BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang “ Good strategy only equals success when we possess an appropriate culture”[1] Keselarasan strategi bisnis dan teknologi informasi (KSBTI) telah menjadi pokok bahasan penting dalam relasi antara teknologi informasi dan bisnis [2][3][4]. Strategi memegang peranan penting dalam pengelolaan bisnis saat ini dan di masa datang [5]. Demikian pula dengan teknologi informasi, pemanfaatannya di dalam bisnis telah menjadi pendorong kemajuan bisnis dan menjadi faktor penting pembeda antara perusahaan di dalam bisnis .[6]. Strategi bisnis yang baik akan memberikan dampak yang lebih luas jika didorong oleh proses bisnis yang tepat serta teknologi informasi yang tepat pula [2], sehingga teknologi informasi tidak hanya menjadi alat atau pendukung bisnis namun juga telah menjadi pendorong dan penggerak bagi kemajuan bagi bisnis [6]. Oleh karenanya KSBTI menjadi suatu pokok bahasan penting ketika berbicara mengenai bisnis dan teknologi informasi karena semakin selarasnya strategi bisnis dengan teknologi informasi akan semakin memberi dampak positif bagi bisnis dan kinerjanya [3][7][8][9] serta dapat dijadikan alat guna meraih keunggulan kompetitif [10][11][4] dan oleh karenanya KSBTI semakin dibutuhkan oleh perusahaan yang menginginkan kemajuan di dalam bisnisnya [12]. Untuk mengetahui sejauh mana KSBTI memberi dampak bagi kinerja bisnis dapat menggunakan berbagai macam pengukuran KSBTI maupun critical success factors (CSF) dari KSBTI [3][13][14]. Tingkat keselarasan dalam KSBTI dapat menentukan peran KSBTI dalam memberi dampak terhadap kinerja bisnis [3]. KSBTI sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi [2][15], baik yang bersifat formal maupun informal [10][12]. Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi KSBTI masih lebih banyak didominasi oleh faktor-faktor yang bersifat formal seperti struktur organisasi, proses, infrastruktur, visi, kepemimpinan dan lain-lain, seperti penelitian yang dilakukan oleh Henderson dan Venkatraman [2], Luftman [3], Kearns dan Lederer [4], Hadi dan Prihadi [16] serta Van Hout [13]. Walau sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap KSBTI, keselarasan di dalam KSBTI masih merupakan perkara yang tidak mudah untuk dicapai [6][17] KSBTI tidak hanya dipengaruhi oleh aspek yang bersifat formal saja. Aspek yang bersifat informal juga memegang peranan penting di dalam mempengaruhi KSBTI [6][12][17]. Namun demikian jumlah penelitian yang melibatkan aspek informal/sosial dalam mempengaruhi KSBTI belum memiliki porsi yang sama dengan penelitian yang melibatkan aspek formal [6]. Padahal aspek sosial juga merupakan aspek penting yang harus dikuasai oleh eksekutif perusahaan dalam memformulasikan dan mengimplementasikan strategi bisnis dan strategi teknologi informasi [18]. Salah satu aspek informal yang memegang peranan penting dalam KSBTI adalah budaya organisasi [19][20][21][15]. Walaupun merupakan aspek penting, namun seringkali pembahasan mengenai budaya organisasi belumlah seintensif pembahasan mengenai aspek formal seperti strategi, struktur organisasi dan lain-lain, padahal budaya organisasi telah memiliki strata dan fungsi yang sama dengan aspek-aspek formal tersebut[22].
Budaya organisasi menjadi penting dalam KSBTI karena budaya
organisasi memegang peran penting dalam pra kondisi perencanaan teknologi informasi [23] dan di dalam implementasi strategi baik bisnis maupun teknologi informasi [21]. Penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap KSBTI yang telah ada dilakukan dengan meneliti pengaruh budaya organisasi sebagai elemen tunggal terhadap KSBTI seperti yang dilakukan oleh Nickels [24], El-Mekawy, Kaboudvand dan Rusu [20] serta Kanungo, Sdavarti dan Srinivas [21] maupun dengan meneliti pengaruh elemen di dalam budaya organisasi terhadap KSBTI seperti yang dilakukan oleh Luftman [15] serta Almajali dan Dahalin [10]. Samuel Davis dalam bukunya “Managing Corporate Culture“[25] menyatakan bahwa Budaya Organisasi sendiri memiliki dua komponen, yang pertama adalah keyakinan yang menjadi nilai filosofis organisasi atau aspek formal (Guiding beliefs) dan keyakinan operasional yang dijalankan atau aspek informal (Daily beliefs). Guiding beliefs adalah seperangkat nilai yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi suatu organisasi didalam meraih adaptasi ekstenal dan memperoleh integrasi internal [26], sedangkan Daily beliefs adalah seperangkat nilai yang dipraktekkan di dalam kehidupan keseharian organisasi dan yang akan menjadi karakter dari suatu organisasi [27]. Semakin kecil kesenjangan (gap) antara Guiding beliefs dan Daily beliefs dalam arti Guiding beliefs telah menjadi nilai-nilai yang dipraktekkan dalam keseharian organisasi maka akan semakin sehat sebuah organisasi
1
[25]. Hal ini berarti pula bahwa semakin sehat budaya organisasi yang ada akan memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan [28]. Salah satu bentuk kinerja perusahaan yang dimaksud adalah KSBTI [9][7]. Perguruan tinggi adalah salah satu pilar pendidikan di Indonesia. Dari perguruan tinggi inilah diharapkan lahir sumberdaya manusia unggul yang dapat menjadi aset bangsa yang paling berharga. Selain itu perguruan tinggi juga dituntut untuk menghasilkan penelitian-penelitian yang berkualitas guna menambah khasanah keilmuan khususnya di Indonesia. Hasil dari penelitian dan pendidikan yang telah dilakukan harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Tiga hal tersebutlah yang menjadi pilar alasan keberadaan dan pengabdian perguruan tinggi yang kemudian disebut dengan Tri Darma Perguruan Tinggi (TDPT). Dalam kehidupannya, perguruan tinggi dituntut untuk dapat melakukan TDPT yang berkualitas yang mampu menjadi pembeda dan keunggulan kompetitif dibanding perguruan tinggi lainnya. Untuk dapat menghasilkan keunggulan kompetitif maka perguruan tinggi dituntut pula untuk memiliki strategi bisnis yang mumpuni. Di dalam era informasi dan komunikasi seperti saat ini maka strategi bisnis harus pula ditunjang oleh keselarasan dengan sistem/teknologi informasi. Perguruan tinggi komputer yang diasumsikan sebagai perguruan tinggi atau lembaga yang memiliki pengetahuan terdepan di dalam bidang sistem dan teknologi informasi, seharusnya berada paling depan dalam keselarasan strategi bisnis (dalam hal ini pendidikan) dengan teknologi informasi, baik dari sisi pengetahuan, pemahaman maupun penerapannya. Namun demikian hal tersebut masih lebih berada dalam tataran idealis dibanding berada dalam tataran realita. Hal ini terbukti dari belum menonjolnya perguruan tinggi komputer Indonesia di mata internasional [29], masih rendahnya penetrasi pemanfaatan teknologi informasi di masyarakat [30] (kecuali situs jejaring sosial) dan masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia [31]. Namun di sisi lain pembelian perangkat teknologi informasi selalu ada di dalam daftar belanja perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana strategi bisnis yang dikembangkan oleh perguruan tinggi khsususnya perguruan tinggi komputer dan apakah strategi tersebut sudah selaras dengan strategi teknologi informasi yang ada? Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian yang berusaha mengungkap pengaruh budaya organisasi terhadap KSBTI khususnya di perguruan tinggi komputer di
2
Indonesia dan bagaimana bentuk pengaruhnya tersebut. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk membantu perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi komputer di Indonesia untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor penting di dalam budaya organisasi dan KSBTI pada institusinya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini maka diperlukan studi eksplorasi untuk mengetahui apakah Budaya Organisasi memberikan pengaruh terhadap Keselarasan Strategi Bisnis dan Teknologi Informasi pada Perguruan Tinggi Komputer di Indonesia dan bagaimana bentuk model pengaruhnya tersebut. 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi KSBTI lebih banyak didominasi oleh pengaruh faktor formal organisasi sedangkan penelitian mengenai faktor informal organisasi seperti budaya organisasi masih perlu banyak ditingkatkan. Penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap KSBTI sebelumnya lebih banyak diteliti dengan metode kualitatif dengan konstruk budaya organisasi yang dikembangkan dari penelitian sebelum tahun 2000. Pada penelitian ini penulis mengajukan konstruk budaya organisasi yang diteliti dengan metode kuantitatif sedangkan KSBTI akan diteliti menggunakan model kematangan KSBTI. Penelitian yang melibatkan dua konstruk ini belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. 1.4. Tujuan Penelitian Mengetahui sejauh mana budaya organisasi memberi pengaruh terhadap keselarasan strategi bisnis dan teknologi informasi di perguruan tinggi komputer Indonesia dan merumuskankan model pengaruh budaya organisasi terhadap keselarasan strategi bisnis dan teknologi informasi. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan budaya organisasi dan KSBTI serta dapat dijadikan bahan untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya penelitian mengenai budaya organisasi dan KSBTI. Temuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
3
praktis untuk organisasi mengenai bagaimana mengelola budaya organisasi agar memberikan implikasi yang positif terhadap KSBTI organisasinya, meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja organisasi serta mengembangkan budaya oganisasi yang sesuai dengan KSBTI sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya guna meraih keunggulan kompetitif.
4