BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan), kebutuhan sekunder (sandang dan pangan) dan kebutuhan tersier. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus memiliki usaha guna memperoleh kebutuhan itu. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Kegiatan menanam tanaman kebutuhan pangan ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Jenis tanaman yang ditanam di pedesaan sangat bergantung pada keadaan tanah, musim dan iklim. Keadaan tanah yang subur tentunya sangat menentukan hasil dari pertanian. Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Desa dapat ditandai dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, tempat dimana sistem kekerabatannya masih erat, adanya sistem gotong-royong yang tinggi, kehidupan masyarakat sangat bergantung pada alam, mata pencarian bersifat 1
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983.
Universitas Sumatera Utara
homogen, dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak. Pada umumnya mata pencarian pada masyarakat pedesaan adalah bertani. Musim atau iklim sangat mempengaruhi masyarakat pedesaan. Karena musim atau iklim menentukan jenis tanaman yang dapat ditanam oleh masyarakat. Umumnya desa tidak terlalu bergantung pada kota, karena masyarakat desa dapat memproduksi kebutuhan primer mereka sendiri. Terbentuknya suatu pemukiman sebagai tempat tinggal kelompok hal ini disebabkan naruni alamiah untuk mempertahankan kelompok. Di dalam kelompok tersebut terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama warga kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan/ kekeluargaan 2. Lau Kapur adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk di desa ini sekitar 150 KK. Luas wilayah desa ini adalah sekitar 425 Ha. Jarak Desa Lau Kapur dengan Kecamatan
adalah sekitar 8 Km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota Kabupaten
sekitar 44 Km. Hampir 80% mata pencarian penduduknya adalah bertani 3. Pada umumnya petani di Desa Lau Kapur menanam tanaman seperti : cengkeh, padi, tembakau, kacang tanah, dan pisang hanya sebagai tanaman tambahan saja. Kehidupan bertani bagi masyarakat Desa Lau Kapur sudahlah mendarah daging.
2
Chozon, Pembangunan Pedesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat, IPB Press ,2010 3 Wawancara: Ulung Sebayang, Lau Kapur, 2 Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur yang agraris ini dulunya bersifat subsisten yaitu hasil pertanian mereka hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sebelum tahun 1974 masyarakat Desa Lau Kapur hanya menanam Padi yang merupakan tanaman pokok untuk kebutuhan masyarakat. Padi pada umumnya di panen dua kali dalam satu tahun. Namun, ketika padi ditanam di lahan yang sama secara berulang – ulang maka hasil padi dari tahun ke tahun tidak bisa dipertahankan. Setiap tahunnya hasil dari tanaman padi semakin menurun sehingga masyarakat mulai beralih ke tanaman lain yaitu tembakau. Walaupun tetap menanam padi namun tidak menjadi tanaman pokok dan tidak sebanyak dulu. Masyarakat menanam padi menjadi sekali dalam setahun, hal ini dilakukan supaya bisa memperoleh
hasil yang sama setiap
tahunnya. Pada tahun 1965 tembakau mulai di tanami oleh masyarakat Desa Lau Kapur karena hasil padi semakin menurun dan harga tembakau yang sangat tinggi membuat masyarakat berlomba-lomba untuk menanamnya, walaupun nilai tembakau semakin tinggi di pasaran namun masyarakat tidak sepenuhnya meninggalkan tanaman padi. Mereka menanam tanaman tersebut bergantian di lahan yang sama supaya hasilnya lebih memuaskan, dan hasil panen masyarakat tersebut dijual ke pasar Tiga Binanga yang hanya beroprasi pada hari selasa saja. Tidak hanya padi dan tembakau yang menjadi penghasilan masyarakat, tapi mereka juga menanam kacang tanah dan cengkeh sebagai tanaman tambahan yang bisa di jual untuk menambah penghasilan masyarakat tersebut. Namun tanaman
Universitas Sumatera Utara
tersebut tidak bertahan lama karena cengkeh merupakan
tanaman tua yang
menunggu proses panen yang sangat lama. Walaupun harga cengkeh yang begitu tinggi di pasaran tetapi karena waktu panen yang begitu lama maka dari itu masyarakat menebang pohon cengkeh tersebut. Menanam
kacang tanah dan di
pinggir ladang tersebut sebagian ditanam pohon pisang sebagai tanaman tambahan. Desa Lau Kapur termasuk daerah yang bentuk dan alamnya sebagian berbukitbukit dengan dataran rendah yang tidak begitu lurus, di beberapa tempat terdapat jurang yang sangat sempit memiliki ketinggian 710-800 M / DPL. Beriklim tropis dengan suhu udara di Desa Lau Kapur antara 22° s/d 29° derajat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 28°. Letaknya yang berada di daerah pegunungan, maka daerah ini memiliki curah hujan yang cukup banyak. Dengan berkembangnya tanaman jagung di sekitar kecamatan Tiga Binanga maka masyarakat Desa Lau Kapur juga ikut menanam tanaman tersebut, karena dari panen jagung tersebut dapat membuahkan hasil yang sangat menjanjikan. Pada tahun 1974 masyarakat Desa Lau Kapur mulai beralih dari tanaman tua ke tanaman muda, seperti peralihan dari tanaman tembakau menjadi tanaman jagung. Peralihan ini disebabkan oleh harga komoditi jagung pada saat ini melambung tinggi dan faktor lain karena usia jagung sangat rendah yaitu sekitar 4 bulan sehingga dalam setahun masyarakat Desa Lau Kapur dapat menanam dan memanen jagung sabanyak 2 kali. Dan jagung juga merupakan tumbuhan yang tidak memerlukan cara kerja yang terlalu banyak sehingga masyarakat tidak harus selalu mengatur tanaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pertanian jagung di Desa Lau Kapur ini ternyata banyak sekali membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di desa tersebut. Pertanian jagung mampu menaikkan pendapatan masyarakat meningkatnya pendapatan dan
Desa Lau Kapur. Dengan semakin
meningkatnya taraf
hidup masyarakat sehingga
muncul keinginan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Semakin meningkatnya pendapatan
dan
tingkat pendidikan masyarakat, hal ini
juga
mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur. Ini bisa terlihat di kehidupan sehari-hari seperti memperbaiki lingkungan, di mana masyarakat tersebut sudah mulai ada kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki jalan dengan biaya dari masyarakat sendiri 4. Mengingat pada waktu itu, jarak dari Kabupaten Karo sangat jauh sehingga pemerintah tidak dapat menjangkau daerah Lau Kapur ini sehingga proses perbaikan maupun pembenahan desa sangat minim. Di dalam kehidupan sehari-hari pun pola makanan sudah diperhatikan. Dan penduduk sudah tahu arti kesehatan serta gizi untuk makanan bagi anak-anak mereka, karena dari makananlah anak-anak dapat berpikir dan tumbuh kembang sebagai anak yang cerdas Begitu juga dengan sarana
transportasi, sebagian besar masyarakat masih
menggunakan hewan peliharan mereka seperti kerbau atau lembu sebagai pengangkut hasil panen mereka untuk di bawa ke rumah masing- masing. Namun, ada juga yang memiliki mobil pick up, walaupun tidak banyak yang memiliki mobil tersebut tetapi
4
Wawancara: Ngasup Ginting, Lau Kapur, 4 januari 2014
Universitas Sumatera Utara
masyarakat bisa menggunakannya untuk mengangkut hasil panen mereka karena mobil tersebut juga di sewakan oleh si pemilik mobil dan kerbau juga ikut di sewakan masyarakat untuk mengangkat hasil panen tersebut. Penelitian ini membahas tentang Pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga
Kabupaten Karo (1974-2004). Tahun 1974 adalah
sebagai tahun awal penelitian merupakan periode dimulainya pertanian jagung di Desa Lau Kapur yang diprakarsai oleh kepala adat yaitu Ngurupi Ginting. Tahun 2004 sebagai akhir dari penelitian ini karena selama 30 tahun telah terjadi perubahan yang banyak pada pertanian jagung di desa ini, seperti jumlah masyarakat yang menanam dan melakukan pertanian jagung, lahan yang digunakan, sistem permodalan, serta pemasaran yang semakin terorganisir. Selama sepuluh tahun ini juga sudah terlihat kehidupan masyarakat semakin banyak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik seperti, pada bidang pendidikan, pola hidup, dan terhadap lingkungan dan pembangunan desa. Atas dasar pemikiran di atas, maka penulisan ini diberi judul
“Pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga
Kabupaten Karo (1974-2004)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam penulisan dan menghasilkan penelitian yang objektif, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas. Pokok permasalahan yang
Universitas Sumatera Utara
dibahas yaitu “Pertanian
jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga
Kabupaten Karo (1974-2004). Dari judul diatas, maka pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo sebelum tahun 1974? 2. Bagaimana awal pertanian Jagung di Desa Lau Kapur? 3. Bagaimana pengaruh pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 1974-2004? 1.3 Tujuan Dan Manfaat penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapor Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo sebelum tahun 1974.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan awal pertanian Jagung di Desa Lau Kapur.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo dari tahun 1974-2004. Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Menambah wawasan tentang latar belakang perekonomian para petani Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. 2. Bahan
masukan
bagi
pemerintah
daerah
untuk
mendukung
perekonomian desa sebagai acuan dan pertimbangan ketika dalam pengambilan kebijakan dalam rangka untuk kesejahteraan para petani, kondisi petani di daerahnya, khususnya petani yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa Lau Kapur. 3. Menambah literatur bacaan dalam ilmu sejarah dan menjadi acuan bagi penulis lain manakala penelitian ini dirasa perlu penyempurnaan. 1.4 Tinjaun pustaka Dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan perlu dilakukan tinjauan pustaka. Tinjauan Pustaka dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan bukubuku yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Tujuannya agar diproleh gambaran umum tentang topik yang akan di bahas. Beberapa buku yang mendukung penulisan ini, diantaranya: Adapun buku yang dipakai adalah buku Rahmat Rumana yang berjudul Usaha Tani Jagung menjelaskan tentang jenis-jenis jagung, tentang lingkungan ideal untuk
Universitas Sumatera Utara
penanaman tanaman jagung yang cocok, tentang bibit dan cara penanaman dan cara pemeliharaan, pengendalian hama dan sampai ke pasca panen. Dengan adanya buku ini juga seorang petani tidak akan ragu untuk menanam tanaman tersebut. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa jagung adalah komoditas ekspor yang menjanjikan sehingga bisa menjadi sarana untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat. Karena harganya yang selalu melonjak tinggi. Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa secara Partisipasif (1966), mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipasif. Dalam buku ini dipaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersamasama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata 5. Dalam buku “Petani Suatu Tinjauan Antropologis” membahas tentang dunia petani tidaklah tanpa bentuk, melainkan merupakan salah satu dunia yang teratur, yang memiliki bentuk-bentuk organisasi yang khas dan berbeda dari kaum tani lainnya yaitu masyarakat itu sebagai tradisional dan mencapai manusia yang terikat oleh tradisi yang artinya kebalikan dari modern. Yang bertujuan menyoroti satu tahap dalam evolusi masyarakat manusia pedesaan.
5
Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa secara Partisipasif, Yogyakarta : Penerbit Kanasius, 1996, hlm 10
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku P.Tambun yang berjudul Adat Istiadat Karo (1952), mengkaji tentang sistem pemerintahan tertua yang di jumpai di wilayah kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain : merga pendiri(simantek kuta), senina simantek kuta, anak beru simantek kuta (anak beru taneh) serta kalimbubu simantek kuta (kalimbubu taneh). Dalam buku ini di jelaskan bahwa pada dasarnya pembentukan suatu Desa(kuta) harus mengikuti prosedur yang dibuat oleh pengulu 6.
Dalam buku Sarjani Tarigan yang berjudul Dinamika Orang Karo: Budaya dan Modernisasi (2008). Dalam buku ini membahas tentang sosial ekonomi masyarakat Karo dan budaya masyarakat Karo sejak zaman dahulu hingga masa sekarang ini. Dalam buku ini juga menjelaskan tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat Karo seperti mata pencaharian, pendidikan, agama, hingga interaksi sosial masyarakat karo. Buku yang dianggap perlu juga dalam tulisan ini adalah karangan dari P.S.Siswoputranto yang berjudul Perkembangan pertanian (1990). Dalam buku ini
6
Pengulu adalah seorang marga tertentu dalam pembangunan desa yang dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “ Anak Beru” dan “ Senina ”. Mereka ini disebut dengan istilah “ Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam lingkungannya. Anggota ini secara turun menurun dianggap sebagai “ pembentuk kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga. Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kuta asli ( Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kuta yang asalnya dari kesain asli itu. Kumpulan kesain itu dinamai Urung
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan bahwa perkembangan pertanian sangat pesat di Indonesia. Buku ini juga membahas mengenai perkembangan tentang produksi, ekspor-impornya, harga dan pengaturan perdagangannya serta hal yang erat dengan kepentingan ekonomi dan perdagangan Indonesia. Buku ini banyak memberikan informasi
serta pengaruh
ekonominya bagi masyarakat Indonesia. 1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazimnya disebut sebagai metode sejarah. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk merekontruksi masa lampau manusia sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan masa lampau 7. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiografi 8 Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan tentang masalah dalam penelitian yaitu pertanian jagung di Desa Lau Kapur. Pengumpulan data ini dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber tertulis yang berasal dari
7
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah terjemahan (Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press,1971, hal. 18. 8 Dudung Abdurahman, Metode Sejarah, Yogyakarta: Logos, 1999, hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
buku seperti dari perpustakaan, perpustakaan daerah maupun dari toko-toko buku lainnya, majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, dan data yang diperoleh dari internet. Adapun buku yang didapat dari perpustakan yaitu, Rahmat Rumana yang berjudul Usaha Tani Jagung, buku karangan Adisarwanto dan Yustina Erna Widyastuti yang berjudul Meningkatkan Produksi Jagung , buku Koentjaraningrat yang berjudul Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Penulis mencari sumber tentang pertanian jagung serta perubahan yang terjadi di Desa Lau Kapur terutama di bidang ekonomi. Jagung juga mampu menaikkan tingkat perekonomian masyarakat di desa Lau Kapur. Studi lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai para petani jagung seperti Ulung Sebayang,Ngasup Ginting dll. Selain para petani jagung penulis juga mewawancarai petani tembakau yang sudah beralih ke pertanian jagung, para tauke serta perangkat desa. Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang kredibel dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut. Data yang ada tentang pertanian Jagung di Desa Lau Kapur sangat perlu dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah
ini merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan
fakta-fakta yang sudah diseleksi dan menghasilkan data yang valid.
Universitas Sumatera Utara
Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah metode penulisan sejarah atau historiografi. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah sejarah. Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu seperti apa pertanian Jagung di Desa Lau Kapur, pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sebelum pertanian jagung dan juga dampak pertanian jagung terhadap masyarakat desa ini.
Universitas Sumatera Utara