BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas
lingkungan. Aktivitas manusia yang semakin banyak akan menimbulkan peningkatan konsumsi dan dengan sendirinya volume, jenis, dan karakteristik limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Limbah yang dihasilkan sering dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Bila hal ini terus dilakukan dan jumlah limbah terakumulasi di lingkungan maka akan terjadi pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka aktivitas penduduk semakin tinggi sehingga memicu timbulnya pencemaran lingkungan. Perairan sering menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga karena dianggap cepat, murah, dan tidak merepotkan. Tekanan terhadap lingkungan perairan berdasarkan variasi jumlah penduduk dikaitkan dengan intensitas kegiatannya seharihari dan perilaku yang telah berlangsung akan mempengaruhi jumlah limbah domestik yang diproduksi dan dibuang ke lingkungan perairan sehingga menurunkan kualitas perairan. Penurunan kualitas perairan dipengaruhi oleh lingkungan sosial berupa kepadatan penduduk yang menimbulkan limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah peternakan, atau pun limbah industri. Seiring dengan berkembangnya aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar sungai atau danau, akan berpengaruh terhadap kualitas air karena limbah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat akan dibuang secara langsung maupun tidak langsung ke badan air. Di negara-negara berkembang
Universitas Sumatera Utara
termasuk Indonesia, pencemaran domestik merupakan jumlah pencemar terbesar (85 %) yang masuk ke badan air (Suriawiria, 1996). Menurut Garno (2002), aktivitas yang paling berpengaruh menyumbang nitrogen dan fosfor bagi perairan Waduk Saguling adalah dari limbah rumah tangga. Potensi ini lebih besar bila dibandingkan dengan limbah dari budidaya ikan dalam keramba jaring apung, pencucian dari lahan pertanian, limbah peternakan, dan limbah industri. Sebagian besar masyarakat masih membuang air limbah domestik dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus (grey water) langsung ke dalam saluran drainase yang seharusnya untuk menampung air hujan. Bahkan limbah domestik padat juga sering dibuang ke badan air. Limbah domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan menyebar sehingga lebih sulit dikendalikan daripada limbah industri (Sasongko, 2010). Kualitas perairan Danau Toba yang berada di dekat pemukiman, dipengaruhi secara langsung atau pun tidak langsung oleh berbagai kegiatan penduduk dengan tingkat populasi yang cukup tinggi. Kegiatan penduduk dapat menimbulkan bahan pencemar rumah tangga yang berasal dari pemukiman, pasar, rumah sakit. Beberapa contoh yang dapat menimbulkan pencemaran air seperti deterjen, sabun, pasta gigi, bahan sisa makanan, bahan sisa minyak, plastik bekas, dan lain-lain. Limbah domestik jenis ini relatif lebih sulit untuk dihancurkan. Jika kuantitas dan intensitas limbah domestik ini masih dalam batas normal, alam masih mampu melakukan proses kimia, fisika, dan biologi secara alami. Namun, peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan kuantitas dan intensitas pembuangan limbah domestik sehingga membuat proses penguraian limbah secara alami menjadi tidak seimbang. Yunus (2005) menyatakan terbatasnya upaya pengendalian pengendalian pencemaran air diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
Universitas Sumatera Utara
serta kurangnya penegakan hukum terhadap pelanggar pencemaran lingkungan. Pencemaran air tidak terlepas dari perilaku masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya air. Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap kualitas perairan Danau Toba telah dilakukan di beberapa lokasi yaitu Simanindo (Barus, et al., 1998), Parapat, Pangururan, dan Tamba (Barus, et al., 1999) dimana aktivitas keramba jaring apung menyebabkan penurunan oksigen terlarut sehingga menimbulkan
kematian
massal ikan,
sedangkan
penelitian Ginting
(2002)
menyebutkan bahwa berbagai aktivitas manusia yaitu pelabuhan, keramba jaring apung, pemukiman dan perhotelan, menghasilkan berbagai jenis limbah yang dibuang langsung ke perairan, berpengaruh nyata pada perubahan kualitas air Danau Toba. Namun, penelitian yang khusus terhadap pengaruh limbah domestik terhadap kualitas perairan Danau Toba masih minim dilakukan. Melanjutkan penelitian terdahulu maka timbul keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang pengaruh limbah domestik terhadap kualitas perairan Danau Toba.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah penurunan kualitas air dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam membuang limbah domestik ke Danau Toba. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka beberapa pertanyaan mendasar perlu dicari jawabannya adalah : 1. Apakah limbah domestik yang masuk ke perairan danau akan mempengaruhi kualitas air Danau Toba? 2. Seberapa besar pengaruh limbah domestik enduduk di sekitar Danau Toba terhadap penurunan kualitas air Danau Toba? 3. Bagaimana pengaruh perilaku penduduk di sekitar Danau Toba terhadap penurunan kualitas perairan Danau Toba? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengetahui pengaruh pembuangan limbah domestik terhadap Danau Toba dengan pengukuran kualitas air mencakup sifat fisika, kimia, dan biologi
2.
Mengetahui pengaruh perilaku penduduk di sekitar Danau Toba terhadap penurunan kualitas perairan Danau Toba
1.4.
Hipotesis Pembuangan limbah domestik ke Danau Toba akan menurunkan kualitas perairan
Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk:
1.
Menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan kegiatan penduduk yang mempengaruhi kualitas perairan khususnya Danau Toba
2.
Memberi informasi bagi penduduk di sekitar Danau Toba tentang kualitas air sehubungan dengan pemanfaatan dan kegiatan penduduk di sekitar danau.
3.
Memberi masukan bagi pemerintah kabupaten di sekitar Danau Toba untuk mengelola limbah domestik sebelum dibuang ke perairan
Universitas Sumatera Utara