BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi. Sehingga dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bagaimanapun lengkap dan canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki oleh perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan tersebut untuk mencapai suatu keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusia yang mengelolah, mengendalikan, dan mendayagunakan sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki. Oleh karena itu masalah karyawan merupakan masalah besar yang harus mendapat perhatian bagi perusahaan. Perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa, baik sekarang maupun yang akan datang tentunya tidak bisa lepas dari peranan proses industrialisasi. Meningkat atau tidaknya suatu industri sangat ditunjang oleh peranan tenaga kerja, yang merupakan faktor produksi utama dalam suatu industri atau perusahaan. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus mendapat perhatian yang khusus agar mereka dapat memberikan kontribusi yang optimum dalam pekerjaan mereka Manusia sebagai salah satu faktor produksi mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendukung operasi suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Tanpa faktor manusia, suatu operasi perusahaan tidak mungkin dilakukan. Artinya faktor manusia merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan. Tanpa tenaga manusia tidak mungkin berbagai kegiatan dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik. Perusahaan perlu memelihara kesehatan para karyawan, kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik atau mental. Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tiggi dan produksi yang rendah. Adanya program kesehatan kerja yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena mereka akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif. Program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dll. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan bahkan menigkatkan produktivitas. Program kesehatan kerja tidak terlepas dari program keselamatan kerja, karena dua program tersebut tercakup dalam pemeliharan terhadap karyawan. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja ada empat faktor diantaranya: faktor nasib dari para karyawan, faktor lingkungan fisik para karyawan seperti mesin, gedung,
ruangan, dan peralatan. Faktor kelalaian manusia dan faktor ketidakserasiaan kombinasi faktor-faktor produksi yang dikelolah perusahaan. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar : Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab akibat, cacat dan kematian dapat ditekan sekecil-kecilnya. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi. Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand (makalahk3/perananpetugas-kesehatan-dalam-menyikapi
pelaksanaan-k3).
Kondisi
tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Keberlangsungan sebuah perusahaan dalam meningkatkan produktivitas bergantung dari bagaimana perusahaan tersebut mengelola perusahaannya baik dari segi perencanaan, teknis, dan lain-lain. Dalam hal teknis, perusahaan selalu mengupayakan adanya perbaikan sumber daya manusia perusahaan dengan mengutamakan
kesehatan
dan
keselamatan
kerja
para
karyawannya
sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan. PT. Vale Indonesia, Tbk yang lebih dikenal sebagai PT.Vale, merupakan perusahaan pertambangan kedua terbesar di dunia dan sala satu perusahaan publik terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar US $ 120 miliar. Menghasilkan Nikel dalam matte yaitu dari biji laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan yang terpadu yang terletak di daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kebijakan PT. Vale dalam masalah kesehatan dan keselamatan kerja memberikan suatu landasan untuk bekerja mencapai tujuan akhir, yaitu peniadaan atau penihilan kesehatan yang buruk dan cedera akibat hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Karena itu PT. Vale menganggap pentingnya variable program keselamatan kerja dan kesehatan kerja, hal tersebut dibuktikan
dengan adanya penggunaan alat-alat perlindungan diri seperti sarung tangan dan masker di tempat kerja, pemakaian helm kerja, ada pengaturan udara yang cukup, ada petunjuk dan peringatan di tempat kerja. Selain itu jika di buka penerimaan karyawan baru di PT. Vale, calon karyawan harus memenuhi persyaratan yaitu salah satunya ada surat keterangan dari dokter bahwa yang bersangkutan benar-benar tidak mempunyai penyakit. Jadi program kesehatan kerja sudah diperhatikan sejak dini, sebelum mereka diterima sebagai karyawan di PT. Vale. Dalam program kesehatan kerjanya, PT. Vale selalu melakukan pemantuan dan sistem evaluasi pemantuan kerja dalam lingkungan kerja, meningkatkan kesadaran karyawan terhadap lingkungan kerja yang yang sehat, , meningkatkan instigasi dan inspeksi audit tentang lingkungan kerja yang sehat. Selain itu tersedianya pelayanan rumah sakit yang bisa dipergunakan seluruh karyawan untuk melakukan pemeriksaan . Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi menurunnya produktivitas yang diakibatkan sering absen karena sakit ataupun karena kecelakaan kerja. Sedangkan dalam program keselamatan kerjanya, guna menjaga dan meningkatkan keselamatan kerja PT. Vale, khususnya yang berada di Departemen
Proses
sebelum
karyawan
melakukan
kerjanya
diberikan
pengetahuan tentang resiko bahaya di tempat kerja, memantau penggunaan alat selama bekerja. Salah satu pencapaian perusahaan dalam keselamatan kerja adalah penerapan program Major Hazard Standard (MHS). Program MHS, yang kini telah berjalan selama empat tahun, dirancang untuk secara spesifik menjawab risiko kecelakaan serius di tempat kerja. Audit yang dilakukan oleh auditor keselamatan kerja independen yang dilakukan pada tahun 2008 terhadap
standar yang diterapkan pada program MHS telah membuktikan bahwa keselamatan kerja dalam lingkungan kerja PT. Vale terus meningkat. Namun pada Tahun 2009 PT. Vale, mengalami 3 kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya waktu kerja dan mencapai tingkat frekuensi Lost-Time Injury sebesar 0,19 per 1 juta jam kerja. Karena itu sasaran PT. Vale adalah menghapuskan sama sekali kecelakaan kerja. PT. Vale dalam proses produksinya menggunakan bahan yang kompleks serta peralatan dengan tingkat teknologi yang semakin tinggi. Proses produksi yang menggunakan teknologi tinggi akan berlangsung dengan cepat serta efisien sehingga menghasilkan produk yang bermutu dengan harga bersaing, tetapi disisi lain penggunaan teknologi tinggi dapat menimbulkan kemungkinan bahaya yang lebih besar adanya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dll. Oleh karenanya PT. Vale menganggap perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan agar perusahaan tidak kehilangan tenaga kerja yang berakibat menghambat proses produksi yang akan merugikan perusahaan akibat kecelakaan ditempat kerja tersebut. Dengan adanya pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja ini, karyawan akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Mengingat sangat pentingnya pelaksanaan
program
kesehatan dan keselamatan kerja, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.’’
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk? 2. Program manakah yang berpengaruh lebih dominan terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Vale Indonesia, Tbk?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT.Vale Indonesia, Tbk. b. Untuk mengetahui program mana yang lebih berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
pemahaman
tentang
pelaksanaan
program
kesehatan
dan
keselamatan kerja. b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam mengatasi masalah yang sama atau terkait dimasa yang akan datang.
c. Sebagai sumbangan pemikiran yang akan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 1.4.2
Kegunaan Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak manajemen sumber daya manusia pada PT. Vale dalam membantu mengidentifikasi bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja akan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
1.5
Sistematika Penulisan Hasil dari penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi denga sistematika
penulisan sebagai berikut. Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitiaan serta sistematika penulisan. Bab
Kedua,
tinjauan/landasan
memuat
dalam
teori-teori
menganalisis
yang
batasan
digunakan masalah
yang
sebagai telah
dikemukakan, kerangka piker dan hipotesis. Bab Ketiga, memuat uraian tentang metode penelitian dan berisi lokasi penelitian, rancangan penelitian, jenis dan sumber data, varabel penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi operasional variabel. Bab Keempat, berisi gambaran umum perusahaan yang diteliti. Bab Kelima, berisi hasil penelitian. Bab Keenam, berisi kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan
dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Perkembangan usaha dan organisasi perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas tenaga kerja yang ada diperusahaan. beberapa definisi tentang manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah: Manajemen
sumber
daya
manusia
adalah
suatu
perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan,
pengembangan,
pemberian
balas
jasa,
pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi (A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2001:02). Manajemen
sumber
daya
manusia
adalah
suatu
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu (Husein Umar, 2004 :03).
Manajemen
sumber
daya
manusia
adalah
penarikan,
seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi” ( T.Hani Handoko, 1995:04). Manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatkan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan dan masalah-masalah keadilan untuk mencapai tujuan organisasi (Desler, 2007:05). 2.1.2
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan
fungsi-fungsi manajemen dan fungsi operasional seperti yang dikemukakan oleh Flippo Edwin B. (1996:5-7). Menurutnya, fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia ada dua, yakni: 1. Fungsi manajemen Fungsi ini terdiri dari: a. Perencanaan (Planning) Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. b. Pengorganisasian (Organizing) Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya. c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing adalah
menempatkan
orang-orang
dalam
struktur
organisasi,
sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan sdm agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. d. Pengawasan (Controlling) Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan dapat diketahui dan segera dilakukan perbaikan. 2. Fungsi Operasional Fungsi Operasional dalam sdm merupakan segala bentuk usaha/aktivitas dalam pengelolaan sdm guna pencapaian
tujuan
perusahaan. Fungsi ini terdiri dari: a) Pengadaan (Procurement) Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan, kebutuhan
terutama tenaga
yang
kerja,
berhubungan penarikan,
dengan
seleksi,
penentuan
orientasi
dan
penempatan. b) Pengembangan (Development) Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui program pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. c) Kompensasi (Compensation)
Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan atau organisasi. d) Integrasi (Integration) Merupakan
usaha
untuk menyelaraskan
kepentingan
individu,
organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai. e) Pemeliharaan (Maintenance) Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, maka diharapkan organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang baik. Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap pegawai yang menguntungkan perusahaan. f) Pemutusan Hubungan Kerja (Separation) Usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung jawab perusahaan
untuk
mengembalikan
pegawainya
ke
lingkungan
masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila organisasi atau perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja. Jadi fungsi SDM menurut uraian di atas terdiri dari fungsi manajemen dan fungsi operasi yang masing-masing terdiri dari mengatur, merencanakan, pengorganisasian, memimpin serta mengendalikan manusia yang merupakan asset penting bagi perusahaan. Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan termasuk pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja.
2.2
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.2.1
Pengertian Program Kesehatan Kerja Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan. Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (A.Anwar Prabu Mangkunegara, 2001:161). Program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas (Tulus Agus, 2002 : 159). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23 dalam Buchari, 2007. www.google.com):
Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja, Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2001:162) adalah sebagai berikut: a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk (www.google.com): a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya. c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan. d. Menempatkan dan memelihra pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. 2.2.2
Pengertian Program Keselamatan Kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program keselamatan kerja: “Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga erja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dam makmur (A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2002:163). Menurut Suma’mur (2000:01) keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan
kecelakaan
cacat
dan
ematian
akibat
kecelakaan
kerja.
Keselamatan kerja merupakan tindakan pencegahan yang mengacu pada dukungan manajemen puncak dalam pelaksanaan kebijakan perusahaan, dan menciptakan suasana kerja yang aman dan damai bagi para karyawan yang bekerja di peusahaan.
Penyebab kecelakaan kerja ada 4 faktor diantaranya: a. Faktor nasib karyawan. b. Faktor lingkungan fisik para karyawan, seperti mesin-mesin, gedung, ruangan, peralatan. c. Faktor kelalaian manusia dan, d. Faktor ketidakserasian kombinasi faktor-faktor produktivitas yang dikelola dalam perusahaan (John Soeprihanto, 2000:47)
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja, hal ini termasuk seperti (Dessler,2007:278) a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik. b. Peralatan yang rusak. c. Prosedur berbahaya di dalam, pada atau di sekitar mesin/peralatan. d. Penyimpann yang tidak aman-kepadatan, kelebihan beban. e. Penerangan yang tidak tepat cahaya yang menyorot / tidak cukup. f.
Ventilasi yang tidak baik –pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara yang tidak murni.
Lebih lanjut menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:170), bahwa indicator penyebab keselamatan kerja adalah : a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja 1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. 2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. 3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pemakaian Peralatan Kerja 1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. 2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik, pengaturan penerangan. 2.2.3
Manfaat dan Tujuan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menurut Randall dan Jackson (1999:224), peningkatan-peningkatan
terhadap
kesehatan
menghasilkan :
dan
keselamatan
kerja
dalam
perusahaan
akan
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen. 3. Menurunya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. Sedangkan tujuan dari keselamatan dan kesehatan adalah sebagai berikut ( Mangkunegara, 2002 : 165) : a. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja dignakan sebaik-baiknya, selektif mungkin. c. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. Meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. f.
Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.2.4
Landasan Hukum Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Secara historis Landasan Hukum Pelaksanaan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja mengalami perubahan dan penyempurnan. Beberapa
Landasan Hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan di setiap tempat kerja atau perusahaan yaitu ( Konradus Danggur, 2006 : 43 ) 1. UU No. 001 Tahun 1970 UU No. 01 Tahun 1970, Lembaran Negara Tahun 1970 No. 01, tambahan Lembaran Negara No. 2918. Tentang Keselamatan Kerja pada dasarnya merupakan payung dari semua peraturan perundang-undangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Tujuan pelaksanaan program keselamatan kerja menurut UU No. 01 Tahun 1970 adalah : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan. f.
Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikhis, peracunan, infeksi, dan penularan. i.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j.
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, cara dan proses kerjanya. n. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang. o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. p. Mengamankan dan memperlancar
pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang. q. Mencegah terkena aliran listrik. r.
Menyesuaikan
dan
menyempurnakan
pengamanan
pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 2. UU No. 23 Tahun 1992 Dalam UU No. 23 Tahun 1992, Lembaran Negara Tahun 1992 No. 100 tentang Kesehatan, pasal 23 ayat ( 1 ) menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan tenaga kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja ayat ( 2 ), karena itu setiap tempat kerja harus melaksanaan upaya kesehatan kerja ayat ( 3 ), agar tidak terjai gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. 3. UU No. 03 Tahun 1992 UU No. 03 Tahun 1992 tentang Penjaminan Sosial Tenaga Kerja dan Kepres RI no. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja . Dalam pasal 1 UU No. 03 Tahun 1992 dijelasan definisi tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ), tenaga kerja, pengusaha, perusahaan, kecelakaan kerja dan sebagainya. Ayat 1, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja , sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Ayat 6, Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Ayat 9, Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan termasuk kehamilan dan persalinan.
2.3
Produktivitas
2.3.1
Pengertian Produktivitas Produktivitas menurut Husein Umar (2004:09) adalah sikap mental yang
selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas berkaitan erat dengan sistem produksi yaitu sistem di mana faktor-faktor semacam tenaga kerja, modal/kapital berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dikelolah dalam cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang/jasa secara efektif dan efisien. Proses
produksi
dinyatakan
sebagai
serangkaian
aktivitas
yang
diperlukan untuk mengolah atau mengubah sekumpulan input menjadi sejumlah output yang memiliki nilai tambah. Produktivias diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran dan masukan. Rasio output dengan dengan input dapat dipakai untuk menghampiri usaha yang dilakukan oleh manusia, dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi
pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua, yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. (Husein Umar, 2009:10). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input yang sebenarnya. Apabila input yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Apabila kedua faktor tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka terjadi peningkatan efektivitas tidak akan seelalau menjamin meningkatnya efesiensi. 2.3.2
Faktor-Faktor Produktivias Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah ( Bambang Tri,
1996: 283) : 1. Manusia Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat
keahlian,
latar belakang
kebudayaan
dan
pendidikan,
kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin. 2. Modal Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, dan bahan baku. 3. Metode (Proses) Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif. 4. Produksi
Faktor produksi meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi. 5. Lingkungan Organisasi Faktor lingkungan organisasi meliputi organisasi dan perencanaan, personalia, system manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim kerja, sistem insentif. 6. Lingkungan Negara Faktor lingkungan Negara meliputi struktur sosial politik, struktur industri, pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lainlain. 7. Lingkungan Internasional Faktor lingkungan internasional meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan
internasional, kebijakan
migrasi
tenaga kerja. 8. Umpan Balik Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk
masukan-masukan
utamanya
(tenaga
kerja)
dimana
masyarakat menawarkan pada perusahaan.
2.4
Hubungan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Produktivitas
2.4.1
Sumber Daya Manusia: Kunci Produktivitas Walaupun kemajuan teknologi telah menghasilkan alat-alat produksi yang canggih, tetapi kedudukan sumber daya manusia pekerja
dibalik mesin-mesin produksi tersebut tetap sentral. Sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan mampu menggunakan modal intelektualnya akan menentukan apa yang diproduksi dan bagaimana mengelolah resource yang ada untuk meningkatkan produktivitas dan memajukan Perusahaan. Itulah sebabnya sumber daya manusia pekerja merupakan
motor
produktivitas
dan
jantungnya
organisasi
atau
Perusahaan. Namun perlu disadari bahwa peningkatan produksi secara langsung maupun tidak langsung selalu diikuti dengan permasalahan yang
berkaitan
dengan
kesehatan
dan
keselamatan
karyawan.
Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya (Konradus Danggur, 2006:99) : 1. Adanya
kemungkinan
penambahan
peralatan,
tuntutan
kapasitas peralatan dan satuan kerja yang lebih besar. 2. Memperluas lokasi kerja sehingga menambah sarana sistem pengamanan untuk mencegah kecelakaan. 3. Peningkatan jumlah buruh/pekerja yang berkualitas, serba cepat, tepat dan selamat. 4. Perlunya standar baku kesehatan dan keselamatan kerja baik bagi para karyawan baru maupun yang lama. 2.4.2 Pelayanan Kesehatan bagi Pekerja Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat dilakukan melalui berbagai upaya (Konradus Danggur,2006:104) yaitu :
a. Upaya Peningkatan (Promosi). Upaya Promosi bertujuan untuk meningkatkan drajat dan kapasitas kerja dengan menerapkan pola hdup sehat. b. Upaya
pencegahan
(Preventif).
Bertujuan
untuk
memberikan
perlindungan pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja. Kegiatan preventif meliputi : Pemeriksaan kesehatan awal berkala dan khusus, imunisasi, penerapan ergonomi, hygiene lingkungan, pemberian suplemen gizi sesuai kebutuhan pekerja dan rotasi kerja. c. Upaya Penyembuhan ( Kuretif). Diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan
gangguan
kesehatan/gejala
dini
dengan
cara
mengobati penyakit, mencegah terjadinya komplikasi dan penularan terhadap keluarganya ataupun eman pekerja. Tujuannya untuk menghentikan
proses
penyakit,
mempercepat
masa
istirahat,
mencegah terjadinya cacat atau kematian. d. Upaya pemulihan (Rehabilitatif). Pelayanan ini diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah mengakibatkan cacat sehingga tidak mampu bekerja secar permanen. Kegiatan pemulihan meliputi latihan dengan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuan
yang
masih
ada
secara
optimal,
penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai dengan kemampuan.
2.5
Tinjauan Empirik Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja . Penelitian itu dilakukan oleh: 1. Stefi Margareth, tahun 2011 dengan judul “Pengaruh antara Program Kesehatan dan Keselamatan terhada Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar Sektor Tello Makassar. Metode analisis data dengan regresi berganda, Uji signifikan dan Determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh secara bersama-sama Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar Sektor Tello Makassar, yang menyatakan bahwa nilai F penelitian > F tabel (10,546 > 3,168). Serta nilai t penelitian > t tabel (1,782 > 1,672) sedangkan untuk program keselamatan kerja memiliki nilai t penelitian > t tabel (2,974 > 1,672). Dengan demikian program keselamatan kerja yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas karyawan sebesar 29,7%. 2. Wahyu Ratna Sulistyarini, tahun 2006 dengan judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada CV Sahabat Klaten”. dengan metode analisis data dengan regresi berganda, Uji signifikan dan Determinasi, dan menyimpulkan Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung 7,485 yaitu lebih besar dari nilai F tabel 4,17 maka Ho ditolak berarti bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari program keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) secara bersama-sama terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program keselamatan kerja (X1) 2,102 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program kesehatan kerja (X2) 2,494 > t table 2,048 maka Ho ditolak, berarti kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
produktivitas
kerja
karyawan.
Dari
hasil
perhitungan
menggunakan SPSS 10.01 dapat diketahui nilai kesehatan kerja sebesar 2,494 adalah lebih besar dari keselamatan kerja yaitu 2,102 maka dapat dikatakan bahwa kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh yang paling besar.
2.6
Kerangka Pikir 1. Variabel Independent (X) Variabel independent dari penelitian ini adalah kesehatan kerja (X1) dan keselamatan kerja (X2) pada karyawan. 2. Variabel Dependent (Y) Variabel Dependent dari penelitian ini adalah Produktivitas karyawan.
Gambar.2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk
PT. Vale Indonesia, Tbk
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Program Kesehatan Kerja
Ruang kerja yang cukup baik dan nyaman
Program Keselamatan Kerja
Alat-alat Alat-Alat Pengaman Pemelihar Pengaturan Perlindung Standar Pelayanan pada aan Mesinsuhu pada an Bagi Operasional Kesehatan MesinMesin AC Karyawan Mesin
Produktivitas Kerja
Rekomendasi
2.7
Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan
tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution, 2003:39). Berdasarkan pada pokok permasalahan dan tujuan penelitian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Diduga bahwa Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk. 2. Diduga bahwa Program Keselamatan Kerja lebih berpengaruh dominan terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah di bagian
Departemen Proses yang ada di PT. Vale Indonesia, Tbk yang terletak di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pelaksanaan penelitian diakukan pada 24 April-05 Mei 2012. Alasan memilih lokasi tersebut dikarenakan di mana karyawan yang bekerja di bagian ini sangat erat dan berhubungan lansung dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
Gambar 3.1 Lokasi Pertambangan
3.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Departeen Proses yang
ada di bagian Converter PT. Vale Indonesia, Tbk. Besar populasi tidak dapat diketahui secara pasti berapa jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa jumlah sampel yang tepat. Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang dikemukakan oleh Gay dalam
Husein Umar (2002:68), yaitu ukuran sampel
minimum yang dapat diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Jika desain penelitiannya deskriptif-korelasional, maka sampel minimum adalah 30. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 100 orang dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan tenaga.
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yakni: a. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung (bukan berupa angka) dan diperoleh dalam bentuk informasi dari instansi maupun pihak-pihak lain yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat dihitung.
3.3.2
Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi, kuesioner dan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan staf
perusahaan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung, yaitu data tersebut diperoleh penulis dari dokumen-dokumen perusahaan dan bukubuku literature yang memberikan informasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang relevan dengan penelitian. 2. Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode digunakan ada 3 jenis yaitu observasi, wawancara dan kuesioner.
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang sebenarnya di lokasi penelitian.
b. Wawancara yaitu melakukan kegiatan tanya jawab kepada pihakpihak yang berkepentingan dengan pengumpulan data tersebut.
c. Kuesioner yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada pegawai yang menjadi reponden secara langsung untuk kemudian dijawab sesuai dengan kedaan sebenarnya.
3.5
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberikan penjelasan atau keterangan tentang variable-variabel operasional sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis adalah program kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas karyawan. 1) Variabel Independent (X), yaitu Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
merupakan
persepsi
karyawan terhadap kebijakan atau prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja yang diterapkan olah perusahaan. a. Program Kesehatan Kerja (X1), indikator-indikator penilaian Kesehatan Kerja sebagai berikut : 1. Tersedianya ruangan kerja yang cukup baik dan nyaman bagi karyawan. 2. Tersedianya pelayanan kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan karyawan. 3. Pengaturan suhu udara pada penggunaan AC dalam ruangan
kerja
memberikan
kenyamanan
pada
karyawan dalam bekerja. b. Program
Keselamatan
Kerja
(X2),
indikator-indikator
penilaian
Keselamatan Kerja sebagai berikut : 1. Tersedianya alat-alat pengaman pada mesin-mesin yang digunakan Perusahaan. 2. Pemeliharaan
mesin-mesin
teknisi yang berpengalaman.
yang
dilakukan
oleh
3. Tersedianya alat-alat perlidungan bagi karyawan misalnya helm, rompi/jaket, sarung tangan, sepatu, kacamata pelindung dan sebagainya. 4. Adanya standar operasional perusahaan mengenai produktivitas karyawan. 2) Variabel Dependen (Y), yaitu produktivitas karyawan, indikator-indikator penilaian Produktivitas Karyawan sebagai berikut : a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. b. Kualitas kerja yaitu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditetapkan. c. Kreatifitas yaitu mampu mengeluarkan ide/gagasan baru untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. d. Pengetahuan mengenai tugas dan tanggung jawab. e. Kehadiran dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas. f.
Kerja sama (www.wahyudinwordpres.com.
3.6
Instrumen Penelitian
3.6.1
Pengukuran Variabel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, alat ukur
penelitian ini berupa kuesioner, data yang diperoleh berupa jawaban dari karyawan terhadap pertanyaan atau butir-butir yang diajukan. Butir-butir yang baik (J.Supranto, 2001:80) adalah sebagai berikut: 1. Butir-butir harus relevan atau terkait dengan apa yang diukur. 2 . Butir-butir harus ringkas.
3. Butir-butir tidak membingungkan. 4. Butir-butir yang bagus harus memuat satu pemikiran. Setelah menentukan pertanyaan atau butir-butir langkah selanjutnya adalah pembentukan skala akan memilih satu format jawaban untuk daftar pertanyaan. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan format tipe likert karena menurut J. Supranto dalam Lissita dan Green tipe likert tercermin dalam keragaman skor (variability of scorer) sebagai akibat penggunaan skala berkisar antara 1 sampai dengan 5, dari segi pandangan statistik, Skala dengan lima tingkatan (dari 1 sampai 5) lebih tinggi keandalannya dari skala dua tingkatan yaitu ya atau tidak. Selain itu tipe pengukuran likert sangat popular dengan sejumlah keuntungan(Nasution, 2003:63) antara lain : 1)
Mempunyai banyak kemudahan. Menyusun sejumlah pertanyaan mengenai sifat atau sikap tertentu relatif mudah. Menentukan skor juga mudah karena tiap jawaban diberi nilai berupa angka yang mudah dijumlahkan.
2) Skala tipe likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu. 3) Selain itu skala likert ini sangat luwes atau fleksibel, lebih fleksibel daripada teknik pengukuran lainnya. Kategori dari penilaian skala likert ; 1. Sangat setuju
=5
2. Setuju
=4
3. Ragu-ragu
=3
4. Kurang Setuju
=2
5. Tidak Setuju
=1
3.6.2
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Alat yang digunakan untuk mengukur Produktivitas kerja karyawan (Y) ,
Program kesehatan kerja (X1) dan Program Keselamatan kerja (X2) adalah daftar pertanyaan (kuesioner). Data yang diperoleh berupa jawaban dari karyawan terhadap pertanyaan atau butir-butir yang diajukan. Dalam mengembangkan suatu kuesioner yang akan digunakan untuk menilai pengaruh produktivitas terhadap
program
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
karyawan,
maka
pengukuran benar-benar bebas dari kesalahan acak, maka kuesioner tersebut haruslah (valid) dan andal (reliabel). Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner agar data yang diperoleh dari pengukuran jika diolah tidak memberikan hasil yang menyesatkan. 1. Uji Validitas Uji validitas adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan cara validitas internal yang menggunakan teknik analisis butir akan menguji validitas setiap butir dengan cara skor – skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir (pertanyaan) dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y, sehingga diperoleh indeks validitas setiap butir. Setelah diketahui dari hasil perhitungan besarnya korelasi, kemudian dibandingkan dengan tabel r dengan =0,05 dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika rxyhitung ≥ r tabel, maka valid b. Jika rxyhitung ≤ r tabel, maka tidak valid
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu alat ukur mengukur dengan stabil dan konsisten.Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,60 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrumen. Selain itu, cronbach alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.
3.7
Analisis Data
3.7.1
Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi linear berganda yaitu analisis yang digunakan untuk
menghitung pengaruh variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel dependen (Y) apabila terjadi perubahan pada satu satuan dari variabel independen (X1 dan X2). Analisis regresi menggunakan rumus persamaan regresi berganda seperti yang dikutip dalam (Sugiyono, 2004:251), yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + e ……………….... (1) Dimana: Y = Variabel dependen (Produktivitas Karyawan) X1 = Variabel independen pertama (Program Kesehatan Kerja) X2 = Variabel independen kedua (Program Keselamatan Kerja) a = Koefisien regresi konstan b1 = Koefisien regresi independen pertama b2 = Koefisien regresi independen kedua
e = kesalahan prediksi 3.7.2
Analisis Koefisien Determinasi (R2) Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. 3.7.3
Uji F (Uji Serempak) Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
bebas terhadap varibelterikat.DimanaFhitung>Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak.Sebaliknya apabila Fhitung
ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak. Jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. 3.7.4
Uji T (Uji Parsial) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1
Sejarah Singkat Perusahaan
PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi nikel.. Di Tahun 2012, PT Vale berumur 44 tahun. Sejak penandatanganan Kontrak Karya PT Vale dengan Pemerintah Indonesia di tahun 1968, PT Vale telah menyediakan pekerjaan yang butuh keterampilan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memberi keuntungan kepada pemegang saham, dan memberi sumbangan positif kepada ekonomi Indonesia. PT Vale bangga akan pencapaiannya selama 44 tahun ini, dan memandang ke depan dengan optimisme dan keyakinan akan peluang PT Vale di masa depan. Kontrak Karya didirikan pada bulan Juli 1968, PT Vale saat ini beroperasi di Sulawesi. Areal Kontrak Karya PT Vale memiliki luas secara keseluruhan 190.510 hektar.
Konsesi awal Perseroan seluas 6,6 juta hektar, yang mencakup bagian timur dan tenggara Sulawesi, diberikan pada 27 Juli 1968. Areal konsesi ini telah dikurangi hingga 2,9% dari luas awalnya melalui beberapa kali pelepasan, termasuk yang terakhir pada 10 Desember 2009. Kontrak Karya awal berlaku hingga 31 Maret 2008. Kontrak ini telah dimodifikasi dan diperpanjang lewat Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, dan berlaku hingga 28 Desember 2025.
Pada awalnya, luas area konsesi awal perusahaan kami sebesar 218,528 hektar: 118,387 hektar di Sorowako, Sulawesi Selatan; 63,506 hektar di Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan 36,635 hektar di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Namun demikian, pemerintah menyetujui pelepasan area KK dari total sekitar 28,000 hektar, atau sekitar 12.8 persen dari luas total KK pada 2010. Setelah pelepasan lahan tersebut, luas total area KK kami saat ini meliputi 190,000 hektar.
Tabel 4.1 Daerah Kontrak Kerja
Sumber daya alam Indonesia yang vital berasal dari bijih nikel, logam yang yang diproduksi oleh PT Vale dikenal sebagai nikel “primer” karena berasal dari tambang (nikel “sekunder” berasal dari pengolahan material yang mengandung nikel). Lebih khusus lagi, kami memproduksi produk antara, nikel dalam matte, yang terbuat dari bijih besi laterit di lokasi tambang dan pengolahan
terpadu kami. Semua nikel dalam matte yang kami produksi dijual kepada dua pemegang saham terbesar kami, Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., untuk diolah lebih lanjut di fasilitasfasilitas pengolahan di Asia. Di tempat-tempat inilah nikel diproduksi untuk beragam penggunaan. Penggunaan utama nikel adalah di dalam stainless steel atau baja nirkarat, yang mengkonsumsi penggunaan 60% hingga 65% nikel primer dunia setiap tahunnya. Kebutuhan akan baja nirkarat telah bertumbuh dengan pesat selama 10 tahun terakhir, dengan peningkatan keluaran rata-rata 6% per tahun sejak 2001 hingga 2011. Peluang penggunaan nikel terus bertumbuh. Baja nirkarat dapat ditemukan hampir di mana saja, mulai dari alat-alat sederhana hingga peralatan berteknologi mutakhir. Baja nirkarat adalah bagian terpenting dari ribuan produk, mulai dari tampilan luar gedung apartemen dan pencakar langit hingga wastafel dapur. Baja nirkarat mengandung nikel juga digunakan dalam beragam perkakas dapur dan peralatan lainnya karena sifatnya yang tahan lama dan mudah dibersihkan. Namun manfaat nikel tidak berhenti di situ. Logam campuran rendah, dengan kandungan nikel kurang dari 1%, sering digunakan dalam produk-produk seperti tiang penopang untuk gedung-gedung dan jembatan, dan dalam alat-alat dan perangkat elektronik. Logam campuran non-besi yang mengandung nikel dan sedikit (atau tidak ada sama sekali) besi, sangat lazim digunakan oleh industri penerbangan dan komponen-komponen berkekuatan tinggi lainnya. Penggunaan nikel sebagai bahan utama uang logam adalah salah satu contoh penggunaannya yang lebih umum. Daftar penggunaan nikel primer murni sangat panjang : nikel adalah bahan terbaik untuk produk sepuhan seperti perabot logam, garam-garam nikel digunakan sebagai katalis dalam industri petrokimia, dan baterai isi ulang yang
mengandung nikel bisa ditemukan di berbagai produk, seperti alat-alat listrik dan kendaraan hibrida listrik. Penggunaan yang sangat beragam dan banyaknya manfaat dari nikel adalah indikasi kuat akan prospek pertumbuhan berkelanjutan PT Vale, serta kapasitas kami untuk memberi nilai lebih, tidak hanya bagi pemegang saham, pelanggan dan karyawan, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia dan pengguna nikel di seluruh dunia. Pemegang saham mayoritas PT Vale per 31 Desember 2011 yaitu Vale Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari Vale – bisnis logam dasar dan produsen nikel kedua terbesar di dunia, merupakan pemegang saham mayoritas (58.73 persen) Vale Indonesia. Sisanya dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (20.09 persen), publik dan lainnya (21.18 persen).
4.2
Visi dan Misi Perusahan
4.2.1
Visi PT Vale Indonesia Tbk Menjadi perusahaan sumberdaya alam global nomor satu dalam
menciptakan nilai jangka panjang melalui keunggulan kinerja dan kepedulian tehadap manusia dan alam. 4.2.2
Misi PT Vale Indonesia Tbk Mengubah sumderdaya alam menjadi sumber kesejahteraaan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
4.3
Struktur Organisasi Perusahaan Berikut ini adalah struktur organisasi PT Vale Tbk per tanggal 30 Maret
2012
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Vale Tbk Sumber: Annual Report PT Vale Indonesia Tbk 2011
4.4
Nilai-Nilai PT. Vale Tbk Nilai-nilai PT. Vale Tbk, yang mencangkup: a) Kepedulian terhadap manusia. b) Kehidupan adalah hal terpenting: Keselamatan jiwa lebih penting daripada keuntungan materi semata. c) Menghargai Karyawan: Membimbing dan membuka peluang bagi perkembangan individu, memberikan penghargaan terhadap prestasi seseorang tanpa memandang latar belakang mereka, mendukung keberagaman dan mengakui aspirasi serta kebutuhan individu. d) Menjaga Kelestarian Bumi: Komitmen terhadap perkembangan masyarakat, lingkungan dan ekonomi dalam berbagai keputusan bisnis. e) Kesempurnaan. f) Melakukan hal yang benar: Mendukung kepercayaan yang didasarkan pada komunikasi yang terbuka dan jelas, bertindak adil, penuh integritas dan tunduk terhadap aturan hukum. g) Tumbuh kembang bersama: Berjuang untuk terjalinnya kerja sama, peningkatan dan inovasi yang terus-menerus, penegakan disiplin kerja untuk meningkatkan nilai-nilai jangka panjang. h) Mewujudkan tujuan: Suka tantangan, kemampuan beradaptasi, bangga atas prestasi dan apa yang telah dilakukan dalam menbentuk dunia.
4.5
Kekuatan PT. Vale Tbk Kami
percaya
kekuatan
perseoran
kami
akan
menyumbangkan
keberhasilan di Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri nikel. Di bawah ini adalah faktor-faktor kunci keberhasilan operasi kami: a) Produsen nikel dalam matte berbiaya rendah: Percaya bahwa posisi kami sebagai produsen nikel berbiaya rendah didukung oleh cadangan bijih yang bermutu tinggi, tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman, dan fasilitas pembangkit listrik tenaga air yang murah. b) Efisiensi energi dan pengurangan biaya: Pada bulan Oktober 2011, kami menyelesaikan proyek pembangkit listtik tenaga air Karebbe, inisiatif utama program efisiensi energi dan pengurangan biaya kami. Dari perspektif lingkungan hidup, sumber energi terbarukan ini akan menghilangkan beberapa ratus ribu metrik ton emisi gas rumah hijau per tahun, dibandingkan dengan pasokan tenaga thermal. Kami juga berharap akan menyelesaikan proyek konversi batu bara dan transportasi di waktu dekat ini. Tujuan utama proyek ini adalah mengkonversi sumber energi pengering dari HSFO menjadi bubuk batubara, dan termasuk pembaharuan infrastruktur penangangan bahan komoditas besar kami. Proyek ini akan memberikan kami keleluasaan untuk memilih batubara atau HSFO tergantung faktor
ekonomis yang terkait dengan sumber bahan bakar penggunaannya, dan dapat mengurangi biaya kas operasi kami. c) Kontrak penjualan jangka panjang dan kontrak-kontrak lain dengan pelanggan utama: Seluruh produksi kami dijual kepada dua pelanggan utama, yang wajib membeli seluruh produksi nikel dalam matte kami (VCL – 80% dan SMM – 20%). Perjanjian penjualan ini bersifat jangka panjang “harus ambil” dalam denominasi dollar AS, dengan jangka waktu sampai Kontrak Karya berakhir. VCL dan SMM memiliki
kepentingan
strategis
jangka
panjang
terhadap
kesinambungan keberhasilan operasi kami. Kami juga memperoleh manfaat dari perjanjian bantuan manajemen dan teknologi jangka panjang dengan VCL, yang berlangsung hingga Kontrak Karya berakhir. d) Cadangan bijih yang kuat: Per 31 Desember 2011, perkiraan cadangan mineral adalah 72,1 juta metrik ton cadangan bijih terbukti berkadar nikel 1,84% dan 37,3 juta metrik ton cadangan bijih terduga berkadar nikel 1,70%. Kami yakin bahwa cadangan bijih terbukti dan terduga ini cukup untuk mendukung operasi PT Vale selama sekitar 25 tahun pada tingkat produksi saat ini. e) Profil keuangan yang kuat dengan risiko terbatas terhadap mata uang lokal: Kami selalu membukukan laba setiap tahun sejak tahun 1987, mencapai laba tertinggi di tahun 2007, termasuk di tengah krisis ekonomi dunia pada tahun 2008 hingga 2009. Meskipun beroperasi di Indonesia, risiko kami terhadap mata uang lokal terbatas karena seluruh penghasilan kami dalam dollar AS, sesuai dengan perjanjian penjualan kami; lebih lagi, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS telah stabil selama beberapa tahun ini dengan harapan ekonomi Indonesia akan tetap membaik di tahun-tahun mendatang.
4.6
Vale: Pemimpin Global
4.6.1
Tanggung jawab Lingkungan Hidup Vale adalah pemimpin global dalam perlindungan lingkungan hidup dan
keberlanjutan. Berikut adalah beberapa pencapaian kami: 1. Vale adalah pemimpin dari rehabilitasi lingkungan. 2. Vale adalah perusahaan tambang berperingkat tinggi di dunia, dalam hal emisi karbon yang dihasilkan per pendapatan. 3. Vale melindungi sekitar 11.000 km persegi alam di seluruh dunia. 4.6.2
Tanggung jawab Sosial Vale menunjukkan komitmen kami terhadap tanggung jawab sosial
seluruh dunia lewat: 1. Penciptaan peluang kerja 2. Stimulasi pertumbuhan ekonomi 3. Komitmen berkelanjutan untuk mempekerjakan dan melatih pekerja lokal. 4. Pendirian dan dukungan untuk program-program pendidikan dan budaya 5. Investasi strategis dalam inisiatif tanggung jawab sosial. 4.6.3
Keunggulan Kompetitif Vale
1. Talent
Management:
Kami
akan
menjadi
pusat
bakat
dan
kepemiminan, memastikan sumber daya manusia yang tepat. 2. Business Model Innovation:
Kami selalu mencari cara-cara dan
peluang baru untuk meredefinisikan landasan persaingan kami, membuka potensi nilai tambah dalam bisnis kami saat ini dan lewat peuang-peluang baru. 3. Technologikal Innovation and Operational Excellence: Kami akan memastikan bahwa kami menggunakan ahli-ahli terbaik dalam bidangnya di bidang teknik, pemasok dan pelaksanaan proyek, agar proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang ditentukan dan dengan kualitas yang baik. 4. Sustainability: Kami akan menjadi mitra pilihan masyarakat dan pemerintah secara global karena kemampuan kami untuk berinvestasi dan
mengembangkan
sumber
daya
alam,
mempromosikan
kesejahteraan social dan ekonomi, dan menghargai lingkungan hidup.
4.7
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdapat di PT.Vale, Tbk
4.7.1
Program Kesehatan Kerja Pada tahun 2011, PT Vale menginvestasikan lebih dari AS$5 juta untuk
inisiatif-inisiatif
di
bidang
pendidikan,
kesehatan,
kesejahteraan
dan
pengembangan masyarakat. Perseroan juga berinvestasi dalam berbagai program pengurangan emisi sulfur. Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja, Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja mencakup imbalan kerja yang terkait dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan imbalan kesehatan paska kerja.
Perseroan memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan dalam Surat Keputusan No. Kep 434/KM.17/1997 tanggal 31 Juli 1997, yang diumumkan dalam lembaran negara No. 73/1997 tanggal 12 Septermber 1997, untuk mendirikan Dana Pensiun International Nickel Indonesia, suatu dana pensiun yang dikelola secara tersendiri, dimana karyawan tertentu yang diterima sebagai karyawan sebelum 1 Januari 2011 yang telah memiliki persyaratan masa kerja yang disyaratkan berhak untuk memperoleh imbalan tertentu, apabila karyawan tersebut pensiun, cacat, atau meninggal dunia. Perseroan juga telah menunjuk pihak ketiga untuk mengelolaprogram kesehatan paska kerja melalui mekanisme pembayaran iuran bulanan. Melakukan pemantuan dan sistem evaluasi pemantuan kerja dalam lingkungan kerja, meningkatkan kesadaran karyawan terhadap lingkungan kerja yang yang sehat, , meningkatkan instigasi dan inspeksi audit tentang lingkungan kerja yang sehat. Selain itu tersedianya pelayanan rumah sakit yang bisa dipergunakan seluruh karyawan untuk melakukan pemeriksaan . Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi menurunnya produktifitas yang diakibatkan sering absen karena sakit ataupun karena kecelakaan kerja. Serta biaya pengobatan, dirawat, dioperasi, dan sebagainya menjadi tanggung jawab perusahaan. 4.7.2
Program Keselamatan Kerja PT Vale menganggap pentingnya variable Program Keselamatan Kerja,
hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan alat-alat perlindungan diri seperti sarung tangan dan masker di tempat kerja, pemakaian helm kerja, ada pengaturan udara yang cukup, ada petunjuk dan peringatan di tempat kerja. khususnya yang berada di Departemen Proses bagin Converter
sebelum
karyawan melakukan kerjanya diberikan pengetahuan tentang resiko bahaya di tempat kerja, memantau penggunaan alat selama bekerja. Pemimpin-pemimpin operasional di PT Vale menerima pelatihan ekstensif untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan mereka bertanggung jawab untuk menjadi panutan bagi angota tim mereka. Metodologi yang di gunakan termasuk Audit Keselamatan Tingkat Tinggi, yang dilakukan secara rutin untuk memastikan area kami beroperasi sesuai dengan standar keselamatan secara konsisten, dan hasil dari audit-audit tersebut menjadi kriteria evaluasi dari Employee Performance Scorecards. Selain itu, Perseroan juga mengintegrasikan Major Hazard Standards kami dengan standar global Vale, dan dengan menyediakan pelatihan tambahan bagi para pemimpin dan karyawan yang terlibat dalam aspek operasional yang memiliki risiko tambahan. Pencapaian di bidang kesehatan lingkungan dan keselamatan selama 2011 termasuk keberhasilan PT Vale mencapai 13 juta jam kerja tanpa Lost Time Injury. Ini adalah pencapaian kelas dunia, dan karyawan PT Vale berhak atas ucapan selamat. Investasi pada karyawan terlihat jelas dari lebih dari 110.000 jam-karyawan yang didedikasikan untuk aktivitas pelatihan dan pengembangan karyawan. Ini adalah peningkatan sebanyak 21.000 jam-karyawan – atau 24 persen – dari tahun sebelumnya. 4.7.3
Pentingnya Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi PT Vale Dari enam nilai-nilai – yang juga ditegakkan di semua organisasi Vale
lainnya di seluruh dunia – yang pertama dan paling penting adalah “hidup sangat berharga”. Kami telah membuat Kesehatan dan Keselamatan para karyawan kami prioritas nomor satu. Lebih dari sekedar retorika, kami membuat prosedur dan
proses
Kesehatan
dan
Keselamatan
menjadi
instrumental,
dan
memberdayakan karyawan-karyawan kami untuk berperan sebagai teladan
dalam mempraktekkan hal tersebut secara efektif dan konsisten. Pendekatan kami terhadap Kesehatan dan Keselamatan dimulai dengan menimbulkan kesadaran terhadap berbagai macam risiko dan pentingnya mengurangi risiko tersebut. Pada bulan Februari 2011, gempa bumi dan badai petir di Sorowako mengganggu produksi. Akibat dari peristiwa alam ini, sambungan listrik dan beberapa fasilitas kami terganggu sehingga menyebabkan penghentian produksi sementara. PT Vale tidak akan pernah mengkompromikan keselamatan karyawannya, sehingga semua kegiatan operasi dihentikan hingga kami menyelesaikan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk memastikan operasi yang benar dan aman sebelum dimulai kembali. Berikut ini adalah beberapa pencapaian PT Vale selama 2011: Keselamatan: 1. Implementasi Vale Critical Activity Requirement (CAR). 2.
94,9% tingkat kepatuhan terhadap CAR, dan 100% tingkat kepatuhan hukum. Audit ini dilaksanakan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Vale.
3. Mencatat 1,62 Total Reported Incident Frequency Rate (TRIFR) 4. 26 kasus Total Reported Incident ( TRI). 5. Implementasi Modul Safety - SAP (SAP – Modul Safety). Kesehatan: 1. Implementasi SAP – Modul Industrial Hygiene. 2. Penelitian mengenai Asbes di dalam bijih mineral. 3. Program pemantauan resiko terekspos paparan kerja untuk terhadap Resiko Kesehatan Kerja kuantatif.
4. Melanjutkan pemantauan ruang kerja dalam rangka pemantauan kondisi kerja dan kepatuhan peraturan yang berlaku. Kebakaran dan Penanganan Kondisi Darurat: 1. Berpartisipasi dalam Pekan National Fire and Rescue. 2. Mendapat 2 Medali Emas untuk Penyelamatan dari Sudut Tinggi dan Latihan Kebugaran Pemadam Kebakaran; dan 1 medali perak untuk kategori Pemadaman Kebakaran. Selain keuntungan yang luar biasa bagi PT Vale dan tetangga-tetangga kami, kami dengan bangga melaporkan bahwa proyek ini menghasilkan 9,4 juta jam kerja tanpa kecelakaan. Ini adalah rekor baru bagi Perseroan untuk proyek apapun, dan ini adalah bukti positif keberhasilan kami dalam menerapkan praktikpraktik keselamatan di tempat kerja.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Responden Responden (sampel) dalam penelitian ini adalah karyawan yang lokasi
kerjanya di bagian Converter yang terdapat di dalam Departemen Proses sebanyak 100 orang. Sampel yang dipilah adalah karyawan yang tentunya berhubungan dan berkaitan dengan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sehingga dapat mengetahui atau menilai Produktivitas Karyawan di PT. Vale Indonesia, Tbk. Terdapat 4 karakterisitik responden yang dimasukkan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan masa kerja. Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud,maka disajikan tabel mengenai data responden seperti dijelaskan berikut ini: 1. Jenis Kelamin Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
(orang)
(%)
Laki-laki Perempuan
100 -
100 -
Total Sumber : Data diolah, 2012
100
100
Jenis Kelamin
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah 100 orang, ternyata dikuasai oleh laki-laki sebanyak 100 orang (100%) dan sama sekali tidak terdapat perempuan. Mengingat kebanyakan karyawan yang ada di bagian ini bekerja di lapangan yang tentunya kebanyakan laki-laki atau semuanya adalah laki-laki.
2. Usia Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia Frekuensi
Persentase
(orang)
(%)
<25 Tahun
2
2
26 - 35 Tahun
56
56
36 – 45 Tahun
35
35
>45 Tahun
7
7
100
100
Usia
Total Sumber : Data diolah, 2012
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, yang paling banyak berada pada kisaran usia 26 – 35 tahun sebanyak 56 orang. Untuk kisaran usia 36 - 45 tahun sebanyak 35 orang. Sedangkan pada kisaran usia >45 tahun sebanyak 7 orang dan responden yang paling sedikit berada pada kisaran usia <25 tahun sebanyak 2 orang. 3. Pendidikan Terakhir Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pndidikan Terakhir Pendidikan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
SMA/SMK
85
85
D1
-
-
D3
3
3
Sarjana (S1)
12
12
Total
100
100
Sumber : Data diolah, 2012 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 85 orang diikuti oleh S-1 sebanyak 12 orang. Untuk responden berpendidikan D3 sebanyak 3 orang,
sedangkan yang terakhir tidak ada yang berpendidikan D-III. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan responden didominasi oleh SMA/SMK. 4. Masa Kerja Responden Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja Frekuensi
Persentase
(orang)
(%)
<5 Tahun
26
26
6 – 10 Tahun
28
28
11 – 15 Tahun
31
31
16 – 20 Tahun
4
4
>20 Tahun
11
11
Total
100
100
Masa Kerja
Sumber : Data diolah, 2012 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, responden terbanyak berada pada kisaran masa kerja 11 – 15 tahun sebanyak 31 orang. Untuk kisaran 6-10 tahun sebanyak 28 orang. Sedangkan untuk kisaran <5 tahun sebanyak 26 orang, untuk kisaran >20 tahun sebanyak 11 orang dan responden yang paling sedikit berada pada kisaran 16 – 20 tahun sebanyak 4 orang.
5.2
Penentuan Range Survei ini menggunakan skala likert dengan bobot tertinggi di tiap
pertanyaan adalah 5 dan bobot terendah adalah 1. Dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, maka : Range= Skor tertinggi-Skor terendah Range Skor Skor tertinggi : 100 x 5 = 500
Skor terendah : 100 x 1 = 100 Sehingga range untuk hasil survei yaitu : 500-100 = 80 5 Range skor :
5.3
100 – 180
= Sangat Tidak Baik
341 – 420
= Baik
181 – 260
= Tidak Baik
420 – 500
= Sangat Baik
261 – 340
= Kurang Baik
Perhitungan Skor Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Program Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
terhadap
Produktivitas Karyawan,
maka
berikut
ini
digambarkan hasil pengisian kuesioner : Tabel 5.5 Tanggapan Responden terhadap Variabel Program Kesehatan Kerja (X1)
PERTANYAAN
Tingkat Jawaban Responden Sangat Ragu- Kurang Tidak Setuju Setuju Ragu Setuju Setuju F % F % F % F % F %
SKOR
1. Ruang kerja yang bersih dan nyaman adalah ruang kerja yang memiliki ventilasi udara yang cukup dan bersih.
55
55
37
37
6
6
2
2
-
-
445
2. Penerangan yang baik dalam ruang kerja mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja.
61
61
32
32
6
6
-
-
1
1
452
3. Apakah dengan adanya ruang kerja yang bersih mempunyai pengaruh yang baik pada kelangsungan kerja karyawan?
72
72
28
28
-
-
-
-
-
-
472
4. Pengaturan suhu udara pada penggunaan AC dalam ruang kerja memberikan kenyamanan pada karyawan dalam bekerja
64
64
36
36
-
-
-
-
-
-
464
5. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada karyawan telah cukup baik.
18
18
54
54
21
21
6
6
1
1
Rata-rata
382
443
Sumber : Data diolah, 2012 Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel Program Kesehatan Kerja bersifat positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa karyawan menilai PT Vale Indonesia Tbk memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap Kesehatan Kerja. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden yang berada range ke lima ( Sangat Baik ) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 443.
Tabel 5.6 Tanggapan Responden terhadap Variabel Program Keselamatan Kerja (X2)
PERTANYAAN
Tingkat Jawaban Responden Sangat Ragu- Kurang Tidak Setuju Setuju Ragu Setuju Setuju F % F % F % F % F %
SKOR
1. Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh karyawan telah memenuhi standar keselamatan kerja.
39
39
52
52
9
9
-
-
-
-
430
2. Dalam bekerja karyawan harus selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja yang telah disediakan oleh perusahaan.
62
62
36
36
2
2
-
-
-
-
460
3. Semua peralatan keselamatan dipelihara tetap dalam kondisi bersih, baik, dan siap digunakan.
45
45
48
48
7
7
-
-
-
-
438
4. Apakah pemeliharaan fasilitas-fasilitas misalnya alat-alat pemadam kebakaran, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja karyawan cukup baik?
17
17
62
62
19
19
2
2
-
-
394
5. Penggunaan mesin-mesin selalu dilengkapi dengan alat-alat pengaman yang dibutuhkan.
30
30
56
56
14
14
-
-
-
-
Rata-rata
416
427, 6
Sumber : Data diolah, 2012 Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel Program Keselamatan Kerja
bersifat positif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa responden menilai PT Vale Indonesia Tbk memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap Keselamatan Kerja. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden yang berada range ke lima ( Sangat Baik ) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 427,6. Tabel 5.7 Tanggapan Responden terhadap Variabel Produktivitas Karyawan (Y)
PERTANYAAN
Sangat Setuju F %
Tingkat Jawaban Responden Ragu- Kurang Tidak Setuju Ragu Setuju Setuju F % F % F % F %
SKOR
1. Karyawan harus mampu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu..
23
23
70
70
4
4
3
3
-
-
413
2. Peningkatan kinerja yang anda capai sudah sesuai target yang ditetapkan.
13
13
68
68
14
14
4
4
1
1
388
3. Pimpinan anda akan memberikan sanksi tegas kepada anda jika terlambat datang atau menyelesaikan pekerjaan tidak tepat waktu.
10
10
54
54
18
18
13
13
5
5
351
4. Output yang anda hasilkan sudah sesuai atau melebihi standar kerja yang ditetapkan.
16
16
72
72
12
12
-
-
-
-
404
5. Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, anda harus meneliti/mengevaluasi kembali tingkat kesalahan yang mungkin terjadi dalam pekerjaan.
36
36
59
59
5
5
-
-
-
-
431
Rata-rata
397,4
Sumber : Data diolah, 2012 Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel Produktivitas Karyawan bersifat positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa responden menilai PT Vale Indonesia Tbk memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap Produktivitas Karyawan, dan pentingnya peningkatan Produktivitas kinerja karyawan. Hal tersebut terlihat dari nilai ratarata penilaian responden yang berada range ke empat ( Baik ) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 397,4. 5.4
Uji Validitas dan Reliabilitas
5.4.1
Uji Validitas Dengan menggunakasn SPSS 17.0 diperoleh data personal correlation
atau R hitung dari tiap variabel kemudian dibandingkan dengan R tabel. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel -1) = 2, dan df2 (n-k-1) atau 100-2-1 = 97 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk R-tabel sebesar 0,1975. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah: Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas Instrumen
Item
Variabel
Pertanyaan
Kesehatan Kerja (X1)
Rhitung
Keterangan
X1.1
0,615
Valid
X1.2 X1.3
0,728 0.605
Valid Valid
X1.4
0,604
Valid
X1.5
0,493
Valid
Keselamatan Kerja (X2)
X2.1 X2.2
0,655 0,672
Valid Valid
X2.3 X2.4 X2.5
0,769 0,700 0,755
Valid Valid Valid
Y1 Y2 Y3
0,581 0,670 0,760
Valid Valid Valid
Y4
0,529
Valid
Y5
0,532
Valid
Produktivitas Karyawan (Y)
Sumber : Data diolah, 2012 Dari tabel diatas tampak bahwa seluruh R hitung tiap pertanyaan memiliki nilai yang lebih besar dari R tabel. Sehingga diperoleh hasil bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner adalah valid. 5.4.2
Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan suatu instrument yang dapat digunakan sebagai
alat pengumpul data, karena instrumen dapat dipercaya dan reliable yang akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Suatu instrument dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s alpha (α) > 0,60 (Imam Ghozali, 2007 : 42). Perhitungan nilai koefisien reliabilitas untuk instrument penelitian yang digunakan diperoleh hasilnya sebagai berikut: Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach’s Alpha
Keterangan
Kesehatan Kerja (X1)
0,735
Reliabel
Keselamatan Kerja(X2)
0,781
Reliabel
Produkivitas Karyawan (Y) Sumber : Data diolah, 2012
0,742
Reliabel
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrumen penelitian, menunjukkan cronbach’s alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut dinyatakan reliabel.
5.5
Analisis
dan
Pembahasan
Pengaruh
Progam
Kesehatan
Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan 5.5.1
Hasil Analisis Regresi Berganda Berdasarkan hasil dari analisis (dapat dilihat pada lampiran) dengan
menggunakan program SPSS 17.0 maka diperoleh hasil analisis regresi sebagai berikut: Tabel 5.10 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error 7.415
1.953
X1
.240
.113
X2
.343
.105
Beta
t
Sig.
3.796
.000
.238
2.118
.037
.367
3.261
.002
a. Dependent Variable: Y Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diperoleh persamaan berganda sebagai berikut: Y = 7,415 + 0,240 X1 + 0,343 X2 Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
regresi
Konstanta (a) sebesar 7,415
berarti walaupun tanpa adanya pengaruh
baik berupa kesehatan kerja maupun keselamatan kerja para karyawan mampu mencapai produktivitas kerja yang baik (Y) 7,415. Koefisien b1 0,240 menunjukan bahwa kesehatan kerja (X1) berpengaruh positif terhadap produktifitas karyawan (Y) yaitu sebesar 0,240. Hal ini berarti bahwa apabila ada peningkatan program kesehatan kerja maka peningkatan tersebut akan berpengaruh pada produktivitas karyawan. 5.6
Uji Koefisien Regresi Secara Bersamaan (Uji F) Koefisien b2 0,343 menunjukan bahwa keselamatan kerja (X2) berpengaruh
positif terhadap produktivitas karyawan (Y) yaitu sebesar 0,343. Hal ini berarti bahwa apabila ada peningkatan program keselamatan kerja maka peningkatan tersebut akan berpengaruh pada produktivitas karyawan.
5.5.2
Analisis Korelasi Tabel 5.11 Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.553a
.306
Adjusted R Square .292
Std. Error of the Estimate 1.83475
Sumber : Data diolah, 2012 Hasil analisis pengaruh program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan
seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.11
diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi(R) = 0,553. Hal ini berarti pengaruh
program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan bersifat signifikan karena nilai R = 0.553 mendekati 1. 5.5.3. Koefisien Determinisasi Tabel 5.11 juga memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R-square) yang digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 0,306. Hal ini berarti bahwa peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh faktor program kesehatan dan keselamatan kerja sebesar 30,6% dan sisanya yaitu sebesar 69,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar program kesehatan dan keselamatan kerja Uji F bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel Kesehatan dan Keselamatan kerja terhadap Produktivitas Karyawan secara bersama-sama. 1. Merumuskan hipotesis H0 = tidak ada pengaruh signifikan antara Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara bersama-sama terhadap produktivitas karyawan Departemen Proses pada pada PT. Vale Indonesia, Tbk. H1= ada pengaruh signifikan antara Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara
bersama-sama
terhadap
Produktivitas
Karyawan
Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5 % atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian). 2. Menentukan f-hitung
Tabel 5.12 Hasil Uji F
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
144.219
2
72.109
Residual
326.531
97
3.366
Total
470.750
99
F
Sig.
21.421
.000a
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Data diolah,2012
Berdasarkan tabel diperoleh f-hitung sebesar 21,421 3. Menentukan f-tabel Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel -1) =2, dan df2 (n-k-1) atau 100-2-1 = 97 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen), kemudian dihasil diperoleh untuk f-tabel sebesar 3,09.Nilai Ftabel ini diperoleh berdasarkan data nilai Ftabel pada buku panduan SPSS 17.00. Kriteria pengujian H0 diterima bila f-hitung< f-tabel H0 ditolak bila f-hitung> f-tabel 4. Kesimpulan Karena f-hitung> f-tabel yaitu 21,421>3,09, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan antara Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
secara
bersama-sama
terhadap
Produktivitas
Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. 5.7
Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh secara parsial masing-masing variabel bebas (independen) yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap variabel terikat Produktivits Karyawan (dependen). Dengan Uji T juga diperoleh informasi mengenai variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan. Uji T dilakukan dengan cara membandingkan antara thitung dengan ttabel pada tingkat signifikansi 5%dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 100-2-1 = 97 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan demikian diperoleh nilai ttabel sebesar 1,984. Nilai ini berdasarkan data tabel nilai ttabel pada buku panduan SPSS 17.00. Berdasarkan hasil perhitungan regresi yang dilakukan diperoleh nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen sebagaimana terlihat pada tael di bawah ini: Tabel 5.13 Hasil Uji T
Variabel Penelitian
Thitung
Kesehatan Kerja
2,188
Keselamatan Kerja
3,261
Ttabel
Signifikansi 0,037
1,984 0,002
Sumber : Data diolah, 2012 1. Pengaruh Variabel Kesehaan Kerja (X1) terhadap Produktivitas Karyawan (Y) Variabel Kesehatan Kerja dengan thitung (2,188) > ttabel (1,984). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh nyata antara variabel Kesehatan Kerja dengan Produktivitas Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Di samping itu, nilai probabiliti
0,037< 0,05 menunjukkan bahwa variabel Kesehatan Kerja (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap citra Produktivitas Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. 2. Pengaruh Variabel Keselamatan Kerja (X2) terhadap Produktivitas Karyawan (Y) Variabel Keselamatan Kerja dengan thitung (3,261) > ttabel (1,984). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh nyata antara variabel Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan
Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Di samping itu, nilai probabiliti 0,002< 0,05menunjukkan bahwa variabel Keselamatan Kerja (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap Produkivitas Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa variabel Keselamatan Kerja merupakan variabel yang memiliki nilai thitung yang paling besar, yakni 3,261. Hal ini menunjukkan bahwa diantara variabel Kesehatan variabel Keselamatan Kerja merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Vale Indonesia, Tbk.
5.8
Pembahasan Pada 2012, Vale Indonesia telah berusia 44 tahun – sebuah usia yang
menggambarkan prestasi dan kematangan. Sebuah usia yang menunjukkan pengalaman yang mendalam menghadapi gejolak pasar nikel dunia serta dinamika ekonomi dan politik Indonesia. Vale adalah perusahaan pertambangan
kedua terbesar dan salah satu perusahaan publik terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar US $ 120 miliar, sedangkan Inco adalah produsen nikel terbesar di Indonesia yang beroperasi secara komersial sejak 1978, 10 tahun setelah mendapatkan Kontrak Karya. Kombinasi dua "kekuatan," ditambah dengan dedikasi sekitar 6.000 karyawan serta dukungan dari pemerintah dan masyarakat menghasilkan hasil kerja yang mengagumkan. Karyawan merupakan penggerak utama dibalik prestasi perusahaan, karena itu diperlukan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja kepada karyawan sebagai jaminan atas kontribusi yang mereka berikan.
Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
kuesioner
dengan
menggunakan
komputerisasi dengan program SPSS versi 17, bahwa walaupun tanpa adanya pengaruh baik berupa program kesehatan kerja (X1) maupun program keselamatan kerja (X1) para karyawan mampu mencapai produktivitas kerja (Y) yang baik sebesar 7,415. Program Kesehatan Kerja (X1) berpengaruh positif terhadap produktivitas karyawan (Y) sebesar 0,240 dan program Keselamatan Kerja Kerja (X2) berpengaruh positif terhadap produktivitas karyawan (Y) sebesar 0,343. Variabel program kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (produktivitas). Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan SPSS versi 17 yang menyatakan bahwa nilai F penelitian > F tabel (21,421 > 3,09) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terbukti bahwa program kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Okki Suli Astuti (2011), di mana hasil penelitiannya menemukan bahwa
terdapat pengaruh kesehatan kerja dan keselamatan kerja, secara serentak terhadap produktivitas kerja karyawan, Variabel program kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh secara parsial terhadap produktivitas karyawan. Untuk program kesehatan kerja memiliki nilai t penelitian > t tabel (2,188 > 1,984) sedangkan untuk program keselamatan kerja memiliki nilai t penelitian > t tabel (3,261 > 1,984), dengan demikian program keselamatan kerja yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas karyawan Departemen Proses pada PT. Vale Indonesia, Tbk sebesar 32,6%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya. Hasil uji parsial, ditemukan bahwa Kesehatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan, dengan koefisien regresi sebesar 0,240. Ini berarti bahwa meningkatnya kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas karyawan dan sebaliknya, menurunnya kesehatan kerja akan menurunkan produktivitas karyawan. Hasil temuan ini tidak mendukung penelitian sebelumnya Okki Suli Astuti (2011) , dimana hasil temuannya ditemukan
kesehatan kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap produktivitas kerja karyawan, dengan koefisien regresi sebesar 0,046. Terlihat bahwa pada penelitian sebelumnya indikator-indikator yang ada pada kesehatan hanya mengutamakan dari sarana dan prasarana lingkungan yang memadai, seperti kamar mandi dan penyediaan air besih, sedangkan pada penelitian ini lebih memfokuskan indikator-indikator program kesehatan kerja secara umum yaitu ventilasi udara, penerangan,ruangan kerja yang bersih, pengaturan suhu, dan pelayanan kesehatan. Ditemukan pula bahwa keselamatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan, dengan koefisien regresi sebesar 0,343. Ini berarti bahwa meningkatnya keselamatan kerja akan meningkatkan
produktivitas karyawan dan sebaliknya, menurunnya keselamatan kerja akan menurunkan produktivitas kerja karyawan. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Okki Suli Astuti (2011) yang mengatakan bahwa keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Pada penelitian sebelumnya nampak bahwa indikator-indikator program keselamatan kerja hanya diterapkan di lapangan sedangkan penelitian ini penerapan keselamatan kerja di lakukan baik di dalam maupu di luar lapangan, di karenakan kondisi tempat ataupun suasana kerja yang berbeda dan memiliki resiko yang lebih tinggi dalam hal kecelakaan kerja.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Stefi Margareth (2011) , dimana indikator-indikator program kesehatan dan program keselamatan kerja yang sama. Hasil program kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas karyawan yang dibuktikan dengan pada hasil uji t untuk program keselamatan kerja (X1) adalah t penelitian > t tabel (1,782 > 1,672). Hal ini menunjukkan bahwa program keselamatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas karyawan dan untuk program kesehatan kerja didapatkan nilai t peneltian > t tabel (2,974 > 1.672) sehingga program keselamatan kerja lebih berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara serentak atau bersamasama memiliki pengaruh yang besar terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk. 2. Variabel Keselamatan Kerja (X2) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.
6.2
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut: 1. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja a.
Peningkatan dalam pengembangan kesadaran K3, dimana peran atasan sangat diperlukan mulai dari line manajer sampai pucuk pimpinan. Mengembangkan kesadaran K3 pada setiap karyawan tidak cukup dengan satu dua kali briefing K3, setumpuk prosedur dan aturan kerja, bahkan tak cukup dengan penggunaan kekuasaan yang berupa ancaman dan hukuman. Kesadaran adalah masalah kepercayaan dan nilai-nilai
yang ada dalam kepala, yang merubahnya jauh lebih sulit dari merubah bentuk baja. b.
Mengefektifkan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan Produktivitas Karyawan yang lebih baik, maka kekuatan perusahaan yang terletak pada sumber daya manusianya harus lebih diprioritaskan, yang dimulai dari pengadaaan tenaga kerja, peningkatan sumber daya manusia, sampai kepada perhatian aspek kesehatan, baik yang bersifat fisik maupun psikologis karyawan itu sendiri. Jadi semakin baik program-program Kesehatan dan Keselamatan Kerja maka Produktivitas karyawan akan semakin baik pula. Melalui peningkatan produkivitas ini akan tercapai pula tujuan dari perusahaan yang dalam hal ini PT. Vale Indonesia, Tbk sebagai perusahaan pertambangan yang terbesar melakukan kegiatan untuk mengeksplorasi, menambang, mengolah dan memproduksi nilel yang akan memberikan hasil yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar maupun dunia.
c.
Peningkatkan
dalam
penerapan
Sistem
Manajemen
K3,
yaitu
memperdalam pengetahuan karyawan dalam mengenali jenis bahaya K3 itu sendiri. Bahaya bisa bermacam-macam dan bisa muncul dari berbagai sumber. Setiap jenis industri mempunyai bahaya-bahaya yang mungkin berbeda-beda dalam setiap pekerjaan. Misalnya pengetahuan bahaya fisika, bahaya mekanik, bahaya kimia, bahaya bioogis dan bahaya rancangan kerja. 2. Pihak manajemen agar lebih memperhatikan pengelolaan dan pemeliharaan alat-alat keselamatan atau alat pelindung diri yang digunakan karyawan,
agar
keselamatan
dan
kesehatan
karyawan
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat.
lebih
terjamin.
Serta