BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak bencana alam yang terjadi di dunia. Indonesia pun juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, sampai terjadinya tsunami. Banjir adalah bencana tahunan yang selalu terjadi di Indonesia bila musim penghujan tiba. Penyebab terjadinya banjir antara lain adalah penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi, pendangkalan sungai, pembuangan sampah yang sembarangan sehingga menghambat laju air di sungai, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, pembuatan tanggul yang kurang baik sehingga walaupun curah hujan tidak begitu tinggi dapat menyebabkan jebolnya tanggul. Banjir yang sering terjadi menimbulkan dampak yang besar, selain kerugian material juga sampai pada kematian. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu program pengendalian terhadap banjir. Pengendalian banjir di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain pembuatan tanggul/waduk, reboisasi/penghijauan dan pembuatan floodway (jalan banjir). Selain itu diperlukan juga sistem peramalan dini (Early Warning System), yaitu suatu sistem yang digunakan dalam pengendalian dampak banjir, yang salah satunya adalah pembuatan peta daerah bahaya banjir yang dapat digunakan untuk analisa antisipasi banjir yang terjadi di suatu kawasan.
1
Banyak daerah di Indonesia yang senantiasa mengalami bencana banjir. Salah satunya adalah daerah sepanjang wilayah Bengawan Solo yang sering sekali mengalami luapan air, sehingga menyebabkan banjir yang sangat merugikan masyarakat. Sebenarnya rencana penanganan banjir Bengawan Solo telah dilaksanakan dengan pembangunan di bagian hulu pada tahun 1979, yaitu pembangunan waduk di Wonogiri beserta saluran irigasinya yang selesai pada tahun 1987. Rencana pembangunan floodway di Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Lamongan tepatnya di Kecamatan Karanggeneng merupakan salah satu rencana dari sebuah lembaga SAPROF (Special Assistance for Project Formulation) yang dibiayai oleh OECF (Overseas Economic Cooperation Fund) untuk penanganan masalah banjir di Bengawan Solo bagian hilir. Karena adanya banjir pada tahun 1993 dan 1994 yang mengakibatkan kerugian material dan fisik yang besar maka realisasi pembangunan floodway dipercepat dan pembangunannya dimulai pada akhir tahun 1994 dengan menggunakan anggaran dari OECF. Floodway dengan panjang 13,5 km dibangun di Kecamatan Karanggeneng tepatnya dari desa Plangwot sampai Desa Sedayu Lawas yang mengalirkan air dari Bengawan Solo langsung ke Laut Jawa (bagian utara). Setelah dibangun floodway, memang permasalahan banjir berkurang, tetapi karena adanya perubahan tata guna lahan dan tingkat sedimentasi yang tinggi di sungai, terutama di sepanjang daerah aliran Sungai Bengawan Solo, menyebabkan kejadian banjir tahun 1993 terulang kembali pada akhir tahun 2007, yang mengakibatkan terendamnya hampir seluruh wilayah-wilayah sepanjang aliran
2
Bengawan Solo, seperti Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Blora bagian Cepu, Kedungtuban, Bojonegoro hingga Lamongan Jawa Timur. Berdasarkan banjir akhir tahun 2007 dan ditunjang dengan data geometri sungai tahun 1994 dan tahun 2011 yang baru selesai dilakukan, maka penelitian ingin mengkaji seberapa besar pengaruh floodway tersebut terhadap pengendalian banjir di wilayah Sungai Bengawan Solo hilir. Pemetaan daerah genangan banjir pada sungai Sedayu Lawas sebelum dan setelah dibangun floodway perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat floodway tersebut terhadap pengendalian banjir di sepanjang wilayah Sungai Bengawan
Solo
di
bagian
hilir.
Penelitian
dilakukan
dengan
memanfaatkan data geometri sungai untuk pembuatan peta daerah genangan banjir. Penelitian ini menggunakan bantuan software HEC-GeoRAS (integrasi antara HEC-RAS dan software SIG) yang digunakan untuk simulasi pemodelan hidraulik genangan banjir. Setelah itu dengan masukan data DEM yang diperoleh dari data SRTM pada wilayah Sungai Bengawan Solo bagian hilir dapat diketahui daerah mana saja yang terkena dampak banjir. I.2. Perumusan Masalah Penanganan pengendalian banjir di wilayah Sungai Bengawan Solo terutama di daerah hilir harus segera dilakukan sehingga dampak banjir tidak meluas. Salah satu komponen pemecahannya
adalah perlunya dilakukan pemetaan daerah
genangan banjir. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pembangunan floodway Plangwot-Sedayu Lawas masih efektif dalam mengurangi banjir di Wilayah Sungai Bengawan Solo bagian hilir.
3
I.3. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu dan biaya dalam pelaksanaan penelitian, maka dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1. Pembuatan peta daerah genangan banjir terdiri dari peta sebelum dan setelah dilakukan pembuatan floodway Plangwot-Sedayu Lawas. 2. Data geometri sungai sebelum dibangun floodway adalah data dari NIPPON KOEI Co.,Ltd tahun 1994, data geometri sungai setelah dibangun floodway adalah data pengukuran tahun 2011, sedangkan data geometri floodway adalah data setelah dilakukan pengerukan sedimen di floodway Plangwot-Sedayu Lawas tahun 2009. 3. Parameter-parameter yang digunakan untuk model simulasi hidraulika dalam penelitian ini adalah penampang memanjang, penampang melintang, kemiringan dasar sungai dan kekasaran (manning). 4. Analisis penelitian meliputi analisis geometri sungai utama Bengawan Solo hilir tahun 1994 dan tahun 2011, analisa pengaruh geometri terhadap perubahan kecepatan dan debit, analisa pengurangan daerah bahaya banjir setelah adanya floodway. 5. Lokasi penelitian terletak pada daerah Babat Barrage sampai dengan kurang lebih 20 kilometer dari floodway Plangwot-Sedayu Lawas.
4
I.4. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang pengendalian banjir yang telah dilakukan dituliskan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan antara penelitian terdahulu dengan yang dilakukan No.
Nama Peneliti Widiyanto (2007)
Judul Penelitian
Metode
Hasil Penelitian
Kajian Hidrologi dan Hidraulika Banjir Sungai Code Kota Yogyakarta Tanggal 23 Februari 2005
Kajian banjir menggunakan simulasi model hidrologi dengan program analisis frekuensi dan simulasi model hidraulika dengan program HEC RAS
Hasil simulasi menunjukkan bahwa maksimal debit di hulu sebesar 130 m3/s (Q85) dan 119,9 m3/s (Q70) dibanding dihilir. Jika dibandingkan terhadap perhitungan kapasitas tampang (bankfull discharge) ruas sungai kajian sebesar 120 m3/s, ini berarti alur masih mampu mengalirkan debit banjir yang terjadi saat itu.
2.
Farida (2009)
Prediksi Banjir Menggunakan Model ANSWERS Kasus Di DAS Code Yogyakarta
Perhitungan banjir menggunakan simulasi model hidrologi dengan program ANSWERS
Model ANSWERS dapat diaplikasikan untuk memprediksi banjir di Sungai Code.
3.
Yusuf (2010)
Studi Alternatif Pengendalian Banjir Sungai Tanru Tedong Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi Sulawesi Selatan
Alternatif terbaik pengendalian banjir menggunakan simulasi model hidraulika dengan program HEC RAS
Hasil simulasi menunjukkan terjadinya limpasan pada hampir seluruh ruas sungai pada kondisi eksisting setinggi ± 0,5 m hingga ±1,0 m dan diketahui penyebab utama genangan banjir di Sungai Tanru Tedong adalah bankfull capacity yang kecil, maka alternatif penangan yang direkomendasikan adalah normalisasi dan peninggian tanggul.
1.
5
No. 4.
Nama Peneliti Novianingrum Ekarina Sudaryanto (2013)
Judul Penelitian
Metode
Pemanfaatan Data Geometri Sungai untuk Analisa Peta Daerah Genangan Banjir Sebelum dan Setelah dibangun Floodway Plangwot-Sedayu Lawas di Wilayah Sungai Bengawan Solo Bagian Hilir
Analisa pengurangan daerah banjir berdasarkan data geometri sungai sebelum dan sesudah dibangunnya floodway menggunakan simulasi hidraulika dengan program HEC RAS dan tampilan peta daerah genangan banjir menggunakan HEC GeoRAS.
Hasil Penelitian
I.5. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan daerah genangan banjir berdasarkan perbandingan data geometri sungai tahun 1994 dan tahun 2011 serta pengurangan daerah bahaya banjir setelah adanya floodway. I.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah keluaran berupa peta daerah genangan banjir yang dapat digunakan sebagai data pendukung untuk pengendalian banjir di wilayah Sungai Bengawan Solo bagian hilir.
6