BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut adanya suatu industri sektor perekonomian yang sehat, tangguh, dan berperan. Mengingat pembangunan ekonomi salah satunya adalah menyangkut kegiatan penanaman
modal
dan
investasi,
meningkatnya
pembangunan
ekonomi
membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya menuntut peningkatan sumber dana yang sebagian besar harus disediakan oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga langkah-langkah ke arah peningkatan mobilisasi dana masyarakat dan pemasukan modal perlu terus diperkuat. Sementara itu, dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dan untuk mendorong upaya pemerataan serta kestabilan ekonomi, pemerintah telah berupaya melakukan pendekatan yang terpadu antara kebijakan moneter, fiskal dan pembenahan sektor riil. Melalui kebijakan moneter yang hati-hati, pengendalian jumlah uang beredar yang diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan perekonomian diharapkan dapat menekan laju inflasi dan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang wajar sehingga aktivitas ekonomi masyarakat dapat berkembang secara sehat. Upaya pemerintah dalam lingkup ekonomi makro, harus didukung dan diikuti dengan konsisten oleh kebijakan dan praktek-praktek di tingkat mikro baik dari sektor riil maupun sektor finansial. Interaksi antara pelaku-pelaku ekonomi
1
2
pada dasarnya memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan efektifitas suatu kebijakan ekonomi, terutama di dalam mendorong peningkatan efisiensi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan investasi yang berbasiskan sistem keuangan syariah pada pasar modal dikeluarkanlah sebuah indeks (Jakarta Islamic Index) yang didalamnya terdiri dari perusahaanperusahaan yang dalam proses dan hasil dari produk atau jasanya sesuai dengan ketentuan syariah yang dirumuskan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini dikarenakan sistem keuangan Islam telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, mulai dari negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah sampai dengan Eropa, dan dari Afrika sampai kawasan Asia Tenggara. Perputaran uang yang beredar pada institusi keuangan yang berbasiskan sistem keuangan syariah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, perkembangan dan eksistensi instrumen-instrumen yang menggunakan konsep landasan syariah masih sangat baru. Salah satunya adalah pasar modal syariah. Pada tanggal 3 Juli 2000 diluncurkan indeks yang berbasiskan syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index dihitung mundur hingga tanggal 1 Januari 1995 sebagai hari dasar, dengan nilai dasar 100. Kehadiran indeks Jakarta Islamic index menjadi alternatif investasi bagi para pemilik modal yang ingin mengolah dananya secara halal, sesuai dengan syariah. Pasar permodalan syariah di Indonesia sebetulnya sangat produktif,
3
karena mayoritas penduduknya adalah muslim serta merupakan potensi investor dalam skala yang tidak dapat diremehkan. Dari jumlah keseluruhan emiten di pasar modal ada sebagian besar yang bisa masuk dalam kategori saham-saham halal atau List of Islamic Index (LII). Saham-saham itu meliputi semua kategori baik industri, perdagangan maupun jasa. Pasar modal syariah sudah menjadi program BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yang cukup lama. BAPEPAM sempat melakukan studi banding mengenai operasional pasar modal, khususnya ke Malaysia dan beberapa Negara Timur Tengah, sebelum kemudian diputuskan terbentuknya pasar modal yang berbasiskan syariah. Dengan adanya investasi syariah, maka kelompok emiten di pasar modal terbagi atas dua kelompok yaitu emiten kelompok syariah dan emiten kelompok konvensional. Kegiatan emiten yang tergolong dalam kelompok syariah akan berbeda dengan emiten kelompok konvensional didasarkan pada beberapa prinsip yaitu Dewan Pengawas Syariah dan PT. Danareksa Investment Management terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index, yaitu yang memiliki jenis kegiatan utama emiten yang tidak bertentangan dengan syariah seperti: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau permainan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
4
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat (negatif). 4. Usaha yang memproduksi dan mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. Akan tetapi keberhasilan perusahaan yang termasuk dalam emiten syariah tidak terlepas dari kinerja perusahaannya masing-masing. Pada perusahaan terbuka, nilai perusahaan yang dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasar. Nilai saham mencerminkan nilai perusahaan, bila perusahaan berkembang nilai sahamnya akan meningkat dan sebaliknya jika perusahaan tidak berkembang, nilai sahamnya akan mengalami penurunan. Namun nilai perusahaan tidak dapat bertambah secara tiba-tiba. Untuk itu, pengembangan nilai perusahaan perlu dilakukan dengan cara mengembangkan bisnis dan meningkatkan produktivitas usaha. Perusahaan harus dapat memahami kegiatan-kegiatan operasional untuk dapat menciptakan nilai secara terus menerus, sehingga dapat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Karena hal ini diperlukan suatu pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Semua perusahaan tanpa memandang bentuk usaha, ukuran (size) perusahaan atau organisasinya sangat memperhatikan pengukuran kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan selama ini sangat beraneka ragam dan terkadang berbeda dari industri yang satu ke yang lainnya. Untuk mengukur kinerja perusahaan investor biasanya menggunakan ukuran kinerja keuangan yang berupa berbagai macam rasio.
5
Selain itu untuk melihat kinerja keuangan dengan ukuran rasio diperlukan pembanding dari perusahaan-perusahaan lain yang sering kali sulit didapatkan. Ukuran pembanding dari rasio sering diperlukan sebuah analisis trend dari setiap rasio dalam periode beberapa tahun sebelumnya. Untuk memberi alternatif lain dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan rasio maka munculah EVA dan MVA sebagai suatu ukuran tunggal kinerja keuangan perusahaan. Metode EVA ini dicetuskan pertama kali oleh Stewart dan Stern, pada tahun 1989 analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart and Co. di New York, Amerika Serikat sebagai suatu konsep yang memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. Selain itu, EVA juga merupakan ukuran kinerja yang secara langsung dihubungkan dengan penciptaan kekayaan pemegang saham (shareholder wealth). Kelebihan dari Economic Value Added dibandingkan alat pengukur kinerja keuangan lainnya adalah EVA menghitung seluruh biaya modal, yang tidak dimiliki alat pengukur lainnya. Investor yang mengadakan kontrak keuangan dengan sebuah perusahaan dapat mempekerjakan perusahaan untuk mengelola kekayaannya. Sehingga hubungan investor sebagai prinsipal dengan manajemen perusahaan yang dipandang sebagai agen akan menimbulkan biaya antara lain biaya gaji, bonus kerja, dividen, biaya kompensasi, dan lainnya. Biaya seperti bonus kinerja yang pada umumnya dibayarkan pada akhir tahun dalam bertuk tunai dihitung berdasarkan persentase dari Economic Value Added (EVA) atau dapat juga dalam
6
bentuk jangka panjang berupa saham sebagai persentase dari Market Value Added (MVA). EVA adalah net operating profit after tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. Biaya modal mencakup biaya bunga hutang dan biaya ekuitas. Bila NOPAT lebih besar daripada biaya modal, maka terciptalah nilai tambah bagi perusahaan. Dalam jangka panjang, akumulasi penciptaan nilai tambah bagi perusahaan akan mencerminkan nilai MVA.
B. Perumusan Masalah Penelitian
ini
mengidentifikasikan
hubungan
kinerja
keuangan
perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index dengan metode Economic Value Added (EVA) dapat mencerminkan ukuran kinerja keuangan berdasarkan manajemen penciptaan nilai dengan metode Market Value Added (MVA) dalam bentuk permasalahan, yaitu bagaimana perbandingan kinerja keuangan metode EVA (Economic Value Added) dan nilai tambah pasar (Market Value Added) pada emiten syariah (Jakarta Islamic Index).
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang telah dibahas pada pokok permasalahan diatas, yaitu untuk mengetahui dan menguji perbandingan kinerja keuangan dengan metode EVA dan nilai tambah pasar (Market Value Added) pada emiten syariah (Jakarta Islamic Index).
7
Sedangkan kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan baik untuk kepentingan akademis maupun untuk kepentingan praktisi terutama dalam hal sebagai berikut;
Akademis Yaitu untuk memperluas wawasan mengenai pengukuran kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang memberikan nilai lebih yang tergabung dalam kelompok emiten syariah (JII) di Bursa Efek Jakarta dan dapat memberikan sumbangan serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
Praktisi Yaitu untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh para calon investor sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Karena perusahaan yang dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaannya di pasar.
Peneliti Yaitu untuk mengetahui apakah metode EVA efektif digunakan oleh perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan internal dikarenakan metode EVA sangat jarang diteliti dan sedikit perusahaan yang menggunakannya.