I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008). Kesehatan gigi atau yang sering disebut kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi, struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, mulut serta jaringan-jaringan pendukungnya berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2011). Menurut World Health Organization (2012), terdapat 60-90% anak usia sekolah dan hampir 100% orang dewasa mengalami karies. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing: D-T=1,6, M-T=2,9, F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per seratus orang, terdapat 31,1% yang melakukan perawatan dan pengobatan dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sedangkan 68,9% lainnya tidak melakukan perawatan. Data tersebut menunjukkan bahwa karies masih menjadi penyakit yang menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu 1
2
karbohidrat
yang
diragikan.
Proses
karies
ditandai
dengan
terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya (Pintauli dan Hamada, 2008). Thorstensson dan Johansson (2010) mengemukakan bahwa karies merupakan penyebab utama kehilangan gigi, yang dipengaruhi oleh faktor kelas sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan rendah dan gaya hidup yang buruk. Faktor penting penyebab terjadinya karies yaitu kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut (Chandra dkk., 2007). Plak timbul apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Tindakan yang paling penting salah satunya adalah usaha untuk mencegah atau sedikitnya mengurangi pembentukan plak dengan tujuan mencegah penyakit periodontium dan karies (Carranza, 2002 sit. Purwoko, 2011). Menurut Gede dkk. (2013), salah satu penyebab seseorang mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya adalah faktor kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Prayitno, 2008). Karies yang tidak dilakukan perawatan sejak dini akan menjadi lebih parah dan akhirnya dicabut. Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu pada penampilan diri yang kemudian akan membatasi interaksi sosial dan komunikasi (Sriyono, 2009). Karies mengganggu fungsi pengunyahan, selain itu karies gigi juga dapat mempengaruhi
3
kesehatan secara umum. Karies dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang, karena dari aspek biologis akan dirasakan sakit, walaupun tidak sampai menimbulkan kematian sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung (Pratiwi dkk., 2013). Teori Blum menyatakan bahwa status kesehatan seseorang atau masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter atau keturunan. Perilaku merupakan pengaruh terbesar kedua setelah lingkungan pada status kesehatan individu maupun masyarakat (Noorkasiani dkk., 2007). Salah satu pembentuk perilaku merupakan pengetahuan (Riyanti dan Saptarini, 2009). Pengetahuan yang cukup dapat mendasari perilaku positif (Maulana, 2009). Pengetahuan
kesehatan
gigi
memegang
peranan
penting
dalam
mempengaruhi status kesehatan mulut seseorang (Koegh, 1991 sit. Pratiwi, 2014). Pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit (Budiharto, 2009). Pengetahuan tentang kesehatan penting untuk individu agar bisa dengan sadar berbuat sesuatu untuk kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi ketika seseorang menerima informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi dan bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut (Green dkk., 1991 sit. Lendrawati, 2012). Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi merupakan calon perawat gigi yang akan terjun di masyarakat, sebelum menjadi perawat gigi mereka harus menempuh pendidikan terlebih dahulu selama beberapa tahun. Pengetahuan
4
tentang karies didapatkan dalam proses pendidikan, maka sewajarnya mereka memiliki tingkat pengetahuan yang sedang maupun tinggi mengenai karies yang dapat digunakan dalam edukasi kepada masyarakat. Berdasarkan penelitian Ariningrum dan Indriasih (2006) terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian karies, yang berarti jika dilakukan penelitian terhadap mahasiswa keperawatan gigi hasilnya memiliki kemungkinan yang sama. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), karies merupakan penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk pembentukannya, yaitu 6-48 bulan. Berdasarkan hal tersebut, hubungan pengetahuan dengan karies tidak bisa digambarkan dengan satu kali pengamatan, karena peneliti tidak mengetahui karies yang dimiliki seseorang terbentuk setelah mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut atau terbentuk sebelumnya. Upaya mengatasi hal tersebut, dipakai indeks PTI (Performance Treathment Index) untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perubahan perilaku yang dapat diketahui dengan adanya tumpatan baru setelah menjadi mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM. PTI (Performance Treathment Index) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahan gigi tetap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Indeks DMF-T adalah indikator status kesehatan gigi yang merupakan penjumlahan dari D-T, M-T, dan F-T yang menunjukkan pengalaman seseorang terhadap karies gigi (Pintauli dan Hamada, 2008). Komponen Decay (gigi
5
berlubang), M, Missing (gigi hilang karena pencabutan), F, Filled (ditambal), dihitung setiap T, Teeth (gigi) (Maulani dan Jubilee, 2005). Penelitian yang dilakukan Lendrawati (2012) dan Notohartodjo dan Lely (2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi PTI dan OHI-S, sehingga diharapkan dengan tingginya pengetahuan tentang karies pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM maka akan semakin tinggi motivasi dalam mempertahankan gigi tetap (PTI) dan rendahnya angka OHI-S. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, penulis tertarik utuk meneliti hubungan pengetahuan tentang karies dengan PTI dan OHIS pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan PTI dan OHI-S mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM?
C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dengan PTI dan OHI-S pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan PTI dan OHI-S yang pernah dilakukan antara lain:
6
1. Lendrawati
(2012),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
motivasi
mempertahankan gigi tetap karena karies pada masyarakat yang berkunjung ke Balai pengobatan gigi di puskesmas Kotamadya Padang. 2. Darjono (2006), hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan tingkat depresi dengan status kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa tahun pertama Universitas Gadjah Mada. 3. Notohartojo dan Lely (2005), hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan pengetahuan dan sikap responden di beberapa puskesmas di Provinsi Jawa Barat. Perbedaan
dengan
penelitian
tersebut
adalah
pada
penelitian
ini
menekankan hubungan pengetahuan dengan PTI dan OHI-S. Perbedaan lainnya yaitu subjek dan lokasi penelitian.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan PTI dan OHI-S pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Bagi seluruh mahasiswa a. Diharapkan mempunyai pengetahuan mengenai karies untuk digunakan dalam mengedukasi kepada masyarakat.
7
b. Diharapkan mempunyai motivasi dalam menjaga dan merawat kesehatan rongga mulutnya. 2. Bagi peneliti Sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan tentang karies dengan PTI dan OHI-S.