. Reseptor LDL
ini
berfungsi
sebagai
clearance
kolesterol
LDL,
sehingga bila kadarnya meningkat, maka akan menyebabkan peningkatan clearance kolesterol LDL plasma (Menys et al., 2009 ; Hess et al., 2006). Kelompok
tikus
yang
diberi
ekstrak
Phyllanthus
niruri dengan dosis 50mg/200grBB mengalami peningkatan berat badan yang signifikan, hal tersebut membuktikan dengan
dosis
ini
belum
dapat
mengurangi
resiko
peningkatan berat badan. Simvastatin reduktase dalam
yang
hepar.
kolesterol, terhambat
merupakan dapat
mengganggu
Akibat
maka sehingga
inhibitor
gangguan
pembentukan kadar
enzim
HMG-KoA
sintesis
kolesterol
dari
biosintesis
VLDL
di
trigliserida
hepar darah
pun jadi
51
menurun karena penurunan produksi VLDL yang berfungsi sebagai
pengangkut
darah(Kasim
et
trigliserida
al.,
1992).
Kadar
dalam
pembuluh
trigliserida
yang
menurun menyebabkan penyimpanan dalam jaringan adiposa juga
turun.
Pada
penelitian
ini
pada
kelompok
yang
diberi terapi dengan simvastatin mengalami peningkatan berat
badan
yang
signifikan,
hal
ini
kurang
sesuai
dengan teori diatas yang kemungkinan disebabkan oleh faktor lain seperti faktor lingkungan, faktor tehnisi atau faktor tikus. Pada kelompok yang diberi pakan tinggi lemak tanpa terapi
mengalami
peningkatan
berat
badan
yang
signifikan. Pakan yang diberikan yaitu AD II ditambah dengan lemak babi 10%. Lemak babi dapat meningkatkan berat
badan
tikus,
hal
tersebut
sesuai
dengan
penelitian Buettner (2006). Peningkatan berat badan ini disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan kolesterol pada minyak babi. Kelompok yang hanya diberi pakan AD II mengalami peningkatan berat badan yang signifikan. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan
karena
faktor
usia
tikus
dan
pemberian makan ad libitum serta aktifitas fisik yang kurang. Kandungan pakan AD II
terdapat lemak kasar
52
yang kemungkinan juga dapat meningkatkan berat badan (lampiran 6).
IV.2.2 Tebal lemak subkutan Perbandingan tebal lemak subkutan antar kelompok tidak
berbeda
lemak
subkutan
dengan
lemak
signifikan. paling
babi
Kelompok
kecil
10
%
1
karena
memiliki tidak
berbanding
tebal
diinduksi
terbalik
dengan
kelompok yang diinduksi dengan pakan tinggi lemak yang memiliki
tebal
lemak
Kelompok
yang
memiliki
trigliserida
subkutan
diinduksi
pakan
yang
yang
lebih
tinggi
berlebih
besar.
lemak
akan
sehingga
akan
disimpan dalam jaringan adiposa dibawah kulit (Baron, 1994). Kelompok yang diberi simvastatin dan Phyllanthus niruri 100 mg/200 grBB memiliki tebal lemak subkutan yang
tidak
sintesis
jauh
berbeda.
kolesterol,
menurunkan
Simvastatin
menghambat
trigliserida
menghambat
pembentukan
(Kasim
et
al.,
VLDL, 1992).
Trigliserida yang turun menyebabkan penyimpanannya pada jaringan adiposa juga turun. Phyllanthus sterol, absorbsi
tanin,
niruri rutin,
kolesterol,
memiliki lupeol
kandungan
yang
sehingga
seperti
dapat
menghambat
terjadi
penurunan
53
penyimpanan bawah niruri
kulit. dosis
trigliserida Kelompok 50
dalam
tikus
mg/200
grBB
jaringan
yang
adiposa
diberi
memiliki
di
Pyllanthus
tebal
lemak
subkutan yang paling besar, hal ini disebabkan karena kelompok 4 memiliki berat badan paling besar sehingga tebal lemak subkutannya pun paling besar.
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan 1. Pemberian ekstrak meniran dosis 100 mg/200 grBB/hari (Phyllanthus peningkatan namun
tidak
niruri) berat
dapat
badan
dapat
menurunkan
resiko
tikus
Rattus
novergicus,
menurunkan
resiko
peningkatan
tebal lemak subkutan. 2. Pemberian ekstrak meniran dosis 100 mg/200 grBB/hari (Phyllanthus peningkatan
niruri) berat
lebih
badan
dan
menurunkan tebal
lemak
resiko subkutan
tikus Rattus novergicus dibanding simvastatin.
V.2 Saran 1. Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian
ini
maka
diperlukan
penelitian
lebih
lanjut dengan penggunaan metode yang lebih baik. 2.
Penelitian
selanjutnya
perlu
dilakukan
dengan
menginduksi tikus dengan tambahan kolesterol serta asam
folat
agar
kejadian
dislipidemia
lebih
signifikan. 3. Pakan untuk induksi juga dapat ditambahkan kuning telur agar induksi lebih baik.
55
4. Perlu ditambahkan variasi dosis pemberian meniran yang
lebih
besar
sehingga
dapat
lebih
diketahui
dosis yang paling tepat. 5. Penelitian selanjutnya perlu menggunakan tikus usia dewasa (±3 bulan) agar tidak terjadi peningkatan berat badan yang signifikan pada kelompok kontrol. 6.
Penelitian
selanjutnya
pemberian
pakan
dilakukan
secara terkontrol agar pakan yang diberikan antar kelompok jumlahnya sama.
56
DAFTAR PUSTAKA Adam, J.M.F., 2009, ‘Dislipidemia’, dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati(eds), Buku ajar ilmu penyakit dalam, 5 edn, Interna Publising, Jakarta, pp.1984-1992. Buettner, R., Parhofer, K.G., Woenckhaus, M., Wrede, C.E., Kunz - Schughart, L.A., Scholmerich, J. et al., 2006, ‘Defining high-fat-diet rat models: metabolic and molecular effects of different fat types’, J of Mol Endocryn, pp.485-501. Chandra, R., 2000, ‘Lipid lowering activity of P. Niruri’, Journal of Medicinal & Aromatic Plant Sciences, vol. 22, no. 1, pp. 29-30. Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L. et al., 2008, Harrison’s priciples of internal medicine, edn 17, McGraw-Hill Companies, Inc., Unites States of America. Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L., Berry, J.D., Blaha, M.J., Dai, S. et al., 2013, ‘Heart disease and stroke statistics—2014 update: a report from the American Heart Association’, Circulation Journal of American Heart Association, pp. e87-e95. Gibney, M.J., Vorster, H.H. & Kok, F.J., 2002,Introduction to Human Nutrition, Oxford: Blackwell science, pp. 92-114. Grover, S.A., Coupal, L., Zowall, H., Alexander, C.M., Weiss, T.W., Gomes, D.R., 2001, ‘How costeffective is the treatment of dyslipidemia in patients with diabetes but without cardiovascular disease?’,Pubmed, vol. 24, no. 1, pp.45-50. Grundy, S.M., 2005, ‘The issue of statin safety: where do we stand?’, Circulation Journal of American Heart Association, no. 111, pp. 3016-3019. Grundy, S.M., Becker, R.D., Clark, L.T., Cooper, R.S., Denke, M.A. & Howard, J., 2001,’Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III)’ ,National Institutes of Health. Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11 edn, EGC, Jakarta. Hata, K., Kazuyuki, H., Mizuho, I., Nao , S., Takayuki, W., Junichiro, T. et al., 2008, ‘Inhibitory effects
57
of lupeol on 3T3-L1 preadipocyte differentiation’, J Phytol. Hatma, R.D., 2011, ‘Lipid Profiles Among Diverse Ethnic Groups in Indonesia’, Department of Epidemiology, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok. Hess, D.C., Demchuk, A.M., Brass, L.M., Yatsu, F.M., 2006, ‘HMGCoA reductase inhibitors (statins), J Ethnobiol Ethnomed, pp.1-11. Hidayati, S.N., Irawan, R. & Hidayat, B., 2006, ‘Obesitas’, Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Bagian/SMF Ilmu Kesehatan anak Fk Unair/ RS. dr. Soetomo, Surabaya. Itoh, M., Kazuyuki, H., Yukie, A., Fumiko, K., Gen, T., Junichiro, T. et al., 2009, ‘Lupeol reduces triglyceride and cholesterol synthesis in human hepatoma cells’, J Phytol, vol. 2, pp.176-178. Kasim, S.E., Renee, C.L., Sheila, W., Lalitha, T., Dewundra, D. & Cathrine, J., 1992, ‘Mechanism of triglyceride-lowering effect of an HMG-CoA reductase inhibitor in a hypertriglyceridemic animal model, the Zucker obese rat,J Lipid Res, no. 33, pp. 1-7. Khatun, M., Billah, M., Quader, M.A., 2009, ‘Sterols and Sterol Glucoside from Phyllanthus Species’, Department of Chemistry, University of Dhaka, vol. 60, no. 1, pp. 5-10. Kronenberg, H.M., Melmed, S., Polonsky, K.S. & Larsen, P.R., 2008, ‘William textbook of endocrinology’, 11 edn, Elsevier, Inc., Saunders. Lullmann, H., Mohr, K., Hein, L. & Bieger, D., 2005, Color atlas of pharmacology, 3 edn, Thieme, Newyork. Menys, V., Betteridge, D.J., Colhoun, H., Fuller, J., France, M., Hitman, G.A. et al., 2009, ‘Target of statin therapy: LDL cholesterol, non HDL cholesterol and apolipoprotein B in type 2 diabetes in the collaborative atorvastatin diabetes study (CARDS)’, Clinical Chemistry, pp.473-480. Nicholls, S. & Lundman, P., 2004, ‘The emerging role of lipoproteins in atherogenesis: beyond LDL cholesterol’, Semin Vasc Med, pp. 187-195. Odbayar, T.O., Demberel, B., Toshinori, K., Yoko, T., Tokiro, T. & Takashi, I., 2006, ‘Comparative studies of some phenolic compounds (quercetin, rutin and ferulic acid) affecting hepatic fatty
58
acid syntesis in mice’, J Agric Food Chem, vol. 54, no.21, pp. 8261-8265. Paithankar, V.V., Raut, K.S., Charde, R.M. & Vyas, J.V., 2011, ‘Phyllanthus Niruri: A magic Herb’, Research on Pharmacy, vol.1, no. 4, pp. 1-11 Pamela, C., Chanpe, R.A. & Harvey, J.B., 1994, ‘Lippincott's Illustrated reviews Biochemistry’, 2 edn. Lippincott company Philadelphia, pp 306. Park, S.Y., Song, H.B., Seon, M.J., Yong, B.P., Soon,J.L., Tae, S.J. et al., 2002, ‘Effect of rutin and tannic acid supplement on cholesterol metabolism in rat’, Nut Res, vol. 22, pp. 285-59 Pramono, L.A., 2009, ‘Dislipidemia’, Medika Jurnal Kedokteran Indonesia, viewed 20 September 2013, (http://www.jurnalmedika.com/component/content/arti cle/73-artikel-penyegar/258-dislipidemia) Reddy, K.P., Singh, A.B., Puri, A., Srivastava, A.K., Narender, T., 2009.’Synthesis of novel triterpenoid (lupeol) derivatives and their in vivo antihyperglycemic and antidyslipidemic activity’, J BMCL, vol. 19, pp. 4463-4466. Salvamani, S., Gunasekaran, B., Shaharuddin, N.A., Ahmad, S.A. & Shukor, M.Y., 2014, ’Antiartheroschlerotic effect of plant flavanoids’, BioMed Research International, pp. 1-11. Schlesinger, D.P., 2011, ‘Raw food diets in companion animals: A critical review’, Canadian Veterinary Journal, vol. 52, no. 1, pp. 50-54 Setiono, L.Y., 2012, ‘Dislipidemia pada Obesitas dan Tidak Obesitas di RSUP Dr.Kariadi dan Laboratorium Klinik Swasta di Kota Semarang’, skripsi, Semarang, universitas Diponegoro Soebardi, S., Purnamasari, D., Oemardi, M., Soewondo, P., Waspadji S. & Soegondo, S., 2009, ‘Dyslipidemia in Newly Diagnosed Diabetes Mellitus The Jakarta Primary Non-communicable Disease Risk Factors Surveillance 2006’, Department of Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia Sugondo, S., 2009, ‘Obesitas’, dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (eds), Buku ajar ilmu penyakit dalam, 5 edn, Interna Publishing, Jakarta, pp.1973-1984. Sudhahar, V., Sekar, A.K., Palaninathan, V. & Sujatha, V., 2008, ‘Protective effect of lupeol and lupeol linoleat in hypercholesterolemia associated renal damage’, Mol Cel Biochem J, vol.317, pp. 11-20.
59
Tebib, K., Besancon, P. & Rouanet, J.M., 1994. Dietary grape seed tannins affect lipoproteins, lipoprotein lipases and tissue lipids in rats fed. The Journal of Nutrition, 124, pp. 2451-2457. WHO 2013, ‘Cardiovascular disease’, viewed 20 september 2013,(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs3 17/en/ Zelzer, S., Fuchs, N., Almer, G., Raggam, R.B., Pruller, F., Trusching-Wilders, M. et al., 2011, ‘High density lipoprotein cholesterol level is a robust predictor of lipid peroxidation irrespective of gender, age, obesity,an inflammatory of metabolic biomarker’,Elsevier
60
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel konversi dosis manusia dan hewan
61
Lampiran
2.
Uji
normalitas
dan
ANOVA
berat
badan
baseline Tests of Normality Sampel
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
1
,312
5
,124
,847
5
,184
2
,176
5
,200*
,976
5
,911
*
,987
5
,970
BeratBadan 3
,173
5
,200
4
,282
5
,200*
,831
5
,142
5
,322
5
,099
,791
5
,069
baseline
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA BeratBadan Baseline Sum of
Df
Mean Square
F
Sig.
Squares Between Groups
4375,062
4
1093,766
Within Groups
5537,736
20
276,887
Total
9912,798
24
3,950
,016
62
Lampiran 3. Post hoc test berat badan baseline Multiple Comparisons Dependent Variable:
Berat Badan
baseline
Tukey HSD (I)
(J)
Sampel
Sampel
Mean
Std.
Difference
Error
Sig.
95% Confidence Interval
(I-J)
Lower
Upper
Bound
Bound
2
-39,76000* 10,52401
,009
-71,2518
-8,2682
3
-25,44000 10,52401
,151
-56,9318
6,0518
4
-25,50000 10,52401
,150
-56,9918
5,9918
5
-30,84000 10,52401
,057
-62,3318
,6518
10,52401
,009
8,2682
71,2518
3
14,32000 10,52401
,658
-17,1718
45,8118
4
14,26000 10,52401
,662
-17,2318
45,7518
5
8,92000 10,52401
,912
-22,5718
40,4118
1
25,44000 10,52401
,151
-6,0518
56,9318
2
-14,32000 10,52401
,658
-45,8118
17,1718
4
-,06000 10,52401
1,000
-31,5518
31,4318
5
-5,40000 10,52401
,985
-36,8918
26,0918
1
25,50000 10,52401
,150
-5,9918
56,9918
2
-14,26000 10,52401
,662
-45,7518
17,2318
3
,06000 10,52401
1,000
-31,4318
31,5518
5
-5,34000 10,52401
,986
-36,8318
26,1518
1
30,84000 10,52401
,057
-,6518
62,3318
2
-8,92000 10,52401
,912
-40,4118
22,5718
3
5,40000 10,52401
,985
-26,0918
36,8918
4
5,34000 10,52401
,986
-26,1518
36,8318
1
1
39,76000
*
2
3
4
5
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
63
Lampiran
4.
Uji
normalitas
dan
ANOVA
berat
badan
setelah induksi (pre test) dan setelah terapi (post test) Tests of Normality Sampel
Kolmogorov-Smirnova Statistic
Berat
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
*
,823
5
,124
1
,246
5
,200
2
,205
5
,200*
,953
5
,758
*
,913
5
,488
Badan pre
3
,208
5
,200
test
4
,219
5
,200*
,906
5
,446
5
,200
*
,871
5
,272
*
,938
5
,651
5
Berat
,239
1
,241
5
,200
2
,200
5
,200*
,976
5
,915
*
,947
5
,712
Badan post 3
,220
5
,200
test
4
,150
5
,200*
,978
5
,925
5
,426
5
,003
,640
5
,002
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA Sum of
df
Mean
Squares Between
4
3626,904
25967,988
20
1298,399
Total
40475,602
24
Between
18379,110
4
4594,778
44507,728
20
2225,386
62886,838
24
Groups
Badan pre
Within
test
Groups
Berat
Groups
Badan post Within test
Groups Total
Sig.
Square
14507,614
Berat
F
2,793
,054
2,065
,124
64
Lampiran
5.
Uji
normalitas
dan
ANOVA
tebal
lemak
subkutan
Tests of Normality Sampel
Kolmogorov-Smirnova Statistic
1
df
,341
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
5
,058
,817
5
,110
*
,921
5
,536
Tebal
2
,262
5
,200
lemak
3
,253
5
,200*
,948
5
,722
subkutan
4
,431
5
,003
,617
5
,001
5
,285
5
,200*
,883
5
,322
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA Tebal lemak subkutan Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares Between Groups
2,999
4
,750
Within Groups
23,951
20
1,198
Total
26,950
24
,626
,649
65
Lampiran 6. Kandungan pakan AD II
66
Lampiran 7. Ethical clearance
67
Lampiran 8. Amandemen Ethical Clearance