BAB I PENDAHULUAN
I.A.Latar Belakang Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb, 2001). risiko
Kondisi dari
ini
sering
berbagai
dikaitkan
penyakit,
sebagai
seperti
faktor
penyakit
kardiovaskular, sindrom metabolik, penyakit pulmoner, osteoarthritis, dapat
serta
berdampak
beberapa
pada
jenis
peningkatan
neoplasma
yang
morbiditas
dan
mortalitas (Malnick et al., 2006). Menurut data WHO (2014), secara global, 44% dari kasus diabetes, 23% dari
kasus
penyakit
jantung
iskemik
dan
7-41%
dari
kasus keganasan berkaitan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Angka kejadian obesitas di dunia meningkat dua kali lipat sejak 1980 hingga 2008, dengan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta perempuan mengalami obesitas (Finucane et al., 2011). Studi yang dilakukan Ng et al. pada tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas semakin meningkat baik di negara maju maupun negara
berkembang.
Indonesia
menempati
Studi
tersebut
peringkat
ke
juga 10
menunjukkan
kasus
obesitas
1
2
terbanyak di dunia (Ng et al., 2014). Menurut data Riskesdas
(Balitbang
Kemenkes
RI,
2013),
prevalensi
kelebihan berat badan dan obesitas orang dewasa (usia di
atas
18
tahun)
di
Indonesia,
berdasarkan
indeks
massa tubuh sebesar 13,5 % dan 15,4 % berturut-turut. Prevalensi obesitas pada laki-laki sebesar 19,7 % dan sebesar
perempuan
menyebutkan
32,9
%.
Yogyakarta
Data
merupakan
Riskesdas propinsi
juga dengan
prevalensi obesitas orang dewasa tertinggi ke-11 pada laki-laki
dan
ke-16
pada
perempuan
di
Indonesia.
Tingginya morbiditas dan mortalitas serta prevalensi yang semakin meningkat membuat obesitas menjadi salah satu topik yang penting untuk diteliti. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan metode pengukuran yang
paling
obesitas.
sering
Meskipun
digunakan begitu,
dalam
mendefinisikan
penggunaan
IMT
untuk
menentukan status obesitas masih mengundang perdebatan, terutama terkait dengan interpretasinya. IMT merupakan perbandingan antara massa tubuh dengan kuadrat tinggi badan seseorang. Akan tetapi, secara klinis obesitas lebih mengacu pada kadar lemak dalam tubuh. IMT tidak dapat lemak.
memisahkan Beberapa
(muskular)
dapat
pengukuran orang
massa
dengan
memiliki
IMT
otot
tipe yang
dengan
tubuh
massa
mesomorf
cenderung
tinggi
3
karena
memiliki
peningkatan sebagai
massa
massa
tubuh
otot,
obesitas.
yang
sehingga
Hal
ini
tinggi
akibat
diinterpretasikan
perlu
dipertimbangkan
mengingat definisi obesitas sebagai kondisi kelebihan lemak dalam tubuh. Sebaliknya, pada kondisi degeneratif seperti
sarcopenia,
IMT
yang
normal
dapat
menyembunyikan keadaan peningkatan massa lemak karena adanya
penurunan
Studi
yang
menunjukkan
massa
otot
dilakukan
di
bahwa
bukan
IMT
(Sharma
Michigan
et
al.,
State
indikator
2014).
University
obesitas
yang
akurat pada subjek atlit (Ode, 2007). Selain digunakan
IMT,
terdapat
untuk
beberapa
mendeteksi
metode
obesitas
yang
seperti
sering lingkar
pinggang dan tebal lipatan kulit. Metode yang menjadi gold
standard
komposisi
dalam
tubuh
di
mengukur
persentase
antaranya
lemak
bioelectric
dan
impedance
(BIA), densitometri, metode dilusi (hidrometri), DEXA, CT,
MRI
(Hu,
2008).
Penelitian
ini
mengambil
tebal
lipatan kulit sebagai prediktor persentase lemak tubuh. Persentase lemak tubuh dapat digunakan untuk menentukan kategori
obesitas.
Salah
satu
caranya
dengan
menggunakan klasifikasi yang dibuat Gallagher et al. (2009).
Saat
ini,
semakin
populer
pengukuran
untuk
tebal
menentukan
lipatan
kulit
distribusi
lemak
4
(Mueller
&
Stallones,
1981).
Dibandingkan
indikator
obesitas lain, tebal lipatan kulit memiliki beberapa kelebihan, seperti relatif aman dan nyaman pada subjek, tidak
memakan
banyak
biaya,
dan
prosedurnya
praktis
(Hu, 2008). Teknik ini juga memiliki reliabilitas dan validitas dengan
yang
IMT,
subkutan
baik
(Morrow
teknik
sehingga
ini
et
al.,
langsung
dapat
2010).
Berbeda
mengakses
meminimimalisir
lemak
kemungkinan
bias yang terjadi. Obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya genetik, stres psikologis, aktivitas fisik, perilaku makan, dan lain-lain. Perilaku makan menjadi salah satu faktor kuat pencetus obesitas. Beberapa yang menunjukkan adanya asosiasi positif antara berat badan dengan
berbagai
perilaku
sarapan
(Rampersaud
terkait
emosional
et
makan
al.,
(Laitinen
seperti
2007), et
melewatkan
perilaku
makan
2002),
makan
al.,
berlebihan (Tanofsky et al., 2006), dan makan bersama keluarga
(Sen,
2006).
Indikator
perilaku
makan
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah the Eating Habits Questionnaire (EHQ) yang dibuat Coker dan Roger (1990). Kuisioner
ini
mengkaji
perilaku
overeating,
weight
concern, dan restraint eating. EHQ memiliki test-retest reliability
berkisar
antara
0.90
dan
0.91,
serta
5
internal
consistency
antara
0.70
dan
0.86
(Coker
&
Roger, 1990). Mengingat
kasus
obesitas
yang
terus
meningkat,
penelitian ini penting untuk dilakukan. Sudah banyak penelitian
yang
menghubungkan
perilaku
makan
dengan
obesitas, tapi dengan pengukuran IMT. Pengukuran lain seperti tebal lipatan kulit, memiliki reliabilitas yang lebih baik dalam deteksi lemak tubuh. Sementara, masih sedikit penelitian yang menghubungkan perilaku makan dengan
tebal
lipatan
kulit,
terutama
di
Indonesia.
Penelitian ini mengambil populasi terjangkau mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta.
I.B.Rumusan Masalah 1.
Bagaimana karakteristik perilaku makan dan tebal lipatan
kulit
pada
mahasiswa
laki-laki
dan
perempuan Universitas Teknologi Yogyakarta? 2.
Adakah korelasi antara perilaku makan dengan tebal lipatan kulit pada mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta?
3.
Adakah kategori
korelasi
antara
persentase
lemak
perilaku tubuh
Universitas Teknologi Yogyakarta?
makan pada
dengan
mahasiswa
6
I.C. Tujuan penelitian 1.
Mengetahui karakteristik perilaku makan dan tebal lipatan
kulit
pada
mahasiswa
laki-laki
dan
perempuan Universitas Teknologi Yogyakarta 2.
Mengetahui korelasi antara perilaku makan dengan tebal
lipatan
kulit
pada
mahasiswa
Universitas
Teknologi Yogyakarta 3.
Mengetahui korelasi antara perilaku makan dengan kategori
persentase
lemak
tubuh
pada
mahasiswa
Universitas Teknologi Yogyakarta
I.D. Keaslian Penelitian Penelitian ini asli, karena belum ada penelitian yang mengambil subjek, waktu, dan tempat yang sama. Salah satu penelitian yang mirip adalah yang dilakukan Boschi,
et
al.
(2003).
Penelitian
dilakukan
dengan
mengamati perilaku makan, food-body concerns, kelainan perilaku
makan,
dan
komposisi
tubuh
pada
remaja
perempuan di Naples. Tebal lipatan kulit menjadi salah satu aspek dalam mengukur komposisi tubuh. Boschi, et al.
(2003)
Factor
menggunakan
Questionnaire
instrumen
untuk
Psychological
mengukur
perilaku
Risk
makan.
Sedangkan, penelitian ini menggunakan EHQ metode Coker dan Roger (1990).
7
Selain itu, penelitian ini juga mirip dengan yang dilakukan
Prihaningtyas
(2009).
Penelitian
tersebut
mengamati hubungan perilaku makan dengan indeks massa tubuh pada siswa SMAN 1 Sleman, Yogyakarta. Instrumen yang
digunakan
untuk
mengukur
perilaku
makan
adalah
Eating Attitude Test-26.
I.E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan. Jika terdapat signifikansi tebal
lipatan
menjaga Selain
pola itu,
dari
hubungan
kulit,
perilaku
masyarakat
makan
untuk
hasil
penelitian
makan
dapat
mengontrol ini
terhadap
belajar
lemak
tubuhnya.
diharapkan
menjadi acuan untuk penelitian berikutnya.
lebih
dapat