BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Melayu Klasik merupakan bukti konkret kebudayaan berupa hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan bahasa. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak koleksi naskah Melayu Klasik. Menurut Baried dkk., (1994:9) tidak kurang dari 5000 naskah dengan 800 teks tersimpan dalam museum dan perpustakaan di beberapa negeri, selebihnya naskah-naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, skriptorium, perpustakaan pribadi, hingga perpustakaan yang berada di luar negeri seperti Belanda dan Inggris. Perbincangan tentang karya kesusastraan Melayu Klasik berhubungan erat dengan hikayat, syair, undang-undang, dan gurindam. Karya-karya tersebut mempunyai bahasa yang indah dan tidak jarang memiliki petuah atau pelajaran hidup yang masih relevan hingga saat ini. Di antara berbagai karya Melayu Klasik, hikayat merupakan objek yang sering dikaji.
Hikayat mempunyai
pengertian (1) karangan yang kadarnya cerita, bukan peristiwa yang benar-benar terjadi atau hasil rekaan; (2) cerita itu cerita yang sudah kuno atau cerita lama; (3) bentuk cerita itu prosa; (4) namun juga berarti cerita yang pernah terjadi, yaitu kenang-kenangan atau sejarah dan riwayat (Baried dkk., 1985:6). Hikayat dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rekaan, hikayat sejarah, dan hikayat biografi (Baried dkk., 1985:27). Hikayat rekaan 1
2
mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti istana menduduki pusat yang sangat berperan, tujuan utama ceritanya untuk menghibur, tokoh-tokoh utama selalu mendapatkan kemenangan dan mengalami akhir yang baik, segi ajaran moral tidak diabaikan, pola cerita selalu bersifat streotip, dan adanya alur cerita yang dapat diramalkan. Hikayat sejarah merupakan hikayat yang bersifat historis dan mempunyai ciri-ciri, seperti penyebutan nama tempat yang memang ada dalam pengertian geografis, penyebutan nama-nama historis dalam hikayat, mayoritas kandungan cerita merupakan silsilah suatu dinasti, tahun terjadinya peristiwa tidak dinyatakan dengan jelas, dan pembicaraan mengenai peristiwa-peristiwa yang bersifat kontemporer mendapat tempat sendiri. Pada sisi lain, hikayat biografi mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti menerangkan dan menyoroti tokohtokoh historis dan peristiwa yang sesungguhnya, pusat perhatian hikayat bergeser ke arah kepribadian manusia genius, orang yang bermoral intelektual, atau orang yang mempunyai emosi yang tinggi memiliki perhatian rohani tersendiri, biografi disusun secara kronologis dan logis, biografi tidak mengenal perbedaan yang metodologis, walaupunn begitu hikayat geografi tetap dirasakan adanya unsure fiktif (Baried dkk., 1985:27—31). Hikayat raja Alit selanjutnya disingkat HRA merupakan salah satu koleksi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berkode W 194, Hikayat Raja Alit, 13 hlm, [R# 452], Rol 387.02. Dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K, naskah tersebut berkode Ml. 693 (dari W194), mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, 27 baris, menggunakan
3
huruf arab baik dan jelas, dan terdapat pada catatan Van Ronkel halaman 276. HRA merupakan sebuah fragmen dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yang diterjemahkan ke dalam bahasa melayu, tentang Raden Alit dan peperangan dengan Aceh. Menurut klasifikasi jenis hikayat oleh Baried dkk., HRA termasuk ke dalam hikayat sejarah. Hal ini diidentifikasikan dari beberapa karakteristik hikayat jenis sejarah, yaitu penyebutan nama-nama tempat yang memang ada dalam pengertian geografis yaitu Bajo, Aceh, Johor, dan Demak. Aceh merupakan wilayah yang berada di utara Pulau Sumatera. Johor merupakan tempat yang berada di wilayah Semenanjung Malaysia, sedaangkan Demak merupakan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Sementara itu, Bajo merupakan nama suku yang gemar berlayar, diperkirakan nama Bajo di sini merupakan tempat yang berpenduduk masyarakat yang gemar berlayar dan menetap di pesisir Pulau Sumatera bagian selatan karena pada Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K dijelaskan bahwa HRA merupakan sebuah fragmen dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yaitu bahasa suku Pasemah yang berada di daerah Sumatera Selatan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Ciri hikayat sejarah lain adalah penyebutan nama-nama tokoh yang bersifat historis, seperti Raden Alit, Raden Cili, dan Raden Anom. Selanjutnya, kandungan cerita merupakan silsilah kerajaan negeri Bajo di daerah Palembang. Setiap naskah karya sastra Melayu klasik maupun modern dapat dianalisis untuk mengetahui kandungan yang ada di dalamnya. Selain berkaitan erat dengan penulis, karya sastra juga sangat berkaitan dengan pembacanya. Pembaca dapat
4
menginterpretasikan dan menilai suatu karya sastra sehingga karya sastra itu dapat terlihat berarti kehadirannya. Menurut Abrams, hubungan antara karya sastra dengan pembaca dapat dikaji dengan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik memandang makna karya sastra ditentukan oleh publik pembacanya selaku penyambut karya sastra (Abrams dalam Noor, 2005:35). Teori yang dapat diterapkan dalam pendekatan pragmatik ini yaitu teori resepsi sastra. Junus (1985:1) memberikan pengertian resepsi sastra yaitu bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu atau dapat melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya dan tanggapan bersifat aktif, yaitu bagaimana pembaca “merealisasikan” karya tersebut. Naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ditulis dengan huruf Jawi dan berbahasa Melayu. Hal ini membuat HRA tidak dapat
dibaca
oleh
kebanyakan
orang.
Oleh
karena
itu,
diperlukan
pentransliterasian dan penyuntingan HRA ke dalam huruf latin sehingga HRA dapat dibaca semua orang. Tanggapan pembaca terhadap sebuah teks dapat berbeda antarkelompok pembaca. Perbedaan ini dikarenakan oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca terhadap teks yang telah dibaca sebelumnya. Hikayat merupakan karya sastra melayu yang sulit dibaca dan dikaji oleh masyarakat umum. Tanggapan pembacaan hikayat terhadap kelompok yang pernah mengkaji hikayat sebelumnya berbeda dengan tanggapan kelompok yang belum pernah
5
mengkaji hikayat. Hal ini dikarenakan pembaca yang telah mengkaji hikayat telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih mengenai cara mengkaji hikayat. Kritik Teks merupakan mata kuliah Sastra Indonesia yang mempelajari cara mengkaji karya sastra melayu, salah satunya hikayat. Dalam mata kuliah tersebut, mahasiswa akan mentranslitersi kemudian mengkaji sebuah hikayat. Dalam penelitian ini, akan dikaji tanggapan dua kelompok pembaca terhadap teks HRA. Dua kelompok pembaca tersebut ialah mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan mahasiswa yang belum mengikuti mata Kuliah Kritik Teks. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Beberapa masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah transliterasi dan suntingan naskah HRA ke dalam aksara latin? 2. Bagaimanakah tanggapan dua kelompok pembaca mengenai isi yang terkandung dalam HRA? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini memiliki dua tujuan utama yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini, yaitu dapat menyajikan
6
suntingan naskah HRA dan mengkaji tanggapan pembaca terhadap naskah HRA dari dua kelompok pembaca yang berbeda. Adapun tujuan praktis penelitian ini ialah memperkenalkan HRA yang belum banyak diketahui oleh masyarakat umum dan mengetahui tanggapan pembaca terhadap teks HRA. 1.4 Tinjauan Pustaka Naskah HRA hanya sedikit dijelaskan dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K yang merupakan proyek inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan nasional oleh Direktorat Jendral Kebudayaan 1972. Katalogus tersebut menggolongkan HRA ke dalam kelompok ketiga yaitu hikayat mengenai sejarah. Dalam katalogus tersebut dijelaskan ciri-ciri naskah, yakni berkode Ml. 693 (dari W194), mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, 27 baris, menggunakan huruf arab baik dan jelas, dan terdapat pada catatan Van Ronkle halaman 276. Dijelaskan juga bahwa HRA merupakan sebuah fragment dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yang diterjemahkan ke dalam bahasa melayu, tentang Raden Alit dan peperangan dengan Aceh. Penelitian dengan menggunakan teori resepsi eksperimental Rien T. Segers belum banyak dilakukan. Pertama, skripsi milik Ariny Rahmawati mahasiswa Sastra Indonesia UGM pada tahun 2013. Skripsi tersebut berjudul “Tata Nilai Sastra terhadap Fiksi Lintasmedia Kau yang Mengutuhkan Aku Karya Fahd Djibran, Futih Aljihadi, dan Fiersa Besari: Kajian Estetika Resepsi”. Skripsi tersebut meneliti karya sastra lintasmedia Kau yang Mengutuhkan Aku dengan populasi satu jenis pembaca yang sama membaca karya sastra dalam media yang
7
berbeda yakni, media video (audio visual) dan teks tertulis (visual). Rahmawati berasumsi terdapat perbedaan tata nilai sastra yang signifikan terhadap karya sastra yang disajiakan dalam dua media yaitu media audio visual dan media teks tertulis. Penelitian selanjutnya merupakan skripsi pada tahun 2013 dari Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta yang bernama Sisca Dwi Ananda. Skripsi tersebut berjudul “Studi Estetik Eksperimental: Tanggapan Pembaca Akademik terhadap Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist”. Dalam penelitian ini, Ananda meneliti tanggapan pembaca akademik dengan sampel mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman semester delapan terhadap Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist. Penelitian tersebut menggunakan teori estetika resepsi eksperimental Segers dengan mengadaptasi kuesioner penelitian Segers di Universitas Yale. Hasil dari penelitian tersebut ialah Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist mendapat tanggapan baik dari pembaca akademik. Hal ini dibuktikan oleh rerata penilaian sebesar 5,65 pada skala Alan C. Purves. Kriteria dengan nilai tertinggi yang dinilai pembaca akademik ialah lifeke dengan rata-rata 4,55 sedangkan kriteria terendah yang dinilai oleh pembaca akademi ialah penggunaan bahasa dengan rata-rata 1,65. Johan
Argono
menggunakan
resepsi
(2007)
mahasiswa
eksperimental
Sastra
dengan
Nusantara
skripsi
UGM
berjudul
juga
“Kajian
Eksperimental Resepsi Sastra terhadap Cerkak Lelakone Si Lan Man”. Skripsi tersebut meneliti karya sastra Jawa yang berbentuk cerkak dan berbahasa Jawa
8
pula. Argono membagi populasi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa Jurusan sastra Nusantara yang kesehariannya mengapresiasi karya sastra Jawa, dengan kelompok mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia. Argono berasumsi bahwa ada perbedaan pendapat yang signifikan antara kelompok kritikus dengan latar belakang akademis sastra Nusantara dan Sastra Indonesia. Asumsi selanjutnya adalah ada perbedaan faktor-faktor yang mendukung tata nilai sastra antara kedua kelompok tersebut. Dari penelitian-penelitian di atas, penggunaan teori resepsi eksperimental banyak digunakan untuk meneliti tanggapan pembaca terhadap suatu karya sastra modern. Pada penelitian ini, akan digunakan teori resepsi eksperimental untuk mengetahui tanggapan pembaca terhadap teks sastra melayu klasik, yaitu teks HRA. 1.5 Landasan Teori 5.1 Teori Filologi Terdapat dua tugas seorang filolog agar sebuah karya sastra klasik dapat terbaca atau dimengerti, yakni menyajikan dan menfasirkan sebuah teks (Robson, 1994:12). Untuk membuat teks terbaca,terlebih dahulu perlu dilakukan transliterasi dari huruf Jawi ke huruf Latin. Setelah ditransliterasi, teks disunting menggunakan pedoman tertentu. Pedoman yang digunakan adalah penyesuaian ejaan dengan tetap mempertahankan kekhasan teks. Setelah membuat teks menjadi terbaca, tugas seorang filolog selanjutnya ialah menafsirkan atau menginterpretasikan isi teks yang terkandung. Untuk
9
menafsirkan kandungan teks diperlukan ilmu bantu seperti teori sastra, teori linguistik, dan teori yang lainnya. 5.2 Teori Sastra Dalam mengkaji karya sastra terdapat empat pendekatan secara umum yang dikelompokkan oleh Abrams yaitu pendekatan mimetik, pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, dan pendekatan pragmatik. Pradopo (1988:32— 33) menjelaskan pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia, dan kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendaknya digambarkan. Pendekatan objektif mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, audience, dan dunia yang mengelilinginya. Kritik tersebut menganalisis karya sastra sebagai sebuah objek yang mencukupi dirinya sendiri, atau hal yang utuh atau sebuah dunia dalam dirinya (otonom), yang harus ditimbang atau dianalisis dengan kriteria “intrinsik” seperti kompleksitas, keseimbangan, integritas, dan saling hubungan antara unsurunsur pembentuknya. Pendekatan ekspresif memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Pendekatan pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai (mendapatkan) efekefek tertentu pada audience (pendengar, pembaca), baik berupa efek-efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan, maupun efek-efek yang lain Teori resepsi menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga
10
dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadap karya tersebut. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif atau bersifat aktif. Tanggapan bersifat pasif yaitu seorang pembaca dapat memahami karya itu atau dapat melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya, sedangkan tanggapan bersifat aktif yaitu bagaimana pembaca “merealisasikan” karya tersebut (Junus, 1985:1). Resepsi sastra memiliki beberapa cabang, salah satunya estetika resepsi. Estetika resepsi secara ringkas dapat disebut sebagai suatu ajaran yang menyelidiki teks sastra dengan dasar reaksi pembaca yang riil dan mungkin terhadap suatu teks sastra (Segers, 2000:35). Estetika eksperimental merupakan disiplin instrumental yang penting dalam penelitian evaluasi sastra karena menganggap putusan nilai sebagai bentuk perilaku human yang dapat diukur dengan alat instrumen yang umumnya dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial (Handy dalam Segers, 2000:80). Dalam resepsi sastra dan estetika eksperimental, reaksi pembaca pada teks merupakan tolok ukur suatu penelitian. Kolaborasi antara estetika resepsi dan estetika eksperimental mungkin mengarahkan pada hasil-hasil penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran sastra, dan juga psikologi (Segers, 2000:82). 1.6
Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan dua metode yaitu metode penelitian
filologi dan metode penelitian sastra. Metode penelitian filologi digunakan karena objek penelitian ini merupakan naskah lama yang perlu dialihaksarakan agar dapat terbaca. Setelah dialihaksarakan dan dapat dibaca, teks ini akan dikaji
11
menggunakan teori sastra modern. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian sastra. 1.6.1 Metode Penelitian Filologi Dalam penelitian ini, metode filologi yang digunakan adalah metode penyuntingan teks. Hal tersebut disebabkan perlu dilakukan pentransliterasian atau pengalihaksaraan dalam teks HRA agar masyarakat umum dapat membaca teks tersebut dengan mudah. Teks HRA ditransliterasikan dari huruf jawi ke huruf latin. Selanjutnya, dilakukan penyuntingan teks dengan metode edisi teks dengan perbaikan bacaan. Metode edisi teks dengan perbaikan bacaan yaitu menerbitkan naskah dengan menyesuaikan kata-kata dengan ejaan yang lazim digunakan saat ini dan memberikan tanda baca untuk mempermudah pembaca memahami isi teks. 1.6.2 Metode Penelitian Sastra Dalam penelitian ini, teori sastra yang digunakan adalah teori estetika resepsi eksperimental. Penelitian ini memerlukan tanggapan pembaca untuk menganalisis teks HRA. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini: a. Menentukan bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian. b. Menentukan populasi, sampel, dan data. c. Menentukan responden. d. Menyusun kuesioner. e. mengambil data dengan pengisian kuesioner oleh responden.
12
f. Tabulasi data hasil pengisian kuesioner oleh responden dengan menggunakan metode Segers. g. Menganalisis data. h. Menarik kesimpulan. 1.7 Objek, Populasi, dan Sampel Setelah dilakukan pelacakan katalogus, terdapat dua naskah HRA, yaitu naskah HRA yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan naskah HRA yang berada di Leiden. Berdasarkan pengetahuan kondisi fisik kedua naskah melalui studi katalog, objek yang dipilih dalam penelitian ini ialah naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode W 194, HRA, 13 hlm, [R# 452], Rol 387.02 dis. Kondisi fisik naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, pada halaman 1—7 terdiri atas 27 baris dan pada halaman 8 terdiri atas 23 baris, menggunakan huruf arab baik dan jelas. Pada naskah HRA, terdapat sedikit kerusakan di halaman lima dan enam pada naskah tersebut, tetapi naskah masih dapat dibaca. Kedudukan responden dalam penelitian ini sebagai informed reader. Populasi pada penelitian resepsi eksperimental terhadap HRA adalah Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Pembaca dalam penelitian ini akan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu mahasiswa Sastra Indonesia UGM yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan mahasiswa Sastra Indonesia UGM yang belum mengikuti mata kuliah Kritik Teks. Pembagian pembaca
13
tersebut didasarkan pada mata kuliah Kritik Teks karena adanya perbedaan pengalaman membaca dan menganalisis naskah melayu klasik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 mahasiswa yang dibagi menjadi 25 mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan 25 mahasiswa yang belum mengikuti mata kuliah Kritik Teks. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive random sampling, yaitu pemilihan secara acak dari sekelompok subjek yang didasarkan pada ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya; dan setiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Hadi, 1993: 74-78). 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi pernaskahan HRA, deskripsi naskah HRA yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan di Leiden, dan suntingan naskah HRA. Bab III berisi tanggapan kedua kelompok terhadap teks HRA. Hal ini berupa tanggapan keseluruhan terhadap teks HRA dan tanggapan terhadap kriteria tertentu yang ada dalam teks HRA. Bab IV merupakan penutup, berisi kesimpulan yang disusun berdasarkan hasil penelitian.