BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Debu adalah salah satu pajanan yang utama dari lingkungan pekerjaan.
Bekerja di lingkungan yang berdebu menyebabkan terhirupnya partikel debu oleh saluran nafas yang menyebabkan gangguan kesehatan saat partikel tersebut terkumpul di saluran nafas dan kontak langsung dengan jaringan yang melapisi saluran pernafasan. Pengaruh dari debu industri terhadap saluran nafas tergantung dari tipe debu yang dihirup, tempat di saluran nafas di mana dia menempel, ukuran dari partikel debu tersebut, struktur anatomi dari saluran nafas dan proses fisiologis bernafas itu sendiri. Kayu adalah salah satu dari sumber daya alam yang paling penting di dunia sebagai bahan baku industri, konstruksi dan bahan bakar. Penggunaan kayu secara luas menjadikannya sebagai bahan pajanan tersering yang berhubungan dengan pekerjaan. Pada tahun 2000, diperkirakan 13 juta orang bekerja di bidang kehutanan di seluruh dunia dan sebanyak 3,5 juta orang bekerja di industri mebel. Di Uni Eropa diperkirakan saat ini ada 3,6 juta pekerja yang terpajan debu kayu (Lange, 2008). Pajanan debu kayu pada pekerja industri kayu dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan mereka baik yang bersifat keganasan maupun non keganasan pada saluran nafas. Pengamatan adanya hubungan debu kayu dengan gangguan pada saluran nafas pertama kali dilakukan oleh Ramazzini. Dia menemukan adanya gangguan pada hidung, mata dan sakit kepala pada tukang kayu dan
pekerja penggergajian kayu. Pada tahun 1968, hubungan antara adenoma kavum nasi dengan pekerja industri mebel ditemukan. Sejak saat itu, berbagai penelitian epidemilogikal telah dilakukan dan menunjukkan adanya hubungan antara debu kayu dan karsinoma sinonasal khususnya tipe adenokarsinoma (Lange, 2008). Selain keganasan, para pekerja industri kayu juga mengalami gangguan yang bersifat non keganasan. Gangguan ini lebih sering terjadi dan mengganggu kualitas hidup pekerja di antaranya adalah asma, rinitis, bronkitis dan keluhan pada mata (Lange, 2008). Hidung adalah salah satu organ yang memiliki peran penting dalam pertahanan tubuh terhadap dunia luar. Ada tiga fungsi utama dari hidung yakni penghidu, pernafasan dan sebagai proteksi. Adanya lapisan mukosa yang senantiasa basah dan adanya silia di permukaan mukosa hidung meningkatkan kontak dengan udara inspirasi yang menyebabkan fungsi penghidu dapat maksimal, udara dihangatkan dan dilembabkan dengan efisien serta penyaringan udara inspirasi sebelum mencapai saluran nafas bagian bawah (Walsh dan Korn, 2006). Beberapa mekanisme dari saluran nafas dilakukan untuk membersihkan permukaan mukosa saluran nafas
dari material asing termasuk debu kayu.
Mekanisme ini bermacam-macam baik bersifat absorpsi maupun non absorpsi dan tergantung dari daerah saluran nafas yang terkena pajanan. Pada daerah saluran nafas bagian atas adanya partikel debu kayu akan dibersihkan dengan transpor mukosiliar (Lange, 2008).
Transpor mukosiliar bekerja secara simultan untuk membersihkan partikel-partikel asing yang mengendap di saluran nafas bagian atas. Pajanan debu kayu dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu fungsi transpor mukosiliar. Selain adanya pajanan debu kayu, beberapa faktor dapat mempengaruhi fungsi mukosiliar hidung yaitu umur, infeksi, alergi, merokok, pemakaian obat tetes hidung, status gizi, gangguan atau kelainan anatomi hidung, penyakit sistemik seperti DM. Untuk memeriksa waktu transpor mukosiliar hidung dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti tes sakarin, pemeriksaan dengan metilen biru, dan pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Tes sakarin merupakan pemeriksaan yang murah, relatif aman, cepat dan hasilnya cukup akurat untuk mengetahui waktu transpor mukosiliar hidung (Marks, 2000). Pabrik pengolahan kayu “M” merupakan pabrik pengolahan kayu terbesar yang ada di Desa Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pabrik ini memiliki jumlah pekerja 190 orang. Pabrik ini menggunakan bahan baku terbanyak jenis kayu keras (hardwood) seperti jenis kayu merbau dan bangkirai. Pabrik pengolahan kayu “M” mengolah kayu gelondongan menjadi furniture yang sudah jadi dan siap dijual. Dalam menjalankan pekerjaannya, para pekerja sebagian telah menggunakan masker, sebagian belum menggunakan masker secara benar selama bekerja dan ada yang masih menggunakan masker yang tidak standar sehingga pajanan debu kayu masih terjadi. Di pabrik pengolahan kayu ini, penelitian mengenai waktu transpor mukosiliar ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pajanan debu
kayu terhadap transpor mukosiliar hidung pada pekerja pabrik pengolahan kayu “M” di Kabupaten Badung.
1.2
Rumusan Masalah Apakah pajanan debu kayu dapat sebagai faktorr risiko dari rendahnya kecepatan transpor mukosiliar hidung pada pekerja di pabrik pengolahan kayu “ M “ di Kabupaten Badung ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.3 Membuktikan pajanan debu kayu sebagai faktor risiko yang berhubungan dengan rendahnya kecepatan transpor mukosiliar hidung pada pekerja di pabrik pengolahan kayu “M” di Kabupaten Badung.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Dalam bidang akademik dapat meningkatkan pengetahuan tentang akibat pajanan debu kayu terhadap kecepatan transpor mukosiliar hidung pada pekerja pabrik pengolahan kayu.
1.4.2
Dalam bidang riset, penelitian ini dapat memperkaya teori yang telah ada.
1.4.3
Bagi pemilik perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terjadinya penyakit saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh penurunan kecepatan transpor mukosiliar hidung.
1.4.4
Bagi pihak yang diteliti, hasil penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan akan pajanan debu kayu serta meningkatkan kesadaran mereka mengenai pentingnya penggunaan alat proteksi diri saat bekerja.