BAB I PENDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang
Risiko muncul karena adanya ketidakpastian dan ketidakpastian bisa tercermin dari kondisi dengan fluktuasi yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi semakin tinggi resiko yang dihadapi. Globalisasi, liberalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengakibatkan fluktuasi yang semakin meningkat (Hanafi, 2009). Fluktuasi atau volatilitas pasar yang semakin meningkat akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan dan menyebabkan institusi bisnis yang berorientasi profit harus juga memberikan perhatian yang serius akan risiko bisnis yang dihadapinya. Hal ini menyebabkan manajemen risiko dewasa ini semakin mengambil peranan yang penting untuk diaplikasikan dalam menjalankan perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen risiko adalah bagian penting atau titik sentral manajemen strategis suatu organisasi. Fokus manajemen risiko adalah mengenal pasti risiko dan mengambil tindakan yang tepat terhadap risiko, tujuannya adalah secara terus-menerus menciptakan/menambah nilai maksimum kepada semua kegiatan organisasi (Siahaan, 2009). Fatemi dan Luft (2002) menyampaikan bahwa strategi dari manajemen risiko harus mengejar dan meningkatkan nilai dari pemegang saham (shareholder value). Peningkatan nilai tersebut dapat muncul dari salah satu dari tiga sumber berikut yaitu: (1) meminimalisasi biaya apabila terjadi financial distress,
1
(2) meminimalkan pengenaan pajak, dan (3) minimalisasi kemungkinan bahwa perusahaan mungkin terpaksa mengorbankan proyek yang mempunyai NPV positif karena tidak memiliki dana internal untuk melakukannya. Peran yang strategis ini membuat metoda dan model dalam manajemen risiko berkembang pesat dalam lebih kurang dalam dua dekade terakhir ini. Mengenal dengan pasti suatu risiko dapat dikatakan bisa mengukur risiko tersebut dengan metoda yang baik sehingga menjadikannya sebagai referensi untuk mengambil tindakan yang tepat terkait dengan kebijakan apa yang akan dilakukan. Metoda dalam manajemen risiko pertama sekali dikembangkan oleh dan untuk industri perbankan (industri keuangan) dan metoda tersebut diadopsi oleh perusahaan-perusahaan seperti perusahaan asuransi, perusahaan-perusahaan pendanaan untuk lindung nilai dan perusahaan-perusahaan industri (Crouhy et al., 2001). Metoda untuk pengukuran risiko pasar yang paling terkenal adalah metoda Value at Risk (VaR) yang awalnya dikembangkan oleh JP Morgan di tahun 1993 dan masih memiliki dampak berkelanjutan pada praktek pengukuran risiko saat ini pada industri keuangan. VaR adalah suatu metoda pengukuran risiko yang menggunakan teknik statistik (Jorion, 2002). Hasil survey tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 60% institusi keuangan global mengelola eksposur risiko mereka dengan mengaplikasikan teknik VaR ini (Deloitte, 2007). Terlebih lagi, VaR telah diadopsi di bawah perjanjian Basel II sebagai metoda yang digunakan oleh regulator bank dalam menentukan jumlah modal risiko bank (Gulp etal.,1998). VaR digunakan oleh
2
regulator untuk menetapkan persyaratan kecukupan modal untuk perusahaan jasa keuangan. Perkembangan keunggulan dari metoda ini terutama dapat dikaitkan dengan fakta bahwa ia menawarkan kemungkinan menggabungkan berbagai eksposur risiko ke dalam ukuran tunggal, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemantauan risiko dan kegiatan komunikasi (Andre'n et al., 2005). Dewasa ini penerapan manajemen risiko di Indonesia semakin disadari arti pentingnya dan hal tersebut juga didorong dengan keluarnya beberapa regulasi terkait penerapan manajemen risiko dan aplikasi lindung nilai untuk industri perbankan dan institusi Badan Usaha Milik Negara. Seiring dengan hal itu metoda pengukuran risiko menjadi semakin dibutuhkan dan salah satu pengukuran risiko dengan VaR saat ini telah banyak dikaji oleh akademisi dan diaplikasikan pada industri perbankan di Indonesia. Kondisi saat ini, sebagaimana disampaikan di awal, menuntut industri nonkeuangan juga harus menerapkan manajemen risiko. Di sisi lain kajian terhadap metoda pengukuran risiko di lembaga non-keuangan masih relatif sedikit di Indonesia. Keberhasilan metodologi VaR di sektor keuangan menciptakan peningkatan minat dalam industri non-keuangan untuk mengembangkan teknik "at Risk" diadaptasi untuk lingkungan perusahaan (Hommel, 2012). Berbagai macam komponen risiko dihadapi oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang mempengaruhi aliran arus kas perusahaan non-keuangan tersebut. Total eksposur risiko suatu perusahaan harus dikelola untuk meminimalkan efek risiko tersebut. Meminimalkan efek risiko penting bagi kelangsungan hidup perusahaan (Ă–zvural, 2004).
3
La Gattuta et al., (2000) menyampaikan bahwa model C-FaR dikembangkan
untuk
memungkinkan
bagi
perusahaan
non-keuangan
memperkirakan Cash Flow-at-Risk mereka. Selanjutnya Stein et al., (2001) mengatakan pengukuran dengan teknik tersebut untuk industri non-keuangan disebut dengan Cash Flow-at-Risk (C-FaR). C-FaR adalah setara alurnya dengan VaR (Alesii, 2003) yang fokus kepada cash flow (Stein et. al., 2001). VaR mungkin berguna pada perusahaan keuangan dalam konteks penentuan derivatif harga yang eksotis dan memonitor risiko perdagangan secara harian, namun hal tersebut memberikan manfaat yang terbatas bagi perusahaan non-keuangan untuk mengelola eksposur risiko dalam pasar yang tidak likuid (illiquid market) dan dalam horison waktu yang lebih panjang (Culp, 2002). Berdasarkan penjelasan di atas maka aplikasi manajemen risiko dengan pengukuran metoda C-FaR dalam penentuan kebijakan pada perusahaan dalam konteks industri non-keuangan di Indonesia menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut. Pembahasan dalam tulisan ini adalah melakukan pengukuran risiko dengan C-FaR metoda perbandingan setara pada perusahaan go-public non-keuangan pada industri kabel di Indonesia dan melakukan analisa untuk melihat manfaat dalam penentuan kebijakan ke depan terkait aplikasi manajemen risiko. Pembahasan mengenai hal ini dapat menjadi referensi dalam aplikasi penerapan manajemen risiko dengan pengukuran C-FaR bagi perusahaan non-keuangan di Indonesia.
4
I. 2.
Rumusan Masalah
Perusahaan selalu berusaha dan bekerja keras untuk menghilangkan efek risiko yang
mereka
hadapi
dan
dalam
upayanya
tersebut
perusahaan
mengaplikasikan manajemen risiko (enterprise risk management).
perlu
Chapman
(2006) menyampaikan bahwa ada empat langkah yang penting yang ditempuh dalam menerapkan manajemen risiko yaitu (1) mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan menentukan toleransi risiko secara keseluruhan; (2) mengukur eksposur risiko; (3) Implementasi pengukuran untuk memitigasi risiko; dan (4) memonitor dan melaporkan risiko. Dalam kaitan ke-empat langkah di atas maka metoda C-FaR digunakan untuk mengukur risiko keuangan pada perusahaan nonkeuangan. Metoda C-FaR menyajikan sebuah kerangka kuantitatif untuk mendeteksi potensi adanya gap keuangan dan melakukan penilaian terhadap keefektifan dari tindakan-tindakan mitigasi risiko yang dilakukan. C-FaR dapat diartikan sebagai sebuah bentuk dari VaR yang digunakan untuk mengukur total risiko dari arus kas perusahaan non-keuangan. Model analitis ini menolong perusahaan non-keuangan untuk menentukan kemungkinan terjadinya guncangan yang berat terhadap arus kas dan menemukan kecukupan modalnya (Wengroff, 2001). Tujuan utama dari sistem manajemen risiko dari institusi non-keuangan adalah mengidentifikasi faktor-faktor risiko pasar yang mempengaruhi volatilitas pendapatannya dan untuk mengukur efek dari penggabungan dari faktor-faktor tersebut (Chrouhy et al, 2001). Stein et al., (2001) kemudian menyampaikan bahwa C-FaR didefinisikan sebagai distribusi probabilitas dari arus kas
5
operasional (operating cash flow) suatu perusahaan dalam suatu horison waktu yang akan datang. Model C-FaR membantu perusahaan-perusahaan non-keuangan untuk mensimulasikan masa depan untuk jangka waktu tertentu. Model tersebut yang digunakan secara eksplisit untuk meramalkan kemungkinan penyimpangan dalam laba dari perusahaan. Stein et al., (2001) dalam jurnalnya menyajikan model C-FaR menggunakan pendekatan top-down dan pendekatan didasarkan perbandingan yang setara (comparables based approach) yang akan diaplikasikan dalam tesis ini. Perusahaan kabel yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih menjadi perusahaan non-keuangan menjadi objek dalam penelitian dalam tesis ini. Perusahaan kabel adalah perusahaan yang rentan terhadap berbagai risiko. Bahan baku dari kabel ada dua yaitu tembaga (copper) dan aluminium yang merupakan komoditi yang dijual di pasar dunia di London Metal Exchange (LME) dengan memakai kurs dollar Amerika Serikat (US$). Perusahaan manufaktur yang terkait dengan pembuatan kabel listrik sangat dipengaruhi oleh realisasi proyek-proyek yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) terkait dengan pembangunan infrastruktur listrik. PT. PLN (Persero) dalam hal ini memberlakukan sistem tender dalam pembeliannya dengan kurs dalam rupiah (Rp). Sebagian produsen kabel juga menjual produknya ke luar negeri untuk mendukung proyek pembangunan infrastruktur di negara lain karena standarisasi produk kabel Indonesia sudah sesuai dengan standar dunia. Untuk proses produksinya pengolahan kabel juga membutuhkan energi yang tidak sedikit. Hal di atas menjelaskan bahwa
6
perusahaan kabel sangat rentan terpapar risiko baik dari sisi asset dan liability perusahaan. Aplikasi metoda C-FaR pada industri kabel diharapkan memberikan contoh baik. Hal ini disebabkan karena penerapan manajemen risiko yang baik pada perusahaan kabel di industri ini akan memberikan competitive advantage. Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan di jawab dalam tesis ini adalah: 1. Bagaimana pengukuran risiko dengan model C-FaR pada perusahaan go public non-keuangan di industri kabel di Indonesia dilakukan untuk menentukan perkiraan penurunan/kerugian maksimum (maximum expected shortfall) pada operating cash flow (EBIT) ? 2. Kebijakan apa yang bisa diperoleh perusahaan kabel ke depan yang merupakan manfaat dari hasil pengukuran C-FaR tersebut? I. 3.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah dengan mengacu pada apa yang disampaikan pada latar belakang permasalahan yang antara lain sebagai berikut: 1. Membangun model C-FaR dan melakukan pengukuran risiko dengan metoda
C-FaR untuk satu triwulan ke depan dari periode penelitian. Hal
itu dilakukan dengan melakukan peramalan nilai C-FaR dengan melakukan regresi terhadap data triwulanan dengan periode penelitian 5 tahun mulai triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014 dari EBIT dibagi Total Asset (EBIT/TA) untuk perusahaan non-keuangan go-public
7
dengan pendekatan perbandingan setara (comparables approach) terhadap perusahaan go-public di industri kabel. 2. Mengukur besarnya perkiraan penurunan/kerugian maksimum (maximum expected shortfall/ loss) dari operating cash flow (EBIT) untuk masingmasing perusahaan kabel go-public di Indonesia untuk satu triwulan ke depan dari periode penelitian. 3. Menjelaskan kebijakan apa yang sebaiknya diambil perusahaan dan apa manfaat yang bisa diambil dari hasil pengukuran C-FaR pada perusahaan go-public di industri kabel terhadap aplikasi manajemen risiko dikaitkan dengan konsep yang ada. I. 4.
Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah disampaikan terdahulu bahwa penelitian terkait dengan pengukuran risiko untuk perusahaan non-keuangan di Indonesia masih sedikit maka manfaat penelitian ini diharapkan dapat memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran dan referensi kepada perusahaan kabel di Indonesia dalam perspektif manajemen risiko dengan penggunaan metoda C-FaR. 2. Memberikan pemahaman baru tentang metoda pengukuran risiko untuk perusahaan non-keuangan dan memperkaya khasanah penelitian akademis sehingga penggunaan metoda C-FaR dapat lebih dikenal dan berkembang di Indonesia.
8
I. 5.
Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian
Batasan penelitian yang menjadi acuan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan dengan mengambil data triwulan untuk EBIT dan Total Asset yang diambil dari laporan keuangan dan laporan laba-rugi dari data Bursa Efek Indonesia dan sumber lainnya di internet untuk perusahaan go-public non-keuangan. 2. Periode data yang diteliti adalah selama lima tahun yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. 3. Pengukuran risiko yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metoda C-FaR dengan pendekatan perbandingan yang setara (comparables approach) yang dikembangkan oleh National Economic Research Associates (NERA) yaitu oleh Jeremy C. Stein dan kawankawan (2001) dengan mengelompokkan dalam kapitalisasi pasar dan volatilitas harga saham. 4. Mengukur besarnya penurunan maksimum yang diharapkan dari operating cash flow untuk triwulan pertama setelah periode penelitian untuk perusahaan go-public di industri kabel Indonesia.
9
I. 6.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Profil Industri Kabel Indonesia Bab ini berisi mengenai uraian dasar teoritis yang digunakan dan mendukung penelitian ini, yang diperoleh dari buku teks, literatur, jurnal dan penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai profil industri kabel yang dibahas dalam tesis ini. Bab III Metoda Penelitian Bab ini berisi metoda penelitian yang digunakan, penetapan sampel, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis dan pengujian data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi pengolahan data dan hasil analisis dari data yang diperoleh serta interpretasi hasil. Bab V Penutup Bab ini tentang simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari seluruh materi pembahasan, keterbatasan dalam penelitian implikasi serta saran untuk penelitian selanjutnya.
10