Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan lancar, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. Pateda (1990:3) menyatakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai perangkat kalimat-kalimat yang mungkin dan tata bahasa, suatu bahasa sebagai aturanaturan yang membedakan antara kalimat dan yang bukan kalimat. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Pengetahuan tentang gramatika dasar sangat diperlukan untuk membantu kemampuan berbahasa yang fungsinya sebagai alat bantu. Setiap negara pasti memiliki bahasa untuk berkomunikasi dan tiap bahasa pasti memiliki keunikan tersendiri dalam struktur bahasanya. Bahasa jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki keunikan dalam partikel, banyaknya partikel yang terdapat dalam bahasa Jepang membuat bahasa Jepang menjadi salah satu bahasa yang unik dan khas. Iwabuchi dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:254) menyatakan tata bahasa adalah aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa klausa untuk membuat sebuah kalimat. Kalimat tidak akan terbentuk tanpa adanya partikel karena dalam bahasa Jepang terdapat pula partikel yang menghubungkan antar kata, sama halnya dengan bahasa lainnnya, partikel bahasa Jepang pun tidak akan mempunyai makna jika belum di gabungkan dengan kata yang lain dalam kalimat.
1
Untuk menghubungi dunia seseorang dengan dunia luar, dunia seseorang dengan Bahasa adalah salah satu fenomena yang sangat penting dan berharga dalam sejarah kehidupan umat manusia. Prawiroatmojo dan Hoed (1997:115) menyatakan bahwa peranan bahasa dalam kehidupan manusia sangat besar. Hampir dalam setiap kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kegiatan-kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti, bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik. Baik itu menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi. Karena pada dasarnya bahasa merupakan alat yang berkaitan dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya, bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda 1993:6) . Dari pendapat Pateda tersebut dapat diketahui bahwa bahasa merupakan alat penghubung semua ide, pikiran, maupun gagasan yang ada di dalam diri seseorang dengan dunia luar. Komunikasi dapat berjalan dengan baik bila bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu, kedua pihak yang berkomunikasi harus mampu menginterprestasikan makna yang terkandung dalam bahasa yang digunakan, karena makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar harus sesuai dengan kesepakatan para pemakainya, sehingga dapat saling mengerti ( Djajasudarma, 1993:5). Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa memiliki peranan yang penting dan strategis dalam proses komunikasi dei tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial dalam bermasyarakat. Melalui penguasaan bahasa yang baik dan benar, seseorang akan mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, dengan pihak lain sesuai konteks dan situasinya. Setiap bahasa di dunia
2
tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chaer (1994:51), bahwa hakekat bahasa salah satunya adalah bahasa itu bersifat unik, artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak memiliki oleh yang lain. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem yang yang lain. Salah satu karakter yang unik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain salah satunya terdapat dalama bahasa Jepang. Sudjianto dan Dahidi (2004:11-12) mengatakan bahwa bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan di amati dari huruf yang di pakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika dan ragam bahasa. Apabila kita cermati secara seksama, bahasa Jepang kaya akan kosa kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukan makna yang berbeda pula. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang serumpun, maka sudah tentu banyak terdapat perbedaan di antara kedua bahasa tersebut. Parera (1997:157) menjelaskan bahwa sumber utama kesulitan belajar bahasa kedua adalah perbedaan antar bahasa itu sendiri. Pengetahuan tata bahasa ibu dengan tata bahasa asing sangat diperlukan untuk membantu dalam proses pembelajaran bahasa asing. Dalam bahasa Jepang banyak sekali terdapat kata yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya sama, namun dalam bahasa Jepang itu sendiri berbeda antara satu sama lainnya, baik dari segi katanya maupun makna dari kata tersebut.
3
Berikut adalah ciri-ciri umum bahasa Jepang menurut Iwao (2002:2) yaitu : 1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Kata Dalam jenis kata pada bahasa Jepang terdapat kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan,kata penghubung, dan partikel Urutan Kata Predikat selalu terletak di akhir kalimat. Selain itu, dalam bahasa Jepang, kata yang diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan. Predikat Kata benda, kata kerja dan kata sifat dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat . Predikat dapat menunjukan : 1. Positif atau negatif 2. Non-waktu lampau atau waktu lampau Partikel Di belakang kata atau kalimat di pakai partikel. Partikel dalam kalimat menunjukan hubungan antara kata dengan kata dalam kalimat dan maksud pembicara. Kata-kata dan ungkapan yang bisa diketahui dari konteks kalimat biasanya dihilangkan. Subjek dan objek dalam kalimat juga biasanya dihilangkan.
Prawiroatmodjo dan Hoed (1997:116) mengatakan bahwa bahasa memiliki variasi. Banyaknya variasi dan perbedaan yang terdapat dalam bahasa Jepang tentunya akan sangat berpengaruh ketika pemelajar bahasa Jepang ingin memperlajari bahasa tersebut. Terdapatnya variasi dalam bahasa Jepang seperti yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat melalu penjelasan Sakakura (1992:317) yang mengklasifikasikan kosa kata dalam bahasa Jepang ke dalam sepuluh kelompok kelas kata, yakni doushi ‘verba’, ikeyoushi ‘adjektiva’,keiyoudoushi ‘adjektiva-na’, meishi ‘nomina’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi ‘prenomina’,setsuzokushi ‘konjungsi’, kandoushi ‘interjeksi’, jodoushi ‘verba bantu’ , joshi ‘partikel’. Dalam penggunaan bahasa Jepang, baik lisan maupun tulisan tidak pernah lepas dari partikel atau yang dikenal dengan istilah joshi (助詞). Dalam bahasa Jepang,
4
joshi ( partikel ) memiliki fungsi sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat dan karena joshi tidak dapat berdiri sendiri, maka joshi sangat berpengaruh dalam menentukan arti dari kalimat dalam bahasa Jepang. Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004:181) memberikan pengertian tentang joshi ( partikel ), sebagai berikut : “Partikel (助詞) adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo digunakan setelah suatu kata untuk menunjukan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih lanjut lagi”. ( Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2004:181 ) Alasan penulis ingin melakukan penelitian adalah karena banyaknya pemelajar bahasa Jepang yang masih kesulitan untuk mempelajari partikel hodo dan kurai. Penulis juga ingin mengetahui apa fungsi dari hodo dan kurai secara jelas dan menemukan penjelasan yang dapat membantu mempermudah pemelajar bahasa Jepang dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Jepang. Selain itu, penulis tertarik meneliti partikel hodo dan kurai karena selama belajar
bahasa Jepang, penulis sering
menemukan partikel dalam bahasa Jepang, sebagian besar memiliki makna secara umum yang spesifik namun ada juga yang tidak memiliki makna secara umum. Madubrangti dalam Gunadi (2005:1) menyebutkan bahwa, “ Partikel tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu menempel pada kata yang ada di depannya dan mempunyai peranan penting dalam menentukan jabatan kata di dalam kalimat bahasa Jepang”. Dengan adanya partikel yang menempel pada kata, bahasa Jepang termasuk golongan bahasa aglunatif, yaitu kata-katanya adalah dapat berdiri sendiri dan pada kata tersebut menempel partikel. Bergantung dari partikel, maka arti dari sebuha kalimat serta jabatan sebuah kata yang di tempelinya bisa berubah-ubah.
5
Hodo dan kurai merupakan salah satu jenis partikel yang masuk kedalam jenis juntaijoshi. Juntaijoshi adalah partikel
yang berfungsi membedakan kata yang di
tempelinya, bila kata yang ditempeli itu bukan kata benda.
1.2 Perumusan Permasalahan Penulis akan meneliti mengenai fungsi hodo「ほど」dalam sebuah novel sebagai korpus data.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan membatasi masalah mengenai empat fungsi pemakaian hodo yang ditemukan pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Norway no Mori karya Haruki Murakami. Sumber data tersebut akan dianalisis dan menggunakan teori hodo menurut Ishida dalam Sugawa.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami fungsi pemakaian hodo secara baik dan benar dalam suatu kalimat bahasa Jepang khususnya yang terdapat dalam novel Norway no Mori karya Haruki Murakami Manfaat dari penelitian ini untuk memudahkan para pemelajar bahasa Jepang dalam memahami fungsi partikel hodo yang akan di analisis dalam novel Norway no Mori karya Haruki Murakami , agar mendapatkan penjelasan yang dapat mempermudah pemelajar bahasa Jepang dalam memperkaya pengetahuan mengenai fungsi dari
6
pemakaian hodo. Pada khususnya pemerhati bahasa Jepang dan untuk memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
1.5 Metode Penelitian Metode yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan metode kepustakaan. Metode deskriptif analitis adalah metode dengan cara membahasa dan menjelaskan suatu masalah dengan menata dan mengklarifikasikan serta memberi penjelasan sesuai dengan data yang telah terkumpul, sedangkan yang di maksud dengan metode kepustakaan yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan terhadap sejumlah naskah tertulis yang merupakan sumber data. Untuk sumber data penulis memanfaatkan perpustakaan Japan Foundation, perpustakaan Universitas Bina Nusantara, dan internet untuk mengumpulkan data-data serta teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti agar mendapatkan analisis yang akurat dari teori yang tepat, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambaran yang jelas mengenai fungsi juntaijoshi hodo「ほど」yang ada di dalam novel berbahasa Jepang Norway no Mori karya Haruki Murakami.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut : Bab 1, merupakan pendahuluan dari skripsi. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
7
Bab 2, berisi tentang landasan teori di antaranya teori hinshi, teori juntaijoshi,teori joshi dan fungsi-fungsi partikel hodo 「 ほ ど 」 serta teori-teori pendukung yang dibutuhkan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Bab 3, berisi tentang analisis data diantaranya menguraikan analisis data dnegan menggunakan teori-teori yang terdapat dalam bab 2 dan beberapa teori tambahan. Bab 4, berisikan simpulan berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Juga beberapa saran tentang topik skripsi ini yang diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Bab 5, merupakan ringkasan dari keseluruhan isi skripsi dari bab satu hingga bab empat, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami isi tulisan ini tanpa meninggaljan esensi penting yang di bahas dalam skripsi ini.
8