BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita dapat terhindar dari berbagai
masalah dan
gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah pada saluran reproduksi yang dapat mengganggu fungsi reproduksi wanita antara lain kanker serviks, IMS, kandidiasis dan bakterial vaginosis (Depkes RI, 2008). Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang menempati peringkat keempat sebagai keganasan yang paling sering terjadi pada wanita diseluruh dunia. Data statistik menunjukkan pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 530.000 kasus baru dan sekitar 270.000 wanita meninggal karena kanker serviks (WHO, 2014). Di Indonesia Insiden kanker serviks sekitar 17 per 100.000 perempuan (Depkes RI, 2014). Infeksi Menular Seksual (IMS), adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul pada alat kelamin. Setiap tahun, sekitar 500 juta orang terinfeksi salah satu dari 4 jenis IMS yakni klamidia, gonore, sifilis dan trikomoniasis (WHO, 2013). IMS merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Sekitar 10%-40% dari wanita yang terinfeksi klamidia yang tidak tertangani akan berkembang menjadi PID sehingga dapat menyebabkan infertilitas (WHO, 2008).
1
2
Leukorea patologis atau yang lebih dikenal dengan keputihan abnormal merupakan salah satu gejala dari infeksi saluran reproduksi yang sering terjadi pada wanita seperti kandidiasis, bacterial vaginosis maupun trichomoniasis (Manuaba, 2009). Di Indonesia, lebih dari 75% wanita pernah mengalami keputihan akibat dari infeksi jamur maupun paling tidak sekali seumur hidupnya. Poliklinik kulit dan kelamin RSUP DR.RD. Kandou Manado mencatat jumlah pasien keputihan tahun 2011 dengan diagnosa vaginosis bakterial sebanyak 80 pasien (61,07%), kandidosis vulvovaginal sebanyak 44 pasien (33,59%), dan trikomoniasis sebanyak 7 pasien (5,34%) (Moeri, 2013). Infeksi pada saluran reproduksi disebabkan salah satunya oleh berkembangnya perilaku hygiene yang kurang tepat. Wanita seringkali membersihkan area kewanitaan dengan cara yang salah ataupun membersihkan secara berlebihan. Hal tersebut sebenarnya dapat mengganggu keseimbangan mikroflora dan pH vagina sehingga vagina menjadi rentan terhadap infeksi (Manuaba, 2009;Nurhayati, 2013) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku hygiene vagina yang kurang baik berpengaruh terhadap kejadian infeksi saluran reproduksi wanita. Salah satu perilaku tersebut yaitu douching vagina . Perilaku ini diartikan sebagai upaya membersihkan atau mencuci vagina atau jalan lahir dengan menyemprotkan cairan tertentu ke dalam vagina. Praktik ini dipercaya bertujuan untuk membersihkan vagina, membersihkan darah-darah sisa menstruasi, menghindari kehamilan dan menghindari IMS (womenhealth, 2005 ). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di RSD dr. Soebandi Jember menunjukkan bahwa kebisaaan melakukan douching vagina ternyata berisiko 4 kali lebih tinggi untuk terkena kanker leher rahim (Martiana,
3
2011). Penelitian lain yang dilakukan Triyani, R dan Ardiani, S tahun 2013, menunjukkan bahwa pemakaian pembersih vagina berpengaruh signifikan pada kejadian keputihan pada siswi SMP di Salatiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
upaya-upaya tertentu yang dilakukan wanita yang
dipercaya dapat menjaga kebersihan organ kewanitaan justru beresiko menyebabkan infeksi pada saluran reproduksi. Sehingga wanita harus lebih hatihati dalam mempraktikkan cara-cara perawatan tertentu pada organ kewanitaan. Pemahaman dan pengetahuan seorang wanita berpengaruh terhadap perilaku hygiene vagina. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh
Fidyawati, 2012 diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene wanita. Selain itu penelitian dari Widyastuti dkk, 2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dan keputusan menggunakan layanan gurah vagina teknik ratus. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku hygiene serta keputusan untuk melakukan perawatan pada organ kewanitaan sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan tingkat pengetahuan wanita tentang kesehatan reproduksi. Selain faktor tingkat pengetahuan, faktor lain yang mempengaruhi perilaku hygiene vagina yaitu persepsi, sikap, ketersediaan sarana dan prasarana serta pengaruh media elektronik dan media massa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti dkk, 2013, menunjukkan bahwa persepsi mempunyai hubungan signifikan dengan keputusan menggunakan layanan gurah vagina teknik ratus. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Umairoh, 2013 menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ketersediaan sarana dan prasarana terhadap perilaku perineal hygiene pada remaja putri.
4
Penelitian Widyastuti dkk tahun 2013, hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh iklan media massa memberikan kontribusi tertinggi terhadap pengambilan keputusan memakai layanan gurah vagina teknik ratus dengan OR 8,47. Hasil penelitian yang dilakukan Hendarin, 2009 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara iklan kesehatan seksual wanita dengan praktik bilas vulvovaginal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa media massa dan elektronik memiliki kontribusi besar dalam penyebaran informasi kesehatan. Informasi ini kemudian diterima dan diadopsi ke dalam perilaku masyarakat. Banyaknya iklan tentang produk-produk pembersih daerah kewanitaan di media elektronik maupun media massa sangat mempengaruhi perilaku hygiene vagina dimana kebutuhan akan kenyamanan organ intim sangat diminati oleh wanita-wanita saat ini. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 wanita di kota Gianyar, diperoleh data bahwa sebanyak 2 orang wanita membilas vagina dengan air saja, sebanyak 5 orang membilasnya dengan air dan sabun mandi, sebanyak 3 orang membilas dengan menggunakan produk-produk pembersih vagina yang dijual dipasaran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita di Gianyar melakukan hygiene vagina yang kurang tepat. Berdasarkan data tersebut dan dampak dari perilaku hygiene vagina yang kurang tepat, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku hygiene vagina pada WUS di kabupaten Gianyar.
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku hygiene vagina pada WUS di Kabupaten Gianyar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku hygiene vagina pada WUS di Kabupaten Gianyar 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan WUS tentang hygiene vagina 2. Untuk mengidentifikasi persepsi WUS tentang hygiene vagina 3. Untuk mengidentifikasi perilaku hygiene vagina pada WUS di Kabupaten Gianyar 1.4
Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti serta sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang perilaku hygiene vagina. Selain itu hasil penelitian ini bisa dijadikan data dasar bagi penelitian selanjutnya.
6
3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu informasi bagi WUS di Kabupaten Gianyar sehingga dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang dampak dari hygiene vagina. 4. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar atau informasi tentang perilaku hygiene vagina pada WUS sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan sosialisasi tentang cara membersihkan organ genetalia yang aman dan tepat.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah kesehatan reproduksi pada wanita usia subur.