I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya
merugikan
manusia itu sendiri oleh karena limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Gangguan kesehatan yang tidak langsung ini selalu timbul dalam jangka waktu yang lama oleh karena efeknya timbul setelah terjadi akumulasi dari bahan pencemar di dalam tubuh sampai menimbulkan gejala penyakit, atau gangguan kesehatan. Pada umumnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh karena keracunan bahan pencemar secara khronis ini bersifat menetap, atau tidak dapat disembuhkan. Salah satu akibat dari pembangunan di bidang transportasi adalah penambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat yang menimbulkan peningkatan pencemaran udara di kota besar yang semakin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara kota. Di samping karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawasenyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan jumlah pencemar yang akan timbul. Pembakaran mesin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran udara (Sastrawijaya, 2000). Salah satu bahan pencemar udara yang paling berbahaya adalah timbal. Timbal sering juga disebut dengan timah hitam, Pb atau lead dalam bahasa Inggeris.
Universitas Sumatera Utara
Timbal merupakan metal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang berlangsung seumur hidup disebabkan timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah sekalipun ternyata dapat menimbulkan gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006, Payton 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006). Timbal juga terbukti meningkatkan jumlah kematian pada penderita penyakit jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007). Beberapa penilitian berikut menjelaskan hubungan kesehatan dengan akibat polusi timbal pada kesehatan manusia seperti penelitian mengenai hubungan kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah tinggi pada pengemudi bus. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara terjadinya hipertensi pada pengemudi bus ada hubungannya dengan kadar timbal dalam darah mereka (Sharp et al. 1988). Martin et al. (2006) melakukan penelitian di Amerika, mendapatkan bahwa timbal mepunyai efek akut terhadap tekanan darah dan menimbulkan hipertensi pada keracunan khronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa. Grandjean et al. ,1989 menemukan pada penelitiannya bahwa ada hubungan peningkatan kadar timbal dalam darah dengan meningkatnya tekanan darah penderita. Cheng et al. (2001) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa pemaparan terhadap polusi timbal dalam jangka waktu lama akan meningkatkan kadar timbal dalam tulang dan dalam darah yang kemudian menimbulkan hipertensi. Lustberg (2002) menemukan pada penelitiannya bahwa seseorang dengan kadar timbal darah antara 20 sampai 29 ug/dl pada tahun 1976 s/d
Universitas Sumatera Utara
1980 menunjukkan peningkatan kematian disebabkan gangguan peredaran darah dan jantung. Ada beberapa karakteristik yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seorang beresiko untuk mengandung kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya antara lain: tempat tinggal di kota atau di desa, rumah tempat tinggal menggunakan cat yang mengandung timbal, kondisi perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal ditempat yang padat penduduknya, tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain (Lanphear
et al.,1998). Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya
terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 µg/100 ml, sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 µg/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, jantung berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang. Batas normal timbal dalam darah ditetapkan 40 µg/100 ml darah pada orang dewasa dan pada anak-anak 10 µg/100 ml darah. Erawati (2003) dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan bahwa 50% (15 orang) mengandung Pb dalam darahnya melebihi 80 µg/l. Soemarwoto (1997) menyatakan pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara yang beraneka pula. Pertama, ialah pengelolaan lingkungan secara rutin. Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan yang menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan
Universitas Sumatera Utara
yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan.
Keempat,
ialah
perencanaan
pengelolaan
lingkungan
untuk
memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Dari beberapa peneliti terdahulu diketahui bahwa pemberian kalsium pada beberapa kasus dapat menurunkan kadar timbal dalam darah. Sargent et al.(1999) meneliti pengaruh pemberian susu formula yang mengandung Kalsium dan Fosfor selama 9 bulan terhadap kadar timbal di dalam darah bayi berumur 3,5 - 6 bulan. Mereka mendapatkan penurunan kadar timbal di dalam darah setelah pemberian susu formula tersebut selama 4 bulan dan 9 bulan, walaupun secara statistik tidak signifikan. Haryanto (2008) yang melakukan penelitian pengaruh suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timah hitam dalam darah terhadap anak sekolah di kota Bandung menyimpulkan bahwa prediksi penurunan kadar Pb-darah anak-anak di kota Bandung jika mengkonsumsi suplemen kalsium 250 mg/hari selama 3 bulan adalah sebesar 43,6% dan jika mengkonsumsi suplemen kalsium 500 mg/hari adalah 44,3%. Hasil penelitian Sitohang di kota Medan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pertambahan intensitas kendaraan bermotor terhadap kandungan timbal di udara kota Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah pada supir, tukang becak, pedagang asongan dan pedagang kaki lima di Tarutung didapati kadar Pb yang sudah diatas Nilai Ambang Batas (NAB) sekitar 13% sedangkan di Tebing Tinggi adalah 10,81% diatas NAB. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan berada pada urutan ketiga di Indonesia sesudah Jakarta dan Surabaya, tetapi dari ratio kendaraan bermotor/penduduk, kota Medan berada pada
Universitas Sumatera Utara
urutan kedua sesudah Jakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Medan ratarata 5,61 % pertahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada darah pekerja di jalan Tol Jagorawi didapati 3,92 s.d 7,59 µg/dl, sedangkan pada pengemudi 30 s.d 46 µg/dl, kemudian pada polisi lalu lintas > 40 µg/dl. Pada bulan Februari 2003 BAPEDAL SU melakukan pengukuran kadar Pb di udara ambient kota Medan, hasilnya menunjukkan adalah 3,5 µg/m3, sedangkan Baku Mutu Udara Ambient adalah 2,0 µg/m3 berarti kadar Pb sudah melewati Nilai Ambang Batas. Kandungan Pb udara paling tinggi adalah di Terminal Amplas pada waktu pengamatan pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu 32,67 µg/ m3, kemudian di Pinang Baris pada pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB dan di Jalan Brigjen Katamso pada waktu pengamatan pukul 13.00-14.00 WIB yaitu 23.00 µg/ m3. Kandungan Pb udara yang lebih rendah adalah di Komplek Setia Budi Indah pada waktu pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB, yaitu 5,87 µg/ m3 ( Sitohang, 2001). Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar > 2 µg/ m3 (3,228 ± 0 µg/ m3 ) pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pospos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah < 2 µg/ m3 (0,889-1,385 µg/ m3 ) sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µg/dl (Girsang 2008). Penarik beca dayung, penarik beca bermesin, pengatur lalu lintas, pedagang asongan, pedagang kaki lima, yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia merupakan pekerja dewasa yang beresiko tinggi yang paling banyak terpapar dengan polusi udara yang dihasilkan oleh kenderaan bermotor. Mulai dari pagi hari, bahkan sejak terbit matahari mereka sudah keluar dari rumah, berada di sepanjang jalan raya
Universitas Sumatera Utara
yang padat dengan lalu lintas kenderaan bermotor, sampai sore hari bahkan ada yang sampai malam hari berada di pinggir jalan, baik dalam kondisi sedang bekerja ataupun dalam keadaan beristirahat terus menerus terpapar dengan polusi udara, dalam hal ini adalah polusi timbal yang dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Dari pengamatan sementara diketahui bahwa Kebijakan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia pada saat ini baru bersifat anjuran untuk pencegahan keracunan timbal dengan jalan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja yang berhubungan langsung dengan polusi timbal. Disamping itu terhadap pengusaha pabrik tersebut diharuskan menjaga kualitas udara di sekitar pekerja dari polusi bahan-bahan berbahaya, salah satunya adalah timbal dengan batas maksimum 0,06 µg/m3 udara. Khusus untuk pekerja non formal yang melaksanakan kegiatan usaha di pinggir jalan dengan resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis sampai saat ini belum ada kebijakan dalam bidang kesehatan khususnya untuk menurunkan kadar timbal dalam darah (Buchari 2007). Achmadi (2008) menggambarkan manajemen penyakit dalam perspektif lingkungan, baik berupa penyakit menular ataupun bukan penyakit menular dapat digambarkan dalam teori simpul sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
SUMBER PENYAKIT (Simpul 1)
KOMPONEN LINGKUNGAN: -Udara -Air -Tanah (Simpul 2)
PENDUDUK: -Umur -Perilaku -Kepadatan,dll (Simpul 3)
MANUSIA: SEHAT/ SAKIT (Simpul 4)
Variabel Lain yang Berpengaruh Gambar 1.1 Teori Simpul dalam Pemberantasan Penyakit (Sumber: Achmadi (2008) Mengacu kepada Gambar 1.1. maka patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan kedalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut sebagai sumber penyakit, simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul 4, penduduk dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Titik simpul pada dasarnya menuntun kita sebagai titik simpul manajemen. Untuk mencegah penyakit tertentu, tidak perlu menunggu sampai simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber penyakit, kita dapat mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau 4 (Achmadi, 2008). Dalam hal pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat keracunan timbal ini dapat kita lakukan dengan urutan sebagai berikut: Pada simpul 1 (Sumber Penyakit), yaitu dengan jalan mencegah timbulnya polutan timbal di udara seperti melakukan pelarangan terhadap bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak mengandung timbal sehingga tidak terjadi emisi timbal ke udara (Widowati et al, 2008), memodifikasi mesin kendaraan dimana terjadi pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang khususnya timbal bisa
Universitas Sumatera Utara
dikurangi (Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000), melakukan modikasi gas buang kendaraan bermotor dengan penyaringan timbal yang keluar dari emisi gas buang (Widowati, 2008), mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum berkapasitas besar (Wardhana, 2004) Pada simpul 2 (Komponen Lingkungan), yaitu mencegah terjadinya transmisi dari timbal yang telah ada di udara ke dalam tubuh manusia yaitu melakukan penanaman pohon dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien (Gravitiani, 2009). Pada simpul 3 (Perilaku Manusia), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memakai masker dimana dari beberapa menelitian menunjukkan manfaat masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas (Wahyudiono, 2006), melakukan pengukuran timbal dalam darah secara rutin sebagai biomarker, dimana setiap pekerja yang kadar timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar yang membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke area dimana tidak ada polusi timbal (Widowati et al, 2008). Pada simpul 4 (Manusia yang sudah terpapar), adalah mencegah agar manusia yang sudah terpapar dengan polusi timbal tapi belum menunjukkan gejalagejala yang khas keracunan timbal tidak menjadi sakit. Pada saat ini belum ditemukan literatur yang menjelaskan cara penurunan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang sudah terpapar, agar mereka tidak menjadi sakit. Hal yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana menurunkan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang sudah terpapar polusi timbal tapi belum
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan gejala-gejala yang khas keracunan timbal, dengan pemberian suplemen kalsium. Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan suplemen kalsium dapat digambarkan seperti pada halaman berikut:
Kenderaan bermotor dengan bahan bakar mengandung timbal (Simpul 1)
Polusi udara, antara lain: timbal (Simpul 2)
PEMBERIAN KALSIUM
PERILAKU MANUSIA ) Simpul 3)
MANUSIA TERPAPAR (Simpul 4)
MANUSI A TIDAK SAKIT
Gambar 1.2 Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan pemberian suplemen kalsium Pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja di pinggir jalan ini umumnya mereka terdiri dari pekerja dengan latar belakang ekonomi lemah. Belum pernah dilakukan usaha pencegahan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah mereka baik dalam program pemerintah maupun dengan cara pengobatan mandiri, pada hal diketahui bahwa polusi timbal yang mereka hadapi selama bertahun-tahun bekerja di pinggir jalan adalah merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan mereka secara permanen seperti yang telah disebutkan diatas. Gangguan kesehatan yang disebabkan keracunan timbal kronis yang mereka alami setiap hari ini merupakan ”silent killer” bagi penderita sehingga berakibat penurunan produktivitas dan kelangsungan pendidikan dan kehidupan anggota keluarganya. Sebagai usaha untuk melindungi kaum duafa yang terpapar ini maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan cara pencegahan atau cara pengobatan keracunan oleh timbal secara kronis dengan jalan menurunkan kadar timbal dalam darah mereka.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Mengingat gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal walaupun dalam kadar rendah dalam darah dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti yang dijelaskan oleh peneliti-peneliti (Nauwrot 2006, Payton et al 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006), maka dirasa sangat perlu dicari suatu cara untuk mencegah timbulnya keracunan timbal kronis pada pekerja beresiko tinggi ini. Timbal terus menerus dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor di kota Medan dan dapat diserap oleh tubuh
baik melalui pernafasan dan kulit terus
berlangsung selama mereka berada di jalan raya, ditambah lagi sifat akumulasi dari timbal yang sudah diserap di dalam tubuh, maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah peningkatan kadar timbal atau untuk menurunkan kadar timbal di dalam darah mereka. Karena kalsium salah satu bahan yang dapat menurunkan kadar timbal dalam darah anak-anak sekolah (Haryanto 2008, Markowitz et al 2004, Ballew 2001, Sargent 1999), maka peran kalsium dalam menurunkan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi perlu diteliti. Dari penelusuran literatur yang dilakukan peneliti belum ada literatur mengenai penelitian dengan tujuan mengatasi resiko keracunan timbal pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi dengan pemberian suplemen kalsium. Penelitian terhadap orang dewasa yang ada tercatat adalah pengaruh suplemen kalsium pada kadar timbal dalam darah wanita hamil dan wanita menyususi ( Anetor et al. 2005, Ettinger 2009, Gulson et al. 2004). Oleh karena kadar timbal di udara ambien kota Medan sudah mencapai lebih dari 2 µg/m3 udara (Girsang, 2008, Sitohang, 2001), telah melebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan, maka perlu dirumuskan suatu pengembangan kebijakan
Universitas Sumatera Utara
bidang kesehatan dalam usaha pencegahan keracunan timbal dari udara ambien pada pekerja dewasa. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian suplemen kalsium pada pekerja dewasa dapat mencegah dampak lingkungan dengan menurunkan kadar timbal dalam darah dan efektif sebagai kebijakan pemerintah dalam mencegah efek keracunan timbal?
1.3 Tujuan Penelitian: 1.3.1 Tujuan Umum: Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis dalam upaya pengembangan kebijakan bidang kesehatan.
1.3.2 Tujuan Khusus: 1. Menentukan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis 2. Menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis. 3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang turut mempengaruhi kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis 4. Mendapatkan model matematik prediksi kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis sebelum dan sesudah pemberian suplemen kalsium.
Universitas Sumatera Utara
5. Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan cara pencegahan agar manusia yang telah terpapar dengan polusi timbal tidak menjadi sakit dengan pemberian suplemen kalsium
1.4 Hipotesis Pemberian suplemen kalsium 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan pada pekerja dewasa dapat menurunkan kadar timbal dalam darah secara bermakna.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Dapat digunakan sebagai salah satu cara pencegahan agar pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhindar dari dampak keracunan timbal kronis. 2. Dapat dipergunakan untuk menghindari faktor-faktor yang mempunyai resiko tambahan terhadap timbulnya keracunan timbal kronis 3. Sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk membuat kebijakan pencegahan dampak lingkungan akibat pencemaran timbal.
1.6 Novelty Penelitian 1. Pencegahan Dampak Lingkungan dengan Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi. 2. Model Prediksi Kadar Timbal dalam Darah pekerja dewasa.
Universitas Sumatera Utara